Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

BISNIS KELUARGA

Dosen Pengampu :
Agus Joko Susanto, SKM., M.KKK.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan

Kelompok 1 :

1. Ismu Gia Ramdanu (P21335121046)

2. Mia Fandini (P21335121052)

3. Nabila Aulia Putri (P21335121060)

4. Raihan Taufikurohman (P21335121066)

PRODI DIPLOMA – IV

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III No.8, Gunung, Kebayoran Baru,

Kota Jakarta Selatan, Daerah Ibukota Jakarta12120

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Maha Penyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik- baiknya.

Ucapan terimakasih, kami ucapkan kepada :

1 Kedua orang tua kami masing-masing yang sudah memberi dukungan.


2 Bapak Agus Joko Susanto, SKM, MKKK, Ibu Arni Widiastuti, Mkes dan Ibu Irma K
selaku Dosen mata kuliah Kewirausahaan
3 Sumber-sumber yang bersangkutan tentang materi tugas ini.

Laporan proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat penilaian tugas dari Bapak Agus
Joko Susanto, SKM., M.KKK. pada mata kuliah Kewirausahaan yang berjudul “Bisnis Keluarga”
Kami sangat berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang telah
kami buat mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga tugas ini dapat dipahami dan dapat berguna bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan kata yang kurang berkenan.

Jakarta, 7 Maret 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................................................... ii
BAB I................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................ 5
2.1 Keterkaitan Keluarga dan Bisnis ........................................................................................ 5
2.2 Keuntungan Keterlibatan Keluarga dalam Bisnis ............................................................... 5
2.3 Budaya Bisnis Keluarga ...................................................................................................... 6
2.4 Peran Keluarga dan Hubungannya...................................................................................... 8
2.5 Ciri-Ciri Khusus Manajemen Perusahaan Keluarga ......................................................... 10
2.6 Proses Suksesi Kepemimpinan ......................................................................................... 13
BAB III ............................................................................................................................................ 18
PENUTUP ....................................................................................................................................... 18
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 18
3.2 Saran ................................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis keluarga merupakan bisnis yang banyak bermunculan dan


bergerak di berbagai bidang di Indonesia karena bisnis keluarga pada
umumnya cenderung memiliki jangka waktu yang panjang terhadap bisnisnya.
Menurut Donnelley (2002) dalam bukunya The Family Business, bahwa suatu
organisasi dinamakan perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada
keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi
kebijakan perusahaan. Definisi perusahaan sendiri menurut Ward dan Aronoff
(2002), suatu perusahaan dikatakan sebagai perusahaan keluarga apabila
terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga yang mengawasi keuangan
perusahaan.

Martinez etal. (2007) menyatakan bahwa perusahaan keluarga


memiliki kinerja dengan hasil yang lebih baik, karena perusahaan keluarga
dikelola sebagian besar oleh anggota keluarga sendiri yang memegang posisi
kunci dalam organisasi. Ciri khas bisnis keluarga terletak pada kepemimpinan
dan kontrol yang akan diwariskan pada generasi penerus. Kepemilikan yang
signifikan oleh keluarga terjadi jika, keluarga tersebut memilikinya secara
keseluruhan atau sebagian besar dari bisnis dan memegang peranan aktif
dalam penyusunan strategi dan dalam operasional.

Agar bisnis dapat terus tumbuh dan berlanjut terdapat banyak aspek
dan faktor yang harus diperhatikan, di antaranya regenerasi oleh penerusnya
dan profesionalisasi manajemennya. Model Perkembangan Tiga Dimensi
memiliki perangkat yang lebih lengkap untuk memotret perkembangan sebuah
bisnis keluarga, sehingga dapat memastikan bahwa tahapan itu dapat
ditemukan dan ditentukan dengan tingkat kepastian yang memadai..

Model Perkembangan Tiga Dimensi (Davis et al., 1997), meliputi:


perkembangan dimensi bisnis, perkembangan dimensi keluarga, dan
perkembangan dimensi kepemilikan. Model Perkembangan Tiga Dimensi,
memiliki perangkat yang lebih lengkap untuk memotret perkembangan sebuah
3
bisnis keluarga, sehingga dapat memastikan bahwa tahapan itu dapat
ditemukan dan ditentukan dengan tingkat kepastian yang memadai. Pada
masing-masing dimensi perkembangan, memiliki beberapa posisi (siklus)
dengan pencirinya. Pada perkembangan kepemilikan yang biasa terjadi dalam
bisnis keluarga, terdapat tiga tahap yaitu: (1) Pengendalian pemilik, (2)
Rekanan sekandung, dan (3) Gabungan keluarga besar..

