Anda di halaman 1dari 14

Sabtu, 25 November 2023

MAKALAH PENANGANAN RUMPUT LAUT


Komoditas dan Penanganan Hasil Perairan
Untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah komoditas dan penanganan hasil
perairan

Disusun Oleh:
Kelompok 3 (3C)

Nurul Badiah 4443220018


Lulu Widyana 4443220029

Farel Pradipta 4443220032


Muhammad Teguh T 4443220090
Aura Ratunisa 4443220092
Randi Anargya 4443220094
Tegar Wicaksono 4443220098
Diva Savannah 4443220101
Yulita Siahaan 4443220116

JURUSAN ILMU PERIKANAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada Allah SWT. karena atas rahmatnya saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak/ibu dosen
pengampu dan asisten laboratorium dalam mata kuliah komoditas dan penanganan hasil
perairan yang telah membantu serta memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan karena keterbatasan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.

Serang, 10 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................3
2.1 Pengertian Rumput Laut ................................................................................... 3
2.2 Jenis-jenis Rumput Laut ....................................................................................3
2.3 Budidaya Rumput Laut .....................................................................................4
2.4 Jumlah dan Kendala Rumput Laut yang Dididtrubusikan .................................5
BAB 3 PENUTUP ...........................................................................................................8
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................8
3.2 Saran ..................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................9
LAMPIRAN ...................................................................................................................10

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumput laut merupakan salah satu komoditi perikanan budidaya yang saat ini
digarabkan oleh pemerintah guna meningkatkan devisa negara. Rumput laut juga
merupakan salah satu produk unggulan kelautan yang memiliki nilai ekonomis yang
dapat menggerakkan sektor ekonomi mulai dari tingkat petani, produsen, pengolah
hingga pengguna. Rumput laut menjadi komoditas potensial karena terdapat kurang
lebih 555 jenis atau 45% jumlah spesies rumput laut yang ada di dunia berada di
Indonesia. Hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia melakukan budidaya rumput
laut, selain potensial komoditas ini juga memiliki pangsa pasar yang cukup tinggi
dikarenakan sebagian besar produksi rumput laut di ekspor dalam bentuk gelondongan
kering. Dengan demikian, masih terbuka lebar peluang usaha budidaya dan investasi
pemrosesan rumput laut (Simanjuntak et al. 2017).

Rumput laut adalah salah satu kelompok tumbuhan laut yang tidak bisa dibedakan
antara bagian akar, batang dan daun, sehingga keseluruhan bagian dari rumput laut
disebut talus (Eti et al. 2014). Rumput laut yang dapat dibudidayakan salah satunya
yaitu jenis rumput laut Eucheuma cottonii. Eucheuma cottonii merupakan jenis rumput
laut yang paling sering dibudidaya dibandingkan jenis rumput laut lainnya karena
mudahnya membudidayakan rumput laut jenis ini dan permintaan pasar yang sangat
tinggi. Salah satu tempat yang telah melakukan budidaya yaitu di Desa Lontar,
Kabupaten Serang.

Rumput laut (Euchema Sp.) merupakan salah satu sumber daya alam hayati
Indonesia, yang mempunyai nilai ekonomis penting dalam industri kosmetik, pangan
dan kesehatan. Rumput laut banyak diolah dalam bentuk kering setelah melalui proses
penjemuran atau menjadi makanan siap konsumsi, seperti dodol, manisan, selai,
kerupuk dan minuman yang sudah dikenal masyarakat Indonesia (Murdinah 2013).
Rumput laut bermanfaat sebagai antioksidan, anti peradangan, anti diabetes dan anti
kanker (Sanger et al. 2013).

Keunggulan rumput laut ditinjau dari segi proses pengolahannya sangat mudah dan

1
Sederhana dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Keunggulan dari ketersediaan
bahan baku yaitu mudah diperoleh dalam kuantitas cukup besar sehingga pengadaannya
tidak ada masalah.

