Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN OKSIGENASI PADA TN.S


DI RUANG KENANGA 12 DENGAN DIAGNOSA MEDIS EFUSI PLEURA
RSUD R. GOETENG TAROENADIBRATA
LAPORAN MINGGU KE 3

Oleh :
Nama : Desi Rahayu
NIM : 200106039

PRAKTIK KLINIS DASAR


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA TERAPAN
FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021/2022
A. Definisi Terapi Oksigenasi

Oksigenasi merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup O2 setiap kali bernafas. Masuknya oksigen ke jaringan tubuh
ditentukan oleh sistem respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi .

Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan


metabolisme sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel ( Carpenito,
Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ
atau sel. Seseorang biasanya mengalami masalah oksigenasi

disebabkan oleh:

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan nafas adalah Suatu keadaan ketika seorang individu
mengalami suatu an+aman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan
dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif ( Carpenito,Lynda Juall 2012).
2. Ketidakefektifan Pola Pernapasan adalah keadaan ketika seorang individu mengalami
kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola
pernapasan. (Carpenito, Lynda Juall 2012).
3. Gangguan Pertukaran Gas adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan
jalannya gas (oksigen dan karbondioksida ) yang aktual (atau dapat mengalami potensial)
antara alveoli paru-paru dan sistem vaskular. (Carpenito, Lynda Juall 2012).

2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut
NANDA (2011), yaitu hiperventilasi, hiperventilasi, hipoventilasi, hipoventilasi, deformitas
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri, cemas, penurunan energy, /kelelahan, kerusakan
neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal, kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh,
imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
3. Faktor Predisposisi
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi yaitu :
1. Gangguan jantung, meliputi : ketidakseimbangan jantung meliputi ketidakseimbangan
konduksi, kerusakan fungsi valvular, hipoksia miokard, kondisi-kondisi kardiomiopati,
dan hipoksia jaringan perifer.
2. Kapasitas darah untuk membawa oksigen.
3. Faktor perkembangan. Pada bayi premature berisiko terkena penyakit membrane hialin
karena belum matur dalam menghasilkan surfaktan. Bayi dan toddler berisiko mengalami
infeksi salur toddler berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan akut. Pada dewasa,
mudah terpapar faktor risiko kardiopulmoner. System pernafasan dan jantung mengalami
perubahan fungsi pada usia tua / lansia.
4. Perilaku atau gaya hidup. Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopilmonar. Obesitas yang
berat menyebabkan penurunan ekspansi paru. Latihan fisik meningkatkan aktivitas fisik
metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen. Gaya hidup perokok dikaitkan dengan
sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung, PPOK, dan kanker paru (Potter&Perry,
2013).

4. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi. Proses ventilasi
(proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila
pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan
sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang
terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses
ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume, sekuncup,
afterload, preload dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2012).
6. Fisiologi
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan, infeksi,
keracunan obat-obatan, keseimbangan asam dan basa seperti osidosi metabolik
Tanda-tanda hipervnetilasi adalah takikardi, nafas pendek, nyeri dada, menurunnya
konsentrasi, disorientasi, tinnitus.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh
atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasannya terjadi pada keadaan lektasis
(Kolaps Paru), kesadaran, disorientasi, ketidakseimbangan elektrolit
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari definisi O2 yang didinspirasi
atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Hipoksia dapat disebabkan
oleh menurunnya hemoglobin, kerusakan gangguan ventilasi, menurunnya perfusi
jaringan seperti pada syok, berkurangnya konsentrasi O2 jika berada pada puncak
gunung. Tanda-tanda hipoksia adalah kelelahan, kecemasan menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam sianosis, sesak nafas.

