Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN

AGREGAK PADA LANSIA

DI SUSUN OLEH KELOMPOK VII :

ASRI (2118044)
VICA WINDI SNYERMWAIN (2118045)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang telah melimpahkan berkat dan kemurahan-Nya
kepada kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan Askep komunitas pada lansia
ini tepat pada waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh, namun sebagai awal
pembelajaran dan agar menambah semangat dalam mencari pengetahuan yang luas
dilapangan, bukan sebuah kesalahan jika saya mengucapkan kata syukur.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun askep komunitas ini adalah untuk
memenuhi tugas. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan askep ini masih terdapat
banyak kekurangan,karena itu kami membutuhkan kritikan dan saran dari teman-teman
yang bersifat membangun guna untuk menyempurnakan isi askep ini
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Tujuan.................................................................................................
1. Tujuan Umum ...............................................................................
2. Tujuan Khusus...............................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
A. Definisi.................................................................................................
B. Etiologi.................................................................................................
C. Klasifikasi............................................................................................
D. Patofisiologi.........................................................................................
E. Manifestasi Klinis.................................................................................
F. Penatalaksanaan................................................................................
G. Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................
H. Komplikasi...........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................
A. Pengkajian...........................................................................................
B. Analisa Data........................................................................................
C. Diagnose Keperawatan.......................................................................
D. Intervensi.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal. Menurut
Nurarif A.H. & Kusuma H.(2016), hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik sekitar 140 mmHg atau tekanan diastolik sekitar 90 mmHg. Hipertensi
merupakan masalah yang perlu diwaspadai, karena tidak ada tanda gejala khusus
pada penyakit hipertensi dan beberapa orang masih merasa sehat untuk
beraktivitas seperti biasanya. Hal ini yang membuat hipertensi sebagai silent killer
(Kemenkes, 2018), orang-orang akan tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika
gejala yang dirasakan semakin parah dan memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2011), Hipertensi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-
menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda,
baik yang bersifat endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan,
maupun yang bersifat eksogen seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap
individu dan hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit
kepala atau rasa berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah,
penglihatan kabur, telinga berdenging atau tinnitus dan mimisan.
Gejala yang sering dikeluhkan penderita hipertensi adalah sakit kepala, pusing,
lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epitaksis, dan kesadaran
menurun (Nurarif A.H. & Kusuma H., 2016). Hipertensi terjadi karena dipengaruhi
oleh faktor-faktor risiko. Faktor-faktor risiko yang menyebabkan hipertensi adalah
umur, jenis kelamin, obesitas, alkohol, genetik, stres, asupan garam, merokok, pola
aktivitas fisik, penyakit ginjal dan diabetes melitus (Sinubu R.B., 2015).
Hipertensi merupakan penyakit yang umum ditemukan diberbagai negara.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas
20 tahun yang menderita hipertensi mencapai angka 74,5 jiwa dan hampir 90-95%
tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes, 2014).
B. Tujuan
Tujuan umum
Tujuan umum penulisan ASKEP ini adalah penulis ingin memperoleh pengalaman
nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan adalah makalah ini adalah dihahapkan penulis mampu :
a. Untuk mengetahui definisi hipertensi
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya hipertensi pada lansia
c. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
d. Untuk mengetahui jalannya penyakit atau patofisiologi hipertensi
e. Untuk megetahui manifestasi pada hipertensi
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic
h. Untuk mengetahui komplikasi pada penyakit hipertensi
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas pada lansia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
dan angka kematian ( mortalitas ).
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri (Ruhyanudin,
2007 ).
Definisi TD yang disebut hipertensi sulit ditentukan karena tersebar di populasi
sebagai distribusi normal dan meningkat seiring bertambahnya usia. Pada dewasa
muda TD > 140/90 mmHg bisa dianggap hipertensi dan terapi mungkin bisa
bermanfaat.
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanann darah di dalaam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi didalam arteti menyebabkan meningkatnya resiko tekanan stroke,
aneurisma, gagaal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2007).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam
waktu yang lama.
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg.
B. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder
yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga
erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi
garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka kemungkinan
menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang mendorong
terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola makan,
merokok.

C. Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan aliran
darah meningkat. Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis yang kemudian
aliran darah tersebut menjadi statis (adanya retensi garam). Hal tersebut
menyebabkan peningkatan kerja jantung yang ditandai dengan peningkatan
kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami pembesaran dan
mengakibatkan penurunan cardiac output.
Peningkatan TD dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan pengecilan
pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler (aliran darah)
karena adanya peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun, sehingga suplai
darah ke otak kurang dan dapat terjadi nyeri.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh darah ke
otak menjadi berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak
hipertensi pada ginjal terjadi vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menyebabkan
penurunan aliran darah. Hal ini menyebabkan rennin (yang merupakan enzim yang
disekresi oleh sel junkta glomerulus ginjal) bekerja pada substratnya berupa
pembentukan engiotensin peptida II yang berpengaruh terhadap aldosteron untuk
mengikat natrium dan air ke inter stisial, hal tersebut mengakibatkan peningkatan
volume cairan dalam tubuh.
Dengan adanya penurunan suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2
berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan pingsan pada akhirnya akan terjadi
resiko injuri.

D. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging
(tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu
: gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas,
rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
dari hidung).

E. PENATALAKSANAAN
1. Terapi tanpa obat
a. Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan
untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal.
b. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6
gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium,
magnesium, dan kalium yang cukup).
c. Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena asap
rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan dapat
meningkatkan kerja jantung.
d. Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
e. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar
kolesterol darah tinggi.
f. Olahraga yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama
tekanan darahnya terkendali.
g. Teknik-teknik mengurangi stress
Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan cara
menghambat respon stress saraf simpatis.
h. Manfaatkan pikiran
Kita memiliki kemampuan mengontrol tubuh, jauh lebih besar dari yang kita
duga. dengan berlatih organ-organ tubuh yang selama ini bekerja secara
otomatis seperti; suhu badan, detak jantung, dan tekanan darah, dapat kita
atur gerakannya.
2. Terapi dengan obat
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis
sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250
mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan reserprin
0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg (inderal,
farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau bisoprolol 2,5
& 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh: Captopril 12,5,
25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5 &10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5 &
10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg
(herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin)
sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid (HCT)
(Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009).

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
2. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
3. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
4. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
5. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
6. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
7. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) Dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
8. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretic.
9. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
10. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
11. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
12. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
13. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
14. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
15. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada dan
atau takik aorta, pembesaran jantung.
16. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama (Doenges,
2000; John, 2003; Sodoyo, 2006).
G. Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan
diastolic ¿ 130 mmHg atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara
mendadak dan tinggi.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada
mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
pengelihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan
yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping kelainan koroner dan
miokardio. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain
yang dapat terjadi adalah proses tromboembali dan serangan iskemia otak
sementara (transisent ischeemic attack). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai
komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut pada hipertensi maligna