Rumput laut adalah golongan Thallophyta dengan bentuk fisik menyerupai tanaman
daratan yang memiliki akar, batang dan dan buah, namun hidup dalam perairan laut
sampai perairan payau. Salah satu jenis rumput laut yang potensial di perairan Indonesia
adalah Gracilaria. Gracilaria verucosa dapat hidup sampai salinitas 2%, dengan
persentase pertumbuhan rata-rata 15% dengan metode tali yang ditanamkan 40 cm dari
dasar tambak, kondisi lebih baik dibanding dengan metode tali yang berada pada dasar
tambak dan pada 20 cm dari dasar tambak (Madusari dan Wibowo 2018).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian rumput laut?
2. Apa saja jenis rumput laut?
3. Bagaimana budidaya rumput laut?
4. Berapa rumput laut yang dikelola atau diditribusi perhari/perbulannya?
5. Dimana rumput laut distribusikan?
6. Apa saja olahan dari bahan dasar rumput laut?
7. Apa faktor penghambat dalam budidaya rumput laut?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat memahami apa itu rumput laut
2. Dapat mengetahui jenis-jenis rumput laut saat fieldtrip
3. Dapat mengetahui budidaya dari rumput laut
4. Mengetahui jumlah rumput laut yang didistribusikan
5. Dapat mengetahui dimana saja rumput laut didistribusikan
6. Dapat mengetahui olahan-olahan yang berbahan dasar rumput laut
7. Dapat memahami atau mengetahui penghamba

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rumput Laut


Rumput laut adalah kelompok besar alga laut yang tumbuh di lingkungan air
asin. Alga ini memiliki beragam bentuk, warna, dan ukuran, dan sering digunakan
dalam masakan sebagai bahan makanan atau bahan tambahan. Rumput laut adalah
kelompok organisme autotrofik yang tumbuh di lingkungan air laut. Mereka termasuk
dalam kelompok alga, dan banyak digunakan dalam industri pangan dan produk-produk
lainnya. Rumput laut (seaweed) merupakan nama dalam dunia perdagangan
internasional untuk jenis-jenis makro alga yang terdiri atas alga hijau (Chlorophyta),
alga coklat (Phaeophyta), dan alga merah (Rhodophyta) Secara taksonomi rumput laut
termasuk ke dalam divisi Thallophyta (tumbuhan berthallus), karena tidak dapat
dibedakan dengan jelas antara akar, batang dan daunnya. Bentuk thallus ini beragam,
ada yang bulat seperti tabung dan kantong, ada yang pipih, gepeng, atau ada juga yang
seperti rambut. Bagian tubuhnya disebut thallus, bagian yang menyerupai akar tempat
menempelnya pada substrat disebut holdfast, Bagian yang menyerupai batang disebut
stipe, bagian yang menyerupai daun untuk berfotosintesis disebut blades (Sarita et al.
2021).

2.2 Jenis-jenis Rumput Laut

Ada 2 jenis saat fieldtrip yaitu warna rumput laut berbeda,rumput laut merah
yaitu kurjar (kultur jaringan) dan rumput laut warna hijau yaitu sakul, keduanya yang
diminati sama oleh konsumen. Rumput laut kultur jaringan dapat tumbuh lebih cepat
karena energi yang dimiliki oleh talus yang berumur muda terkonsentrasi untuk
pertumbuhan. Rumput laut yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan ini
mempunyai kelebihan dan keunggulan mampu dibudidayakan di perairan yang keruh,
mampu tetap hidup pada salinitas rendah dan satu lagi tahan terhadap curah hujan
tinggi. Selain itu, pertumbuhan rumput laut hasil kultur jaringan ini juga lebih cepat
dibandingkan dengan rumput laut alami. Pada rumput laut alami, peningkatan bobot
rumput laut 12 kali lipat dari bobot bibit yang diukur pada usia 20 hari, sedangkan pada

3
bibit rumput laut kultur jaringan bobotnya meningkat 15 kali lipat (Soebjakto 2013).
Bibit hasil kultur jaringan memiliki sifat-sifat unggul yaitu terbebas dari serangan
hama dan penyakit, pertumbuhannya cepat dan juga memiliki talus yang kuat dan tidak
mudah patah sehingga semakin besar berat bibit yang digunakan maka pertumbuhan
akan semakin tinggi (Cokrowati et al. 2020).

