dibawah ini !
Ikatan
Antramolekul
Atom, Unsur,
Molekul,
Senyawa
Gaya Ikatan Molekul
Pendahuluan
Gaya Ikatan Molekul
Pendahuluan
Atom adalah Satuan terkecil dari suatu materi yang terdiri atas inti;
Pendahuluan
Pendahuluan
Jika gabungan dari atom unsur yang sama jenisnya, maka disebut
Molekul Unsur.
Contohnya: O2, H2, O3, N2
Pendahuluan
Senyawa adalah zat tunggal yang terdiri atas beberapa unsur yang saling
kait-mengait. Senyawa dibentuk dari minimal 2 unsur yang berbeda.
Walaupun dibentuk dari unsur yang berbeda, namun senyawa tetap
disebut zat tunggal, karena sifat-sifat unsur yang membentuknya tidak
dapat di temukan pada senyawa. Dengan kata lain senyawa telah
menjadi suatu zat baru, contoh H2O.
Ion adalah Atom yang bermuatan listrik. Ion yang bermuatan listrik
Pendahuluan
Kation dan anion dapat berupa ion tunggal hanya terdiri dari satu jenis
atom, seperti Na+ dan Cl-, atau dapat pula berupa ion poliatom
mengandung dua atau lebih atom yang berbeda, seperti CH3COO-, SO42-.
Pendahuluan
Pendahuluan
Pendahuluan
+ +
Elektron ditarik bersama oleh kedua inti
Pendahuluan
Atom Hidrogen memiliki ukuran yang kecil dan medan elektrostatis yang
besar, atom H dapat mendekat ke atom elektronegatif dan membentuk
jenis gabungan elektrostatis,
yaitu Ikatan hidrogen atau
Jembatan Hidrogen
Interaksi Van der Waals adalah gaya lemah yang melibatkan dispersi
Tugas Belajar
Jelaskan perbedaan mekanismenya melalui konsep dipol –nya (polaritas)
Gaya Ikatan Molekul
Gaya Ikatan Molekul
1. Zat memberikan wujud, karena memiliki kisi-kisi partikel/kristal
Pendahuluan
Wujud Zat
(crystal lattice) dalam menyusun kerangkanya.Semakin padat dan
rapat kisi-kisi partikelnya, maka zat tersebut akan memberikan
wujud berupa padatan.
2. Kerapatan dan jarak antar partikel
3. Sifat gerakan partikel,
yakni: Aktif dan Non-aktif.
4. Gaya tarik-menarik antar
partikel: Kohesi dan Adhesi.
5. Bobot Jenis.
sublimation exothermic
melting vaporizing
freezing condensing
deposition
endothermic
Gas, memiliki sifat:
Wujud Gas
Wujud Zat
1. Gerakannya aktif dan kuat Tubrukan antar partikel dan wadah
2. Arah gerakan tidak beraturan
3. Molekul gas menggunakan tekanan, gaya per satuan luas (dyne/cm2)
4. Pengukuran tekanan (atm) melalui barometer air raksa (mmHg)
5. Volume dalam liter atau sentimeter kubik (1 cm3 = 1 mL)
6. Suhu dalam persamaan gas adalah suhu absolut (0°C = 273,15°K)
Hukum Gas Ideal, dirumuskan oleh Boyle, Charles, dan Gay-Lussac yang
Wujud Gas
Wujud Zat
berlaku pada keadaan ideal. Yaitu tidak terdapat interaksi antarmolekul
dan tabrakan yang bersifat elastis sempurna sehingga tidak terjadi
pertukaran energi pada saat tabrakan.
Hukum ini mengaitkan keadaan atau wujud yang spesifik, yi tekanan,
volume dan suhu dari sejumlah tertentu molekul gas.
PV=nRT
Dimana:
P = Tekanan (atm; 1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg)
V = Volume (Liter)
n = Jumlah molekul gas (mol)
R = Konstanta gas ideal (Tetapan Reamur)
T = Suhu absolut (°K)
Untuk mendapatkan harga R, dilakukan percobaan pada kondisi: volume
Wujud Gas
Wujud Zat
satu mol gas ideal pada suhu dan tekanan standar (STP), yaitu pada 0°C
dan 760 mmHg (1 atm) adalah 22,414 liter
Catatan:
1 atm (1,10133.106 dyne/cm2) dengan BJ Hg = 13,595 g/cm3
1 joule = 107 erg; 1 kal = 4,184 joule
PV = n RT
1 atm . 22,414 L = 1 mol . R . 273,16°K
22,414 atm.L = R. 273,16 mol.K
R = 0,08205 atm.L/mol.°K = 0,0821 atm.L/°mol (1)
Atau
R = 8,314 joule/mol.°K = 8,314 joule/°mol (2)
R = 1,987 kal/mol.°K = 1,987 kal/°mol (3)
Berat Molekul (BM) suatu gas dapat ditentukan dengan menggunakan
Wujud Gas
Wujud Zat
Hk. Gas Ideal dengan menggantikan bentuk jumlah mol gas (n) dengan
bentuk yang setara.
mol = gram/BM
PV = n RT
PV = (gram/BM) RT (1)
Atau
BM = (gram.L atm/°mol.K) / (atm.L)
BM = gram/mol (3)
PV = n RT Perlu beberapa asumsi
Wujud Gas
Wujud Zat
1. Gas terdiri atas partikel yang disebut atom atau molekul, dimana
volume totalnya dapat diabaikan karena kecil yang terjadi pada P
rendah, T tinggi (saat molekul gas terpisah jauh).
2. Partikel gas tidak saling menarik, tetapi bergerak bebas (pada P
rendah).
3. Partikel bergerak acak secara terus-menerus energi kinetik yang
dimilikinya E = (3/2) RT.
4. Tumbukan lenting sempurna.
Wujud Gas
Wujud Zat
Dimana:
P = Tekanan (atm; 1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg)
V = Volume (Liter)
n = Jumlah molekul gas (mol)
m = Massa (gram)
c = Kecepatan rata-rata (cm/det) atau biasa ditulis (µ)
R = Konstanta gas ideal (0,0821 L.atm/°mol)
M = Berat molekul (gram/mol)
(Kerjakan lengkap dengan satuannya)
Wujud Gas
Wujud Zat
1. Berapakah tekanan dari 47,65 L suatu gas ideal yang ditempatkan
pada suhu kamar, bila diketahui jumlah gasnya sebanyak 2 mol ?
2. Suatu cairan mudah menguap sebanyak 200 mL berada pada suhu
ruangan 100°C, bila diketahui berat cairan tersebut adalah 300 mg
dan memberikan tekanan 760 mmHg maka berapakah bobot molekul
senyawa tersebut ?
3. Pada suhu (°T) berapakah oksigen akan memiliki kecepatan kuadrat
4,82 x 104 cm/det apabila diketahui berat molekul oksigen adalah
32,0 gram/mol ?
Persamaan Van der Waals untuk 1 mol gas, dan untuk n mol gas:
Wujud Gas
Wujud Zat
Dimana:
P = Tekanan (atm; 1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg)
V = Volume (Liter)
n = Jumlah molekul gas (mol)
R = Konstanta gas ideal (0,0821 L.atm/°mol)
T = Suhu absolut (°K)
Persamaan Van der Waals untuk 1 mol gas, dan untuk n mol gas:
Wujud Gas
Wujud Zat
Dimana:
P = Tekanan (atm; 1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg)
V = Volume (Liter)
n = Jumlah molekul gas (mol)
R = Konstanta gas ideal (0,0821 L.atm/°mol)
T = Suhu absolut (°K)
a = Konstanta Van der Waals yang lemah (L2.atm/mol2)
b = Konstanta Van der Waals (L/mol)
Tc = Temperature Critics (°K)
Pc = Pressure Critics (atm)
Konstanta Van der Waals untuk sejumlah gas telah ditetapkan, beberapa
Wujud Gas
Wujud Zat
diantaranya a.l:
(Kerjakan lengkap dengan satuannya)
Wujud Gas
Wujud Zat
1. Suatu sampel CHCl3 0,193 mol ditempatkan dalam bejana 7,35 L pada
suhu kamar. Hitunglah tekanan yang dihasilkan apabila diketahui nilai
a dan b untuk CHCl3 adalah 15,17 L2.atm/mol2 dan 0,1022 L/mol ?
2. Pada volume berapakah CO2 akan memberikan tekanan 11,69 atm
dalam suhu 27°C pada saat suhu kritis dan tekanan kiritisnya adalah
31,0°C dan 72,9 atm?
