Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH DASAR TEKNIK

PEMBUATAN SPESI BETON

Oleh: (Kelompok B)

1. Indah Aulifiyah (P27833320019)


2. Itsna Nurul Auliyah (P27833320022)
3. Maia Dyah Rahmawati (P27833320023)
4. Marcella Ezra A.R (P27833320024)
5. Muhammad Y.F (P27833320025)
6. Nabilah Dhau P (P27833320026)
7. Rifa Nurul Jannah (P27833320027)
8. Rizki Andika Arif (P27833320028)
9. Rizki Khoirunnisa (P27833320029)
10. Safina Aulia F (P27833320030)
11. Safira Adduriyah Auliya (P27833320031)
12. Shafa Tania H (P27833320032)
13. Siti Aminatus S (P27833320033)
14. Vegi Salsabila (P27833320034)
15. Vianita Fitria F (P27833320035)
16. Zakiyah Shabrina C (P27833320036)
17. Zhafira Nur H (P27833320037)

Dosen:

Darjati,SKM.,M.pd

PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Mata Kuliah Dasar Teknik yang
berjudul Pembuatan Spesi Beton.
Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen Bu Darjati yang telah membantu kami baik secara
moral maupun materi. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan praktikum yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan prakikum ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Surabaya, 18 Januari 2021

 Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Tujuan................................................................................................................................................7
1.3 Manfaat.............................................................................................................................................7
BAB II...........................................................................................................................................................8
LANDASAN TEORI........................................................................................................................................8
2.1 Karakteristik Beton............................................................................................................................8
2.2 Bahan-Bahan Penyusun Beton...........................................................................................................9
2.3 Cangkang Kerang.............................................................................................................................10
BAB III........................................................................................................................................................14
METODOLOGI............................................................................................................................................14
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................................................14
3.2 Langkah Kerja..................................................................................................................................14
BAB IV........................................................................................................................................................16
HASIL PENELITIAN......................................................................................................................................16
HASIL UJI TEKAN KUBUS BETON UKURAN 15X15 CM KELOMPOK B......................................................16
BAB V.........................................................................................................................................................17
PENUTUP...................................................................................................................................................17
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................................17
5.2 Saran................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................18
LAMPIRAN.............................................................................................................................................19
A. KELAS A KELOMPOK B SUB 1.........................................................................................................19
B. KELAS A KELOMPOK B SUB 2.........................................................................................................22
C. KELAS A KELOMPOK B SUB 3.........................................................................................................25
D. KELAS A KELOMPOK B SUB 4.........................................................................................................28

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia meiliki jenis kerang yang melimpah namun terdapat beberapa jenis
kerang yang dapat dikonsumsi, salah satunya ada kerang dara, kerang bambu dan kerang
hijau. Kerang – kerang ini setelah dikonsumsi dapat di daur ulang dan bisa digunakan
sebagai bahan pembuatan beton.
1) Kerang darah

Kerang darah (Anadara granosa) merupakan


salah satu sumberdaya perikanan yang ekonomis dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Salah
satu tempat hidupnya di teluk pasifik dan tinggal di bebatuan. Kerang ini merupakan kerang
yang paling mudah didapatkan di pasaran jika ingin mencarinya. Dagingnya berwarna orange
dan abu – abu dengan cangkang berwarna putih kecoklatan dan bergaris – garis. Kerang
darah masih sering dicari, jika penangkapan secara terus menerus dan adanya bahan
pencemar yang dapat menurunkan potensi produksi yang berpengaruh terhadap ketersediaan
stok yang ada.
Dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya, makhluk hidup berinteraksi
dengan lingkungan dan cenderung untuk memilih kondisi lingkungan yang terbaik untuk
bertahan hidup. Kerang darah ditemukan pada subtart yang berlumpur. Kerang darah bersifat
infauna yaitu hidup dengan cara membenamkan diri di bawah permukaan lumpur, ciri – ciri
dari kerang darah adalah mempunyai dua keeping cangkang yang tebal, elips dan kedua sisi
sama, kurang lebih 20 rib. Cangkang berwarna putih ditutupi periostrakum yang berwarna
kuning kecoklatan sampai coklat kehitaman. Ukuran kerang deawasa 6-9 cm.
Kerang darah termasuk hewan benthos yang mendiami wilayah pasang surut (Zona
intertidal). Kerang ini biasa tinggal di zona bagian upper yang merupakan daerah rata-rata
pasang tinggi (zona A) dan middle daerah pertengahan antara pasang tinggi dan surut (zona
B).