Rumput laut hijau, atau sakul, adalah jenis rumput laut yang biasanya dikenal
dengan nama lain seperti ulva atau sea lettuce. Sakul adalah satu tipe dari genus
Kappaphycus alvarezii. Biasanya berwarna hijau, rumput laut ini sering digunakan
dalam masakan Asia dan di beberapa budaya Barat. Kaya akan nutrisi, sakul dapat
dimasak atau dimakan mentah sebagai bagian dari berbagai hidangan. Rumput laut
hijau, atau cakul, adalah jenis rumput laut yang biasa digunakan dalam masakan Asia.
Biasanya memiliki rasa gurih dan kenyal, seringkali digunakan dalam berbagai
hidangan laut seperti sushi, sup, atau hidangan rumput laut lainnya. Jenis Sakol dipilih
karena umur panen yang relatif singkat yaitu 45-60 hari dan tahan terhadap penyakit.
(Cokrowati et al. 2020).

2.3 Budidaya Rumput Laut

Teknik budidaya rumput laut yang dimiliki Pak Asmawi yaitu lebih baik
dilakukan di lamun yang berair keruh. Untuk budidaya dengan teknik tradisional hanya
membutuhkan media rambat untuk rumput laut tumbuh yaitu, tali jalur yang biasa
terbuat dari tambang dengan panjang 100 meter, serta tiang tancap untuk memastikan
rumput laut tidak terbawa arus, biasanya terbuat dari bambu sepanjang 25 - 50 meter.
Sedangkan untuk pupuk yaitu menggunakan minuman panther dan ada juga daun sirih,
tetapi kalau daun sirih kurang bagus.

Kondisi lingkungan perairan seperti suhu juga mempengaruhi proses terjadinya


fotosintesis. Laju fotosintesis akan meningkat pada suhu optimum namun ketika suhu
melewati batas optimum maka akan terjadi penurunan laju fotosintesis yang akan
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rumput laut (Yudiastuti et al. 2018).
Bagian tubuh disebut thallus memerlukan cahaya matahari untuk proses fotosintesis dan
membutuhkan nutrien untuk membantu pertumbuhan rumput laut. Melalui proses ini
rumput laut menyerap CO2 dan H2O serta molekul kompleks nutrien dari lingkungan.

4
Nutrien yang digunakan dalam pertumbuhan rumput laut adalah unsur hara nitrogen
yang bersumber dari pupuk. Nitrogen sebagai alternatif untuk memelihara kesuburan
rumput laut karena mampu membuat tanaman menjadi lebih segar dan merupakan salah
satu unsur penyusun klorofil.

Pemanenan rumput laut dilakukan saat sudah berumur 45 hari. Menurut


penelitian Basiroh et al. (2016), Rendemen optimum diperoleh dari hasil panen rumput
laut pada usia 45 hari dengan kadar rendemen sebesar 42,08%. Kadar karaginan rumput
laut terus mengalami peningkatan dari usia panen 35, 40 hingga 45 hari, tetapi pada usia
50 hari kadar karaginan mengalami penurunan hingga kadar terendah yaitu 29,23%
yang diperoleh dari perlakuan periode panen 55 hari. Kandungan karaginan tertinggi
terdapat pada perlakuan umur panen 45 hari yaitu kandungan karaginannya sebesar
33.3% tetapi kandungan karaginan ini termasuk dalam standar kualitas karaginan yang
rendah karena waktu pemeliharaan 45 hari kandungan karaginan mencapai maksimum
yaitu 52.70% (Berepalay et al. 2023).
Nilai uji organoleptik tersebut menunjukkan bahwa karaginan memiliki tektur
halus dan kering. Kemudian diangkut dikapal, dikelolanya (dipanen, diurut, dijemur)
selama 3 hari, kadar air harus 35 untuk masuk industri, jika ada bintik-bintik garem
udah kering, kalo masi basah dimasukin di gudang dan melembab kena air (Berepalay et
al. 2023).,kalo tawar di fermentasi (di oven) dari panen (merebut waktu dengan
matahari, kalau kena matahari jadi flek, jadi tidak laku karena ada bintik-bintikhitam), 1
plastik 5 kwital bisa untuk obat dan jika sudah kering dikirim ke industri.

