Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PROBLEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN IPS SD

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar IPS yang
diampu oleh Ibu Dr. Lili Dianah, M.Pd.

Di susun oleh

Anggi AM

19813002

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2021
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Alhamdulilah dengan
semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi saya untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan tentang
permasalahan dalam pembelajaran IPS SD dalam Mata kuliah Strategi Pembelajaran IPS yg
diampu oleh ibu Ibu Dr. Lili Dianah, M.Pd. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
yang banyak bagi oranglain dan kami sendiri.

Dalam penulisan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada segala pihak yang telah
ikut serta membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan kami
memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini masih ada kesalahan. Karena sesungguhnya
kami sadari bahwa, tidak ada satupun yang sempurna didunia ini kecuali Allah SWT yang telah
menciptakan alam semesta dan isinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna untuk para pembaca.
Kami juga dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun guna untuk
memperbaiki setiap kekurangan dari makalah ini

Garut, 11 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halama

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................2

A. Latar Belakang..............................................................................................................2

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................3

C. Tujuan dan Manfaat..........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................4

A. Definisi Pembelajaran IPS............................................................................................4

B. Pelajaran IPS Perlu Diberikan Kepada Anak SD.........................................................5

C. Problematika Dalam Pembelajaran IPS SD..................................................................6

D. Solusi Untuk Mengatasi Problematika Dalam Pembelajaran IPS SD..............................7

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................................11

B. Saran................................................................................................................................11

ii
I. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelajaran IPS perlu ditanamkan sejak dini pada anak. Penanaman nilai sosial pada siswa
tersebut sebagai suatu konsep yang sangat urgen, karena konsep IPS mengkaji tentang
bagaimana sikap sosial, hubungan sosial dan perilaku sosial yang harus dilakukan siswa dalam
kehidupannya. Pada pembelajaran IPS itu diperlukan perangkat pembelajaran dan unsur
pembelajaran, misalnya unsur guru, tujuan, materi dan sarana juga metode yang bukan
merupakan suatu tugas mudah untuk dapat mentransformasikan nilai-nilai IPS pada siswa.
Semua unsur yang ada harus dikemas dan ditata secara lengkap agar proses pembelajaran lebih
berkualitas dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Proses pembelajaran dapat dikatakan
berkualitas jika dalam prosesnya terbentuk interaksi aktif antara siswa dengan siswa dan siswa
dengan guru.

Kondisi ini peran guru merupakan ujung tombak dalam mengubah perilaku siswa menuju
taraf perkembangan dan perubahan sika perilaku, maka diperlukan ketrampilan dan professional
guru dalam mengkondisikan serta menerapkan manajemen pendidikan yang tepat. Salah satu
upaya tersebut dapat terwujud apabila guru lebih ionovatif dalam menerapkan strategi
pembelajaran, serta mampu membawa menyesuaikan penerapan metode, serta aplikasinya
dengan penggunaan media pembelajaran yang harus dipersiapkan secara matang oleh guru.
Berkaitan dengan peran guru dan antusias siswa terhadap pembelajaran IPS pada siswa Sekolah
Dasar, masih banyak dijumpai berbagai permasalahan dalam pembelajaran.

Namun kenyataannya, peran guru dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar masih
menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas. Selain itu, cara belajar siswa masih
menggunakan hafalan yang hanya bertahan dalam waktu yang sementara. Pembelajaran hanya
dianggap sebuah proses transfer informasi dari guru dan tidak ada reaksi dari siswa. Sehingga
proses belajar mengajar menjadi monoton dan siswa pun cenderung dan terbiasa pasif di dalam
kelas.

iii
B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat kami susun adalah sebagai berikut:

1. Apa definisi pendidikan IPS?

2. Mengapa pelajaran IPS perlu diberikan di SD?

3. Apa problematika dalam pembelajaran IPS SD?

4. Bagaimana solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui definisi pendidikan IPS.

2. Untuk mengetahui alasan perlunya pembelajaran IPS di SD.

3. Untuk mengetahui problematika dalam pembelajaran IPS SD.

4. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi problematika dalam pembelajaran IPS SD.