1. Jika gas didinginkan, gas akan kehilangan Ek dalam bentuk panas
Wujud Cair
Wujud Zat
sehingga wujud akan berubah menjadi cair
2. Jika gas ditekan, molekul dibawa dalam area gaya interaksi van der
waals berubah cair.
3. Perubahan wujud zat tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, tetapi juga
tekanan.
4. Suhu kritis adalah suhu dimana tidak ada lagi wujud cair
(suhu kritis air 374°C = 647°K).
5. Tekanan kritis adalah tekanan yang dibutuhkan untuk mencairkan
suatu gas pada suhu kritisnya
(tekanan kritis air = 218 atm).
Prinsip dalam mencairkan gas dapat dilakukan dengan:
Wujud Cair
Wujud Zat
Gas T ↓ (didinginkan) Kec dan Ek ↓ Interaksi ↑ (ikatan antar
molekul) wujud cair.
Gas P ↑ (ditekan) Interaksi ↑ (ikatan antar molekul) wujud cair.
Ekspansi (V↑ T↓ P ↑)
Ekspansi adiabatik, yaitu apabila tidak ada panas yang melewati sistem,
dan kerja yang diterima oleh sistem digunakan seluruhnya untuk
mengubah energi di dalam sistem.
Aerosol secara harfiah berasal dari dua kata yaitu Aero = Udara/Gas, dan
Wujud Cair
Wujud Zat
Sol = Solution/Larutan. Jadi aerosol adalah sediaan yang zat aktifnya
dilarutkan dalam pembawa/media gas yang inert, dengan kata lain
“Cairan/larutan yang digaskan”.
Prinsipnya
Gas dapat dicairkan pada tekanan tinggi (P↑) dalam suatu bejana
tertutup selama suhu diatur untuk tetap berada dibawah suhu kritisnya
(T↓) (suhu kritis air 374°C = 647°K). Jika tekanan dikurangi (membuka
katup), maka molekul akan memuai dan cairan kembali menjadi gas.
Perubahan wujud in bersifat reversibel.
LNG (Liquid Natural Gas) dan LPG (Liquid Petroleum Gas), saat dikemas
menggunakan prinsip yang sama, namun perbedaannya LNG/LPG adalah
“Gas yang dicairkan”.
Titik Didih adl suatu keadaan saat cairan ditempatkan pada wadah
Wujud Cair
Wujud Zat
terbuka dan dipanaskan sampai tekanan uapnya sama dengan tekanan
atmosfer, dan uap akan membentuk gelembung yang naik dengan cepat
melalui cairam dan melepaskan diri dalam wujud gas.
Panas yang diabsorpsi (baik dari hasil pengapian atau panas lingkungan)
diabsorpsi oleh cairan dan digunakan untuk mengubah wujud cair
menjadi uap/gas, dan suhu tidak akan naik sampai semua cairan
menguap seluruhnya.
Wujud Gas
Wujud Zat
Dimana:
P = Tekanan (atm)
T = Suhu bsolut (°K)
R = Konstanta gas ideal (0,0821 L.atm/°mol)
ΔHv = Panas penguapan molar (kal/mol)
= Panas yang diabsorpsi oleh 1 mol cairan untuk berubah → gas
Seluruh bangun padatan kristal, tersusun dari rangkaian
Wujud Padat
Wujud Zat
kisi-kisi kristal yang berulang-ulang.
All unit cells in a specific crystal are the same size and
contain the same number of molecules or ions arranged in the
same way.
There are seven primitive unit cells (Figure 1.1):
(1) cubic, (2) hexagonal, (3) trigonal, (4) tetragonal, (5)
orthorhombic, (6) monoclinic, and (7) triclinic.
Bagian yang menyusun bangun kristal dapat berupa: Atom,
molekul atau ion.
Bentuk bangun padatan kristal, dapat berubah baik untuk
keperluan yang memang disengaja/dikendalikan (modifikasi
bentuk zat) atau rusak akibat proses yang tidak kita
kendalikan (proses yang terjadi di alam).
Morfis atau morfo, adalah bentuk/struktur luar.
Wujud Padat
Wujud Zat
Amorf (A = tidak, dan morfis = bentuk), adalah suatu sebutan
untuk suatu zat yang tidak memiliki bentuk/struktur kristal
yang teratur (seperti sifat zat cair). Umumnya akan lebih
mudah larut karena sifatnya yang seperti cairan.
Polimorfisa (Poli = banyak, dan morfis = bentuk), adalah
suatu sebutan untuk suatu zat yang memiliki lebih dari satu
bentuk/struktur kristal.
Umumnya polimorfisa dari suatu zat karena memiliki: titik
leleh, dan kelarutan yang berbeda-beda.
Hampir semua senyawa organik dengan rantai panjang adalah
polimorfisa.
Suatu zat yang memperlihatkan karakter polimorfisa akibat
Wujud Padat
Wujud Zat
perbedaan: titik leleh adalah:
Contoh: Oleum cacao/theobroma (memiliki 4 struktur kristal)
1. Bentuk α, meleleh pada 22ºC.
2. Bentuk β’, dengan titik leleh 28º-31ºC.
3. Bentuk β, dengan titik leleh 34º-35ºC (stabil).
4. Bentuk γ, dengan titik leleh 18ºC (tidak stabil).
Suatu zat yang memperlihatkan karakter polimorfisa akibat perbedaan:
Wujud Padat
Wujud Zat
kelarutan adalah:
Contoh: Kloramfenikol palmitat (memiliki 3 struktur kristal)
Bentuk A, B, C dan amorf. Masing-masing bentuk kristal akan
mempengaruhi laju disolusinya, dimana hanya untuk bentuk B dan
amorf saja yang dapat dihidrolisis oleh usus.
Bioavailability differences
The difference in the bioavailability of different polymorphic forms of a
drug is usually insignificant but is a problem in the case of the
chloramphenicol palmitate, one (form A) of the three polymorphic forms
of which is poorly absorbed.
Aplikasi “Diagram 3 Fase” untuk bidang farmasi yang berfungsi sebagai
Autoclave
Kesetimbangan Fase
alat sterilisasi.
Aplikasi “Diagram 3 Fase”
Autoclave
Kesetimbangan Fase
dalam keseharian
Aplikasi “Diagram 3 Fase”
Autoclave
Kesetimbangan Fase
dalam industri penyulingan
minyak atsiri
Latihan membuat grafik pada semilog dan milimeter dengan mencari contoh soal
Tugas
Wujud Zat
dari berbagai pustaka/jurnal ilmiah
Apa yang Saudara dapat jelaskan tentang “Wujud Zat”, ditinjau dari:
1. Ikatan antarmolekul; Kerapatan/jarak antar partikel; Energi ikatannya
2. Mengapa zat padat dapat dilihat dan dipegang; zat cair hanya dapat dilihat tapi
tidak dapat dipegang; dan gas tidak dapat dilihat maupun dipegang
Apa yang dimaksud dengan “Compressible Liquid” dan “Cairan Super Kritis”?
Sinko, JP (2011). Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, Edisi 5,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
“Sampaikanlah ilmu walaupun hanya satu ayat"
(Baginda Besar Muhammad Rasulullah saw)
Penentuan pH terendah (asam lemah) atau pH tertinggi
Wujud Gas
Wujud Zat
(basa lemah) yang masih bisa mempertahankan kelarutan.
Asam
pHp = pKa + Log (S-So)/So
Dimana
pHp = pH terendah yang masih bisa melarutkan
So = Kelarutan molar asam
S = Konsentrasi zat
Basa
pHp = pKa – (pKb + Log(S-So)/So)
Berapakah persen gliserin yang harus ditambahkan sebagai pelarut
Wujud Gas
Wujud Zat
campur agar dihasilkan campuran pelarut air-gliserin dengan konstanta
dielktrik 72?
Diketahui
So = 0,002 mol/L
pKa = 7,12
BM = 304 g/mol
Zat = 5% = 5 g/100 mL
Ditanya
pHp ?
Jawab
S = (g/BM) x (1000/V)
S = (5 g/304 g/mol) x (1000/100 mL)
S = 0,1645 mol/mL
pHp = pKa + log (S-So/So)
pHp = 7,12 + log (0,1645 mol/mL - 0,002 mol/L / 0,002 mol/L)
pHp = 9,03
Untuk meningkatkan kelarutan suatu zat yang hidrofob atau
Wujud Gas
Wujud Zat
sukar larut dalam air dapat dilakukan dengan menngunakan
pelarut campur (kosolven) agar dihasilkan KD pelarut ~ KD zat
terlarut
Kosolvensi merupakan suatu fenomena dimana zat terlarut
memiliki kelarutan yang lebih besar dalam campuran pelarut
dibandingkan dalam satu jenis pelarut
Kosolvent adalah pelarut yang digunakan dalam kombinasi
untuk meningkatkan kelarutan solut.