H. Terapi komplementer
a. Terapi herbal
Buah mengkudu bentuknya bopeng-bopeng. Buah mengkudu memiliki
banyak manfaat yang dijadikan obat berbagai macam penyakit terlebih
pada penyakit Hipertensi. Buah mengkudu ini juga dipercaya ampuh
menurunkan tekanan darah tinggi karena mengandung dzat skopoletin
yang berfungsi untuk mengatur tekanan darah.
b. Terapi music
Untuk penderita hipertensi dan gangguan jantung, membantu untuk
meyehatkan kerja jantung, memperlancar dan menormalkan tekanan darah.
Terapi music ini membatu mengobati hipertensi secara alami,mencegah
serangan jantung dan dan struk. Efek relaksasi dari terapi music dan
stimulasi gelombang otak bisa memperlebar dan melenturkan pembuluh
darah sehingga berfungsi melancarkan peredaran darah di seluruh tubuh.
I. Patway Hipertensi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengumpulan Data
a. Data inti, terdiri dari :
Wilayah RT 06 RW 05 Kecamatan Tamalate, kelurahan mangasa yang
terdiri dari 28 kepala keluarga (KK) dengan jumlah lansia sebanyak 30 orang.
Berdasarkan metode pengkajian “Windshield Survey” data demografi
masyarakat akan di sajikan sebagai berikut :
Utara : Berseblahan dengan kelurahan kassi-kassi
Selatan : Berseblahan dengan kabupaten gowa
Timur: Berseblahan dengan kelurahan karunrung
Barat : Berseblahan dengan kelurahan pa’Baeng baeng.
Karakteristik wilayah RT 06 RW 05 Kecamatan Tamalate, kelurahan
mangasa adalah berupa dataran rendah yang merupakan daerah kelurahan.
Gambaran Geografis RT 06 RW 05 Kecamatan Tamalate, kelurahan mangasa
adalah berupa perumahan yang saling berdekatan.
b. Data umum
1. Lingkungan kelurahan
Wilayah RT 06 RW 05 hampir sama antara satu rumah dengan yang lain. Hampir
semua lantainya terbuat dari tegel atau keramik, rata-rata di setiap rumah tidak
terdapat jendela, sebagian besar pencahayaan remang-remang, dan jarak antar
rumah saling berdekatan serta beberapa ada yang menjadi satu.
2. Tingkat social ekonomi
Tingkat Sosial :
Masyarakat di RT 06 RW 05 mempunyai hubungan sosial yang baik antar-tetangga,
kegiatan warga dapat berjalan. Seperti pengajian ibu-ibu, arisan PKK.Sebagian
lansia mengikuti kegiatan posyandu lansia.
Tingkat Ekonomi :
penghasilan warga di RW 06 RT 05 Kec.Tamalate,Kel.Mangasa rata-rata
>1.000.000-3.000.000
3. Fasilitas kesehatan
Terdapat Puskesmas terdekat di kelurahan mangasa RT 06 RW 05
4. Suku
Sebagian besar lansia merupakan suku Bugis dan Makassar.
5. Agama
Mayoritas lansia beragama Islam.

C. Data sekunder
ANALISA DATA

No Data Fokus Problem Etiologi


1. DS : Resiko tinggi Deficit Kesehatan
Dari hasil peningkatan angka komunitas
pengkajian kejadian hipertensi pada
ditemukan bahwa lansia.
rata-rata lansia
menderita
hipertensi sekitar
50 %

DO :
1. Berdasarkan
data dari
puskesmas tikep
pada bulan Juli
sampai bulan
Agustus di desa
waturempe
sekitar 50%
Lansia
menderita
hipertensi.
2. kemampuan
lansia mengenali
secara dini
penyakit
hipertensi
kurang baik.
3. Lansia yang
menderita
hipertensi tidak
pernah
mendapatkan
penyuluhan
tentang
hipertensi

2 DS: Hipertensi Ketidak efektifan


- Warga masalah kesehatan
mengatakan ingin
mengelola
masalah
kesehatan dan
pencegahannya
DO :
- Berdasarkan
hasil wawancara
dan observasi
sebanyak 15
rumah warga di
temukan masih
banyak
masyarakat yang
mempunyai
tekanan darah
tinggi, dan masih
banyak
masyarakat tidak
mengetahui
Tindakan yang
ingin dilakukan
pada penderita
hipertensi.

Penapisan Masalah
Diagnosa Kriteria
No Jumlah
Keperawatan A B C D E F G H I J K L
1 Kurang pengetahuan 3 2 4 4 3 2 3 3 3 2 2 3 34
lansian di desa
waturempe rt, 02
berhubungan dengan
resiko tinggi
peningkatan angka
terjadinya hipertensi
pada lansia.
2. Ketidak efektifan 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 29
pemeliharaan
kesehatan lansian di
desa waturempe rt,02
berhubungan dengan
akibat tidak adanya
penyuluhan mengenai
masalah penyakit
hipertensi.

Keterangan:
A = Sesuai dengan peran perawat komunitas
B = Sesuai dengan programpemerintah
C = Sesuai dengan Intervensi pendidikan kesehatan
D = Risiko Terjadi
E = Risiko parah
F = Minat masyarakat
G = Kemudahan untuk diatasi
H =Tempat
I =Dana
J =Waktu
K =Fasilitas
L = Petugas PengisianSkor
1 = SangatRendah
2 =Rendah
3 =Cukup
4 =Tinggi
5 = Sangat

