LP Oksigenasi - Desi Rahayu
LP Oksigenasi - Desi Rahayu
Oleh :
Nama : Desi Rahayu
NIM : 200106039
Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernafas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi .
disebabkan oleh:
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan nafas adalah Suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami suatu an+aman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan
dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif ( Carpenito,Lynda Juall 2012).
2. Ketidakefektifan Pola Pernapasan adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola
pernapasan. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
3. Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan
jalannya gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual (atau dapat mengalami potensial)
antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut
NANDA (2011), yaitu hiperventilasi, hiperventilasi, hipoventilasi, hipoventilasi, deformitas
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy, /kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
3. Faktor Predisposisi
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :
1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan
konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati,
dan hipoksia jaringan perifer.
2. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
3. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane hialin
karena belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler berisiko mengalami
infeksi salur toddler berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa,
mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung mengalami
perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
4. Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang
berat menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok dikaitkan dengan
sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry,
2013).
4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume, sekuncup,
afterload, preload dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2012).
6. Fisiologi
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan, infeksi,
keracunan obat-obatan, keseimbangan asam dan basa seperti osidosi metabolik
Tanda-tanda hipervnetilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh
atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasannya terjadi pada keadaan lektasis
(Kolaps Paru), kesadaran, disorientasi, ketidakseimbangan elektrolit
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari definisi O2 yang didinspirasi
atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan
oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi
jaringan seperti pada syok, berkurangnya konsentrasi O2 jika berada pada puncak
gunung. Tanda-tanda hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.
8. Pathway
9. Indikasi Terapi Oksigen
Muttaqin (2005) mengatakan bahwa indikasi utama pemberian terapi o2 sebagai berikut :
a. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
b. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja
otot-otot tambahan pernafasan
c. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha mengatasi
gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kateter nasal, kanula nasal, sungkup
muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan
kantong non rebreathing.
1. Kateter Nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6 , Keuntungan pemberian O2 stabil, klien
bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap. Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 45%,
teknik memasukkan kateter lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih dari 6L/menit dapat
menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat
(Harahap, 2012)
b. Kanul Nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit) : 1-6 Keuntungan pemberian O2 stabil
dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding
kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian
tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien
bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput
lender (Harahap 2012)
Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan
tidak dipengaruhi oleh pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembapan gas dapat
dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2 (Harahap, 2012)
I. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Budiono, 2016).
a. Identitas klien Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register, diagnosis medis.
b. Alasan masuk rumah sakit Yaitu keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan
saat dikaji. Pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan
sekarang, dan kesehatan sebelum (Wahyudi & Wahid, 2016).
c. Keluhan utama Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai
penurunan tingkat kesadaran, salah satunya nyeri (Muttaqin, 2011).
1. Riwayat Kesehatan
Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian, dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat meliputi tingkat
kesadaran menurun (GCS < 15), konklusi, muntah, takipnea/dispnea, sakit kepala, wajah
simetris/tidak, lemah, luka di kepala, paralisis, akumulasi sekret pada saluran pernapasan,
adanya liquor dari hidung dan telinga, serta kejang (Muttaqin, 2011).
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang
diderita sekarang, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung,
anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
konsumsi alkohol berlebihan (Muttaqin, 2011).
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama
seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan yang menular dalam
keluarga (Muttaqin, 2011).
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.
b.Gejala Kardial
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher,
thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang
dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik selama
perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.
4. Pengkajian Psikososial
Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta
bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.
DAFTAR PUSTAKA