Wujud Gas
Wujud Zat
campur agar dihasilkan campuran pelarut air-gliserin dengan konstanta
dielektrik 72?
Diketahui
KDpel campur = 72 Permisalan
KDair = 78,5 %air + %gliserin = 100% = 1
KDgliserin = 42,5 %gliserin = 1 - %air
Ditanya
%Gliserin ?
Jawab
KDpel campur = (%air x KDair) + (%glis x KDglis)
72 = (%air x 78,5) + ((1-%air) x 42,5)
72 = (78,5 %air) + (42,5 - 42,5 %air)
72 – 42,5 = 78,5 %air - 42,5 %air
29,5 = 36 %air
%air = 0,82 = 82%
%glis = 1 - 0,82 = 0,18 = 18%
Dapar asam
Wujud Gas
Wujud Zat
pH = pKa + log ([Garam] / [Asam])
pH = pKa + log ([A-] / [HA])
Dapar basa
pOH = pKb + log ([Garam]/[Basa])
pH = 14 - pOH
Dimana
pH = - log H+
pOH = - log OH-
pKa = - log Ka
pKb = - log Kb
Kapasitas Dapar
Wujud Gas
Wujud Zat
adalah besarnya penahanan perubahan pH oleh dapar atau perbandingan
penambahan basa kuat (atau asam) dengan perubahan pH yang terjadi
akibat penambahan basa.
β = ∆B/ ∆pH
(β = kapasitas dapar; ∆B =basa/asam yang ditambahkan (gr/liter) )
β = 2,303 C Ka.[H3O+]
{ Ka + [H3O+] }2
Wujud Gas
Wujud Zat
1 liter dapar pH 5,0 (pKa Asam asetat = 4,74 dan β = 0,15) ?
Diketahui
pH = 5,0 → H+ = 10-5
pKa = 4,74 → Ka = 1,82.10-5
Β = 0,15
Ditanya
Bobot garam dan asam lemah ?
Jawab
β = 2,303C Ka.[H3O+]
{Ka + [H3O+]}2
0,15 = 2,303C 1,82.10-5 x 10-5
{1,82.10-5 + 10-5}2
0,15 = 2,303C x 0,229
2,303C = 0,655
C = 0,284
Pers. Dapar Asam
Wujud Gas
Wujud Zat
pH = pKa + log ([Garam] / [Asam])
5 = 4,74 + log ([Garam] / [Asam])
0,26 = log ([Garam] / [Asam])
[Garam] / [Asam] = 1,82
[Garam] = 1,82 [Asam]
Mencari BM masing-masing
[Asam] = CH3COOH = 14+3+14+16+16+1 = 64 g/mol
[Garam] = CH3COONa = 14+3+14+16+16+23 = 86 g/mol
Diperoleh:
Wujud Gas
Wujud Zat
[Asam] = 0,1 mol/L; BM = 64 g/mol
[Garam] = 0,184 mol/L; BM = 86 g/mol
Wujud Gas
Wujud Zat
daparnya 0,1. Pilih pasangan dapar yang cocok dan hitung pula
konsentrasi yang diperlukan ! (Dapar pospat: pKa1 = 2,21; pKa2 = 7,21;
pKa3 = 12,67)
Diketahui
pH = 7,0 → H+ = 10-7
pKa = 7,21 → Ka = 6,166.10-8
Β = 0,1
Ditanya
pKa dan C?
Jawab
β = 2,303C Ka.[H3O+]
{Ka + [H3O+]}2
0,1 = 2,303C 6,166.10-8 x 10-7
{6,166.10-8 + 10-7}2
0,1 = 2,303C x 0,236
2,303C = 0,424
C = 0,184 mol/L
Pers. Dapar Asam
Wujud Gas
Wujud Zat
pH = pKa + log ([Garam] / [Asam])
7 = 7,21 + log ([Garam] / [Asam])
-0,21 = log ([Garam] / [Asam])
[Garam] / [Asam] = 0,616
[Garam] = 0,616 [Asam]
Pendauluan
Stabilita
(tetap), atau berubah dalam jumlah yang tidak
signifikan/ambang batas → STABIL
Stabilita
Adalah kemampuan suatu sediaan farmasi
↓
agar tetap berada pada batas spesifikasi yang telah
ditentukan
↓
untuk menjamin obat yang diproduksi
bermutu, aman dan berkhasiat
Pendauluan
Stabilita
Adalah periode penggunaan dan penyimpanan
↓
yang menyatakan pada periode waktu tersebut
↓
obat masih memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan
Pendauluan
Stabilita
Adalah waktu (bulan/tahun) yang dicantumkan pada
label kemasan
↓
menyatakan bahwa produsen menjamin produk obat
tersebut masih memenuhi spesifikasi yang telah
ditetapkan
↓
bila disimpan sesuai kondisi penyimpanan yang telah
ditentukan
Aspek Kefarmasian
Pendauluan
Stabilita
Adalah waktu yang dihitung pada suhu simpannya (suhu kamar
25°C atau sesuai ketentuan) ketika kadar zat aktif telah terurai
sebanyak 10% (tersisa 90% dari C0) atau sesuai ketentuan masing-
masing monografi zat aktifnya (beberapa zat aktif ada yang
dinyatakan 85%).
Bila dalam sediaan terdapat lebih dari satu zat aktif, maka waktu
kadaluarsa ditetapkan terhadap zat aktif yang paling cepat
waktu kadaluarsanya
Pendauluan
Stabilita
• Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke tangan
Waktu pasien
Pendauluan
Stabilita
terapetik tidak tercapai
Perubahan BA (Bioavaibilitas) obat
Terbentuknya hasil urai yang toksik Keamanan
Sediaan menjadi tidak homogen
Menurunnya status mikrobiologi sediaan
Berkurangnya keterimaan pasien terhadap sediaan
Pendauluan
Stabilita
Meniliti perubahan karakteristik obat
karena pengaruh fisika, kimia dan biologi
Stabilita
Bentuk
sediaan
dan
formulasi
Bahan
Cara kemasan
simpan Kegunaan yang akan
digunakan
Waktu
kadaluarsa
Faktor yg Mempengaruhi Stabo
Stabilita
Fisika • Perubahan fisik
• Reaksi Hidrolisis
Kimia • Reaksi Oksidasi
• Reaksi Fotolisis
(Reaksi penguraian) • Reaksi Isomerisasi
• Reaksi Polimerisasi
Stabilita
Fotolisis
Oksidasi Isomerisasi
Reaksi
Hidrolisis Penguraian Polimerisasi
Obat
Penguraian oleh air yang dapat dikatalisis oleh ion H+ (asam)
Stabilita
atau ion OH- (basa).
Umumnya terjadi juga pada senyawa mengandung gugus (-
acyl) pemutusan ikatan atom C dan X oleh H2O.
Obat yang mengandung gugus fungsi ester, amida, laktam,
imida, akan rentan mengalami hidrolisis
Solusi:
1) Pengaturan pH stabilitas optimum
2) Penambahan/penggunaan pelarut non air (pelarut campur)
3) Mengendalikan kadar air (konsentrasi air
dikurangi/dihilangkan)
4) Obat dibuat dalam bentuk sediaan solid (padat)
Obat yang rentan terkena reaksi oksidasi adalah steroid,
Stabilita
sterol, asam lemak tak jenuh, fenotiazin, dan obat lain yang
mengandung ikatan rangkap terkonjugasi.
Reaksi okdasi yang terjadi biasanya berupa reaksi rantai
radikal bebas (Inisiasi, Propagasi dan Terminasi).
Solusi:
1) Mengurangi kadar oksigen
2) Hidari kontak dengan logam
3) Hindari paparan cahaya
4) Penambahan antioksidan
Zat dapat mengabsorpsi cahaya/energi radiasi pada panjang
Stabilita
gelombang tertentu.
1) Sinar UV (50 – 400 nm)
2) Sinar Tampak (400 – 750 nm)
3) Infra Merah (750 – 10.000 nm)
Penguraian akibat paparan cahaya yang dapat terjadi pada
fenotiazin, hidrokortison, prednison, dll.
Solusi:
1) Wadah tidak tembus cahaya atau opaque
2) Tablet salut
3) Hindari paparan cahaya
4) Penambahan antioksidan
Reaksi Isomerisasi
Stabilita
Proses perubahan (konversi) obat/zat aktif menjadi bentuk
isomer optik atau isomer geometriknya aktivitas terapi
lebih kecil (adrenalin, tetrasiklin, cefalosforin).
Reaksi isomerasi dapat terjadi karena pengaruh pH/cahaya.
Solusi:
1) Membuat sediaan pada pH stabilitasnya
2) Wadah tidak tembus cahaya atau opaque
Reaksi Polimerisasi
Proses penggabungan dua atau lebih molekul obat yang identik
membentuk senyawa kompleks.
Kecepatan/Laju Reaksi, merupakan kecepatan reaksi ber(-)nya
Stabilita
konsentrasi reaktan atau ber(+)nya konsentrasi produk per satuan
waktu.
Stabilita
Reaksi
Kesetimbangan
(Reversibel)
Reaksi
Kompleks
Reaksi Kompleks
Stabilita
(b) Reaksi Paralel (samping/serentak):
Stabilita
Eksipien; Sifat fisikokimia
Suhu
Cahaya; Fotolisis
Oksigen; Oksidasi
pH
Stabilita
Suhu
Kekuatan ion
Efek pelarut
Cahaya
Oksigen
F. P. Laju Reaksi Penguraian Obat
Stabilita
Katalis
Asam -
Basa
Temperatur
Laju Konstanta
Reaksi Dielektrik
Kekuatan
Ion
Laju Reaksi berhubungan langsung dengan jumlah tabrakan
Stabilita
molekul yang terjadi per satuan waktu.
Pada saat suhu me ↑, jumlah tabrakan molekul pun akan me ↑
Laju reaksi akan me↑
Stabilita
−𝐸𝐸𝐸𝐸 ⁄𝑅𝑅𝑅𝑅 𝐸𝐸𝐸𝐸 1
𝑘𝑘 = 𝐴𝐴. 𝑒𝑒 ln 𝑘𝑘 = ln 𝐴𝐴 − � . �
𝑅𝑅 𝑇𝑇
Intersep = a
Slope = b = Ea/R
Ea =b.R
y= a ― b. x
Dimana:
k = Konstanta laju reaksi
A = Intersep (a)
Ea = Energi aktivasi (kal/°mol)
R = Tetapan Reamur (1,987 kal/°mol)
T = Temperatur (°K)
Katalis
Stabilita
Suatu zat yang digunakan untuk mempercepat laju reaksi tanpa
mengalami perubahan/terpakai oleh reaksi itu sendiri (inert).
Fungsi Katalis
Katalisator (+) → Me↑ laju reaksi (prohibitor), karena Ea di↓
Katalisator (―) → Me↓ laju reaksi (inhibitor), karena Ea di ↑
Stabilita
Suatu zat terurai dalam larutan dapar tidak dipengaruhi oleh
konsentrasi komponen asam [HA] dan garam [A-] yang digunakan,
tetapi dipengaruhi oleh konsentrasi ion [H+] dan [OH-].
Contoh: Reaksi hidorlisis ester
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
= 𝑘𝑘. [𝑆𝑆𝑆𝑆 +]. [𝑅𝑅] = 𝑘𝑘1 . [𝑆𝑆][𝐻𝐻 +]
𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑑𝑑𝑑𝑑
Stabilita
Untuk mengetahui bentuk sediaan suatu zat pada pH tertentu,
dapat digunakan data:
1. Kelarutan zat pada pH tersebut (S)
2. Kelarutan instrinsik zat (So)
Apabila, kondisinya:
S > Dosis Suspensi (Ordo 0) 𝐶𝐶𝑡𝑡 = 𝐶𝐶0 − 𝑘𝑘. 𝑡𝑡
S < Dosis Larutan (Ordo 1) 𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐶𝐶𝑡𝑡 = 𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐶𝐶0 − 𝑘𝑘. 𝑡𝑡
Persamaan yang menggambarkan pengaruh elektrolit (ion)
Stabilita
terhadap kecepatan reaksi peguraian digambarkan oleh
persamaan Bronsted-bjerrum.
Dimana
k = Konstanta laju reaksi
ZA & ZB = Muatan ion (+) atau (―)
µ = Kekuatan ion
Stabilita
yang bermuatan.
Dimana
k = Konstanta laju penguraian
k∞ = Konstanta laju penguraian pada Kd tak berhingga
ZA & ZB = Muatan ion (+) atau (―)
N = Bilangan Avogadro (6,022 . 1023 mol-1)
e = Satuan muatan listrik
R = Tetapan Reamur (1,987 kal/°mol)
T = Temperatur (°K)
r* = Jarak ion pada molekul kompleks yang teraktivasi
ε = Konstanta dielektrik larutan
Hubungan antara ln k dengan 1/ε adalah linier
Pengaruhnya terhadap konstanta laju reaksi dan stabilitas obat:
Stabilita
𝑁𝑁. 𝑍𝑍𝐴𝐴 . 𝑍𝑍𝐵𝐵 . 𝑒𝑒 2
ln 𝑘𝑘 = ln 𝑘𝑘∞ − � �
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑟𝑟 ∗ 𝜀𝜀
Stabilita
konsentrasi reaktan atau ber(+)nya konsentrasi produk per satuan
waktu.
Stabilita
Metoda Grafik
Menentukan nilai yang menjadi sumbu x dan y
Mencari persamaan regresi liniernya (y = a + bx)
Metoda Substitusi
Memasukkan nilai persamaan regresi linier yang diperoleh ke
dalam rumus orde reaksi
Reaksi penguraian dikatakan mengikuti Orde 0, bila terjadi pada
kecepatan yang konstan dan tidak tergantung pada konsentrasi
produk urai
Biasanya terjadi pada sediaan tablet atau “suspensi” (Orde 0 semu)
𝑑𝑑𝐶𝐶𝑡𝑡
− = 𝑘𝑘 𝐶𝐶𝑡𝑡 = 𝐶𝐶0 − 𝑘𝑘. 𝑡𝑡
𝑑𝑑𝑡𝑡
Dimana
dCt/dt = Laju reaksi penguraian (mg/ml/jam)
k = Konstanta laju reaksi (mg/ml/jam)
C0 = Konsentrasi awal (mg/ml)
Ct = Konsentrasi pada waktu t (mg/ml)
t = Waktu terjadinya penguraian (jam)
Reaksi kompleks yang terjadi pada sediaan suspensi:
Catatan:
Orde 0 (tidak bergantung pada [P] atau [Urai])
Selama, kec pelarutan > kec penguraian [B] dan [P] akan selalu konstan
Orde 1 (bergantung pada [A] atau [Reaktan])
Kalau, kec penguraian > kec pelarutan [B] dan [P] tidak akan konstan
Misal reaksi A B + C
Bila kecepatan reaksi penguraiannya dipengaruhi oleh konsentrasi
reaktan (konsentrasi A)
Biasanya terjadi pada sediaan larutan
𝑑𝑑𝐶𝐶𝑡𝑡 𝑘𝑘
𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐶𝐶𝑡𝑡 = 𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐶𝐶0 − 𝑘𝑘. 𝑡𝑡
− = 𝑘𝑘. 𝐶𝐶0 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐶𝐶𝑡𝑡 = 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙 𝐶𝐶0 −
2,303
. 𝑡𝑡
𝑑𝑑𝑡𝑡
Dimana
dc/dt = Laju reaksi penguraian (mg/ml/jam)
k = Konstanta laju reaksi (jam-1)
C0 = Konsentrasi awal (mg/ml)
Ct = Konsentrasi pada waktu t (mg/ml)
t = Waktu terjadinya penguraian (jam)
Misal :
Reaksi A B + C* atau
Reaksi A + B C + D**
* Disebut orde 2 bila kecepatan reaksi dipengaruhi oleh A
** Disebut orde 2 bila kecepatan reaksi dipengaruhi oleh A dan B
𝑑𝑑𝐶𝐶𝑡𝑡 1 1 1 1
− = 𝑘𝑘. 𝐶𝐶0 2 −
𝐶𝐶𝑡𝑡 𝐶𝐶0
= 𝑘𝑘. 𝑡𝑡 = + 𝑘𝑘. 𝑡𝑡
𝑑𝑑𝑡𝑡 𝐶𝐶𝑡𝑡 𝐶𝐶0
Dimana
k = Konstanta laju reaksi (ml/mg/jam)
C0 = Konsentrasi awal (mg/ml)
Ct = Konsentrasi pada waktu t (mg/ml)
t = Waktu terjadinya penguraian (jam)
Orde 0 mg/ml = mg/ml ― k . jam
k = 𝑚𝑚𝑚𝑚�
𝐶𝐶𝑡𝑡 = 𝐶𝐶0 − 𝑘𝑘. 𝑡𝑡 𝑚𝑚𝑚𝑚
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
Orde 2 1 1
𝑚𝑚𝑚𝑚 = 𝑚𝑚𝑚𝑚 + 𝑘𝑘. 𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
�𝑚𝑚𝑚𝑚 �𝑚𝑚𝑚𝑚
1 1
= + 𝑘𝑘. 𝑡𝑡 𝑚𝑚𝑙𝑙�
𝑚𝑚𝑔𝑔
𝐶𝐶𝑡𝑡 𝐶𝐶0 k =
𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗𝑗
Waktu yang diperlukan suatu zat untuk meluruh atau terurai menjadi
setengahnya
t½ Ct = 50% . C0
Rumus waktu paruh:
Orde 0 t½ = Co/2k
Orde 1 t½ = 0,693/k
Orde 2 t½ = 1/c0k
Hitunglah:
5 x t1/2, berapa persen yang sudah terurai?
7 x t1/2, berapa persen yang sudah terurai?
t1/2 Dosis % Dosis %
1 250,0 100,0% 500,0 100,0%
2 125,0 50,0% 250,0 50,0%
3 62,5 25,0% 125,0 25,0%
4 31,3 12,5% 62,5 12,5%
5 15,6 6,3% 31,3 6,3%
6 7,8 3,1% 15,6 3,1%
7 3,9 1,6% 7,8 1,6%
8 2,0 0,8% 3,9 0,8%
9 1,0 0,4% 2,0 0,4%
10 0,5 0,2% 1,0 0,2%
Parameter k (konstanta laju reaksi)
Stabilita
Carilah konstanta laju reaksi untuk masing-masing Orde Reaksi
jika diketahui nilai konsentrasi awal, konsentrasi pada waktu t,
dan waktunya adalah sama yaitu berturut-turut adalah 150 mg;
134 mg; dan 12 bulan !
Stabilita
Semakin ↑ Orde/Tingkat Reaksi Penguraian suatu obat:
Semakin ↑ Laju Reaksi Penguraiannya
Semakin ↑ Konsentrasi obat yang terurai
Stabilita
2. Replikasi penentuan kadar (triplo)
3. Jumlah sampel yang digunakan
4. Wadah penyimpanan (inert dan tertutup rapat)
5. Instrumen penunjang
6. Metoda analisis :
Ketelitian (accuracy)
Ketepatan (precission)
Spesifisitas (spesificity)
Kepekaan (sensitivity)
Reproduksibilitas
Linieritas
Batas deteksi dan Kuantitaif
1. Uji ini dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ruangan
Stabilita
(apabila tidak dinyatakan lain umumnya 40°, 50°, dan 60°).
2. Berguna dalam tahap pengembangan formula untuk mencari
Ea.
3. Untuk memperkirakan waktu kadaluarsa.
4. Harus dibandingkan dengan sampel per tinggal (retained
sample) yang disimpan pada kondisi normal/sesuai etiket.
5. Untuk mempersingkat waktu dalam menguji stabilitas obat.
6. Umumnya waktu kadaluarsa obat adalah saat obat tersisa 90%
(apabila tidak dinyatakan lain).
Suatu senyawa obat dilakukan uji stabilitas dipercepat untuk mengetahui
umur simpannya. Berdasarkan hasil evaluasi diperoleh data di bawah ini;
Tentukanlah waktu kadaluarsa obat yakni saat konsentrasinya
mencapai 90% dari konsentrasi awal!
Suhu 90°
Rekapitulasi persamaan regresi linier untuk @Orde Reaksi:
Orde 0 y = -16,1596x + 497,9726 (r = 0,9999)
Orde 1 y = -0,0623x + 6,2956 (r = 0,9649)
Orde 2 y = 1.10-05x + 0,001 (r = 0,890)
Kesimpulan: Ordo reaksi 0 r yang paling mendekati 1
Perolehan
Suhu 75°
Orde 0 y = -14,5584x + 499,2020 (r = 0,9999)
a = 499,2020
b = k = 14,5584
Suhu 90°
Orde 0 y = -16,1596x + 497,9726 (r = 0,9999)
a = 497,9726
b = k = 16,1596
Langkah 2
Obat dikatakan telah kadaluarsa adalah waktu (t) dimana obat terurai 10% dari
konsentrasi awalnya, atau dengan kata lain telah kadarnya menyusut menjadi
90%.
Menghitung waktu kadaluarsa (t90%) hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan
Ordo Reaksi penguraian obatnya, yakni dari Langkah 1 diperoleh mengikuti Ordo
Reaksi 0.
Rumus Orde 0:
Ct = Co — k.t
Rumus untuk mencari Waktu Kadaluarsa (t90%):
C90% = Co — k25°.t90%
Rumus Orde 0:
Ct = Co — k.t
Rumus untuk mencari Waktu Kadaluarsa (t90%):
C90% = Co — k25°.t90%
Suhu 75°
Orde 0 y = -14,5584x + 499,2020 (r = 0,9999)
a = 499,2020
b = k75° = 14,5584
Suhu 90°
Orde 0 y = -16,1596x + 497,9726 (r = 0,9999)
a = 497,9726
b = k90° = 16,1596
Mencari k25°
T = 75° k75° = 14,5584
T = 90° k90° = 16,1596
Nilai k yang diperoleh masih berbeda suhu, jadi dilakukan kalibrasi nilai k
agar diperoleh nilai k universal.
Kita tidak dapat menggunakan rumus orde reaksi karena tidak ada
parameter suhu (Ct = Co – kt), jadi yang digunakan adalah pers Arrhenius.
Sumbu ordinat
𝐸𝐸𝐸𝐸 1 Sumbu x (1/T); Sumbu y (ln k) T (Kelvin)
ln 𝑘𝑘 = ln 𝐴𝐴 − � . � Persamaan Regresi Linier
𝑅𝑅 𝑇𝑇
y = 5,203 – 878,7x (r = 1)
a = 5,203
b = k = 878,7
y= a ― b. x
Mencari k25°
Persamaan Regresi Linier
𝐸𝐸𝐸𝐸 1 y = 5,203 – 878,7x (r = 1)
ln 𝑘𝑘 = ln 𝐴𝐴 − � . � a = 5,203
𝑅𝑅 𝑇𝑇
b = k = 878,7
Hitung k25°
ln k25º = 5,203 — {878,7 . (1/25+273)}
ln k25º = 5,203 — (878,7 . 0,00356)
y= a ― b. x ln k25º = 5,203— 2,9489
ln k25º = 2,2541
k25º = anti ln 2,2541
k25º = 9,5267
Mencari t90%
Rekapitulasi data yang diperoleh, adalah:
Co = 500 mg
C90% = 450 mg
k25° = 9,5267
t90% = Waktu kadaluarsa
Penyelesaian
C90% = Co — k25°.t90%
450 = 500 — 9,5267 . t90%
9,5267 . t90% = 500 — 450
9,5267 . t90% = 50
t90% = 50/9,5267
t90% = 5,2484 jam
Stabilitas merupakan faktor essensial dari kualitas, keamanan,
Stabilita
dan efektivitas produk obat dimana tidak terjadi:
Perubahan fisik (kekerasan, laju disolusi, pemisahan fase, dll)
Perubahan karakteristik kimia (terjadi dekomposisi senyawa)
Cemaran mikroba (untuk produk obat steril)
Untuk melihat terjadinya perubahan kualitas obat dari waktu ke
Stabilita
waktu akibat faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan
cahaya untuk akhirnya menentukan usia produk/shelf life dan re-
test period juga memberikan rekomendasi tentang kondisi
penyimpanan produk.
Stabilita
Pedoman Uji Stabilitas
Pedoman Uji Stabilitas
Stabilita
Tipe Kondisi
Produk pada kemasan primer 30oC ±2oC/75% ±5% RH
permeabel uap air
Produk pada kemasan primer 30oC ±2oC/RH tidak ditetapkan
impermeabel uap air
Studi stabilitas dipercepat 40oC ±2oC/75% ±5% RH
Stress studies Tidak penting bila studi stabilitas
dipercepat pada kondisi di atas
tersedia
Stabilita
bagian:
Zone IVa : Suhu 30oC dan 65% RH
Zone Ivb : Suhu 30oC dan 75% RH
Pemilihan dan jumlah batch uji stabilitas (ASEAN guidelines)
Stabilita
Pengujian pada NCE (New Chemical Entity) dilakukan minimal
pada 3 batch pertama.