Diagnose
1. Kurang pengetahuan lansian di desa waturempe rt, 02 berhubungan dengan
resiko tinggi peningkatan angka terjadinya hipertensi pada lansia.
2. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan lansian di desa waturempe rt,02
berhubungan dengan akibat tidak adanya penyuluhan mengenai masalah
penyakit hipertensi.
A. Intervensi
NO DIAGNOSA RENCANA KEGIATAN PENANG WAKTU TEMPAT TTD
GUNG KEGIATA KEGIATAN
JAWAB N
1. Kurangnya Pengembangan Kesehatan Senin jam Balai
pengetahuan Mayarakat
09:00 pertemuan
lansian di  Identifikasi masalah
desa
atau isu kesehatan
waturempe rt,
02 dan prioritasnya
berhubungan  Libatkan anggota
dengan masyarakat untuk
resiko tinggi meningkatkan
peningkatan kesadaran terhadap
angka
isu dan masalah
terjadinya
hipertensi kesehatan yang
pada lansia dihadapi
 Libatkan masyarakat
dalam proses
perencanaan dan
implementasi
 Berikan pendidikan
kesehatan terkait
Hipertensi

2. Ketidak Manajemen Lingkungan Senin Balai


efektifan Komunitas 10:00 pertemuaa
pemeliharaan - Lakukan skrining
kesehatan n
risiko gangguan
lansian di
desa kesehatan lingkungan
waturempe - Identifikasi faktor
rt,02 risiko kesehatan yang
berhubungan diketahui
dengan - Libatkan partisipatif
akibat tidak masyarakat dalam
adanya memelihara
penyuluhan keamanan lingkungan
mengenai
Berikan pendidikan
masalah
penyakit kesehatan terkait
hipertensi
kebersihan lingkungan,
syarat rumah sehat
B. Implementasi

NO HARI/TANGGAL JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI


1. Senin 3/3/2021 09:00 Kurangnya 1. Mengidentifikasi masalah atau isu
pengetahuan lansian kesehatan dan prioritasnya
di desa waturempe
rt, 02 berhubungan 2. Melibatkan anggota masyarakat
dengan resiko tinggi
untuk meningkatkan kesadaran
peningkatan angka
terjadinya hipertensi terhadap isu dan masalah
pada lansia kesehatan yang dihadapi

3. Melibatkan masyarakat dalam


proses perencanaan dan
implementasi

4. Memberikan pendidikan kesehatan


terkait hipertensi

2. Senin 3/3/2021 10:00 Ketidak efektifan 1. Melakukan skrining risiko


pemeliharaan gangguan kesehatan lingkungan
kesehatan lansian di
desa waturempe 2. Mengidentifikasi faktor risiko
rt,02 berhubungan
kesehatan yang diketahui
dengan akibat tidak
adanya penyuluhan
mengenai masalah 3. Melibatkan partisipatif masyarakat
penyakit hipertensi dalam memelihara keamanan
lingkungan

4. Memberikan pendidikan
kesehatan terkait kebersihan
lingkungan, syarat rumah sehat
Evaluasi
No Hari /tanggal Diagnosa Evaluasi hasil
1. 2 februari Kurangnya Evaluasi struktur :
2021 pengetahuan lansian - Dalam perencanaan kegiatan telah
di desa waturempe rt, diorganisir dengan baik mencakup
02 berhubungan
penunjukan penanggung jawab dalam setiap
dengan resiko tinggi
peningkatan angka kegiatan dengan harapan tersebut dapat
terjadinya hipertensi berlangsung dengan baik.
pada lansia Evaluasi Proses :
- Pelaksanaan kegiatan dapat berlangsung
dengan baik karena semua anggota
kelompok berpartisipasi aktif dalam kegiatan
yang dilakukan.
Evaluasi Hasil :
Kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, yaitu
penyuluhan Hipertensi di laksanakan di balai desa
terlaksana dengan cukup baik mengingat antusias
masyarakat yang tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2015, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih Bahasa oleh
Monica Ester, (Ed. 8), EGC, Jakarta.
Price, Sylvia Anderson dan Wilson, Lorraine Mc. Carty, 2016, Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit, (ed.4, buku 2), Terjemahan oleh : Peter Anugrah,
EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda, 2015, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner dan Suddarth (ed.8, vol.2), Terjemahan oleh Agung Waluyo, (et,all), EGC :
Jakarta.
Nugroho, Wahyudi SKM, 2015, Keperawatan Gerontik (edisi 2), penerit buku
Kedokteran EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai