Anda di halaman 1dari 12

Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).

Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

PENGARUH METODE STORYTELLING BERBANTUAN KOMIK


TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA NDONESIA
SISWA KELAS V

Ketut Prabawardani1, Anak Agung Gede Agung2, Desak Putu Parmiti3


1,2,3 JurusanTeknologi Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: prabawardani96@gmail.com1, agungtps2056@gmail.com2,


dskpt_parmiti@yahoo.co.id3

Abstrak
Penelitian ini dilakukan karena rendahnya keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
yang disebabkan oleh kurangnya media dan metode pembelajaran yang digunakan untuk
mendukung pelajaran Bahasa Indonesia dengan rata-rata masih dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 64,47, sedangkan KKM yang telah ditetapkan untuk
mata pelajaran pelajaran Bahasa Indonesia adalah 65. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh metode Storytelling berbantuan komik terhadap keterampilan
berbicara Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode
Storytelling berbantuan komik dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan
metode Storytelling berbantuan komik pada siswa kelas V Gugus XI Kecamatan
Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2017/2018 Penelitian ini tergolong
penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan rancangan nonequivalent
posttest only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah 70 orang
siswa kelas V Gugus XI Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng tahun pelajaran
2017/2018. Sampel penelitian ini berjumlah 40 orang siswa. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode observasi dengan teknik observasi langsung
partisipan yang dibantu dengan rubrik penilaian keterampilan berbicara Bahasa
Indonesia. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan metode Storytelling berbantuan komik terhadap
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia antara kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan metode Storytelling berbantuan komik dan kelompok siswa yang tidak
dibelajarkan dengan metode Storytelling berbantuan komik dengan t hitung lebih besar dari
ttabel (thitung > ttabel). Nilai thitung = 49,514, sedangkan nilai ttabel = 2,042.

Kata kunci : keterampilan berbicara bahasa Indonesia, storytelling

Abstract

This research was conducted due to the low Indonesian speaking skills caused by the lack
of media and learning methods to supported Indonesian learning with the average
still below the minimum exhaustiveness criteria (KKM) is 64.47, while the KKM that has
been set for the subjects of Indonesian language is 65. This research aims to
determine the effect of Storytelling method comic-assisted on Indonesian speaking
skills between groups of students who were taught by Storytelling method with comic-
assisted and students who were not taught by Storyteling method with comic-assisted
students in fifth grade Gugus XI Buleleng sub-district Buleleng District in academic year
2017 / 2018. The population in this research is 70 students of fifth grade Gugus XI
Buleleng Sub-District Buleleng District of academic year 2017/2018. The sample of this
study amounted to 40 students. This research is classified as quasi experimental research
(quasi experiment) with nonequivalent posttest only control group design. Data collection
method used is the method of observation with participant direct observation
techniques assisted with rubric assessment of Indonesian speaking skills. The

147
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

collected data were analyzed using descriptive statistical analysis techniques and
inferential statistical analysis (t-test). The results of this research indicate that there
is a significant effect of comic-assisted Storytelling method on Indonesian speaking
skills between groups of students who are taught by Storyteling method with comic-
assisted and unedged students group by comic-assisted Storyteling method with tvalue is
greater than ttable (tvalue> ttable). The value of tcount = 49,514, while the value of
ttable = 2.042.

Keywords: Indonesian speaking skill, storytelling

PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia merupakan Dibia, dkk (2007:1) menyatakan
bahasa persatuan bangsa Indonesia bahwa kegiatan pendidikan dan
yang menjadi mata pelajaran wajib di pengajaran Bahasa Indonesia sejak
sekolah, baik itu di tingkat dasar, Kurikulum 1994 sampai dengan
menengah maupun di tingkat pendidikan kurikulum 2006 dikembangkan menjadi
tinggi. Walaupun Bahasa Indonesia telah pendidikan dan pengajaran keterampilan
menjadi bahasa ibu di Indonesia akan berbahasa. Keterampilan itu meliputi
tetapi untuk mempelajari bahasa keterampilan menyimak, keterampilan
Indonesia yang baku memerlukan teknik berbicara, membaca dan menulis yang
khusus. Mempelajari bahasa Indonesia diajarkan secara terpadu dengan bidang
tidak hanya mengenai kata benda atau studi lain. Salah satu aspek
sekadar membuat kalimat, akan tetapi keterampilan berbahasa yang berperan
mempelajari bahasa Indonesia harus dalam upaya melahirkan generasi masa
memiliki kemauan dan kemampuan depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan
karena sejatinya bahasa Indonesia berbudaya adalah keterampilan
adalah mata pelajaran yang paling sulit berbicara. Keempat keterampilan
untuk diresapi. tersebut pada dasarnya merupakan satu
Menurut Piaget (dalam kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Budiningsih, 2014;38) pada tingkat Artinya, antara komponen yang satu
sekolah dasar masih berada pada tingkat dengan komponen yang lain memiliki
operasional konkret. Kegiatan kaitan yang erat, saling mendukung, dan
pembelajaran merupakan aktivitas yang saling menunjang. Siswa harus
paling penting dalam upaya keseluruhan menguasai keempat aspek tersebut agar
pendidikan, sehingga pembelajaran yang memiliki keterampilan berbahasa yang
dilakukan harus nyata/konkret. Dalam baik. Dengan demikian, pembelajaran
Pendidikan di Indonesia bahasa keterampilan berbahasa di sekolah tidak
memegang peranan yang sangat hanya menekankan pada teori saja,
penting. Pendidikan di Indonesia tetapi juga siswa dituntut untuk mampu
menempatkan Bahasa Indonesia sebagai menggunakan bahasa sebagai alat
salah satu mata pelajaran yang komunikasi dengan baik dalam
diajarkan di sekolah. Hairuddin, dkk kehidupan sehari-hari. Menurut Arini, dkk
(2007:3-23) menyatakan “pembelajaran (2006:49) “keterampilan berbicara atau
Bahasa Indonesia di sekolah dasar berbahasa lisan merupakan keterampilan
bertujuan meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk
siswa berkomunikasi secara efektif, baik berpartisipasi dengan lingkungannya.”
lisan maupun tertulis”. Penerapan Pada dasarnya setiap individu
metode pembelajaran yang relevan mampu untuk berbicara, tetapi tidak
dengan mata pelajaran yang semua siswa memiliki kemampuan
bersangkutan akan sangat membantu dalam berbicara. Keterampilan berbicara
peserta didik dalam mengikuti proses harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar
pembelajaran. Secara tidak langsung karena berbicara secara langsung
kemudahan yang didapatkan oleh siswa, berkaitan dengan seluruh proses belajar
akan berdampak baik untuk siswa di sekolah dasar. Pada
meningkatkan nilai keterampilan kenyataannya di sekolah dasar mata
berbicara pada siswa itu sendiri. pelajaran Bahasa Indonesia tidak begitu

148
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

diminati oleh siswa. Permasalahan ini mengungkapkan bahwa pada dasarnya


terlihat pada rendahnya tanggapan Teknologi Pendidikan merupakan teori
siswa pada saat proses pembelajaran dan praktek tentang bagaimana
Bahasa Indonesia di kelas. Masalah memfasilitasi belajar peserta didik
yang dihadapi oleh guru Bahasa melalui media dan sumber belajar yang
Indonesia sendiri berupa sulitnya dirancang, dikembangkan, dimanfaatkan,
mencari media yang menarik dan dikelola, dan dinilai dengan sistematis
meningkatkan minat siswa untuk agar tercapainya tujuan
berbicara di depan kelas. pembelajaran/pendidikan yang
Jurusan Teknologi Pendidikan diharapkan.
memiliki peranan penting untuk Jurusan Teknologi Pendidikan
memberikan solusi dalam pembuatan sangat mempengaruhi perkembangan
media pembelajaran bagi guru-guru yang pendidikan, baik proses pembelajarannya
merasa kesulitan pada saat membuat maupun dalam membangun sarana dan
media pembelajaran menarik yang prasarana pembelajaran yang memadai
digunakan pada saat proses sehingga tujuan pembelajaran itu sendiri
pembelajaran. Menurut Mahadewi dapat mudah terlaksana. Oleh karena itu
(2014:2) di Indonesia sendiri, Teknologi dilaksanakannya Program Pengalaman
Pendidikan sebanarnya telah lama Lapangan (PPL) dapat mendukung
tumbuh walaupun nama Teknologi kegiatan aplikatif yang membekali
Pendidikan mulai muncul sebagai nama mahasiswa Jurusan Teknologi
sebuah jurusan di Fakultas Ilmu Pendidikan dalam kemampuan
Pendidikan di IKIP Jakarta pada tahun menemukan dan memecahkan masalah
1976 dan diikuti oleh perguruan tinggi pembelajaran. Keterampilan dan
lainnya di Indonesia. Lahirnya Teknologi peningkatan kompetensi tersebut
Pendidikan di Bali dimulai pada tahun diperoleh dari kegiatan yang dilakukan
1998 sebagai sebuah jurusan di secara kolaboratif antara peserta PPL,
Fakultas Ilmu Pendidikan STKIP dosen pembimbing, dan guru. Selain itu
Singaraja (Undiksha sekarang). PPL ini juga sangat bermanfaat bagi
Menurut Tegeh (2008:20) guru di sekolah untuk membantu guru
menyatakan bahwa kajian kawasan dalam menyiapkan dan merancang
Teknologi Pendidikan AECT media-media yang diperlukan guru pada
mengeluarkan definisi Teknologi proses pembelajaran di kelas. Sehingga
Pendidikan tahun 2004 yaitu dengan adanya tenaga Teknologi
“Educational technology is the study and Pendidikan di masing-masing sekolah
ethcila practice of fasilitating learning kedepannya proses pembelajaran di
and improving perfomance by creating, kelas diharapkan kreatif dengan
using, and managing appropriate mengembangkan media-media untuk
technological process and resources menjadikan pembelajaran itu lebih
(Teknologi Pendidikan adalah kajian dan mudah, efektif dan efisien dalam
praktik etika memfasilitasi belajar dan melahirkan generasi penerus bangsa yang
meningkatkan belajar dan meningkatkan hebat.
performa dengan menciptakan, Berdasarkan pengamatan awal
menggunakan, dan mengelola proses pada saat melaksanakan Program
sumber yang secara teknologi sesuai). Pengalaman Lapangan (PPL) REAL di
Sedangkan pada tahun 2008 AECT SD Negeri 1 Kampung Anyar tahun
(dalam Mahadewi, 2014:9) mengeluarkan pelajaran 2017/2018 selama 10 minggu,
lagi pengertian Teknologi Pendidikan ternyata di sekolah tersebut masih
yang baru yaitu “teknologi pendidikan banyak permasalahan yang harus
merupakan kajian dan praktek etika ditangani dalam bidang pendidikan. Hal
tentang memfasilitasi belajar dan ini terlihat pada rendahnya keterampilan
meningkatkan kinerja dengan berbicara siswa khususnya pada mata
menciptakan, menggunakan dan pelajaran Bahasa Indonesia.
mengelola proses dan sumber teknologi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang
yang tepat.” Mahadewi, (2014:19) berlangsung di kelas V secara kasar

149
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

teramati oleh peneliti berjalan dengan menerapkan metode Storytelling dalam


sangat tentram. Tidak ada komunikasi pembelajaran Bahasa Indonesia.
dua arah yang terjadi antara guru “Storytelling (bercerita) adalah
dengan siswa pada saat mengajar kemampuan menceritakan kembali
Bahasa Indonesia, sehingga siswa tidak sebuah kejadian, film, buku, atau
berperan serta aktif dalam pengalaman yang pernah di alami dan
pembelajaran. Dapat dilihat pula pada dikemas dalam cerita yang menarik”
saat pelaksanaan observasi siswa Nusantari (2012:61). Arini, dkk (2006:63)
nampak mengantuk karena mata menyatakan bahwa “kegiatan bercerita
pelajaran Bahasa Indonesia selalu dapat memberikan hiburan dan
berada pada jam terakhir. Penggunaan merangsang imajinasi anak. Kegiatan
satu jenis metode dan minimnya media bercerita juga menambah kemampuan
pembelajaran yang digunakan oleh guru berbahasa anak dan membantu mereka
menjadi salah satu faktor utama menginternalisasi karakter cerita.”
rendahnya nilai siswa yang akan Sedangkan menurut Behmer
berimbas pada nilai keterampilan (dalam Smeda, 2014:3) Storytelling adalah
berbicara Bahasa Indonesia siswa. sebuah proses di mana siswa
Berdasarkan hasil wawancara mempersonalisasi apa yang mereka
guru yang mengajar Bahasa Indonesia pelajari dan membangun makna dan
di kelas V, dapat dikatakan bahwa guru pengetahuan mereka sendiri dari cerita
kurang memahami metode pembelajaran yang mereka dengar dan katakan.
lainnya yang lebih inovatif. Akibat dari Dalam menunjang proses
proses pembelajaran yang monoton pembelajaran dengan metode
tersebut, maka siswa merasa malas dan Storytelling, penyampaian materi dapat
jenuh dalam mengikuti pembelajaran di dibantu dengan komik agar dapat
kelas. Keterampilan berbicara siswa menarik perhatian siswa dan minat
juga tidak akan meningkat karena siswa belajar siswa serta mampu
tidak pernah dilatih untuk berbicara atau meningkatkan keterampilan berbicara
diberikan kesempatan untuk Bahasa Indonesia. Diharapkan melalui
mengungkapkan pendapatnya. penerapan metode Storytelling
Selain melakukan pengamatan berbantuan komik akan mampu
dan wawancara, untuk menguatkan fakta meningkatkan perhatian dan
yang telah ditemukan, peneliti juga keterampilan berbicara siswa untuk
melakukan penyebaran angket analisis mengikuti pembelajaran dengan lebih baik
kebutuhan yang diisi oleh siswa sesuai dari yang sebelumnya.
dengan keadaan yang sebanarnya. Menurut McCloud, 2002:9)
Angket tersebut diisi oleh siswa kelas V “komik adalah gambar-gambar serta
di SD Negeri 1 Kampung Anyar. lambang- lambang terjukstaposisi dalam
Berdasarkan hasil data dari angket urutan tertentu untuk menyampaikan
tersebut diperoleh data bahwa seluruh informasi dan/atau mencapai tanggapan
siswa kelas V di sekolah tersebut belum estetis dari pembacanya”. Rohadi (dalam
pernah menggunakan media komik Wahyuni, dkk, 2016:4) menyatakan
dalam materi keterampilan berbicara. bahwa “komik adalah suatu kartun yang
Sehingga dirasa perlu menggunakan mengungkapkan suatu karakter dan
media komik ini untuk meningkatkan memerankan suatu cerita dalam urutan
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia. yang erat, dihubungkan dengan gambar
Untuk mengatasi permasalahan- dan dirancang untuk memberikan
permasalahan yang telah dipaparkan di hiburan kepada pada pembaca.
atas, maka perlu dicarikan solusi agar Pendapat-pendapat inilah yang
pembelajaran yang dilaksanakan dapat memperkuat bahwa penerapan metode
memberikan hasil yang optimal serta Storytelling dalam pembelajaran
mampu meningkatkan keterampilan memungkinkan siswa untuk dapat
berbicara bagi siswa. Salah satu solusi melatih keterampilan berbicara, siswa
yang tepat untuk mengatasi aktif dalam mengikuti pembelajaran di
permasalahan di atas adalah dengan kelas, dan berani untuk mengemukakan

150
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

pendapat. Dengan demikian, siswa 2017/2018 dengan jumlah 70 orang


menjadi lebih percaya diri, baik dalam siswa dari tiga sekolah. Dari tiga sekolah
proses pembelajaran atau dalam tersebut akan diambil dua kelas, satu
berinteraksi dengan lingkungannya yang kelas sebagai kelas eksperimen yaitu SD
menuntut harus terampil berbicara. Negeri 1 Kampung Anyar dan satu kelas
Dari latar belakang di atas, sebagai kelas kontrol yaitu SD Negeri 3
adapun masalah yang dapat diajukan Kampung Anyar.
dalam penelitian ini adalah Apakah Teknik pengambilan sampel yang
terdapat pengaruh yang signifikan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode Storytelling berbantuan komik teknik purpose sampling. Menurut
terhadap keterampilan berbicara Bahasa Agung (2014:77) teknik sampling ini
Indonesia Kelas V di gugus XI dilakukan dengan cara mengambil
Kecamatan Buleleng, Kabupaten subjek bukan berdasarkan atas starata,
Buleleng tahun pelajaran 2017/2018. random, wilayah tetapi didasarkan atas
Tujuan penelitian ini untuk adanya tujuan tertentu. Melalui teknik
mengetahui pengaruh yang signifikan purpose sampling sampel dari penelitian
metode Storytelling berbantuan komik ini yaitu kelas V kelas V SD Negeri 1
terhadap keterampilan berbicara Bahasa Kampung Anyar sebagai kelas
Indonesia kelas V di gugus XI eksperimen yang diberikan perlakuan
Kecamatan Buleleng, Kabupaten dengan menggunakan metode
Buleleng tahun pelajaran 2017/2018. Storytelling berbantuan Komik
sedangkan kelas V SD Negeri 3
METODE Kampung Anyar diperoleh sebagai kelas
Penelitian ini tergolong penelitian kontrol sebagai kelompok siswa yang
eksperimen semu (quasi eksperimen) tidak dibelajarkan menggunakan metode
dengan rancangan nonequivalent Storytelling berbantuan komik dari lima
posttest only control group design. sekolah yang ada di Gugus XI
Rancangan ini menunjukkan bahwa Kecamatan Buleleng, Kabupaten
kelompok eksperimen mendapatkan Buleleng.
perlakuan, sedangkan kelompok kontrol Untuk mengumpulkan data dalam
tidak mendapat perlakuan. Adapun penelitian ini menggunakan metode
rancangan penelitian ini disajikan pada observasi. Metode observasi dalam
Tabel 1. penelitian ini dilakukan dengan
sistematis yaitu dengan mengamati dan
mencatat perilaku siswa dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan
metode Storytelling, guna memperoleh
data tentang kegiatan Storytelling yang
Keterangan : dilakukan oleh siswa. Teknik observasi
E = kelompok eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini
K = kelompok kontrol adalah observasi langsung partisipan.
X = perlakuan pembelajaran dengan “Observasi langsung partisipan yaitu
metode storytelling berbantuan komik. peneliti atau observer (pendidik yang
- = tidak mendapat perlakuan sedang melakukan kegiatan penilaian)
pembelajaran dengan metode melibatkan diri ditengah-tengah kegiatan
storytelling berbantuan komik. observer (peserta didik yang sedang
O1= pengamatan akhir (post-test) berupa diamati tingkah lakunya)” (Sudijono,
hasil keterampilan berbicara pada 2007: 77).
kelompok eksperimen. Dalam penelitian ini ada dua
O2 = pengamatan akhir (post-test) variabel, yakni variabel bebas dan
berupa hasil keterampilan berbicara variabel terikat. Variabel bebas dalam
pada kelompok kontrol. penelitian ini adalah metode Storytelling
Populasi dalam penelitian ini berbantuan komik (comik life).
adalah kelas V di Gugus XI Kecamatan Sedangakan variabel terikat dalam
Buleleng pada tahun pelajaran penelitian ini adalah keterampilan

151
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

berbicara Bahasa Indonesia. Menurut dari proses pembelajaran dan guru tetap
Kerlinger (dalam Agung, 2014:39) mengajar mengenai metode Storytelling
variabel adalah sebagai sebuah konsep. dan media komik digunakan sebagai alat
Kemudian Kanca (2010: 42) menyatakan bantu dalam proses pembelajaran
bahwa variabel adalah semua ciri atau Bahasa Indonesia.
faktor yang dapat menunjukkan variasi Langkah akhir yang dilakukan
atau variabel adalah sebagai segala pada penelitian ini adalah dengan
sesuatu yang akan menjadi obyek memberikan post-test kepada siswa
pengamatan penelitian. yang belajar dengan metode Storytelling
Instrumen yang digunakan dalam berbantuan komik dan siswa yang tidak
penelitian ini untuk mengukur perubahan dibelajarkan dengan metode Storytelling
nilai keterampilan berbicara Bahasa berbantuan komik. Data hasil post-test
Indonesia menggunakan rubrik penilaian tersebut kemudian dianalisis terlebih
keterampilan berbicara yang diisi oleh dahulu. Data yang telah dikumpulkan
guru yang didapatkan melalui tes dianalisis dengan menggunakan analisis
keterampilan berbicara dengan statistik dan statistik inferensial.
berbantuan komik. Tes keterampilan Analisis statistik digunakan untuk
berbicara ini digunakan untuk mengetahui menghitung mean, median, modus, dan
sejauh mana kemampuan siswa dalam standar deviasi. Sedangkan statistik
mencapai kriteria-kriteria atau aspek- inferensial berfungsi untuk
aspek dalam keterampilan berbicara menggeneralisasikan hasil penelitian yang
Bahasa Indonesia. aspek yang dinilai dilakukan pada sampel bagi populasi.
dalam keterampilan berbicara Bahasa Statistik inferensial ini digunakan untuk
Indonesia yaitu 1) Skala data yang menguji hipotesis melalui uji-t yang
digunakan pada penelitian ini yaitu skala diawali dengan analisis prasyarat yaitu
data interval dan pengukuran variabel uji normalitas dan uji homogenitas.
yang digunakan menggunakan PAP Sebelum menggunakan uji-t, dilakukan
skala 5. terlebih dahulu uji prasayrat yang
Sebelum penelitian dilaksanakan meliputi uji normalitas dengan uji Chi-
di persiapan terlebih dahulu perangkat Square dan uji homogenitas varians
pembelajaran. Pada kelas eksperimen dengan uji-F. Pengujian hipotesis dalam
diberikan perlakuan berupa metode penelitian ini hanya dilakukan sekali
Storytelling berbantuan komik dengan dengan menggunakan t-test. Pada
membuat RPP (Rencana Pelaksanaan hipotesis tersebut dijabarkan menjadi
Pembelajaran) agar sesuai dengan hipotesis nol (H0) melawan hipotesis
langkah-langkah pembelajaran pada alternatif (H1). Jika thitung > ttabel maka
metode Storytelling, menyusun rubrik H0 ditolak atau H1 diterima. Seluruh
penilaian keterampilan berbicara serta pengujian hipotesis dilakukan dengan
format penilaian agar memudahkan guru taraf signifikan 5%.
dalam menerapkan metode Storytelling
berbantuan komik dan HASIL DAN PEMBAHASAAN
mengkonsultasikan perangkat Berdasarkan data hasil penelitian
pembelajaran serta rubrik penilaian yang telah diperoleh, dilakukan
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia perhitungan untuk mencari mean,
yang digunakan dalam penelitian kepada median, dan modus dari tiap-tiap
dosen pembimbing. kelompok data. Hasil perhitungan ukuran
Penelitian ini dilaksanakan dalam tedensi sentral (mean, median, dan
kurun waktu 2 bulan. Dari bulan Maret modus) disajikan pada Tabel 2 di bawah
sampai dengan bulan April 2018. ini.
Pembelajaran dikelompok eksperimen
menggunakan metode Storytelling
berbantuan komik sedangkan pada kelas
kontrol pembelajaran yang sering
digunakan pada kelas tersebut. Peneliti
hanya mengawasi dan mencatat hasil

152
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

Berdasarkan Tabel 2 di atas, Distribusi frekuensi data


dapat dideskripsikan bahwa mean (M), keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
modus (Mo), median (Md), varians, dan siswa pada kelas kontrol disajikan ke
standar deviasi (s) dari data dalam gambar berikut.
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
kelompok eksperimen, yaitu: mean (M)
= 20,047 median (Md) = 20 modus
(Mo) = 21 varians (s2) = 1,474 dan
standar deviasi (s) = 1,214. Distribusi
frekuensi data keterampilan berbicara
Bahasa Indonesia siswa pada kelas
eksperimen disajikan ke dalam gambar
berikut.
Gambar 2. Polygon Skor Post-test Data
Keterampilan Berbicara Bahasa
Indonesia Kelompok Kontrol.

Berdasarkan histogram di atas,


diketahui bahwa distribusi frekuensi
kelompok data keterampilan berbicara
Bahasa Indonesia kelompok siswa yang
tidak dibelajarkan dengan metode
Gambar 1. Polygon Skor Post-test Data
Storytelling berbantuan komik yang paling
Keterampilan Berbicara Bahasa
banyak terletak pada skor 16 dengan
Indonesia Kelompok Eksperimen
banyak siswa 7 orang dari 19 total siswa
yang belajar dengan menggunakan.
Berdasarkan histogram di atas,
Sedangkan distribusi frekuensi kelompok
diketahui bahwa distribusi frekuensi
data keterampilan berbicara Bahasa
kelompok data keterampilan berbicara
Indonesia yang paling sedikit berada
Bahasa Indonesia siswa yang
pada skor 20, 18, dan 14 yaitu masing-
dibelajarkan dengan metode Storytelling
masing 1 orang dari 19 siswa yang tidak
berbantuan komik yang paling banyak
dibelajarkan dengan metode Storytelling
terletak pada skor 21 dengan banyak
berbantuan komik.
siswa 7 orang dari 21 total siswa yang
Berdasarkan tabel dan histogram
belajar dengan menggunakan metode
di atas dapat dilihat bahwa analisis data
Storytelling berbantuan komik.
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
Sedangkan distribusi frekuensi kelompok
kelompok yang siswa dibelajarkan
data keterampilan berbicara Bahasa
dengan metode Storytelling berbantuan
Indonesia yang paling sedikit berada
komik lebih tinggi dibandingkan dengan
pada skor 22 dengan banyak siswa 2
kelompok siswa yang tidak dibelajarkan
orang dari 21 siswa yang belajar dengan
dengan metode Storytelling berbantuan
menggunakan metode Storytelling
komik. Hal ini menunjukkan bahwa
berbantuan komik.
metode Storytelling berbantuan komik

153
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

berpengaruh terhadap keterampilan dengan metode Storytelling berbantuan


berbicara Bahasa Indonesia. komik.
Selanjutnya sebelum dilakukan Hasil perhitungan yang dilakukan
pengujian untuk mendapatkan diperoleh Fhitung = 1,53. Pada tabel
kesimpulan, maka data yang diperoleh nilai distribusi F taraf signifikan 5%
perlu diuji normalitas. Uji normalitas dengan dkpembilang = 1 dan dk
data dilakukan terhadap data hasil post penyebut = 38 diperoleh Ftabel = 4,10.
test keterampilan berbicara kelompok Jadi dapat disintesiskan bahwa data
siswa yang yang belajar dengan metode keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
Storytelling berbantuan komik maupun siswa pada kelompok yang dibelajarkan
kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan metode Storyteliing berbantuan
dengan metode Storytelling berbantuan komik dan kelompok siswa yang tidak
komik menggunakan analisis uji Chi- dibelajarkan dengan menggunakan
Square dengan data berditribusi normal metode Storyteliing berbantuan komik
jika x2hitung < x2tabel dengan taraf signifikan mempunyai varians yang homogen.
5% dan derajat kebebasannya dk = Berdasarkan hasil uji prasyarat
jumlah baris – 1 = 6 – 1 = 5. Uji analisis data di atas, berupa uji
normalitas sebaran data kelompok siswa normalitas dan homogenitas varians,
yang yang belajar dengan metode dapat diperoleh bahwa data keterampilan
Storytelling berbantuan komik diperoleh berbicara Bahasa Indonesia kelompok
x2tabel = 11,07 x2hitung sebesar 10, 97. siswa yang dibelajarkan dengan
Sedangkan kelompok siswa yang tidak menggunakan metode Storytelling
dibelajarkan dengan metode Storytelling berbantuan komik dan kelompok siswa
berbantuan komik diperoleh x2tabel = yang tidak dibelajarkan dengan metode
2
11,07 x hitung sebesar 8,44. Hal ini Storytelling berbantuan komik
menunjukkan bahwa x2hitung < x2tabel maka berdistribusi normal dan bersifat
sebaran data untuk kelompok siswa homogen. Kemudian dilanjutkan dengan
yang belajar dengan metode Storytelling pengujian hipotesis penelitian (H1) dan
berbantuan komik berdistribusi normal. (H0). Dalam pengujian hipotesis tersebut
Dilanjutkan dengan uji dilakukan dengan menggunakan uji-t
homogenitas varian terhadap antar sampel independent (tidak berkorelasi).
kelompok eksperimen dan kelompok Rumus uji-t yang digunakan dalam
kontrol. penelitian ini yaitu polled varians karena
Untuk menguji homogenitas ukuran sampel berbeda (n1≠n2) maka
varians untuk kedua kelompok analisis uji-t (t-test) dengan polled varians
digunakan uji F dengan kriteria dengan kriteria H0 ditolak jika
pengujian, jika Fhitung ≥ Ftabel maka thitung>ttabel dan H0 diterima jika thitung
sampel tidak homogen dan jika Fhitung < ttabel dengan taraf signifikansi 5%
< Ftabel maka sampel homogen. dan db = n1 + n2–2. Berikut ringkasan dari
Pengujian dilakukan dengan taraf uji hipotesis disajikan pada tabel 3
signikan 5% dengan derajat kebebasan sebagai berikut.
untuk pembilang dk1 = n1 – 1 dan