Untuk produk Generik dan variasinya :
Sediaan konvensional (larutan, tablet biasa) dan obat
dikenal stabil: minimal 2 pilot
Sediaan critical (prolonged release) dan obat dikenal tidak
stabil: minimal 3 batch, 2 batch pertama dapat dalam skala
pilot
Frekuensi (ASEAN
pengujian
guidelines)
uji stabilitas
Kondisi Produk Frekuensi Pengujian
Penyimpanan
* Bila terjadi perubahan signifikan saat pengujian maka perlu dilakukan uji
tambahan
Baik dengan menambah sampel pada pengujian terakhir atau dengan
melakukan uji Ke-4
Kondisi penyimpanan sampel uji
(ASEAN GUIDELINES)
Tipe Kemasan/Pengujian Kondisi Penyimpanan
Produk dengan kemasan 300 C± 20 C dan 75% RH ± 5% RH
primer permeabel
terhadap uap air
Produk dengan kemasan 300 C± 20 C dan RH tidak spesifik
primer impermeabel
terhadap uap air
Accelerated 400 C± 20 C dan 75% RH ± 5% RH
Kondisi penyimpanan sampel uji (ASEAN
GUIDeLINES)
Produk Dengan Penyimpanan dalam Lemari Es
Pendahuluan
Difusi
Absorpsi
Ultrafiltrasi dan
dan Dialisis Eliminasi
Difusi dan Obat
Pelepasan
Obat
Pelepasan
Osmosis
Obat
Adalah proses transfer massa molekul tunggal suatu senyawa
Difusi
Pendahuluan
yang terjadi karena gerakan molekul acak dan dikaitkan dengan
adanya gaya dorong seperti gradiensi konsentrasi melalui suatu
batas (membran biologis permeasi).
Transfer Massa
Pendahuluan
hanya dibagi menjadi:
1. Transeluler (transmembran) → Menembus medium (kelarutan
dalam bahan penyusun medium)
2. Paraseluler (paramembran) → Melalui antar pori/celah
(ukuran dan bentuk molekul yang berdifusi dengan diameter
dan bentuk pori/celah medium)
Transfer Membran
Pendahuluan
melewati membran fisik atau membran biologis meliputi:
(a) Difusi molekuler atau permeasi melalui medium tidak
berpori
→ Bergantung pada kemampuan melarutnya molekul yang akan
berpenetrasi (kelarutan)
dalam bahan penyusun
membran.
Zat terlarut/pelarut, memiliki beberapa cara untuk dapat
Transfer Membran
Pendahuluan
melewati membran fisik atau membran biologis meliputi:
(b) Difusi molekuler atau permeasi melalui medium berpori
Pergerakan molekul melalui pori yang berisi pelarut sebagai
media pembawanya, proses ini → bergantung pada ukuran relatif
molekul yang akan berpenetrasi dan ukuran diameter pori-pori
yang akan dilewati.
Transfer Membran
Pendahuluan
kulit:
Lewatnya molekul steroid
yang disubstitusi dengan
gugus hidrofilik melalui
kulit manusia terutama
melibatkan transpor melalui;
Folikel rambut
Saluran sebum
Pori-pori keringat
Zat terlarut/pelarut, memiliki beberapa cara untuk dapat
Transfer Membran
Pendahuluan
melewati membran fisik atau membran biologis meliputi:
(c) Difusi molekuler/permeasi melalui dan/atau diantara rantai
membran berserabut (anyaman; pori/celah asimetris)
→ Melalui pori-pori/celah (filtrasi) membran; bergantung pada
ukuran dan bentuk molekul yang berdifusi
→ Menembus membran; (untuk molekul yang ukurannya besar
dan bentuknya yang
tidak cocok dengan
pori/celah);
bergantung pada
kelarutan molekul
pada matriks mem-
bran yang akan di
penetrasi
Difusi melalui membran biologis merupakan suatu faktor penting
Pendahuluan
bagi obat untuk memasuki tubuh (Absoprsi) ataupun keluar dari
tubuh (Eliminasi).
Absorpsi Obat
Pendahuluan
(AOLM), meliputi:
1. Filtrasi (Transpor Konvektif); Ukuran molekul Vs Diameter
pori/celah membran
2. Difusi Pasif (pH partisi hipotesis); Koefisien partisi obat
dalam lemak Vs air melalui sifat keasamannya
3. Transpor Aktif (terfasilitasi oleh “transporter”); Tidak
terpengaruh oleh gradien konsentrasi, perpindahannya
difasilitasi transporter dan memerlukan energi.
4. Difusi Sederhana (terfasilitasi oleh “transporter”); Gradien
konsentrasi, perpindahannya difasilitasi transporter dan tidak
memerlukan energi.
5. Pinositosis; Pembentukan vesikula (bintil) - “fagositosis”
6. Transpor oleh pasangan ion; Pembentukan kompleks netral
oleh senyawa endogen.
Absorpsi Obat
Pendahuluan
1. Filtrasi (Transpor Konvektif)
Pendahuluan
3. Transpor Aktif (terfasilitasi
oleh “Transporter”)
4. Difusi Sederhana
(terfasilitasi oleh “Transporter”)
Absorpsi Obat
Pendahuluan
5. Pinositosis
Pelepasan Obat
Pendahuluan
atau eksipiennya pada tempat/rute pemberiannya, tahapannya
meliputi:
Difusi (transfer massa); sed. Transdermal/semisolid/supo
Desintegrasi (penghancuran matriks pembawa obat); tablet
Deagregasi (penghancuran agregat); granul
Disolusi (kelarutan dalam media pembawa); hampir seluruh
bentuk sediaan
Catatan:
Saat berbeicara “disolusi”, berarti dapat saja kelarutan zat aktif
dalam media pembawa (umumnya berupa: air atau lipid; baik
yang dimodifikasi/dikondisikan seperti media disolusi tablet yang
menggunakan pelarut air mengandung enzym atau flora/m.o
normal yang ada di lambung).
Pendahuluan
Pelepasan Obat
Awalnya, didefinisikan sebagai berpindahnya zat terlarut maupun
Osmosis
Pendahuluan
pelarut melewati membran.
Pendahuluan
makromolekul dengan menggunakan membran berpori dengan
ukuran mikrometer.
Pendahuluan
kecepatan/laju solute dan solvent dalam melewati membran
mikropori.
Dasar Termodinamik
Hukum Fick I
𝒅𝒅𝒅𝒅
𝑱𝑱 =
𝑺𝑺 . 𝒅𝒅𝒅𝒅
Dimana:
J = Fluks atau aliran (g/cm2.det atau mol/cm2.det)
M = Massa bahan yang mengalir/berpindah (gram atau mol)
S = Luas permukaan (cm2)
t = Waktu yang dibutuhkan bahan untuk berpindah (detik)
Hukum Difusi Fick (Hk. Fick I)
Hukum Fick I
Dimana:
J = Fluks atau aliran (g/cm2.det)
D = Koefisien difusi (cm2/det)
C = Konsentrasi (g/cm3 atau g/mL)
x = Jarak perpindahan yang tegak lurus dengan penampang (cm)
Leadaan Tunak
Kondisi Sink
Catatan:
Ilustrasi gambar ada pada slide sebelumnya
Kondisi Kuasistasioner (Kondisian suatu sistem yang seakan-akan
Kondisi Kuasistasioner
Catatan:
Ilustrasi gambar ada pada slide sebelumnya
Hukum Fick II
Hukum Fick II
Difusi Membran
Persamaan yang dikembangkan dari Hk. Fick I, dimana nilai jarak
(x = cm) diganti dengan tebal membran (h = cm):
𝑫𝑫 𝒉𝒉 𝑪𝑪𝒆𝒆𝒙𝒙 − 𝑪𝑪𝒊𝒊𝒊𝒊
𝑱𝑱 = (𝑪𝑪𝒆𝒆𝒙𝒙 − 𝑪𝑪𝒊𝒊𝒊𝒊 ) → 𝑹𝑹 = → 𝑱𝑱 =
𝒉𝒉 𝑫𝑫 𝑹𝑹
Dimana:
J = Fluks atau aliran (g/cm2.det)
D = Koefisien difusi (cm2/det)
Cex = Konsentrasi kompartemen external/donor (g/cm3 atau g/mL)
Cin = Konsentrasi kompartemen internal/reseptor (g/cm3 atau g/mL)
h = Tebal membran (cm)
R = Resistensi difusi (det/cm)
Kondisi Sebelum atau Non-Tunak
Difusi Membran
>> Sink Condition (Cr = 0)
Permeabilitas
Difusi Membran
digantikan oleh koefisien partisi (K) pada Cex dan Cin.