2.4 Jumlah dan Kendala Rumput Laut yang Didistribusikan

Menurut Pak Asmawi pada tahu 2010 yaitu 500 perak, sekarang sudah bisa
berapa puluh ribu, kalau rumput laut tawar bisa jadi berebutan dibulan ramadhan,
perkilo bisa 24 ribu dan sekarang mengalami penurunan karena rumput laut nya kotor
yang disebabkan perbedaan air tengah kotoran gabisa lepas, air pinggir tadinya kotor
jadi bersih, air pinggir bisa untuk pencucian

Untuk modal di awal besar, karena tambang sekilo 50, 1 kilo 25 gulung, kalau
bibit 7 ribu dari Lampun dan bisa dikembangin atau diperbanyak, 1 ton sebulan bisa jadi
3 ton, pembuatan tambang dari 2020, menurun penghasilan cuaca lagi tidak

5
mengizinkan yaitu panas, berarti pemanenan harus berhenti. Di industri kalau ada ingin
sebanyak-banyaknya. Permintaan bisa 1 minggu sekali yaitu 10 ton, kalau di lokal bisa
2-3 kwintal, Penjualanan di pasar rau yang rumput laut sudah putih pengambilan di
Lontar. Jadi penghasilan tidak ada kepastian, bisa juga yaitu 5 panen jadi 10 ton.

Salah satu faktor penghambat pertumbuhan rumput laut diakibatkan oleh cuaca
terutama saat panas yang menyebabkan suhu di perairan menjadi meningkat. Kisaran
suhu yang tidak stabil dapat mempengaruhi pertumbuhan rumput laut, karena suhu
menjadi salah satu parameter yang berpengaruh dalam pertumbuhan rumput laut. Sesuai
dengan pernyataan Hardan et al. (2020), bahwa suhu yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah dapat mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut dan bahkan
dapat menyebabkan kematian pada rumput laut.

2.5. Hasil Olahan Berbahan Dasar Rumput Laut

Mengingat pentingnya rumput laut sebagai bahan pangan fungsional untuk


kesehatan maka berbagai olahan rumput laut perlu lebih didekatkan pada masyarakat.
Rumput laut Eucheuma cottoni biasanya masih dikonsumsi secara langsung sebagai
bahan isian tambahan dalam minuman es rumput laut. Rumput laut dalam minuman es
rumput laut ditambahkan setelah melewati perlakuan dicuci, direndam, dan diberi
pewarna. Rumput laut tersebut dikonsumsi bersama dengan beberapa irasan buah
seperti nanas, pepaya, dan alpukat serta isian lain yaitu kolang-kaling dan agar-agar.
Dawet merupakan salah satu contoh minuman yang banyak digemari karena rasanya
yang khas dan nikmat. Dawet merupakan salah satu minuman khas asli Indonesia.
Dawet pada umumnya dibuat dari tepung beras yang disajikan dengan larutan gula
merah dan santan. Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri untuk minuman dawet
contohnya Dawet Ayu dari Banjarnegara dan Dawet Jabung dari Ponorogo (Sholiha
2019).

Selanjutnya produk olahan berbasis rumput laut yang akan dihasilkan dalam
bentuk aneka olahan baik siap saji berupa stick rumput laut dan minuman atau sirup
rumput laut yang mudah pembuatannya dan sehat yang dapat menjamin kestabilan
persediaan di masyarakat dan meningkatkan kesehatan keluarga yang merupakan nilai
tambah bagi rumput laut. Rumput laut dapat diolah menjadi serbuk minuman instan.

6
Rumput laut umumnya dibuat produk olahan seperti cendol, manisan dan pudding, selai
dan dodol (Sahidu et al. 2019).

Beberapa hasil olahan berbahan dasar rumput laut antara lain nori (untuk
membuat sushi), agar-agar, dan berbagai jenis makanan ringan atau suplemen kesehatan
yang mengandung nutrisi dari rumput laut. Hasil olahan berbahan dasar rumput laut
meliputi berbagai produk seperti mi rumput laut, keripik rumput laut, atau bahkan sup
rumput laut yang kaya akan nutrisi.

7
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Rumput laut menjadi golongan alga besar dengan jumlah komoditas melimpah
yang memiliki warna dan bentuk yang berbeda setiap jenisnya. Ada 2 jenis saat fieldtrip
yaitu kurjar (kultur jaringan) dan rumput laut warna hijau yaitu sakul, keduanya yang
diminati sama oleh konsumen. Untuk budidaya dengan teknik tradisional hanya
membutuhkan media rambat untuk rumput laut tumbuh yaitu, tali jalur yang biasa
terbuat dari tambang dengan panjang 100 meter, serta tiang tancap untuk memastikan
rumput laut tidak terbawa arus, biasanya terbuat dari bambu sepanjang 25 - 50 meter.
Penghasilan tidak ada kepastian, bisa juga yaitu 5 panen jadi 10 ton. Salah satu faktor
penghambat pertumbuhan rumput laut diakibatkan oleh cuaca terutama saat panas yang
menyebabkan suhu di perairan menjadi meningkat.