iv
II. BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS terdiri dari dua kata yaitu pendidikan dan IPS. Pendidikan mengandung
pengertian suatu perbuatan yang disengaja untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang
lebih baik. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Selanjutnya untuk memahami pengertian pendidikan, silahkan Anda perhatikan definisi
pendidikan yang dirumuskan dalam pasal 1 undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional berikut ini :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian
IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia.
Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS.
Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan masa depan.
Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan
atau geografis. Aktivitas sosial manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam
dimensi arus produksi, disitribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia
membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan
bagaimana cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Pada intinya, fokus
kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai
dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial (homo socius).

Ilmu Pengetahuan Sosial atau socialstudies merupakan pengetahuan mengenai segala


sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Di Indonesia pelajaran ilmu pengetauan sosial
disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang berkembang di masyarakat. Kajian tentang
masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar
sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik
yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau.

v
Somantri (Sapriya : 2008 : 9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu
ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara
ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Mulyono Tj. (1980 : 8) berpendapat bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner
(inter-disciplinary approach) dari pelajaran ilmu-ilmu soial, seperti sosiologi antropologi budaya,
psikologi sosial,sejarah, geografi, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Saidiharjo (1996 : 4) menyatakan bahwa IPS merupakan kombinasi atau hasil pemfusian
atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti:geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi,
politik.

Moeljono Cokrodikardjo mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu


pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu
sosial yakni sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik
dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan
yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

Nasution mendefinisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan
sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah
yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek
sejarah,ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

Jadi dapat saya simpulkan bahwasannya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) itu merupakan
salah satu mata pelajaran wajib dalam pendidikan di tingkat dasar maupun menengah di
Indonesia. IPS di luar negeri lebih dikenal dengan social studies, social education, social studies
education, dan sebagainya. Wesley (Sapriya, 2009: 9) menyatakan bahwa “the social studies are
the social sciences simplified for pedagodical purpose”. Jadi IPS menurut Wesley lebih
mengarah kepada penyederhanaan ilmu-ilmu sosial yang bertujuan pada kemampuan pedagogik.

B. Pelajaran IPS Perlu Diberikan Kepada Anak SD

Menurut A.K. Ellis (1991), bahwa alasan dibalik diajarkannya IPS sebagai mata pelajaran
di sekolah karena hal-hal sebagai berikut:

vi
1. IPS memberikan tempat bagi siswa untuk belajar dan mempraktekan demokrasi.

2. IPS dirancang untuk membantu siswa menjelaskan “dunianya”.

3. IPS adalah sarana untuk pengembangan diri siswa secara positif.

4. IPS membantu siswa memperoleh pemahaman mendasar (fundamental understanding)


tentang sejarah, geographi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

5. IPS meningkatkan kepekaan siswa terhadap masalah-masalah sosial.

Menurut saya, pelajaran IPS penting bagi siswa SD karena usia SD merupakan waktu
yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai sosial untuk bekal mereka sebagai bagian dari unsur
masyarakat. Seluruh aspek-aspek sosial dalam masyarakat akan dimulai ketika anak memasuki
sekolah dasar. Seperti halnya anak mulai mengenal proses demokrasi dalam pemilihan ketua dan
pengurus kelas, mulai memberanikan diri anak-anak untuk mengeksplorasi dunianya yang penuh
dengan interaksi dengan teman-teman yang lain. Kemudian mulai mengembangkan dirinya
sesuai bakat, minat, dan potensinya yang tentunya hal tersebut membutuhkan oranglain. Mereka
mulai memahami tentang sejarah, geografi, ekonomi yang dilihat dari hal-hal disekitar anak-
anak. Misalnya mengenai peristiwa kelahiran, tempat tinggal, dan pekerjaan orangtua.
Selanjutnya IPS juga sebagai langkah awal untuk melatih kepekaan pada anak-anak yang
tentunya dengan hal-hal kecil yang ada disekitar mereka. Seperti menjenguk teman yang sakit
dan saling melerai teman jika terlibat keributan.

C. Problematika Dalam Pembelajaran IPS SD

Berdasarkan hasil beberapa penelitian tentang pembelajaran IPS di SD, selama ini mata
pelajaran IPS dianggap sebagai mata pelajaran yang kurang penting dan dianggap sebagai mata
pelajaran nomor dua. Banyak pandangan menganggap mata pelajaran IPS kurang menarik atau
membosankan. Pembelajaran IPS dinilai monoton karena hanya mengedepankan hafalan materi
dan siswa tidak diberi kesempatan untuk menjelajah dan mengetahui contoh konkrit dari
pembelajaran IPS. Berdasarkan penelitian Aziz (2004), tentang penerapan pembelajaran IPS di
kelas ditemukan bahwa penyebab kurang aktifnya peserta didik dalam pembelajaran IPS
disebabkan anatara lain;

vii
(1) Selama ini dalam guru mengajarkan dengan memberi contoh soan dan
menyelesaikannya secara langsung, serta tidak memberi kesempatan peserta didik menunjukkan
idenya sendiri.

(2) pola pengajaran selama ini masih dengan tahapan memberikan informasi tentang
materi-materi (termasuk memotivasi secara informarif), memberikan contoh-contoh dan
berikutnya latihan-latihan.

(3) dalam merencanakan penyelesaian masalah tidak diajarkan strategi-strategi yang


bervariasi atau yang mendororng ketrampilan berpikir kreatif seperti membuat pertanyaan sendiri
untuk kemudian menemukan jawabannya.

Untuk meningkatkan minat serta motivasi peserta didik dalam pembelajaran IPS di SD,
ada berbagai hal yang seyogyanya dipersiapkan oleh pendidik. Dunia pendidikan dewasa ini
telah memasuki era dimana perubahan mendasar berbagai pandangan tentang pendidikan muncul
dan menjamur serta disambut dengan penemuan berbagai gagasan, strategi, metode, pendekatan,
model, media, dan sarana lainnya yang memudahkan pendidik dalam merealisasikan tujuan
pendidikan. Pembelajaran IPS di SD yang selama ini dianggap membosankan, kurang menarik
dan memotivasi peserta didik, lebih banyak dikarenakan guru pada umumnya masih menerapkan
model pendidikan lama yang masih bersifat teacher center. Sedangkan tuntutan model
pendidikan baru adalah agar proses pembelajaran lebih menekankan ketertiban peserta didik
secara penuh, aktif dan mandiri atau bersifat student center.

D. Solusi Untuk Mengatasi Problematika Dalam Pembelajaran IPS SD

Hal-hal yang harus menjadi perhatian dalam sudut pandang pendidik dalam
penyelenggaraan pembelajaran dikelas terutama pembelajaran IPS adalah guru hendaknya
mampu :

1. Perlunya Perubahan Mendasar Dalam Implementasi Pembelajaran IPS di Kelas

Agar peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran, hendaknya guru menguasai berbagai
strategi, model, metode maupun media terbaru yang relevan dengan kondisi di kelas. Dengan
penerapan berbagai gagasan baru tersebut, diharapkan aktivitas belajar peserta didik akan
meningkat. Terutama dalam pembelajaran IPS di SD.

viii
Peserta didik akan memperoleh lebih banyak dari hasil proses pembelajaran apabila belajar
dilakukan dengan proses yang kreatif dan menyenangkan. Hal ini tidak terjadi apabila
pembelajaran masih menggunakan pandangan lama, yaitu pembelajaran yang dilakukan melalui
jadwal yang ketat dan penuh disiplin.

Dalam proses belajar aktif, peserta didik diharapkan mampu memilih strategi dan sumber belajar
yang tepat berdasarkan kesadarannya akan perkembangan belajarnya. Akan tetapi dalam proses
mengelola proses belajar itu, sebagai seorang yang belum berpengalaman, peserta didik
membutuhkan dukungan atau bantuan dari orang yang lebih dewasa atau lebih berpengalaman
agar proses belajar peserta didik lebih terarah. Segala upaya dan cara untuk membantu peserta
didik meningkatkan kemampuan perkembangan belajarnya inilah yang disebut sebagai
scaffolding.