Absropsi pada GI
Difusi Biologis
utama:
1. Transpor pasif (Difusi sederhana; gradiensi konsentrasi)
2. Transpor aktif (Difusi terfasilitasi dan memerlukan energi)
Absorpsi pada GIT juga terjadi melalui mekanisme difusi pasif
Absropsi Obatpada GI
Difusi Biologis
(melintasi sel-sel dinding saluran cerna liofilik)
Obat-obatan biasanya berupa asam atau basa lemah yang
proses absorpsinya sangat dipengaruhi oleh keadaan ionisasi
Bentuk tidak terionisasi merupakan bentuk yang mudah
melewati penghalang biologik (liofilik)
Contoh:
Asam lemah (HA) bisa menjadi 2 bentuk yaitu bentuk tidak terionisasi
(HA, dalam suasana asam) dan bentuk terionisasi (A- dalam suasana
basa)
Molekul asam lemah 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
−
[𝑨𝑨 ] % 𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕 =
𝒑𝒑𝒑𝒑 = 𝒑𝒑𝒑𝒑 + 𝟏𝟏 + 𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂 (𝒑𝒑𝒑𝒑𝒂𝒂 − 𝒑𝒑𝒑𝒑)
𝒂𝒂
[𝑯𝑯𝑨𝑨]
Molekul basa lemah 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏
% 𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕𝒕 =
𝟏𝟏 + 𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂𝒂 (𝒑𝒑𝒑𝒑 − 𝒑𝒑𝒑𝒑𝒂𝒂 )
Penetrasi perkutan, yaitu:
Difusi Biologis
(a) Disolusi obat dalam pembawanya
(b) Difusi obat yang tersolubilisasi (zat terlarut) dari pembawa
menuju permukaan kulit
(c) Penetrasi obat melalui lapisan-lapisan kulit
HLB= 20 1-S/A( )
Ket: S= bilangan penyabunan, A=bilangan asam dari
asam lemak
Perhitungan HLB
Devies menghitung nilai HLB surfaktan
dengan memecah surfaktan menjadi gugus-
gugusnya
Setiap gugus mempunyai angka tertentu
7
Pharmaceutical emulsion must contain, (at least two liquids that
couldnt mixed).
Active ingredients (soild and/or liquids) , Emulsifying agent and may
contain a range of excipients :
Continous phase, usually water or oil
Emulsifying agent, e.g. CMC Na, cetyl alcohol
Preservative, e.g. Sorbic acid, boric acid, sodium benzoate,
metil and propil paraben.
Antioxidants, e.g. Water based (sorbic acid, sodium
formaldehyde sulphoxylate), and Oil based (butylated
hydroxyanisole, butylated hydroxytoluene).
Corrigentia agents, e.g. Saporis, odoris and coloris.
8
9
10
11
Hidrofilik
Lipofilik
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
Formula:
Diminta untuk dibuat “Emulsi minyak zaitun” sebanyak 60mL, yang mengandung:
Bahan-bahan Formula I Formula II
Minyak Zaitun 30g 30g
Emulgator total 3% 5%
Polioksietilena sorbitan monostearat
Sorbitan monostearat
Pertanyaan:
Berapa berat Polioksietilena sorbitan monostearat dan Sorbitan monostearat yang
dibutuhkan, untuk Formula I dan Formula II?
Diketahui:
Bila diketahui nilai HLB masing-masing berurutan adalah 14,9 dan 4,7; sedangkan
untuk membuat emulsi minyak zaitun ini stabil nilai HLB butuhnya adalah 9.
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
Tahap Disrupsi : Pemecahan fase minyak menjadi globul-globul kecil
sehingga fasa terdispersi lebih mudah terdispersi dalam fasa pendispersi
Tahap stabilisasi : Stabilisasi globul-globul yang terdispersi dalam medium
pendispersi dengan menggunakan emulgator dan bahan pengental
49
50
51
Wassalamu’alaikum...
52
SUSPENSI
Sani Ega, S.Si., Apt.
SUSPENSI
Suspensi adalah suatu dispersi kasar dimana partikel
zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu
medium cair
Ukuran partikel >10µm
Partikel suspensi dapat dilihat pada mikroskop biasa
Dapat dipisahkan dengan penyaringan
Dalam bidang farmasi sediaan suspensi dibuat untuk
membuat sediaan cair menggunakan zat aktif
tertentu yang tidak larut air
Persyaratan Suspensi
Partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di
seluruh sistem dispersi
Zat yang tersuspensi tidak boleh cepat mengendap
Bila partikel-partikel mengendap tidak boleh membentuk
gumpalan padat (harus terdispersi kembali bila dikocok)
Tidak boleh terlalu kental sehingga mudah dituang dari botol
atau melewati jarus injeksi
Untuk sediaan obat luar harus cukup cair sehingga dengan
mudah tersebar di permukaan tetapi tidak boleh terlalu mudah
bergerak sehingga gampang hilang dari permukan
Sifat Antar Muka Partikel
Tersuspensi
Suspensi adalah suatu sistem yang secara antar muka tidak
stabil
Hal ini dikarenakan besarnya luas permukaan partikel (akibat
ukuran partikel kecil) menyebabkan meningkatnya energi
bebas permukaan (w) kondisi tidak stabil
Untuk menjadi lebih stabil partikel akan memilih untuk
berkelompok sehingga memperkecil luas permukaan dan
memeperkecil pula energi bebas permukaan
SOLUSI dapat ditambahkan surfaktan untuk memperkecil
tegangan permukaan dan menurunkan energi bebas
W= ΔF= γSL . ΔA
Flokulasi dan Deflokulasi
Ketidakstabilan suatu suspensi menyebabkan
suspensi dapat mengalami pengendapan dan
penggumpalan partikel
Tipe pengendapan yang dapat terjadi adalah flokulasi
dan deflokulasi
Deflokulasi
Jika energi tolak-menolak antara partikel tersuspensi tinggi
(akibat potensial zeta terlalu tinggi atau terlalu kecil) maka
partikel tidak akan menggumpal (berkelompok)
Bila partikel mengendap secara sempurna maka partikel-partikel
tersebut membantuk susunan yang tertutup dengan partikel
kecil mengisi ruang-ruang dari partikel besar
Partikel-partikel di bawah semakin tertekan oleh partikel diatas
sehingga lama-lama menjadi masa yang kompak (caking) dan
tidak dapat dikembalikan dengan pengocokan.
Flokulasi
Flokulasi terjadi apabila gaya tolak menolak antar
partikel relatif kecil sehingga partikel cenderung
untuk mendekat dan menggumpal dengan jarak yang
cukup untuk membuat flokulat yang renggang
Partikel yang terflokulasi akan mengendap dengan
cepat tetapi, karena ikatan antar partikel lemah
menjadi mudah untuk didispersikan kembali
Pengendapan dalam Suspensi
Pengendapan pada partikel suspensi mengacu pada hukum stokes
V = 2r2(ρ-ρ0)g
9ή
V= Kecepatan sedimentasi
r= Jari-jari partikel
ρ= Berat jenis partikel
ρ0= Berat jenis medium
ή=viskositas (kekentalan)
Parameter Pengendapan
Volume pengendapan/Derajat flokulasi
(F)
F = Vu/Vo
F= derajat flokulasi
Vu=Volume akhir endapan
Vu=volume awal suspensi
Parameter Pengendapan
Derajat Deflokulasi (β)
β = Vu/V~
β= Derajat deflokulasi
Vu=Volume akhir endapan terflokulasi
V~=Volume akhir endapan terdeflokulasi
Formulasi Suspensi
Membasahkan partikel
Serbuk-serbuk yang akan dibuat suspensi terkadang
sulit untuk terbasahi akibat adanya absorbsi udara
pada permukaan partikel atau lemak ditambahkan
zat untuk membasahkan
Humektan (zat pembasah) membuat air bisa berpenetrasi
ke permukaan partikel dengan mengusir udara di
permukaan partikel (alkohol,gliserin, propilenglikol)
Surfaktan menurunkan sudut kontak (tween dan span)
Formulasi Suspensi
Flokulasi Terkontrol
Setelah membuat endapan terbasahi tahapan selanjutnya adalah menghasilkan
suspensi dengan flokulasi terkontrol sehingga mencegah terbentuknya caking
Metodenya
Penambahan elektrolit
Elektrolit terbukti dapat menurunkan harga potesial zeta sehingga
mengurangi gaya tolak dan barier elektrik antar partikel sehingga ikatan
partikel menjadi longgar
Contoh :
-partikel bismuth subnitrat (sangat +) ditambahkan anion sulfat (-) akan
mencegah deflokulasi
-Sufamerazin (sangat -) ditambahkan AlCl3 sehingga kation Al diabsorbsi
Formulasi Suspensi
Flokulasi Terkontrol
Penambahan polimer
Polimer adalah suatu senyawa berantai panjang dengan bobot
molekul yang tinggi dan mengandung gugus aktif disepanjang
rantainya
Partikel diabsorpsi oleh palimeer dengan sisa rantai menjadi
jembatan pembatas antar partikel dan terjadi flokulasi
Penambahan surfaktan
Surfaktan dapat menyebabkan flokulasi
Formulasi Suspensi
Flokulasi dengan Pembawa Terstruktur
Pada cara flokulasi terkontrol hanya membuat
sediaan megalami flokulasi tetapi tetap terjadi
sedimentasi
Sehingga perlu ditambahkan suspending
agent untuk mencegah pengendapan flokulat
Contoh: CMC Na, Carbopol, Veegum,
Tragakan, Bentonit
FARMASI FISIKA
Materi VII
Chapter 1
Pendahuluan
Hikmah adalah rezeki berupa ilmu dari Sang Maha Guru:
Air 10.000.000 kali lebih cair daripada aspal, 1.000 kali lebih cair
daripada gliserin, 100 kali lebih cair daripada minyak zaitun, dan
25 kali lebih cair daripada asam sulfat.