4
2) Kerang Bambu

Kerang bambu (solen sp) biasanya ditemukan di pulau Madura atau pantai timur
Surabaya. Kerang bamboo memiliki ciri – ciri cangkang panjang dengan dua sisi paralel,
tubuhnya kecil memanjang dengan dua cangkang simetris, salah satu ujung tubuhnya berbentuk
runcing seperti mata pisau menempel dan berdiri tegak di pantai berpasir. Spesies ini memiliki
kemampuan beradaptasi yang baik terhadap pengaruh pasang surut, hidup meliang secara
vertikal pada substrat pasir atau lumpur. Solen sp. memiliki kaki yang kuat yang diadaptasikan
untuk membuat liang dan bergerak ke dalam lumpur berpasir secara cepat. Kedalaman liang
mencapai 50 cm.

Kerang bambu ini dapat dikonsumsi dan biasanya dimasak menjadi kerang bambu tauco
pedas, daging kerangnya bias dibuat menjadi kaldu atau diolah menjadi bahan campuran
rengginang atau petis. Kerang bambu ini mengandung protein (55,34%), karbohidrat (27,89%),
lemak (1,82%), dan kalori (349,66 kkal). Jika dijual pun harganya lumayan mahal sehingga
keuntungan terbesar berada di tangan pedagang, kemampuan produksi pedagang pun tergantung
pada hasil tangkapan nelayan.

Penangkapan kerang bambu ada beberapa cara, seperti menggunakan tangan dan alat
“keruk”. Cara menangkap kerang ini menggunakan tangan memiliki resiko dampak lingkungan
terendah. Karena menangkap menggunakan tangan tidak akan menyebabkan kerusakan habitat
ataupun kerang yang masih remaja tidak berpindah. Hal ini dapat membuat kerang bambu tetap
bisa dikonsumsi dengan kualitas kerang yang bagus. Lalu, untuk menggunakan alat “keruk” ini
menyebabkan kerusakan di sedimen dan kolom air. Besarnya dampak kerusakan yang
berhubungan dengan alat penangkap kerang bambu atau kondisi lokal lingkungan yaitu, musim,

5
kedalaman air, kekuatan pasang surut, arus, alam, dll. Dengan pengerukan akan terjadi migrasi
dari habitatnya dan perlu waktu lama untuk kembali ke habitat asal, hal ini ditakutkan
meningkatnya angka kematian yang akan berdampak pada keberlajutan perikanan.

3) Kerang Hijau

Kerang hijau (p. virdis) adalah binatang lunak yang hidup di laut, memiliki sepasang
cangkang, berwarna hijau agak kebiruan, insangnya berlapis – lapis dan berkaki kapak.
Kerang hijau termasuk salah satu jenis kekerangan yang prospektif untuk dikembangkan
karena pertumbuhannya yang cepat dan memiliki rasa toleransi terhadap berbagai kondisi
lingkungan, sehingga menguntungkan secara ekonomi. Kerang ini tersebar luas di perairan
Indonesia dan ditemukan pada perairan pesisir, daerah perairan pesisir, daerah mangrove dan
muara sungai

Faktor yang mendorong pengembangan budidaya kerang hijau antara lain tingkat
pertumbuhan kerang hijau yang relatif cepat sehingga periode budidaya lebih pendek untuk
mencapai ukuran konsumsi, selain itu, ketersediaan benih dari alam sepanjang tahun
tanpaperlu proses pembenihan. Pesatnya perkembangan budidaya kerang hijau karena
mudahnya teknik budidaya ini dengan memanipulasi system atau teknik budidaya untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas kerang hijau. Namun masyarakat umum lebih menyukai
mengumpulkan kerang hijau tanpa perlu proses budidaya tetap dengan memperhatikan
lingkungan yang ada di habitat kerang hijau ini agar tetap bias dikonumsi sebagai makanan.