derajat kebebasan untuk penyebut dk2 = Hasil perhitungan uji-t di atas


n2 – 1. Hasil uji homogenitas varians diperoleh thitung =49,514 sedangkan untuk
antar kelompok siswa yang belajar mengetahui signifikansinya maka perlu
dengan menggunakan metode dibandingkan dengan nilai ttabel dengan db
Storytelling berbantuan komik dan =38 pada taraf signifikansi 5% diperoleh
kelompok siswa yang tidak dibelajarkan nilai ttabel = 2,042. Dilihat dari hal tersebut

154
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

menunjukkan bahwa nilai thitung lebih mampu menyampaikan informasi baik itu
besar dari ttabel (thitung < ttabel), sehingga H0 kejadian, film maupun pengalaman yang
ditolak dan H1 diterima. Hal ini pernah dialami yang dapat dikemas
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sebuah cerita pada komik pembelajaran
yang signifikan terhadap keterampilan tersebut yang nantinya akan disampaikan
berbicara Bahasa Indonesia antara oleh siswa secara lisan, tulisan maupun
kelompok siswa yang dibelajarkan akting.
dengan metode Storytelling berbantuan Dalam menerapkan metode
komik dengan kelompok siswa yang tidak Storytelling berbantuan komik dimulai
dibelajarkan dengan metode Storytelling dengan pemberian penjelasan manfaat
berbantuan komik. cerita oleh guru sehingga dapat
Pada saat pemberian perlakuan, menggugah rasa ingin bercerita dari diri
siswa mau memperhatikan intruksi dari siswa. Manfaat kegiatan bercerita
guru. Sehingga pada saat diberikannya diantaranya siswa dapat
komik pembelajaran siswa sangat mengembangkan kosakata, kemampuan
antusias dalam melaksanakan kegiatan berbicara, mengekspresikan cerita yang
pembelajaran. Kegiatan siswa dalam disampaikan sesuai karakteristik tokoh
menggunakan salah satu dari empat yang dibacakan dalam situasi yang
keterampilan berbahasanya yaitu menyenangkan, serta melatih keberanian
keterampilan berbicara tersebut dilakukan siswa untuk tampil di depan umum.
secara berulang-ulang selama kegiatan Manfaat bercerita tersebut sejalan
pembelajaran di setiap pertemuan, dengan pendapat Arini, dkk (2006:63)
sehingga berangsur-angsur kemampuan yang menyatakan bahwa kegiatan
berbicara siswa meningkat. Hal ini sesuai bercerita dapat memberikan hiburan dan
dengan pendapat Tarigan, (dalam Safira merangsang imajinasi anak. Kegiatan
2017:7) yang menyatakan bahwa bercerita juga menambah kemampuan
diperlukan latihan-latihan dan praktik berbahasa anak dan membantu mereka
untuk menguasai suatu keterampilan menginternalisasi karakter cerita.
berbahasa. Selain itu, teknik Selanjutnya, adanya penggunaan
pembelajaran Storytelling ini lebih komik pembelajaran sebagai bahan yang
memberikan kesempatan kepada siswa dibaca dan diceritakan oleh siswa. Komik
untuk mengolah informasi dan pembelajaran ini isinya mengenai fakta,
menangkap isi cerita secara utuh, saran, dan peristiwa faktual berkaitan
sehingga siswa dapat mengungkapkan dengan peristiwa yang terjadi di sekitar
kembali isi cerita sesuai kemampuan siswa atau pengalaman yang pernah
berbahasa yang dimiliki, yaitu dengan dialami siswa sehingga mereka mampu
menggunakan kata dan kalimat sendiri. untuk menceritakan kembali isi cerita
Hal tersebut sesuai dengan tesebut. Di samping itu juga, dalam
pendapat Huda (dalam Safira 2017:7) penggunaan komik sebagai bahan cerita
yang mengatakan bahwa, kegiatan memberikan kesan yang menyenangkan
Storytelling memberi banyak kesempatan pada diri siswa. Hal ini terbukti pada saat
pada siswa untuk mengolah informasi proses pembelajaran berlangsung, siswa
dan meningkatkan keterampilan lebih bersemangat dan sangat antusias
berkomunikasi. Temuan penelitian dalam mengikuti pembelajaran karena
tersebut juga sesuai dengan hasil dalam komik terdapat tokoh-tokoh yang
penelitian yang dilakukan oleh Pebriani berwujud kartun dan sikap-sikap moral
(2014) yang menunjukkan bahwa yang sepatutnya dicontoh oleh siswa
penerapan metode Storytelling dalam bertingkah laku dalam kehidupan
berpengaruh pada keterampilan sehari-hari. Dengan cerita komik yang
berbicara siswa kelas V di gugus XII terkesan ringan dan sering terjadi di
kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng sekitar siswa mampu membuat siswa
tahun pelajaran 2013/2014. Pebriani lebih mudah mengerti peristiwa tersebut,
(2014) menjelaskan bahwa peningkatan sehingga mampu untuk menceritakan
terjadi karena pada metode Storyteliing kembali isi cerita tersebut. Hal ini sesuai
berbantuan komik siswa diajak untuk dengan pendapat Nusantari (2012:61)