Kekentalan air yang rendah sangat penting bagi kita dan semua
mahluk hidup lainnya:
Bayangkan jika air sedikit saja lebih kental, tidak akan mungkin
darah dialirkan ke seluruh tubuh melalui sistem kapiler.
Bayangkan bila air sedikit saja lebih kental, maka pembuluh-
pembuluh kecil daun yang tampak pada gambar sebelumnya tidak
dapat menyerap dan mengangkut air.
Rheologi
Berasal dari bahasa Yunani: Rheo → mengalir, logos → ilmu.
Adalah ilmu yang memperlajari sifat aliran suatu zat cair (fluid) atau
perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan/tegangan (stress)
[Bingham & Crawford].
Viskositas
Adalah suatu ukuran/nilai tahanan (resistensi) dari suatu cairan untuk
mengalir.
Semakin tinggi nilai viskositas → semakin besar tahanannya.
Aplikasi dalam bidang Farmasi
Rheologi dalam farmasi pencampuran dan aliran bahan, penuangan
dari botol, pengeluaran dari tube, pelewatan jarum suntik, penerimaan
pasien, dan avaibilitas biologis.
Viskositas & Rheologi
Farmasi Fisika
Chapter 2
Asas Rheologi
Viskositas & Rheologi
Farmasi Fisika
Pengantar
Rheology
Rheology is the science of the flow and deformation of matter
(liquid or “soft” solid) under the effect of an applied force.
Deformation
Change of the shape and the size of a body due to applied forces
(external forces and internal forces).
− Flow → irreversible deformation (matter is not reverted to
the original state when the force is removed).
Aliran kental murni, perubahan yang terjadi tidak dapat
kembali ke kondisi semula.
− Elasticity → reversible deformation (matter is reverted to the
original form after stress is removed).
Elastis, perubahan yang terjadi dapat kembali ke kondisi
semula.
Deformation
Solids or liquids in rest keep their shape (=form) unchanged.
Static
The force is acting constantly
and its direction and
magnitude are constant
(constant loading)
Dynamic
The magnitude and/or
direction of the force(s) are
variable as a function of time
(variable loading)
Ideal and Real Bodies
Ideal bodies
1. Ideally elastic
Hookean body (only reversible deformation, linear relation
between stress and strain)
2. Ideally viscous
Newtonian fluids (continuous irreversible deformation, flow)
3. Ideally plastic
(no permanent deformation below the yield stress, and
continuous shear rate at and above the yield stress)
Viscosity
Definitions
Dynamic viscosity
Viscosity describes the thougness of a material.
Chapter 3
Newtonian System
Sir Isaac Newton menemukan, bahwa:
Semakin besar viskositas (η) suatu cairan, akan makin besar pula gaya
persatuan luas (shearing stress (F) = F/A) yang diperlukan untuk
menghasilkan rate of shear (G = dv/dx) tertentu.
Chapter 4
Non-Newtonian System
Non-Newtonian System
Time-Dependent Time-Independent
Shear-
Thixotrophy Antithixotropy Plastic
Dependent
Shear-Thinning Shear-Thickening
Rheopexy
(Pseudoplastic) (Dilatancy)
Sistem Non-Newton adalah tipe cairan yang tidak mengikuti Hukum
Newton, dimana viskositasnya (ŋ) akan berbeda pada setiap
shearing rate (rpm).
Sehingga, untuk menetukan viskositasnya (ŋ) diperlukan pengukuran
pada beberapa shearing rate.
Hampir seluruh sistem dispersi/
viscous material termasuk
emulsi, suspensi dan semisolid
adl Sistem Non-Newton
(Non Newtonian Bodies).
Sifat Aliran
Pengantar
Rate of shear
Rate of shear
Rate of shear
Shearing stress Shearing stress Shearing stress
Keterangan:
S = Shear rate (dv/dx)
F’ = Shear stress (F/A)
ŋ = Viskositas (cps)
Pada sistem pseudoplastik, dan dilatan ketika shearing stress yang
sebelumnya dinaikkan, kemudian diturunkan kembali maka kurva transisi
awal akan berhimpit dengan kurva transisi akhir.
Bila kurva turun ternyata berada sebelah kanan kurva menaik
thiksotropi
Celah antara kurva naik dan kurva turun disebut ‘hysteresis loop’.
Thiksotropi terjadi karena proses pemulihan yang lambat dari konsistensi
Gel Sol Gel (proses pertama berlangsung cepat sedangkan proses
kedua berlangsung lebih lambat)
Constant shear causes an decrease in viscosity
Bila kurva turun ternyata berada sebelah kiri kurva menaik Rheopexy
Pengocokkan perlahan dan teratur mempercepat pemadatan suatu sistem
dilatan
Constant shear causes an increase in viscosity
DOWN
UP
DOWN DOWN
UP
UP
dilatancy
Bila dilakukan pengukuran dan penambahan tegangan geser secara
berulang akan diperoleh viskosita yang terus bertambah sampai
akhirnya konstan
Viskositas & Rheologi
Farmasi Fisika
Chapter 5
Viscometer
Untuk sediaan farmasi cair tipe aliran yang diinginkan adalah
thiksotropik:
– Mempunyai konsistensi tinggi dalam wadah (mencegah
pengendapan)
– Akan menjadi cair bila dikocok dan mudah untuk dituang
Viskometer satu titik menentukan cairan newton
– Viskometer kapiler (Ostwald) Viskositas berbanding lurus dengan
waktu yang dibutuhkan cairan untuk melewati 2 tanda pada kapiler
– Viskometer bola jatuh (Hoppler) Viskositas suatu cairan
berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan bola untuk jatuh
pada tabung gelas hampir vertikal yang berisi cairan yang diuji.
Viskometer banyak titik menentukan cairan newton dan non
newton
Viskometer Cup dan Bob (mangkok dan rotor)
Mangkuk yang diputar tipe ‘cautte’ contoh viskometer MacMichael
Rotor yang diputar tipe searle, contoh viskometer stormer
Harga shearing stress bisa berubah-ubah dengan mengganti beban
Kecepatan putaran rotor diplot sebagai harga Rate of Shear (RPM)
Viskometer putar (Rotational Viscometer)
Viskometer Brookfield mengubah-ubah harga rpm putara spindel dan
menghitung harga viskositas dari masing-masing spindel
Daftar Pustaka
Sinko, J.P. (2011). Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika, Edisi 5, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Sinko, J.P., and Singh, Y. (2011). Martin’s Physical Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences: Physical Chemical and Biopharmaceutical Principles in the
Pharmaceutical Sciences, 6th-Edition, Wolters Kluwer-Lippincott Williams &
Wilkins, China.
Apakah ini telah menjadi dalil dalam hidupmu?
Roda hidup itu berputar, tidak selamanya kita selalu berada di
bawah. Suatu saat nanti pasti kita akan berada di atas
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum
itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” (QS Ar-
Ra’d:11). Kita akan selalu tetap berada di bawah jika tidak berusaha
untuk naik.
Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita mau
Inginnya kita lulus dan mendapatkan nilai bagus, kalau ternyata kenyataannya
berbanding terbalik artinya “Allah swt tahu yang kita butuhkan adalah belajar lagi,
agar lulus dan mendapatkan nilai bagus”.