6
1.2 Tujuan

Pelaksanaan praktek kerja beton ini mempunyai peranan yang cukup besar bagi mahasiswa
sanitasi lingkungan poltekes kemnkes Surabaya yaitu agar mahasiswa dapat memahami dan
menerapkan :
1. Dasar teori mata kuliah dasar teknik tentang konstruksi beton dan aplikasinya dilapangan
yang meliputi penulangan dan pengecoran
2. Perencanaan dan analisa perhitungan dalam praktek kerja
3. Efisiensi waktu,kebutuhan bahan, dan peralatan serta kedisiplinan dalam bekerja
4. Cara-cara pengecoran yang tepat

1.3 Manfaat

Adapun manfaat pembuatan laporan praktik ini adalah digunakan sebagai acuan belajar
di bidang pendidikan. Sebagai pijakan dan referensi pada praktik – praktik selanjutnya yang
berhubungan dengan dasar teknik khususnya pembuatan beton serta menjadi bahan kajian lebih
lanjut. Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam pembuatan beton melalui metode
praktik.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Karakteristik Beton

1. Pengertian Beton
Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. . Dalam
pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau
koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen,
agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton
optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur
secara tepat.
2. Sifat-Sifat Beton
Untuk keperluan perancangan dan pelaksanaan struktur beton, maka pengetahuan
tentang sifat-sifat adukan beton maupun sifat-sifat beton yang telah mengeras perlu
diketahui. Sifat-sifat tersebut antara lain :
1) Kuat hancur
Beton dapat mencapai kuat hancur sampai 80 N/mm2 (12.000 lb/in2), atau lebih
tergantung pada perbandingan air-semen serta tingkat pemadatannya. Kuat hancur
dari beton dipengaruhi oleh sejumlah faktor, selain oleh perbandingan air-semen dan
tingkat pemadatannya.
2) Kuat tarik
Kuat tarik beton berkisar seper-delapan belas kuat desak pada waktu umurnya masih
muda, dan berkisar seper-sepuluh sesudahnya.biasanya tidak diperhitungkan di
dalam perencanaan beton. Kuat tarik merupakan bagian penting di dalam menahan
retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu. Pengujian kuat tarik diadakan untuk
pembuatan beton konstruksi jalan raya dan lapangan terbang.

8
2.2 Bahan-Bahan Penyusun Beton

1) Semen
Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland
adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.
2) Agregrat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran
mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami
pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung
lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuan induk yang lebih besar.
Jenis agregat yang dapat digunakan dapat berupa agregat alam.
a. kerikil dan pasir alam
Agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari batuan induknya.
Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin,
dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus
air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya
pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam
penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Perubahan susunan butir
agregat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat.
b. Agregat batu pecah
Jenis batu yang baik untuk agregat ini adalah batuan beku yang kompak. Di dalam
pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang
permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk
tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan
menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir
atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi ,

9
karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang
halus.
3) Air dan Bahan Campuran
Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang
dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan
adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang
dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu
apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini
dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur
untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil
pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk beton yang
tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang dapat
menyebabkan baja berkarat.
Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu zat
pembawa dan zat untuk pendispersi (zat penghilang air). Zat pembawa dipakai untuk
memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke
dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. Zat untuk pendispersi
dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan
dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam
sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat pendispersi.

2.3 Cangkang Kerang

1. Karakteristik umum
Kerang biasanya simetri bilateral, mempunyai sebuah mantel yang berupa daun
telinga atau cuping dan cangkang setangkup. Mantel dilekatkan ke cangkang oleh
sederetan otot yang meninggalkan bekas melengkung yang disebut garis mantel. Fungsi
dari permukaan luar mantel adalah mensekresi zat organik cangkang dan menimbun
kristalkristal kalsit atau kapur. Berdasarkan Hudaya (2010) dalam Vitalis dkk (2016),
cangkang kerang terdiri dari tiga lapisan, yakni sebagai berikut:
Menurut (Setyaningrum, 2009) Kulit kerang merupakan bahan sumber mineral
yang pada umumnya berasal dari hewan laut berupa kerang yang telah mengalami

10
penggilingan dan mempunyai karbonat tinggi. Berdasarkan Siregar (2009) dalam Vitalis
dkk (2016), kandungan kalsium dalam cangkang kerang adalah sebagai berikut:
a) CaO : 66,70 %
b) SiO2 : 7,88 %
c) Fe2O3 : 0,03 %
d) MgO : 22,28 %
e) Al2O3 : 1,25 %

2. Jenis-Jenis Kerang
a. Kerang Hijau (Mytilus viridis)

Kerang hijau hidup di laut tropis seperti Indonesia, terutama di perairan pantai
dan melekatkan diri secara tetap pada benda-benda keras yang ada disekelilingnya.
Kerang ini tidak mati walaupun tidak terendam selama air laut surut. Kerang hijau
termasuk binatang lunak, mempunyai dua cangkang yang simetris, kakinya berbentuk
kapak, insangnya berlapislapis satu dengan lainnya dihubungkan dengan cilia.
Habitat kerang hijau belum diketahui secara merata di perairan Indonesia,
namun dapat dicatat karakteristik perairan yang sesuai bagi budidaya kerang hijau
antara lain suhu perairan berkisar antara 27oC – 37oC, pH air antara 3 – 4 , arus air
dan angin tidak terlalu kuat dan umumnya pada kedalaman air antara 10 m-20 m.
Laju pertumbuhan kerang hijau berkisar 0,7-1,0 cm/ bulan. Ukuran konsumsi yang
panjangnya sekitar 6 cm dicapai dalam waktu 6-7 bulan.
b. Kerang Darah (Anadara granosa)

11
Cangkang kerang darah memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain
pada batas cangkang. Rusuk pada kedua belahan 4 cangkangnya sangat menonjol.
Cangkang berukuran sedikit lebih panjang dibanding tingginya tonjolan (umbone).
Setiap belahan Cangkang memiliki 19-23 rusuk. Dibanding kerang hijau, laju
pertumbuhan kerang darah relatif lebih lambat. Laju pertumbuhan 0,098 mm/hari.
Untuk tumbuh sepanjang 4-5 mm, kerang darah memerlukan waktu sekitar 6 bulan.
Presentase daging terbesar dimiliki oleh A. granola, yaitu sebesar 24,3%. Kerang
darah memijah sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan
Agustus/September.
Hewan ini termasuk hewan berumah dua (diocis). Kematangan gonad terjadi
pada saat kerang darah mencapai ukuran panjang 18-20 mm dan berumur kurang
dari satu tahun. Adapun pemijahan mulai terjadi pada ukuran 20 mm. Kerang ini
hidup dalam cekungan-cekungan di dasar perairan di wilayah pantai pasir
berlumpur. Jenis kekerangan ini menghendaki kadar garam antara 13-28 g/kg,
kecerahan 0,5-2,5 m, dan pH 7,5-8,4.
c. Kerang Bambu (Solen spp)

12
Kerang bambu merupakan salah satu jenis moluska dari famili solenidae yang
mempunyai nilai ekonomis. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017
bertempat di Pantai Desa Teluk Lancar Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik habitat, kelimpahan dan
pola distribusi kerang bambu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode survei. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive
sampling. Pengukuran kualitas perairan dilakukan secara in situ dan ex situ yang
terdiri dari parameter fisika dan kimia perairan (Ramadhan dkk, 2017).
Karakteristik habitat kerang bambu yaitu jenis substratnya pasir dengan
klasifikasi pasir sangat halus. Bahan organik sedimen tergolong rendah dan sangat
rendah 0,907-1,749 %. Padatan tersuspensi tergolong sangat tinggi 223-1830
mg/l. Parameter kualitas perairan masih mendukung untuk kehidupan kerang.
Kelimpahan rata-rata adalah 0,88/m2 , kelimpahan tertinggi terdapat di subzona 5
(zona lower) atau surut terendah dan kelimpahan terendah pada subzona 3 (zona
middle) atau zona tengah intertidal. Pola distribusi rata-rata bersifat
mengelompok. Ukuran kerang yang ditemukan memiliki panjang 45-93 mm
dengan berat 1,91-9,67 g (Ramadhan dkk, 2017).

13
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

 Pasir
 Air
 Kerang Dara / Kerang Bambu / Kerang Hijau / Kupang
 Oli
 Kuas
 Semen
 Sekop
 Ayakan Pasir
 Cetakan Beton
 Ember
 Gayung
 Balok Kayu Kecil (untuk meratakan spesi)
 Lidi
 Penggaris
 Glangsing

3.2 Langkah Kerja

A. Persiapan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan beton
2. Membersihkan cetakan beton dari debu
3. Mengecangkan setiap sekrup yang berada pada cetakan beton
4. Mengoleskan oli ke dalam cetakan beton
B. Pembuatan Spesi Beton
1. Mengayak pasir menggunakan ayakan pasir secukupnya

14
2. Mencampurkan pasir dan semen dengan perbandingan 2:1 atau 3:1 dengan menggunakan
gayung sebagai ukuran sampai rata
3. Menambahkan air sedikit demi sedikit kedalam campuran pasir dan semen dan aduk sampai
merata

C. Pembuatan Beton
1. Masukkan spesi beton kedalam cetakan beton sampai setinggi 2 cm
2. Ratakan menggunakan kayu
3. Susun kerang diatas spesi beton sampai rapat dan tidak terdapat celah
4. Ulangi langkah diatas sampai membentuk 4 lapisan

15
BAB IV
HASIL PENELITIAN
HASIL UJI TEKAN KUBUS BETON UKURAN 15X15 CM KELOMPOK B
Kuat
Umur Berat Sub
No NIM Tgl buat Perbandingan Tgl uji Tekan Keterangan
(hari) (Kg) kel
Spesi (Ton)
Kerang
1 019 03/12/20 3:1 10/12/20 7 6,32 18,9 1
dara
Kerang
2 022 20/12/20 3:1 18/01/20 28 5,70 14,2 1
dara
Kerang
3 023 03/12/20 3:1 10/12/20 7 6,36 20,2 1
dara
Kerang
4 024 03/12/20 3:1 10/12/20 7 6,26 18,9 1
dara
Kerang
5 025 03/12/20 3:1 10/12/20 7 6,30 23,3 1
dara
Kerang
6 026 30/11/20 2:1 07/12/20 7 6,30 16,0 2
dara
Kerang
7 027 30/11/20 2:1 07/12/20 7 6,22 26,8 2
dara
Kerang
8 028 30/11/20 2:1 07/12/20 7 6,34 11,8 2
dara
Kerang
9 029 30/11/20 2:1 07/12/20 7 6,08 17,3 2
dara
Kerang
10 030 05/12/20 3:1 21/12/20 16 6,06 21,5 3
dara
Kerang
11 031 05/12/20 3:1 21/12/20 16 6,68 27,7 3
dara
Kerang
12 032 05/12/20 3:1 21/12/20 16 6,34 32,9 3
dara
Kerang
13 033 05/12/20 3:1 21/12/20 16 6,46 29,2 3
dara
Kerang
14 034 02/12/20 3:1 10/12/20 8 6,32 18,9 4
hijau
15 035 05/01/21 Mengulan - - - Kerang 4
3:1 g

16
hijau
Kerang
16 036 02/12/20 3:1 10/12/20 8 6,30 23,3 4
hijau
Kerang
17 037 02/12/20 3:1 10/12/20 8 6,36 20,2 4
hijau
`

 Hasil Praktikum Beton Yang Mengulang 1x

No NIM Tgl buat Perbandinga Tgl uji Umur Berat Kuat Keterangan Sub
n spesi (hari) (Kg) Tekan kel
(Ton)
18 035 05/01/21 2:1 12/01/21 7 5,88 13,2 Kerang 4
hijau

17
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau
tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton
berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen
bercampur air. Akan tetapi dalam praktek ini kita memakai cangkang kerang untuk
menggantikan batu krikil. Inilah jenis-jenis kerang yang dipakai: Kerang Hijau (Mytilus viridis),
Kerang Darah (Anadara granosa), Dan Kerang Bambu (Solen spp).