155
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

yang menyatakan bahwa Storytelling dapat merangsang siswa untuk lebih


(bercerita) adalah kemampuan berprestasi di kemudian hari.
menceritakan kembali sebuah kejadian, Hasil penelitian ini juga sejalan
film, buku, atau pengalaman yang pernah dengan hasil penelitian yang dilakukan
dialami dan dikemas dalam cerita yang oleh Pebriani dan Safira tentang
menarik. Sebelum siswa diminta untuk penerapan metode Storytelling. Penelitian
bercerita di depan kelas, siswa yang dilakukan oleh Evytasari Pebriani,
dipersilahkan untuk berdiskusi di dalam dkk pada tahun 2014 yang berjudul
kelompok yang terdiri dari 4-5 “Pengaruh Metode Storytelling Terhadap
kelompok. Saat berdiskusi siswa Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V
melakukan hal-hal seperti, bagaimana Gugus XII Kecamatan Buleleng
prosedur bercerita, langkah-langkah Kabupaten Buleleng” yang menyatakan
bercerita, cara mengawali cerita dan bahwa bahwa penerapan metode
berlatih bercerita. Kegiatan ini dilakukan Storytelling dapat meningkatkan
agar siswa memahami isi cerita, karena keterampilan berbicara pada Mata
pada saat bercerita siswa dapat pelajaran Bahasa Indonesia pada siswa
menggunakan kata- katanya sendiri kelas V Gugus XII Kecamatan Buleleng.
dalam mengungkapkan isi cerita tanpa Perbandingan hasil perhitungan rata-rata
menghilangkan makna cerita. Saat keterampilan berbicara siswa yang
berdiskusi siswa dapat saling mengikuti pembelajaran dengan metode
mengomentari kelebihan maupun Storytelling adalah 32,78 lebih besar dari
kelemahan siswa lain. Selain itu rata-rata keterampilan berbicara siswa
kesempatan ini juga dapat melatih yang mengikuti pembelajaran dengan
keberanian siswa berbicara di depan metode konvensional adalah 28,5. Hal ini
umum meski dalam kelompok kecil. berarti penerapan metode Storytelling
Kegiatan inti yang dilakukan berpengaruh pada keterampilan
siswa yaitu tampil bercerita di depan kelas. berbicara siswa kelas V di gugus XII
Saat bercerita siswa diminta untuk kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng
menceritakan kembali isi komik yang tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian
sudah dipilih oleh siswa sebelumnya dan serupa yang juga dilakukan oleh Safira,
di akhir cerita siswa juga harus dkk pada tahun 2017 yang berjudul
memberikan tanggapan atas cerita “Pengaruh Teknik Pembelajaran
tersebut serta memberikan saran. Storytelling Berbantuan Satua Bali
Setelah kegiatan inti yang dilakukan terhadap Keterampilan Berbicara pada
siswa peneliti memberikan penghargaan Siswa Kelas V SD” hasil uji-t
atau reward kepada siswa. Hal ini mampu menunjukkan bahwa thitung = 4,58 >
membuat siswa menjadi lebih aktif dan tabel = 2,00. Dengan demikian, teknik
juga dapat meningkatkan motivasi siswa pembelajaran Storytelling berbantuan
dalam mengikuti proses pembelajaran, satua Bali berpengaruh terhadap
sehingga keterampilan berbicara siswa keterampilan berbicara pada siswa kelas
pun semakin meningkat. Reward ini V SD di Gugus III Kecamatan Seririt
diberikan kepada masing-masing individu tahun pelajaran 2016/2017. Paparan
atau setiap kelompok setelah selesai hasil penelitian tersebut memperkuat
menceritakan kembali isi komik bahwa pembelajaran dengan
pembelajaran, reward berupa bingkisan menerapkan metode pembelajaran
snack dan tepuk tangan. Dengan Storytelling menghasilkan ketuntasan
demikian siswa sangat antusias dan belajar siswa menjadi lebih baik.
bersemangat dalam mengikuti proses Berdasarkan pemaparan di atas
pembelajaran. Temuan tersebut juga dugaan yang menyatakan bahwa
didukung oleh penjelasan Djamarah terdapat pengaruh yang signifikan antara
(2006:150) yang menyatakan bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan
pemberian hadiah atau penghargaan dengan metode storytelling berbantuan
terhadap prestasi siswa merupakan salah komik dan kelompok siswa yang tidak
satu cara untuk membangkitkan motivasi dibelajarkan dengan metode storytelling
belajar siswa, dan pemberian hadiah