1.2 Rumusan Masalah


1 Bagaimana keterkaitan antara keluarga dengan bisnis?
2 Bagaimana keuntungan keterlibatan keluarga dalam bisnis?
3 Bagaimana budaya bisnis dalam keluarga?
4 Apa saja peran keluarga dan hubungan keluarga dalam menjalankan bisnis?
5 Apa saja ciri khusus manajemen perusahaan keluarga?
6 Bagaimana proses suksesi kepemimpinan dalam bisnis keluarga?
1.3 Tujuan
1 Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara keluarga dengan bisnis.
2 Untuk mengetahui bagaimana keuntungan keterlibatan keluarga dalam bisnis.
3 Untuk mengetahui aneka budaya bisnis dalam keluarga.
4 Untuk mengetahui peran keluarga dan hubungan keluarga dalam
menjalankan bisnis.
5 Untuk mengetahui ciri khusus manajemen perusahaan keluarga.
6 Untuk mengetahui bagaimana proses suksesi kepemimpinan dalam
bisnis keluarga.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keterkaitan Keluarga dan Bisnis


Keluarga dan bisnis adalah dua hal yang berbeda, namun dalam perusahaan
keluarga mereka menjadi satu. Keluarga dan bisnis muncul dengan alasan yang berbeda.
Fungsi pokok keluarga berhubungan dengan perhatian dan pendidikan anggota keluarga,
sedangkan bisnis berkaitan dengan produksi dan distribusi barang atau jasa. Tujuan
keluarga adalah pemberian kesempatan dan penghargaan yang sama bagi setiap anggota
keluarga, bisnis bertujuan mendapat keuntungan dan kesejahteraan dalam hidup.
Maju atau mundurnya perusahaan kelaurga sangat ditentukan oleh keterbukaan dan
kekompakan seluruh elemen yang terkait. Keterbukaan itu menyangkut
bidang financial, sumber daya manusia, kompleksitas permasalahan, keinginan untuk
maju dan segala macam permasalahan yang dihadapi serta tantangan maupun ancaman
yang terjadi. Sekitar 90% perusahaan besar di dunia masih saling berhubungan saudara,
di Indonesia sekitar 70% kekuatan ekonominya dikendalikan oleh perusahaan keluarga.
Sebagai contoh, misalnya Grup Lippo masih ada kekerabatan dengan Grup Panin karena
bos Lippo ternyata adalah saudara ipar bos Panin Grup. Lippo juga memiliki kaitan
dengan Grup Mayapada dan Grup Prasidha, karena hubungan menantu dan mertua. dan
bos Mayapada memiliki besan dengan pemilik Prasidha Grup. Maka ketiga perusahaan
ini saling terkait.
Sampai saat ini masih ada perbedaan pendapat apakah berbisnis dengan pasangan
menguntungkan atau tidak. Di satu sisi bisnis dengan pasangan dapat berjalan lancar
karena ada saling percaya (trust), memiliki misi dan visi yang relatif sama dan saluran
komunikasi lebih lancar.
Di sisi lain, melakukan bisnis dengan pasangan sering dipersepsikan sebagai bisnis
yang kurang profesional, karena ada percampuran antara kepentingan pribadi dan
kepentingan bisnis. Hubungan pribadi dan bisnis tidak dapat dipisahkan, dan laporan
keuangan keluarga dapat bercampur dengan laporan keuangan perusahaan.

2.2 Keuntungan Keterlibatan Keluarga dalam Bisnis


Bisnis keluarga memiliki beberapa variasi yang cukup luas baik dari segi ukuran
bisnis, jenis industry bisnis tersebut, serta bentuk dan tingkat keterlibatan anggota
keluarga dalam bisnis keluarga. Thomas Zellweger (2017) menjelaskan beberapa
kekuatan yang dimiliki sebuah Bisnis Keluarga yaitu; minim konflik kepentingan antara
5
pemilik dengan manajer, kepemimpinan yang efisien, keunggulan sumberdaya,
pencapaian dan tujuan jangka Panjang, budaya komitmen serta support, dan reputasi
serta identitas.
Salah satu kekuatan penting dari bisnis keluarga adalah minimnya konflik
kepentingan antara pemilik perusahaan dengan manajer, hal ini dikarenakan pemilik dan
manajer merupakan orang-orang yang berasal dari keluarga yang sama. Hal ini terjadi
karena kesamaan keluarga menimbulkan kesamaan kepentingan yaitu mengembangkan
bisnis keluarga, sehingga akan menyebabkan lebih sedikit konflik kepentingan antara
pemilik dan manajer. Karena masih anggota keluarga yang sama maka kekuatan
selanjutnya adalah kepemimpinan yang efisien, minimnya konflik kepentingan juga
menurunkan biaya yang muncul dari agency cost. Selain itu pengambilan keputusan juga
menjadi lebih cepat dan efisien karena anggota keluarga memiliki posisi penting dalam
perusahaan dan sudah mendapat kepercayaan diantara anggota keluarga yang lainnya.
Kekuatan selanjutnya adalah bisnis keluarga memiliki keunggulan sumberdaya,
salah satu contohnya adalah keunggulan di divisi keuangan yang mana bisnis keluarga
cenderung akan memiliki investor modal yang sangat loyal dan bersabar terhadap
perkembangan bisnis tersebut yaitu anggota keluarga itu sendiri. Hal ini pula yang
menjadi kekuatan selanjutnya, yaitu karena investor lebih sabar terhadap perkembangan
bisnis maka bisnis keluarga cenderung mengejar tujuan jangka panjang. Keterlibatan
anggota keluarga dalam perusahaan memberikan keuntungan bagi bisnis keluarga yaitu
kuatnya komitmen dan dukungan terhadap perusahaan karena adanya rasa memiliki
perusahaan tersebut.
2.3 Budaya Bisnis Keluarga
Sebuah bisnis keluarga banyak ynag akhirnya gagal karena manajemen yang tidak
profesional dan tidak memiliki landasan budaya perusahaan yang kuat. Seperti
organisasi lainnya, bisnis keluarga mengembangkan cara tertentu dalam menjalankan
usahanya yang memberikan keunikan tersendiri pada perusahaan. Pola perilaku yang
khusus dan unik akan membentuk budaya perusahaan. Budaya perusahaan yaitu pola
perilaku dan keyakinan yang membentuk karakteristik perusahaan (Longenecker,2001).