6. Tanda dan Gejala


Adanya penurunan tekanan insplasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi.
Penurunan ventilasi permenit, penggunaan otot nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan
nafas flaring ( nafas cuping hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek,
posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang, penurunan kapasitas vital
menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang tidak efektif sehingga menjadi gangguan
oksigenasi (NANDA, 2011)
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi, hiperkapnea,
kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna
kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika
bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi yaitu:
a. EKG : Menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi transmisi
impuls dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stres latihan, digunakan untuk mengevaluasi respond jantung terhadap stres
fisik, Pemeriksaan ini memberikan informasi tentang respond miokard terhadap
peningkatan kebutuhan oksigen dan menentukan keadekuatan aliran darah koroner.
c. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi : pemeriksaan fungsi
paru, analisis gas darah (AGD)

8. Pathway
9. Indikasi Terapi Oksigen
Muttaqin (2005) mengatakan bahwa indikasi utama pemberian terapi o2 sebagai berikut :
a. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
b. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja
otot-otot tambahan pernafasan
c. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha mengatasi
gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.

10. Metode pemberian terapi oksigen


Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik :
a. Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan.
Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung tipe pernapasan dengan
patokan volume tidal pasien. Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien
yang memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas normal, misalnya klien dengan
Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan penrafasan 16-20 kali permenit (Harahap, 2012)

Yang termasuk dalam sistem aliran rendah yaitu kateter nasal, kanula nasal, sungkup
muka sederhana, sungkup muka dengan kantong rebreathing, sungkup muka dengan
kantong non rebreathing.
1. Kateter Nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 1-6 , Keuntungan pemberian O2 stabil, klien
bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai
kateter penghisap. Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 45%,
teknik memasukkan kateter lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran lebih dari 6L/menit dapat
menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat
(Harahap, 2012)

Gambar Kateter Nasal

b. Kanul Nasal
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit) : 1-6 Keuntungan pemberian O2 stabil
dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah memasukkan kanul dibanding
kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien. Kerugian
tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila klien
bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi selaput
lender (Harahap 2012)

Gambar Nasal Kanul

c. Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit) : 5-8. Keuntungan konsentrasi O2 yang


diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, system humidifikasi dapat
ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam
pemberian terapi aerosol. Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan O2 jika aliran rendah (Harahap, 2012)
Gambar sungkup muka sederhana

d. Sungkup muka dengan kantong Rebreathing


Kecepatan aliran yang disarankan (6L/menit) : 8-12. Keuntungan Konsentrasi O2 lebih
tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lender. kerugian tidak
dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan
penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat (Harahap, 2012).
e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing
Kecepatan aliran yang disarankan (L/menit): 8-12. Keuntungan Konsentrasi O2 yang
diperoleh dapat mencapai 100%, tidak mengeringkan selaput kendir. Kerugian kantong
O2 bisa terlipat (Harahap 2012).

Gambar Sungkup muka dengan kantong non rebreathing


B. Sistem aliran tinggi
Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat menambahkan
konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun contoh teknik sistem aliran
tinggi yaitu sungkup muka dengan ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini
yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup kemudian dihimpit
untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibat udara dapat diisap
dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini kurang lebih
4-14 L/mnt dan konsentrasi 30-50% (Harahap 2012)

Keuntungan
Konsentrasi O2 yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan
tidak dipengaruhi oleh pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembapan gas dapat
dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2 (Harahap, 2012)

I. Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Budiono, 2016).

a. Identitas klien Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor
register, diagnosis medis.

b. Alasan masuk rumah sakit Yaitu keluhan utama pasien saat masuk rumah sakit dan
saat dikaji. Pasien mengeluh nyeri, dilanjutkan dengan riwayat kesehatan
sekarang, dan kesehatan sebelum (Wahyudi & Wahid, 2016).

c. Keluhan utama Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta
pertolongan kesehatan tergantung dari seberapa jauh dampak trauma kepala disertai
penurunan tingkat kesadaran, salah satunya nyeri (Muttaqin, 2011).
1. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Adanya riwayat trauma yang mengenai kepala akibat dari kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian, dan trauma langsung ke kepala. Pengkajian yang didapat meliputi tingkat
kesadaran menurun (GCS < 15), konklusi, muntah, takipnea/dispnea, sakit kepala, wajah
simetris/tidak, lemah, luka di kepala, paralisis, akumulasi sekret pada saluran pernapasan,
adanya liquor dari hidung dan telinga, serta kejang (Muttaqin, 2011).

b. Riwayat kesehatan dahulu

Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang
diderita sekarang, riwayat cedera kepala sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung,
anemia, penggunaan obat-obatan antikoagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,
konsumsi alkohol berlebihan (Muttaqin, 2011).

c.. Riwayat kesehatan keluarga

Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama
seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan yang menular dalam
keluarga (Muttaqin, 2011).

2. Data Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum Pasien

Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit, warna kulit.

b.Gejala Kardial

Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.


c. Keadaan fisik

Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata, hidung, mulut, telinga, leher,
thoraks, abdomen, dan ekstermitas. Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang
dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi dan Perkusi.

3. Data Pemeriksaan Penunjang

Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah dilakukan pasien baik selama
perawatan ataupun baru masuk rumah sakit.

4. Pengkajian Psikososial

Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta
bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

2) Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul :

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan obstruksi jalan napas.


3) Rencana asuhan keperawatan

1) Rencana asuhan keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil


No Diagnosa (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1 Ketidakefek Setelah dilakukan -Tentukan -Pernapasan rochi,
tifan pola intervensi
kebutuhan wheezing menunjukkan
nafas keperawatan kriteria
berhubungn hasil: suction oral dan tertahannya secret
dengan -Klien mampu
atau trakheal obstruksi jalan nafas.
obstruksi mengidentifikasi dan
jalan napas. mencegah factor -Ajarkan Teknik - Membantu
yang dapat
batuk efektif mengencerkan secret
menghambat jalan
nafas -Monitor status -Memudahkan pasien
-Memiliki RR dalam
pernapasan dan unuk bernapas
batas normal
-Memiliki irama oksigenasi,
pernapasan yang
sesuai
normal
kebutuhan.
2 Ketidakefek Setelah dilakukan
tifan intervensi
bersihan keperawatan kriteria
jalan nafas hasil:
-Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak ada
sianosi dan dyspneu -Pastikan -Waktu tindakan suction
(mampu kebutuhan oral/ yang tepat membantu
mengeluarkan trakeal melapangkan jalan nafas
sputum, mampu suctioning pasien
bernafas dengan -Aukultasi suara -Mengetahui adanya
mudah, tidak ada nafas sebelum suara nafas tambahan
pursed lips) dan sesudah dan keefektifan jalan
-Menunjukkan jalan suction nafas untuk memenuhi
nafas yang paten -Informasikan O2 pasien
(klien tidak merasa ke pasien dan -Memberikan
tercekik, irama keluarga pemahaman kepada
nafas, frekuensi -Instruksikan ke keluarga mengenai
pernafasan dalam pasien beberapa indikasi kenapa
rentang normal, nafas dalam dilakukan tindakan
tidak ada suara nafas sebelum suction suction
abnormal)
-Mampu
mengidentifikasi dan
mencegah faktor
yang menghambat
jalan nafas

3 Gangguan Setelah dilakukan


pertukaran intervensi
gas keperawatan kriteria
hasil:
-Memelihara
kebersihan paru-paru
dan beebas dari
tanda-tanda distress
-Mendemonstrasikan
batuk efektif dan
suara nafas yang
bersih, tidak sianosis
dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)

-Monitor pola -Manifestasi distres


nafas, irama,
penafasan tergantung
kedalaman dan
irama nafas pada/indikasi derajat
-Perhatikan
keterlibatan paru dan
gerakan dan
kesimetrisan status kesehatan umum.
menggunakan
-Sianosis kuku
obat bantu, dan
adanya retraksi menujukkan
otot intercostals
vasokontruksi atau
dan
supraclavicular respon tubuh terhadap
-Monitor bunyi
demam/menggigil,
nafas, misalnya
mendengkur. namun sianosis daun
telinga, membran
mukosa, dan kulit sekitar
mulut menujukkan
hipoksemia sistemik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2016).Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Praktik Keteraman


Dasar Dalam Keperawatan.

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Vol : 1. Jakarta:

Perry dan Potter. 2012. Fundamental Keperawatan, Edisi 4. EGC: Jakarta

Carpenitto Lynda Juall 2012.  Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses

Anda mungkin juga menyukai