2. Menerapkan Pembelajaran Konstruktivis dengan Pendekatan Kontekstual

Pandangan konstruktivisme berpendapat bahwa, pada dasarnya belajar dilakukan melalui


konstruksimpeserta didik terhadap pengalaman belajar. Informasi yang diperoleh dalam proses
belajar dikonstruksi oleh masing-masing peserta didik dengan dikaitkan kembali dengan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi implikasinya adalah, bahwa
dalam proses pembelajaran, hendaknya pengalaman atau informasi baru disampaikan dengan
mengaitkan berbagai hal yang sudah familiar dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, atau
menjalinkannya dengan pengalaman hidup sehari-hari. Pendekatan ini disebut pembelajaran
kontekstual. Belajar adalah tentang bagaimana mengkonstruksi pengetahuan. Belajar bukan
hanya sekedar tentang mendapatkan dan mengorganisasikan informasi, tetapi lenih bagaimana
informasi itu bisa lebih bermakna bagi peserta didik. Implikasinya bahwa dalam pembelajaran,
peserta didkklah yang seharusnya lebih aktif mengkonstruksi pengetahuan yang mereka dapatkan
sendiri. Guru dalam hal ini hanya sekedar mendampingi untuk mengarahkan dan memfasilitasi
peserta didik dalam proses menemukan dan mengolah informasi dari proses pembelajaran.
Proses belajar harus menyenangkan dan kreatif serta dikontekstualisasikan dengan kehidupan
peserta didik sehari-harinya (Joyce, 2002).

ix
3. Terlibat Secara Emosional

Perilaku guru dalam membangun interaksi dengan peserta didik juga menentukan
keaktifan peserta didik di kelas. Peserta didik adalah makhluk sosial, oleh karenanya secara
otomatis akan merespon interaksi berdasarkan implus emosional yang diberikan. Meskipun
strategi dan model pembelajaran yang sama, namun apabila dibawakan oleh guru yang berbeda,
maka akan membawa hasil yang berbeda pula.

Pendidik harus memberikan kepercayaannya kepada peserta didik agar mereka juga
memberikan kepercayaan kepada pendidik untuk membimbing proses belajar mengajar mereka.
Dalam prinsip Quantum Teaching hal ini disebut sebagai jembatan keledai atau mnemonic (De
Porter, 2002). “masukkan dunia peserta didik ke dunia anda dan antarkan dunia anda ke dunia
peserta didik”. Dengan memegang prinsip tersebut, berarti pendidik hendaknya membangun
komunikasi emosional yang erat dengan peserta didik.

Prinsip pembelajaran Quantum Teaching yang berdasar keterlibatan secara emosional ini,
dapat dilakukan dengan cara merancang seting pembelajaran yang disesuaikan dengan dunia
peserta didik sebagai dunia anak-anak dan dunia remaja. Guru hendaknya dapat menunjukkan
sikap yang tulus untuk membantu peserta didik. Prinsip pembelajaran ini, guru dituntut untuk
memiliki kecerdasan kognitif (IQ) yang bagus untuk mengelola pembelajaran dan kecerdasan
emosional (EQ) yang bagus untuk memahami karakter peserta didik sehingga mampu
menciptakan sikap yang tepat dalam proses belajar mengajar.

4. Melibatkan Peserta Didik Dalam Semua Proses dan Aktivitas

Dengan keterlibatan peserta didik secara penuh dalam semua proses pembelajaran, pada
gilirannya akan semakin meningkatkan perasaan harga diri peserta didik (Self-efficacy). Melalui
keyakinan seseorang yang kuat akan kemampuannya untuk mengerjakan tugas-tugas dalam
proses belajar mengajar, memungkinkan untuk memberikan dorongan yang lebih kepada
seseorang dalam pencapaian hasil belajar lebih maksimal. Self-efficacy akan semakin
meningkatkan minat, motivasi dan keaktifan seseorang dalam proses pembelajaran.

x
5. Melibatkan Semua Modalitas

Peserta didik pasti memiliki latar belakang psikologis, mental, religiusitas dan latar
belakang sosial yang berbeda-beda. Dalam proses belajar mengajar peserta didik memiliki
Modalitas Belajar masing-masing yang berbeda, yaitu modalitas Visual, Auditorial, dan
Kinestetik.