Pola-Pola Budaya

Budaya perusahaan meliputi banyak tingkah laku dan keyakinan yang berbeda-beda.
Budaya perusahaan akan menjelaskan cara berfungsinya suatu perusahaan. W.Gibb
Dyer dalam Longenecker (2001), telah mengidentifikasi suatu tatanan pola budaya yang

6
mempergunakan tiga fase perusahaan keluarga yaitu; bisnis sesungguhnya, keluarga dan
pemerintah. Pola bisnis, pola keluarga dan pola pemerintah membentuk konfigurasi
budaya secara keseluruhan sebagai budaya perusahaan keluarga.
Contoh pola bisnis adalah sistem keyakinan dan perilaku perusahaan yang berkaitan
dengan kualitas produk yang dihasilkan. Pimpinan memberikan pengertian kepada
seluruh karyawan agar selalu menjaga kualitas produk dan menjaga hubungan baik
dengan konsumen. Karyawan memandang hal ini sebagai nilai-nilai budaya bisnis.
Melalui keputusan dan praktek perusahaan yang menempatkan prioritas utama pada
pelayanan konsumen, pimpinan bisnis keluarga dapat membangun pola bisnis
berdasarkan komitmen yang kuat untuk memproduksi produk yang berkualitas tinggi.
Contoh Budaya Bisnis Keluarga :
Sukses Berkat Filosofi Bambu
Kita semua tahu dan melihat bahwa sebagian besar warga keturunan etnis Tionghoa
pandai dalam menjalankan usaha bisnisnya. Dan bila mereka berkecimpung dalam dunia
pendidikan sebagian besar mendapat prestasi yang bagus, seperti menjadi juara dalam
ajang lomba sains internasional. Bagaimana hal itu bisa terjadi? cap sukses yang
ditujukan kepada mereka memang cukup beralasan, walaupun hal tersebut tidak dapat
digeneralisasi. Bila kita mengenal ajaran budaya leluhur mereka yaitu ajaran
Konfusionis bahwa “orang yang terhormat adalah orang yang terpelajar” maka bila
dikaitkan dengan bisnis yang dijalankan mereka mempraktekkannya untuk hidup
berdisiplin.
Bisnis keluarga etnis Tionghoa yang sukses tidak terlepas dari prinsip berdagang
yang diterapkan sejak mereka masih kecil. Sejak anak-anak mereka terbiasa terlibat
dalam usaha keluarga, contohnya membantu orang tua menjadi kasir di toko, sehingga
naluri bisnis sudah terlihat sejak kecil.
Keluarga etnis Tionghoa juga menerapkan filosofi bambu. Bambu adalah pohon
yang memiliki daya tahan hidup tinggi karena mampu bertahan dalam 4 musim berbeda
dan mudah tumbuh di mana saja. Inti dari filosofi ini diterapkan dalam budaya bisnis
mereka dengan kedisiplinan, kemampuan bersosialisasi, serta kreativitas yang tinggi.
Maka tidak mengherankan bahwa bisnis keluarga yang dirintis dari bawah akhirnya akan
sukses.
Tentunya dari keturunan etnis manapun dapat mengambil contoh serta menerapkan
budaya dan filosofi bisnis tersebut.

7
2.4 Peran Keluarga dan Hubungannya
a. Peran Keluarga Terhadap Bisnis
Membahas family business selalu saja menarik, karena sangat dominannya
peran perusahaan keluarga ini dalam dunia bisnis. Di negara semaju AS saja, 90
persen dari 15 juta perusahaannya merupakan family business. Dan kalau Anda
menganggap perusahaan keluarga adalah perusahaan kecil, Anda akan terkecoh.
Bayangkan sepertiga dari 500 perusahaan yang masuk dalam daftar Majalah
Fortune. Bahkan family business telah menyumbang empat puluh persen GNP AS.
Berdasarkan survei Universitas Monash, 71 persen family business di Australia
dipegang oleh generasi pertama, generasi kedua memegang 20 persen dan sisanya
oleh generasi berikutnya. Sedangkan dari sisi kesejahteraan, survei ini juga
menunjukkan bahwa family business merupakan penopang ekonomi Australia.
Apa artinya ? Walaupun bisnis keluarga mempunyai peran yang besar sebagai
penopang ekonomi di AS maupun Australia, keberlangsungan bisnis keluaraga
merupakan tanda tanya besar.
Suksesi memang merupakan penyakit utama bisnis keluarga. Coba tengok
survei yang dilakukan oleh Gallup : hanya 28 persen dari family business di AS
yang benar-benar mempunyai perencanaan suksesi. Lainnya melakukan suksesnya
lebih karena terpaksa karena tidak menemukan alternatif lain. Kenyataan lain
menunjukkan hanya 7 persen family business yang mempunyai penasehat
profesional.
Family Business memang selalu menarik perhatian, karena selalu saja ada fakta
baru untuk dibahas. Misalnya pa perbedaan antara Family-owned Enterprise dan
Family Business ? Meskipun sama-sama dimiliki oleh keluarga, Family-owned
Enterprise bisa dijalankan baik oleh anggota keluarga maupun professional,
sementara Family Business dimanajemeni sebagian besar oleh anggota keluarga
yang memegang posisi kunci dalam organisasi.
Struktur family business seperti apa yang sebaiknya dipilih ? Sole
Proprietorship, General Partnership, Limited Partnership, atau
Corporation ? Secara baku tidak ada bentuk terbaik, karena kebutuhan setiap
perusahaan bersifat khas. Sehingga untuk memilih jenis struktur yang.akan
diterapkan harus disesuaikan terlebih dahulu antara sasaran bisnis dan tipe
struktur bisnis. Jika bisnis yang digeluti beresiko tinggi, akan lebih penting
untuk membatasi liabilitasnya. Selain itu bagaimana peluang mendapatkan
8
modal dan derajat fleksibilitas perggantian bentuk juga perlu
dipertimbangkan.

b. Selaraskan Harmoni Keluarga dengan Bisnis

Bisnis keluarga memiliki kelebihan yang unik dan kekurangannya dibanding


perusahaan publik. Kelebihannya antara lain memiliki visi jangka panjang, nilai
yang kuat, dan kepemilikan dengan komitmen yang kuat. Kekurangannya,
membutuhkan perhatian, perencanaan dan tata kelola yang lebih. Inilah
masalahnya: perusahaan keluarga lazimnya tidak mengantisipasi kelemahan yang
sebenarnya dapat diatasi.
Di sisi lain, bisnis keluarga sebenarnya merupakan “kontradiksi”. Pada dasarnya
keluarga adalah mengenai kasih sayang, sedangkan bisnis adalah mengenai uang.
Dalam menyelaraskan antara kebutuhan bisnis dengan harapan keluarga,
perusahaan keluarga harus memperhatikan faktor 5C: Control (bagaimana
membuat keputusan), Career (bagaimana membagi posisi), Culture (nilai apa yang
mendorong visi dan perilaku), Capital (bagaimana membagi sumber daya), dan
Connection (bagaimana melindungi hubungan keluarga). Kunci suksesnya,
memastikan bahwa keluarga dan bisnis memiliki sistem perencanaan yang
menyelaraskan keputusan dan aksi.
Ide perencanaan bisnis keluarga yang diajukan makalah ini disebut sebagai
Parallel Planning Process, alat strategis lima langkah untuk mengklarifikasi
peranan keluarga dalam bisnis keluarga. Kelima langkah itu adalah menetapkan
nilai, visi, strategi, investasi dan tata kelola. Masingmasing langkah dibagi menjadi
dua bagian: keluarga dan bisnis. Dengan demikian, akan terdapat nilai keluarga dan
nilai bisnis, visi keluarga dan budaya perusahaan, strategi partisipasi dan strategi
bisnis, investasi modal manusia dan modal finansial, serta persetujuan keluarga dan
dewan direksi.
Langkah pertama adalah mengklarifikasi nilai keluarga. Nilai keluarga sangat
menentukan visi, strategi, investasi dan tata kelola. Selain sebagai “lem” yang
sangat kuat untuk keluarga dan bisnis, nilai ini juga akan menjadi kemudi dan
navigasi untuk perubahan dan turbulensi. Budaya perusahaan sangat dipengaruhi
oleh nilai keluarga, serta perilaku pemilik dan pemimpin bisnisnya.
Membangun shared value sangat krusial untuk mengartikulasi pemikiran dan
mengembangkan konsensus akan strategi bisnis dan keluarga yang hendak

9
dijalankan. Keluarga dengan visi memandang bisnis sebagai sumber dividen dan
kekayaan tidak akan memandang bisnis dengan cara yang sama sebagaimana
keluarga dengan visi menginvestasikan ulang keuntungannya buat memperkuat
posisi strategis. Visi ini juga akan mengubah kerangka berpikir keluarga dari “apa
yang bisa saya dapatkan” menjadi “bagaimana saya dapat memberikan kontribusi”.
Strategi partisipasi bagi keluarga dimaksudkan untuk mempersiapkan anggota
keluarga berpartisipasi dalam bisnis keluarga sebagai eksekutif, pemilik, direksi dan
sebagainya. Perumusan strategi ini juga mempersiapkan anggota keluarga untuk
mempelajari keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan, serta memastikan adanya
sumber daya kepemimpinan dalam bisnis keluarga itu. Strategi partisipasi ini juga
merupakan langkah yang penuh tantangan mengingat perencanaannya melibatkan
emosi, perbedaan talenta dan motivasi, serta hubungan keluarga. Berbeda dari
perencanaan bisnis yang melibatkan logika dan hanya jangka pendek, perencanaan
strategi perusahaan melibatkan emosi dan permanen untuk jangka panjang. Selain
itu, keluarga biasanya menghindari – bukan menghadapi dan mengatasi – isu
sensitif seperti suksesi kepemimpinan puncak, kepemilikan dan sebagainya.
Kendati demikian, perencanaan ini sangat krusial untuk membangun
profesionalisme dalam interaksi seiring jumlah keluarga dan masalah bisnis yang
makin kompleks.
Mendesain strategi bisnis yang selaras dengan visi keluarga akan memastikan
semua orang memperoleh gambaran masa depan perusahaan dan sumber daya yang
dibutuhkan. Perencanaan keuangan yang bagus akan memastikan bisnis mereka
memperoleh komitmen dari keluarga pemiliknya untuk mengeksploitasi potensi
pasar yang muncul. Pada saat Godiva – perusahaan cokelat premium – akan dijual,
keluarga pemilik Ulkers (perusahaan pembuat cokelat dan biskuit di Turki) bersatu
padu untuk mengalahkan tawaran global lainnya, karena keluarga ini menyadari
nilai strategis dari akuisisi tersebut.

2.5 Ciri-Ciri Khusus Manajemen Perusahaan Keluarga


Ciri khas bisnis ini dibandingkan bisnis lainnya terutama terletak pada
kepemimpinan dan kontrol yang akan diwariskan pada generasi berikutnya.
Kepemilikan yang signifikan oleh keluarga terjadi jika keluarga tersebut memilikinya
secara keseluruhan atau sebagian besar dari bisnis dan memegang peranan aktif dalam
penyusunan strategi dan dalam operasional sehari-hari.
10
Mengapa perusahaan keluarga mempunyai peran dominan ? Karena ciri positif
yang dimiliki : keterlibatan anggota keluarga, komitmen yang tinggi, dan saling
ketergantungan yang tinggi pula. Dibandingkan perusahaan publik, perusahaan keluarga
pada umumnya cenderung memiliki sudut pandang jangka panjang terhadap bisnisnya.
Hal ini agak berbeda dengan perusahaan publik yang seringkali banyak bertumpu pada
pertimbanganpertimbangan jangka pendek karena terkait dengan fluktuasi saham.
Pemimpin dalam perusahaan keluarga mungkin memiliki pandangan yang berbeda
dibandingkan karyawan, pelanggan, komunitas, maupun stakeholders penting lainnya,
yang memberi dampak positif terhadap kualitas produk mereka. Memiliki nama dan
produk membuat para pemimpin bisnis keluarga lebih sadar terhadap posisi mereka
dalam komunitas, yang mendorong mereka untuk menjaga reputasi mereka.
Sedangkan ciri negatifnya adalah kurangnya formalitas, pemisahan yang kaburnya
urusan personal dan bisnis, serta kepimimpinan ganda. Selain itu, hubungan
interpersonal yang emosional tampak menonjol. Family business ini secara
organisasional juga sering membingungkan. Dominasi oleh keluarga mengakibatkan
alasan keluarga berada di atas perhitungan bisnis, sehingga melemahkan
profesionalisme. Alasan ini pula yang menyebabkan toleransi kepada anggota keluarga
yang tidak kompeten, yang dapat melemahkan sendi-sendi kompetensi perusahaan.
Sistem reward yang tidak berimbang, juga mempersulit merekrut manajemen yang
profesional.
a. Ciri-Ciri Khusus Manajemen Perusahaan Keluarga
Kompleksitas hubungan dalam perusahaan keluarga memerlukan manajemen
yang terbuka. Manajemen seperti ini mempunyai arti manajemen professional yang
baik, meskipun teknik-teknik tertentu dapat berguna dalam menangani masalah-
masalah yang ada di perusahaan keluarga.
● Kebutuhan akan Manajemen yang baik
Manajemen yang baik diperlukan untuk kesuksesan setiap bisnis termasuk
bagi perusahaan keluarga. Penyimpangan dadri praktik manajemen yang baik hanya
akan melemahkan perusahaan, sehingga berpengaruh pada kepentingan perusahaan
dan keluarga. Sejumlah praktik terbaik telah diperkenalkan oleh Jhon. L. Ward,
spesialis pencatat dalam bisnis keluarga dan professor ternama pada Loyola
university Chicago. Bebrapa praktik tersebut adalah:
1. Rangsanglah pemikiran dan pemahaman strategi baru
2. Rekrut dan pertahankan manajer nonkeluarga yang baik
11
3. Ciptakan organisasi yang fleksibel dan inovatif
4. Ciptakan dan lindungi modal
5. Siapkan pengganti tampuk kepemimpinan
6. Eksploitasi kelebihan yang unik dari kepemilikan keluarga.
● Karyawan Non-Keluarga dalam Bisnis
Para karyawan yang bukan nonkeluarga masih dipengaruhi oleh
pertimbangan keluarga dalam bebberapa kasus, kesempatan mereka untuk
promosi semakin sempit dengan hadirnya anggota keluarga yang memiliki jalur
dalam. Pembatasan gerak karyawan nonkeluarga tergantung pada jumlah
anggota keluarga yang aktif di dalam bisnis dan jumlah posisi manajerial atau
professional bisnis yang dapat diduduki oleh karyawan nonkeluaarga. Itu juga
tergantung dari pada besarnya kompetensi yang diminta oleh pemillik di dalam
manajemen perusahaan dan memelihara keterbukaan didalamnya
pengamatannya untuk menghindari masalah di masa mendatang.
Memperkerjakan karyawan nonkeluarga berarti menyediakan kesempatan yang
luas dan mengidentifikasikan posisi yang diperuntukan bagi anggota keluarga.
Yang berada di luar keluarga dapat dikeluarkan, adanya anggota keluarga yang
bersaing satu sama lain sangat sulit bagi orang luar untuk tetap netral dalam
permusuhan keluarga. Jika seorang karyawan nonkeluarga terlhat memihak
pada salah satu keluarga yang terlibat dalam permusuhan , dia dapat kehilangan
dukungan dari anggota keluarga yang lain. Kerja keras karyawan sering
terganggu oleh konflik keluaarga.
● Retret Keluarga
Retret keluarga adalah pertemuan anggota keluarga, biasanya di lokasi yang
jauh untuk mendiskusikan masalah bisnis keluarga. Sebuah usaha untuk
menciptakan suasana informal.
Nanci upton pendiri institute family business pada university Baylor, telah
memimpin banyak retret keluarga. Dia menggambarkan tujuan dan format
umum dari berbagai retret sebagai berikut:
a). Tujuan retret adalah untuk memberikan suatu forum untuk introsfeksi,
pemecahan masalah, dan pembuatan kebijakan untuk beberapa partisipan. Ini
merupakan kesempatan pertama untuk membicarakan kepentingan mereka
dalam suasana yang tidak berkonfrontasi dan ini juga sebagai merupakan
waktu untuk memperbesar kekuatan dalam keluarga.
12
b) Retret biasanya berlangsung dua hari dan diselenggarakan di tempat yang
jauh sehingga anda tidak akan tergoda untuk ke kantor (para menantu juga
harus diundang). Duduk bersama dan membicarakan masalah bisnis mungkin
tampak menakutkan bagi beberapa anggota keluarga. Hasilnya, bebrapa
anggota keluarga menghindari komunikasi yang terlalu berlebihan, takut hal
itu akan menimbulkan masalah. Sayangnya, pendekatan seperti itu sering
menimbulkan perbedaaan serius yang perlahan-lahan menjadi masalah besar.
Retret keluarga dirancang untuk membuka saluran komuikasi dan memmbaw
pemahaman dan persetujuan akan masalah bisnis keluarga.
Jadi apabila keluarga yang sering melakukan retret keluarga dan
memperbincangkan nikmatnya membagi nilai dan cerita yang dialami keluarga
diwaktu yang lalu, maka retret akan dapat memperkuat dan solidaritas anatar
semua keluarga.
● Dewan Keluarga
Retret keluarga dapat membuka jalan terciptanya dewan keluarga, yang di
dalamnya nanti anggota keluarga bertemu untuk mendiskusikan nilai-nilai
kebijakan dan arah mendatang perusahaan, secara garis besar dewan keluarga
adalah sekumpulan anggota keluarga yang terorganisasi yang berkumpul secara
periodic untuk mendiskusikan masalah keluarga yang berhubungan dengan
bisnis.

