Bab II Kajian Teori
Bab II Kajian Teori
-
www.lib.umtas.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Dasar Teori
1. Keseimbangan
a. Pengertian Keseimbangan
Keseimbangan menurut O’Sullivan (Wiwik Citra Pratiwi
2014: 44) adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi
pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Kemampuan
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur
oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan
yang berperan dalam pembentukan keseimbangan.
Definisi Keseimbangan menurut Ann Thomsom (Eni
Sumarliyah 2019:152) keseimbangan adalah kemampuan untuk
mempertahankan tubuh dalam posisi keseimbangan maupun dalam
keadaan statik atau dinamik sera menggunakan aktivitas otot yang
minimal.
Sedangkan menurut U. Z Mikdar (Arif Rohman, H 2013:
202) bahwa keseimbangan merupakan kemampuan mempertahankan
sikap dan posisi tubuh secara tepat dan saat berdiri diam (static
balance) atau pada saat melakukan gerakan (dinamic balance).
Menurut Widiastuti (Yohanis Padafani, Dkk 2019:10)
Keseimbangan merupakan kemampuan mempertahankan sikap dan
posisi tubuh secara tepat pada saat berdiri (static balance) atau pada
saat melakukan gerakan (dynamic balance)
Berdasarkan definisi keseimbangan menurut para ahli di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa keseimbangan adalah kemampuan
seseorang dalam mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, saat
melakukan gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik berat
badan yang cepat pula baik dalam keadaan statis ataupun dinamis.
Beberapa kegiatan motorik sehari-hari sangat berkaitan dengan
Kadek Aria Prima 2018: 73). Poin observasi atau indikator yang
dapat diamati adalah badan bertumpu pada telapak tangan,
keseimbangan, postur dan mimik wajah.
8) Parvatasana (Sikap gunung)
Posisi ini mengulang posisi 5. Pertahankan agar lengan
dan lutut lurus. Sementara menggunakan bahu sebagai titik
putar, angkat pantat dan turunkan kepala lipat lehernya,
pandangan kelutut (Saraswati, dalam Kadek Aria Prima 2018:
74). Poin observasi atau indikator yang dapat diamati adalah
badan bergoyang, badan bertumpu pada telapak tangan, serta
telapak kaki, keseimbangan, kaki bergeser, postur dan mimik
wajah.
9) Asva Sancalanasana (Sikap menunggang kuda)
Posisi ini mengulang posisi 4. Tarik kaki kanan kedepan,
dan letakkan kaki kanannya tepat ditengah-tengah kedua tangan.
Secara perlahan letakkan lutut kiri kelantai dan dorong panggul
kedepan. Lengkungkan tulang belakang dan pandang sejauh
mungkin ke belakang (Saraswati, dalam Kadek Aria Prima
(2018: 74). Poin observasi atau ondikator yang dapat diamati
adalah badan bergoyang, badan bertumpu pada telapak tangan,
gerakan koordinatif antara kaki dan tangan, keseimbangan, kaki
bergeser, postur dan mimik wajah.
10) Padahastasana (Sikap tangan sampai kaki)
Posisi ini mengulang posisi 3. Letakkan kaki kiri sejajar
dengan kaki kanan dan luruskan, tekuk kedepan dan naikan
pantat saat kepala diletakkan pada lutut. Kedua tangan tetap
diletakkan disamping kaki (Saraswati, dalam Kadek Aria Prima
(2018: 74). Poin observasi ada pada lengan bergerak dari axial
tubuh searah gerakan kepala serta gangguan keseimbangan.
11) Hasta Uttanasana (Sikap kedua lengan terangkat)
atas, maka alur kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada
diagram sebagai berikut:
PERMASALAHAN
Terdapat Peningkatan
Kemampuan Keseimbangan
Tubuh Anak Usia Dini Setelah
Diberi Perlakuan Kegiatan
Senam Yoga