ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN (kode. D.0146)
1. Asesmen Keperawatan
Subyektif -
Obyektif -
2. Diagnosis Keperawatan
Problem Risiko Perilaku Kekerasan
1. Pemikiran Waham/ Delusi
2. Curiga pada orang lain
3. Halusinasi
4. Berencana bunuh diri
5. Disfungsi Sistem Keluarga
6. Kerusakan Kognitif
7. Disorientasi Atau Konfusi
8. Kerusakan Kontrol Impuls
9. Persepsi pada Lingkungan Tidak Akurat
Faktor Resiko
10. Alam Perasaan Depresi
11. Riwayat Kekerasan pada Hewan
12. Kelainan Neurologis
13. Lingkungan Tidak Teratur
14. Penganiayaan Atau Pengabaian Anak
15. Riwayat atau Ancaman Kekerasan terhadap Diri Sendiri
atau Orang Lain atau Destruksi Properti Orang Lain
16. Impulsif
17. Ilusi
S : Pasien mengancam akan melukai diri sendiri, orang lain atau
lingkungan.
O : Mata merah,
Tangan Mengepal
Tanda dan Gejala
Gelisah/ Mondar-mandir
Frekuensi nadi meningkat
Frekuensi nafas meningkat
(sesuai keluhan subyektif dan tanda objektif yang ditemukan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, kontrol
diri L.08066) menurun dengan kriteria :
Kriteria hasil Target
Verbalisasi ancaman kepada orang lain 1
menurun
Perilaku melukai diri sendiri/ orang lain 1
menurun
Perilaku merusak lingkungan sekitar 1
menurun
3. Luaran Keperawatan/Outcome Perilaku agresif/amuk menurun 1
Suara Keras menurun 1
Keterangan :
1 : Menurun
2 : Cukup Menurun
3 : Sedang
4 : Cukup Meningkat
5 : Meningkat
Latihan Asertif
1. Identifikasi hambatan kemampuan asertif (mis. Tahap
perkembangan, kondisi medis kronis/psikiatrik, dan sosial
budaya)
2. Monitor tingkat ansietas dan ketidaknyamanan terkait
perubahan perilaku
Pencegahan Perilaku Kekerasan:
1. Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya secara rutin
2. Libatkan keluarga dalam perawatan
Latihan Asertif
1. Anjurkan bertindak asertif dengan cara yang berbeda
2. Melatih perilaku asertif (mis. membuat permintaan,
mengucapkan tidak untuk permintaan yang tidak bisa dipenuhi,
serta memulai dan menutup percakapan)
Kolaborasi -
4.Penelaah kritis Sub Komite Mutu Komite Keperawatan
Level 2
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erbs
Fundamental of Nursing (10th ed.). USA: Pearson Education.
5.Evidence Based Nursing Level 2
Wilkinson, J.M., Treas, L.S., Barnett, K. & Smith, M.H. (2016).
Fundamental of Nursing (3rd ed. ). Philadelphia: F.A Davis
Company.
6. Referensi PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi . Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Kriteria Hasil. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M. M., & Wagner,
C. M. (2018). Nursing Interventions classification (NIC)-E-
Book. Elsevier Health Sciences.
LeMone, P., Burke, K. M., Luxford, Y., Raymond, D., Dwyer, T.,
Levett-Jones, T., ... & Hales, M. (2011). Medical-surgical
nursing: Critical thinking in client care. Pearson Australia.