2.6 Proses Suksesi Kepemimpinan


Proses seleksi kepemimpinan, meliputi:
A) Pra Bisnis,
B) Pengenalan Fungsi,
C) Pelaksanaan Fungsi,
D) Pergantian Awal,
E) Kedewasaan Pengganti
Ciri negatif yang harus dihindari oleh perusahaan keluarga antara lain; kurang
formalitas, pemisahan urusan personal bisnis yang tidak jelas, serta kepemimpinan
ganda. Hubungan interpersonal yang emosional juga harus dihindari. Dalam bisnis
keluarga, sikap-sikap jujur, ulet dan tidak serakah akan membawa pada perkembangan
yang baik. Sifat jujur diperlukan agar orang tetap percaya dengan setiap perkataan dan
perbuatannya. Sikap ulet dapat mendorong seseorang untuk maju dan tidak gagal. Sikap
13
tidak serakah mencegah seorang pengusaha tidak fokus dalam melakukan ekspansi
usahanya.
Manajemen keuangan bukan sekedar bagaimana memanajemen uang kas. Tapi
lebih dari itu, manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan mengelola kekayaan
untuk menghasilkan keuntungan dan memanfaatkan sumber-sumber modal untuk
membiayai usaha. Meski sederhana, bisnis keluarga pun perlu menerapkan prinsip-
prinsip manajemen keuangan. Berikut beberapa dasar manajemen keuangan bagi bisnis
keluarga.
1. Pisahkan Uang Pribadi dan Usaha
Kesalahan paling umum yang dilakukan pengusaha UKM dalam mengelola
keuangan adalah mencampur uang usaha dengan uang pribadi. Mungkin karena
usaha masih kecil, kita berpikir tidak masalah jika mencampur uang usaha dengan
uang pribadi. Namun yang kebanyakan terjadi, kita sulit membedakan pengeluaran
pribadi dan usaha. Walhasil, keperluan pribadi sedikit demi sedikit menggerogoti
saldo uang usaha.
2. Rencanakan Penggunaan Uang
Bahkan saat perusahaan memiliki modal lebih banyak, perusahaan tetap harus
merencanakan penggunaan uang sebaik mungkin. Jangan hambur-hamburkan uang
meski saldo kas tampaknya berlebihan. Tanpa perencanaan yang matang. Sesuaikan
rencana pengeluaran dengan target-target penjualan dan penerimaan kas. Urungkan
rencana-rencana belanja modal jika tidak memberikan manfaat dalam
meningkatkan penjualan atau menurunkan biaya-biaya. Lakukan analisa “cost and
benefit” atau “untung rugi” untuk meyakinkan bahwa penggunaan uang perusahaan
tidak bakal sia-sia dan memberikan return yang menguntungkan.
3. Buat Buku Catatan Keuangan
Bisnis tidak cukup dikelola berdasarkan ingatan, melainkan dengan catatan
yang lengkap. Minimal anda wajib memiliki buku kas yang mencatat keluar
masuknya uang. Lalu cocokkan setiap hari saldo uang dengan catatan anda. Ini
untuk mengontrol lalu lintas uang dan memastikan tidak ada uang yang terselip.
Selanjutnya tingkatkan kemampuan administrasi kita untuk mencatat penjualan dan
biaya-biaya. Tidak kalah penting, kita juga harus mencatat saldo-saldo hutang
piutang, persediaan dan aset-aset tetap perusahaan. Jika mampu, gunakan sistem
komputer untuk memudahkan proses pencatatan. Dan alangkah lebih baik lagi jika
anda bisa menerapkan sistem akuntansi yang memadai.
14
4. Hitung Keuntungan dengan Benar
Menghitung keuntungan dengan tepat sama pentingnya dengan menghasilkan
keuntungan itu sendiri. Bagian yang paling kritikal dalam menghitung keuntungan
adalah menghitung biaya-biaya. Sebagian besar biaya bisa diketahui karena
melibatkan pembayaran uang tunai. Sebagian yang lain tidak berupa uang kas,
seperti penyusutan dan amortisasi. Sebagian lagi belum terjadi namun perlu
dicadangkan untuk dikeluarkan di masa mendatang, seperti pajak dan bunga
pinjaman.
5. Putar Arus Kas lebih cepat
Jangan hanya berpusat pada keuntungan. Manajemen keuangan meliputi juga
bagaimana perusahaan mengelola hutang, piutang dan persediaan barang dagangan.
Banyak usaha mengalami kesulitan kas meski catatan akuntansi mereka
menunjukkan angka berwarna biru. Perhatikan bagaimana anda memutar kas.
Putaran kas anda melambat jika termin penjualan kredit anda lebih lama ketimbang
kulakannya, atau jika anda harus menyimpan persediaan barang dagangan. Anda
harus mengusahakan termin penjualan kredit sama dengan pembelian kredit anda.
Anda juga harus mampu menekan tingkat persediaan sedemikian rupa agar tetap
dapat memenuhi order namun tanpa membebani keuangan
6. Awasi Harta, Utang, dan Modal
Secara berkala, kita perlu memeriksa persediaan di gudang dan memastikan
semuanya dalam keadaan lengkap dan baik. Namun sebelum kita bisa melakukan
itu, kita perlu mempunyai administrasi yang memadai untuk mengontrol semua itu.
Hal yang sama perlu anda lakukan terhadap piutang-piutang kepada pembeli dan
tagihan-tagihan dari suplier. Kita tidak mau ada tagihan yang macet atau kedobelan
membayar kepada suplier gara-gara catatan anda berantakan. Jika kita tidak mampu
melakukan semua itu sendiri, anda dapat mempekerjakan bagian keuangan dan
menetapkan prosedur keuangan yang cukup untuk memastikan bahwa harta
kekayaan usaha perusahaan selalu terjaga dengan baik.
7. Sisihkan Keuntungan untuk Pengembangan Usaha
Menyisihkan sebagian keuntungan untuk pengembangan usaha. Salah satu
tugas penting manajemen keuangan adalah menjaga kelangsungan hidup bisnis
dengan mendorong dan mengarahkan investasi ke bidang-bidang yang
menguntungkan.