3.2 Saran
Mahasiswa tidak hanya memenuhi tugasnya dalam melaksanakan fieldtrip dan
pembuatan hasilnya, tapi juga mampu mendengarkan serta menganalisa keluh kesah
yang dihadapi oleh para pembudidaya hebat di sekeliling kita serta memiliki pemikiran
agar dapat mensejahterakan mereka.

8
DAFTAR PUSTAKA

Basiroh S, Ali M, Putri B. 2016. Pengaruh periode panen yang berbeda terhadap
kualitas karaginan rumput laut Kappaphycus alvarezii: kajian rendemen dan
organoleptik karaginan. Maspari Journal, 8(2), 127-134.
Berepalay, M. I., Oedjoe, M. D. R., & Jasmanindar, Y. (2023). Perbedaan Umur Panen
Terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Karaginan Rumput Laut Kappaphycus
alvarezii Yang Terkena Ice Ice. Jurnal Aquatik, 6(1), 95-103.
Eti F, S.W., Dwi, I. Ilalqisny. 2014. Studi Komunitas Rumput Laut Pada Berbagai
Substrat di Perairan Pantai Permisian Kabupaten Cilacap. Jurnal Scripta
Biologica, 1(1): 55-60.
Murdinah. 2013. Kajian Mutu Produk Aneka Olahan Rumput Laut Euchema cottonii.
Prosiding Perencanaan Bulan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan. Seminar
Nasional Masyarakat Pengolahan Hasil Perikanan (MPHPI) Ke-V/18-19.
Universitas Diponegoro.
Sahidu, A. M., Mukti, A. T., & Satyantini, W. H. 2019. PPPUD Produk Olahan Rumput
Laut Khas Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur PPPUD special seaweed
product of Sumenep District, Madura, East Java. Journal of Marine and Coastal
Science 8(1): 10-17.
Sanger G. Widjanarko, S.B., Kusnadi, J. and Berhimpon S. 2013. Antioxidant Activity
of Methanol Extract of Seaweeds Obtained from North Sulawesi. Food Science
and Quality Management, 19: 2224-6088.
Sholiha, I. 2019. Pengolahan Rumput Laut (Eucheuma Cottoni) Menjadi Dawet Rumput
Laut. Jurnal Biologi dan Pembelajarannya 6(1): 1-6.
Simanjuntak, P.T.H., Arifin, Z, dan Mawardi, M.K. 2017. Pengaruh Produksi, Harga
Internasional dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Volume Ekspor Rumput Laut
Indonesia (Studi pada tahun 2009 - 2014). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB),
50(3): 163-171.
Madusari, B. D., dan Wibowo, D. E. 2018. Potensi dan peluang Produk Halal Berbasis
Rumput Laut. Indonesia Journal of Halal, 1(1): 53-57.
Yudiastuti, K., Dharma, I. G. B. S., & Puspitha, N. L. P. R. (2018). Laju pertumbuhan
rumput laut Gracilaria sp melalui budidaya IMTA (integrated multi trophic
aquaculture) di Pantai Geger, Nusa Dua, Kabupaten Badung. Bali. Journal of
Marine and Aquatic Sciences, 4(2), 191-203.

9
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi

Gambar 1. Penjelasan singkat oleh Gambar 3. Memperlihatkan cara


pak Asmawi mengikat rumput laut

Gambar 2. Sesi Tanya jawab Gambar 4. Mencoba mengikat


rumput laut oleh mahasiswa

10
Lampiran 2 Pembagian Tugas
Bagian Nama
Daftar isi Muhammad Teguh
Pendahuluan Lulu Widiyana
Rumusan Masalah Diva Savannah
Tujuan Diva Savannah
Hasil & pembahasan Aura Ratunisa, Randi Anargya, Diva
Savannah, Lulu Widiyana
Kesimpulan Aura Ratunisa
Lampiran Aura Ratunisa
Susunan Makalah Muhammad Teguh, Aura Ratunisa

11

Anda mungkin juga menyukai