Modalitas visual adalah kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah memahami
pengalaman baru melalui bentuk visual, gambar, video, lanskap, bagan, dan sebagainya.
Modalitas auditorial adalah kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah memahami
pengalaman belajar melalui proses mendengarkan, baik ceramah, music maupun diskusi.
Sedangkan modalitas kinestetik yaitu kecerendungan dimana peserta didik lebih mudah belajar
melalui rangsangan gerak tubuh. Untuk merangsang minat, motivasi, dan keaktifan belajar
peserta didk, maka proses pembelajaran hendaknya melibatkan semua aspek modalitas.

6. Membelajarkan Bagaimana Cara Belajar

Guru hendaknya bukan hanya mengajarkan tentang materi pembelajaran, akan tetapi juga
dapat membelajarkan bagaimana cara belajar. Peserta didik dilatih untuk memiliki keterampilan
belajar seperti bagaimana cara mencatat dan membaca buku yang efektif, bagaimana mengelola
informasi, bagaimana membuat peta konsep, bagan, rancangan dan menulis laporan yang baik,
bagaimana cara mencari dan memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan peserta didik
dan sebagainya.

7. Menggunakan Assesment yang Autentik Pada Semua Aspek

Tujuan pendidikan adalah dapat mencetak generasi yang memiliki pengetahuan yang
bagus, mengembangkan sikap dan karakter peserta didik serta keterampilan sosial yang bagus,
untuk membentuk jati diri sebagai manusia Indonesia.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan


proses kognitif, perkembangan sikap, karakter, dan pencapaian keterampilan sosial. Oleh karena
itu, dalam proses belajar mengajar, assessment yang digunakan mampu menggambarkan
perkembangan tiga ranah sekaligus, baik Kognitif, Afektif, maupun Psikomotor. Assesment yang
digunakan dengan melihat ketiga ranah ini disebut assessment autentik.

xi
III. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran IPS
di SD memiliki beberapa problematika yang perlu dicari solusinya sebagai calon pendidik.
Kendala-kendala yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas antara lain adalah : (1)
perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi (2) konflik dan motivasi yang kurang sehat (3)
lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi
yang dihasilkan (4) keuangan (financial) yang tidak terpenuhi (5) penolakan dari sekelompok
tertentu atas hasil inovasi, serta (6) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi. Solusi dari
permaslahan ke IPSan adalah menitikberatkan pada kompetensi yang seharusnya dimilki oleh
guru. Disamping itu, Ketersediaan prasarana dan sarana pembelajaran berdampak pada
terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Terjadinya kemudahan bagi siswa untuk
mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat mendorong
berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, saran yang dapat diambil sebagai calon pendidik adalah
dengan memperhatikan pembahasan yang sudah disebutkan. Dengan memperhatikan berbagai
fenomena problematika dalam pembelajaran IPS di SD, sebagai calon pendidik hendaknya kita
belajar dan memahami berbagai solusi diatas agar nantinya kita dapat menerapkan proses belajar
mengajar yang baik dalam pembelajaran IPS SD maupun di mata pelajaran yang lain.

xii
DAFTAR PUSTAKA

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
prestasi pustaka.

Balim, Gunary.2016. The effect of discovery learning on student success and inquiry
Learning skills. Journal of informetrics

Problematika dalam Pembelajaran IPS di SD. (2015). Prosiding Nasional Seminar


dan Lokakarya Penulisan Karya Ilmiah, 129-136.

Ramadhani, P. P. (2015, Mei 30). Pendidikan IPS : Problematika Pembelajaran IPS


di Sekolah-Guru. Retrieved from MALACHITE:

https://putripusparamadhani.wordpress.com/2015/05/30/pendidikan-ips-
problematika-pembelajaran-ips-di-sekolah-guru

ii

Anda mungkin juga menyukai