156
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

berbantuan komik terbukti berpengaruh Storytelling berbantuan komik


dalam penelitian ini. berpengaruh signifikan metode
Storytelling berbantuan komik terhadap
PENUTUP keterampilan berbicara Bahasa Indonesia
Berdasarkan rumusan masalah siswa kelas V di Gugus XI Kecamatan
dan hasil penelitian di atas, dapat Buleleng, Kabupaten Buleleng.
disimpulkan bahwa : Berdasarkan penelitian yang
Terdapat pengaruh yang telah dilakukan adapun saran yang
signifikan metode Storytelling berbantuan dapat disampaikan adalah sebagai
komik terhadap siswa yang dibelajarkan berikut.
dengan menggunakan metode 1. Kepada siswa disarankan kepada
Storytelling berbantuan komik siswa kelas siswa agar lebih giat belajar dan lebih
V di SDN 1 Kampung Anyar dan SDN 3 sering membaca buku agar suasana
Kampung Anyar. Kelompok siswa yang belajar di kelas mampu
dibelajarkan dengan menggunakan membangkitkan motivasi belajar, dan
metode Storytelling berbantuan komik komunikasi antar siswa dengan guru
memiliki rata-rata yang lebih tinggi agar menjadi lebih komunikatif untuk
dibandingkan dengan kelompok siswa membangun pengetahuan yang baru.
yang tidak dibelajarkan dengan metode 2. Kepada guru disarankan agar guru
Storytelling berbantuan komik. Rata-rata sebagai tenaga pengajar melakukan
skor keterampilan berbicara Bahasa inovasi dalam kegiatan pembelajaran
Indonesia kelompok siswa yang dengan menerapkan metode selain
dibelajarkan dengan menggunakan metode yang sering digunakan sehari-
metode Storytelling berbantuan komik harinya salah satunya metode
diketahui bahwa data keterampilan Storytelling berbantuan komik dalam
berbicara Bahasa Indonesia siswa yang proses kegiatan mengajar, khususnya
dibelajarkan dengan metode Storytelling pada mata pelajaran Bahasa
berbantuan komik yang memiliki nilai Indonesia. Pemberian rewards kepada
rata-rata (mean) sebesar 20,047 setelah siswa atau kelompok yang aktif dalam
dikonversikan ke dalam tabel nilai rata- proses pembelajaran juga disarankan
rata keterampilan berbicara Bahasa agar siswa lebih bersemangat dan
Indonesia terletak pada rentang skor merasa diperlakukan dengan baik
20,01 < M < 25,02 dan masuk ke dalam pada saat proses pembelajaran
kategori sangat baik. Jadi skor post-test berlangsung. Selain mengganti model,
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia metode atau strategi dalam proses
yang dibelajarkan dengan metode pembelajaran guru juga hendaknya
Storytelling berbantuan komik memiliki selalu menggunakan media
deskripsi data yang sangat baik pembelajaran untuk menunjang
sementara diketahui bahwa data proses pembelajaran yang sedang
keterampilan berbicara Bahasa berlangsung. Media yang dimaksud
Indonesia kelompok siswa yang tidak bukan hanya komik pembelajaran saja
dibelajarkan dengan metode Storytelling banyak media yang bisa digunakan
berbantuan komik yang memiliki nilai rata- seperti media media sederhana juga
rata (mean) sebesar 16,68 setelah dapat digunakan asalkan mampu
dikonversikan ke dalam tabel nilai rata- membantu proses pembelajaran yang
rata keterampilan berbicara Bahasa sedang berlangsung.
Indonesia terletak pada rentang skor 3. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti
16,67  M  20,01 yang masuk ke dalam metode Storytelling pada mata
kategori baik. Jadi skor post-test pelajaran Bahasa Indonesia ataupun
keterampilan berbicara Bahasa Indonesia mata pelajaran yang lain disarankan
kelompok siswa yang tidak dibelajarkan agar mengetahui kendala apa saja
dengan metode Storytelling berbantuan yang dialami oleh guru selama
komik memiliki deskripsi data yang baik. penelitian sehingga kendala tersebut
Berdasarkan temuan tersebut di dapat dicarikan solusi agar
atas, dapat disimpulkan bahwa metode mendapatkan hasil penelitian yang

157
Prabawardani, Agung, Parmiti (2018).
Jurnal EDUTECH Universitas Pedidikan Ganesha. Vol. 6 No. (2) pp. 147-158

lebih baik dari penelitian yang sudah Safira,Alifa Nur, dkk. 2017. Pengaruh
ada. Teknik Pembelajaran Storytelling
Berbantuan Satua Bali terhadap
DAFTAR RUJUKAN Keterampilan Berbicara pada
Agung, Anak Agung Gede. 2014.Agung, Siswa Kelas V SD. Vol :5, No:2.
A. A. G. 2014. Metodologi (hlm:1- 10).
Penelitian Pendidikan. Malang: Smeda, Najat, dkk. 2014. The
Aditya Media Publishing. Effectiveness of Digital
Agung, Anak Agung Gede. 2015. Buku Storytelling in the Classrooms: A
Ajar Desain dan Analisis Comprehensive Study. Jurnal
Eksperimen. Jurusan Teknologi Internasional. Vol :1, No:6. (hlm:3).
Pendidikan. Fakultas Ilmu Sudijono, Anas. 2002. Pengantar
Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Arini, Ni Wayan, dkk. 2006. Peningkatan Raja Grafindo Persada.
Keterampilan Berbahasa Tegeh, I Made. 2008. Teknologi
Indonesia Berbasis Kompetensi. Pendidikan: Sebuah
Singaraja: Undiksha. Pengantar.Jurusan Teknologi
Budiningsih, Asri. 2004. Belajar dan Pendidikan. Fakultas Ilmu
Pembelajaran. Penerbit Rineka Pendidikan. Undiksha: Singaraja.
Cipta, Yogyakarta. Wahyuni, Putu Dian. Dkk. 2016.
Dibia, Ketut, dkk. 2007. Pendidikan Penerapan Model Problem Based
Bahasa Indonesia 2. Singaraja: Learning (PBL) Berbantuan
Universitas Pendidikan Ganesha. Media Komik untuk Meningkatkan
Djmarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. Hasil Belajar Pkn. Terdapat pada:
2002. Strategi Belajar mengajar. https://ejournal.undiksha.ac.id/inde
Jakarta: Rineka Cipta. x .php/JJPGSD/article/
Hairuddin, dkk. 2007. Pembelajaran viewFile/7569/5170. Diakses pada
Bahasa Indonesia. Jakarta: : 2 Desember 2017.
Direktoral Jendral Pendidikan
Tinggi.
Kanca, I Nyoman. 2010. Metode
Penelitian Pengajaran Pendidikan
Jasmani dan Olahraga. Jurusan
Pendidikan Jasmani, Kesehatan
dan Rekreasi. Fakultas Olahraga
dan Kesehatan. Undiksha:
Singaraja.
Mahadewi, Luh Putu Putrini. 2014.
Problematika Teknologi
Pendidikan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
McCloud, Scott. 2002. Understanding
Comik (Memahami Komik).
Bogor: Grafika Mardi Yuana.
Nusantari, Anita. 2012. Strategi
Pengembangan Perpustakaan.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Pebriani, Ni Luh Putu,dkk. 2014.
“Pengaruh Metode Storytelling
terhadap Keterampilan Berbicara
Siswa Kelas V Gugus XII
Kecamatan Buleleng Kabupaten
Buleleng”. Jurnal Pendidikan.
Vol:2, No:1. (hlm :1-14).

158

Anda mungkin juga menyukai