5.2 Saran

Berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan praktik percobaan membuat spesi beton, kami
hendak me,berikan saran yang sekiranya dapat beguna bagi praktikum selanjutnya.
1. Pastikan jumlah kulit kerang tidak terlalu banyak dikarenakan apabila terlalu banyak
dapat menyebabkan spesi tidak dapat menyatu pada lapisan bawah dan atas.
2. Pastikan oli yang diberikan pada cetakan beton dalam jumlah yang pas. Apabila oli
terlalu banyak, maka dapat menyebabkan spesi tidak dapat kering dengan sempurna.
Sementara apabila oli terlalu sedikit, maka dapat menyebabkan hasil spesi beton
menempel pada cetakan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Latifah, A. 2011. Karakteristik Morfologi Kerang Darah. Departemen Teknologi Hasil Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurjanah, Kustiariyah, Rusyadi S. 2008. Karakteristik gizi dan potensi pengembangan kerang
pisau (Solen sp.) di Perairan Kabupaten Pamekasan Madura. Jurnal Perikanan dan Kelautan
13(1):41-51.

Praktikto, I. (2013). Filtrasi kerang hijau (Perna viridis)terhadap mikroalga pada jenis dan
konsentrasi berbeda. Buletin Oseanografi Marina, 2, 35-40.

Rejeki, S. (2001). Pengantar budidaya perairan. Semarang: Badan Penerbit Universitas


Diponegoro.

Rusyadi, S. 2006. Karakteristik Gizi dan Potensi Pengembangan Kerang Pisau (Solenspp.) di
Perairan Kabupaten Pamekasan, Madura. Program studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Keluatan, Institur Pertanian Bogor

Trisyani, Ninis. 2018. Sebaran Kerang pisau (Solen sp.) di Pantai Indonesia. Surabaya : Hang
Tuah University Press Universitas Hang Tuah

Pusbin KPK dan BPK-SDM, 2006. Modul Pekerjaan Beton. s.l.:s.n.


Pusdiklat, 2017. Diklat Perkerasan Kaku. s.l.:s.n.
Ramadhan, M. F., Nasution, S. & E., 2017. Karakteristik Habitat dan Populasi Kerang Bambu
(Solen lamarckii) di Zona Intertidal Desa Teluk Lancar Kecamatan Bantan Kabupaten
Bengkalis. Jurnal Perikanan dan Kelautan, XXII(1), pp. 36-43.
V., Syamsurizal, E. & Supriyadi, A., 2016. Pengaruh Tambahan Cangkang Kerang Terhadap
Kuat Beton. pp. 1-9.

19
LAMPIRAN

A. KELAS A KELOMPOK B SUB 1

 Indah Aulifiyah

 Maia Dyah Rahmawati

20
 Marcella Ezra Adila Rosari

 Muhammad Yusron Fuadi

21
 Itsna Nurul Auliya
( Tes tekan menyusul )

22
B. KELAS A KELOMPOK B SUB 2

 Nabilah Dhau Putri Pratama

 Rizqi Khoirunnisa

23
 Rifa Nurul Jannah

 Rizki Andika Arif

24
25
C. KELAS A KELOMPOK B SUB 3

 Shafa Tania Herliza

26
 Safira Adduriyah Auliya

 Safina Auliya Firdausi

27
 Siti Aminatus Sholehah

28
D. KELAS A KELOMPOK B SUB 4

29
 Zakiyah Shabrina Cahyani

30
 Zhafira Nur Habibah

 Vegi Salsabilla

31
 Vianita Fitria Funny

32

Anda mungkin juga menyukai