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN (SAK)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN WAHAM (kode. D.0105)
5. Asesmen Keperawatan
Mayor
1. Mengungkapkan isi waham
Subyektif Minor
1. Merasa sulit konsentrasi
2. Merasa khawatir
Mayor
1. Menunjukkan perilaku sesuai isi waham
2. Isi pikir tidak sesuai
3. Isi pembicaraan sulit dimengerti
Minor
1. Curiga berlebihan
2. Waspada berlebihan
3. Bicara berlebihan
Obyektif 4. Sikap menentang atau permusuhan
5. Wajah tegang
6. Pola tidur berubah
7. Tidak mampu mengambil keputusan
8. Flight of idea
9. Produktifitas kerja menurun
10. Tidak mampu merawat diri
11. Menarik diri
6. Diagnosis Keperawatan
Problem Waham
1. Faktor Biologis: Kelainan genetic/keturunan, kelainan
neurologis (mis. Gangguan system limbik, gangguan ganglia
basalis, tumor otak)
Etiologi/Penyebab
2. Faktor psikodinamik (mis. Isolasi social, hipersensitif)
3. Maladaptasi
4. Stres berlebihan
Tanda dan Gejala S : Pasien mengatakan dirinya seorang Presiden Turki
O : Pasien tampak susah berkonsentrasi
Bicara berlebihan
Curiga berlebihan
Pembicaraannya berubah ubah topik
Tidak mampu mengambil keputusan
Tidak mampu melakukan perawatan diri
(sesuai keluhan subyektif dan tanda objektif yang ditemukan)
Pemberian Obat
1. Identifikasi kemungkinan alergi interaksi dan kontraindikasi
obat
2. Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
3. Periksa tanggal kadaluarsa obat
4. Monitor tanda vital dan nilai laboratorium sebelum pemberian
obat jika perlu
5. Monitor efek terapeutik obat
6. Monitor efek samping toksisitas dan interaksi obat
Orientasi Realita
1. Perkenalkan nama saat memulai interaksi
2. Orientasikan orang tempat dan waktu
3. Hadirkan realita (mis. beri penjelasan alternatif hindari
perdebatan)
4. Sediakan stimulus lingkungan dan rutinitas secara konsisten
5. Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis. kunjungan
pemandangan suara pencahayaan bau dan sentuhan)
6. Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis.
tanda gambar warna)
7. Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
8. Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi akses informasi (mis. televisi surat kabar radio) Jika
perlu
Pemberian Obat
1. Perhatikan prosedur pemberian obat yang aman dan akurat
2. Hindari interupsi saat mempersiapkan memverifikasi atau
mengelola obat
3. Lakukan prinsip 6 benar pasien obat dosis rute waktu
dokumentasi
4. Perhatikan jadwal pemberian obat jenis hipnotik narkotika dan
antibiotik
5. Hindari pemberian obat yang tidak diberi label dengan benar
6. Buang obat yang tidak terpakai atau kadaluarsa
7. Fasilitasi minum obat
8. Tandatangani pemberian narkotika sesuai protokol
9. Dokumentasikan Pemberian obat dan respon terhadap obat
Manajemen Waham :
1. Anjurkan mengungkapkan dan memvalidasi waham (uji realita)
dengan orang yang dipercaya (pemberi asuhan/ keluarga)
2. Anjurkan melakukan rutinitas harian secara konsosten
3. Latih manajemen stres
4. Jelaskan tentang waham serta penyakit terkait (mis. Delirium,
skizofrenia atau depresi) cara mengatasi dan obat yang
diberikan
Orientasi Realita
1. Anjurkan perawatan diri secara mandiri
2. Anjurkan penggunaan alat bantu (mis. mata alat bantu dengar
gigi palsu)
3. Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi realita
Edukasi
Promosi Dukungan Keluarga
1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan dan pengobatan
yang dijalani pasien
2. Anjurkan keluarga bersikap asertif
3. Anjurkan meningkatkan aspek positif dari situasi yang dijalani
pasien
Pemberian Obat
1. Jelaskan jenis obat alasan pemberian tindakan yang diharapkan
dan efek samping sebelum pemberian
2. Jelaskan faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
efektivitas obat
Manajemen Waham
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
4.Penelaah kritis Sub Komite Mutu Komite Keperawatan
5.Evidence Based Nursing Level 2
Ansari, M.R., & Jahan, M. (2015). Efficacy cognitive behaviour in
management of delusion, hallucination in patient with
schizophrenia. Indian Journal of Health and Wellbeing, 6(5),
480-483
Level I
Townsend, M. (2014). Psychiatric Nursing: Assesment, Care Plans,
and Medication. (9th ed). Philadelphia; F.A Davis Company.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi . Jakarta : DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Kriteria Hasil. Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1, Jakarta: DPP PPNI
6. Referensi
Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M. M., & Wagner,
C. M. (2018). Nursing Interventions classification (NIC)-E-
Book. Elsevier Health Sciences.
LeMone, P., Burke, K. M., Luxford, Y., Raymond, D., Dwyer, T.,
Levett-Jones, T., ... & Hales, M. (2011). Medical-surgical
nursing: Critical thinking in client care. Pearson Australia.