15
a. Manajemen Estafet
Suksesi merupakan hal yang sangat krusial dalam mempertahankan kelanggengan
perusahaan keluarga. Paul Karofsky menemukan bahwa ratarata umur perusahaan
keluarga hanya 24 tahun. Suksesi sering diartikan sebagai peralihan pimpinan puncak
saja. Suksesi kepemimpinan menjangkau berbagai lapisan manajerial.
b. Pola Suksesi Manajemen Puncak
□ Planned Succestion
Perencanaan suksesi yang terfokus pada calon yang telah dipersiapkan untuk
menduduki posisi kunci.
□ Informal Planned Succesion
Perencanaan suksesi yang lebih mengarah pada pemberian pengalaman dengan
cara memberikan posisi di bawah “orang nomor satu” dan secara langsung menerima
perintah dan petunjuk dari orang tersebut.
□ Unplanned Succesion
Peralihan pimpinan puncak kepada penerusnya berdasarkan keputusan pemilik
dengan mengutamakan pertimbangan-pertimbangan pribadi.
c. Perencanaan Suksesi
Perencanaan suksesi merupakan sesuatu yang pelik dan membuat pendiri enggan
untuk melakukannya. Keengganan pendiri, disebabkan karena :
• Kekhawatiran akan matinya perusahaan

• Ketakutan akan hilangnya identitas diri

• Perasaan cemburu atau rivalry terhadap penerusnya

• Pendiri merasa generasi muda tidak tertarik untuk berpartisipasi di perusahaan

• Sulit menentukan anak mana yang berkompetensi untuk meneruskan bisnisnya.

Enam Langkah dalam Suksesi :

1. Mengevaluasi struktur kepemilikan

2. Mengembangkan gambaran struktur yang diharapkan setelah suksesi

3. Mengevaluasi keinginan keluarga dan contingency plan


16
4. Mengembangkan proses pemilihan, melatih, dan mentoring masa depan

5. Menciptakan dewan direksi yang efektif

6. Memasukkan penerus pada saat terbaik.

d. Tahap-Tahap dalam Proses Suksesi

Fase-fase di dalam proses berpindahnya kepemimpinan dari orang tua ke anak


dalam bisnis keluarga terdiri dari beberapa tahapan, yaitu;
1. Tahap prabisnis , dalam tahap pertama ini, orang tua memperkenalkan anaknya
atau seorang pengganti pada bisnis keluarga. Langkah ini dilakukan untuk
membentuk fondasi bagi tahap selanjutnya.

2. Tahap pengenalan, tahap dua ini orang tua mengenalkan anaknya pada orang-
orang tertentu yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan
perusahaan dan aspek bisnis lainnya, misalnya pihak bank sebagai pemberi
modal.

3. Tahap pengenalan fungsi, pada tahap ini anak-anak dapat mengembangkan


pengalamannya dengan orang-orang yang bekerja di perusahaan, seperti dari
organisasi lainnya.

4. Tahap pelaksanaan fungsi, dimulai ketika seorang pengganti potensial telah menjadi
karyawan tetap.

5. Tahap pengembangan fungsi, posisi pada tahap ini melibatkan pengarahan


kerja orang lain, tetapi tidak mengelola keseluruhan perusahaan dan bertugas
sebagai pengamat.

6. Tahap pergantian awal, dalam tahap ini pengganti orang tua disebut presiden
atau general manager bisnis. Di dalam perusahaan ia bertindak sebagai kepala
bisnis, namun orang tua masih berperan di belakang layar.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bisnis Keluarga yaitu sebuah perusahaan yang dimiliki, dikontrol, dan dijalankan oleh
sebuah anggota atau beberapa keluarga. Bisnis keluarga adalah sebuah bisnis yang dimiliki dan
dikelola oleh satu atau lebih orang yang masih satu keluarga, secara terminologi, dapat
digolongkan menjadi (1) family owned dan (2) family business enterprize. Karakteristik yang
terdapat dalam bisnis keluarga menimbulkan beberapa keunggulan dan kelemahan dalam
pengelolaan bisnis keluarga. Pengelolaan bisnis keluarga mempunyai tiga aspek yaitu business
management, family management, dan ownership management. Konflik yang membayangi
bisnis keluarga, dimulai dengan ketidakaktifan generasi pendahalu dalam bisnis keluarga atau
kematian generasi pendahulu, yang mengakibatkan beberapa masalah.

3.3 Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Tentukanya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://binus.ac.id/malang/2018/08/kekuatan-bisnis-
keluarga/#:~:text=Keterlibatan%20anggota%20keluarga%20dalam%20perusahaan,adany
a%20rasa%20memiliki%20perusahaan%20tersebut.
http://web-
suplemen.ut.ac.id/ekma4111/ekma4111a/kaitan_keluarga_dan_bisnis.htm#:~:text=Keluarga%20d
an%20bisnis%20adalah%20dua,dan%20distribusi%20barang%20atau%20jasa.
http://web-suplemen.ut.ac.id/ekma4111/ekma4111a/budaya_bisnis_keluarga.htm

http://swa.co.id/business-strategy/selaraskan-harmoni-keluarga-dengankesuksesan-bisnis

http://www.ilerning.com/index.php?option=com_content&view=article&id= 2753:bisnis-
keluarga-turun-temurun-edit-mar&catid=69:makalahkewirausahaan&Itemid=69 ( diunduh pada
29/9/2013 jam 09.00) http://www.jakartaconsulting.com/

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma4111/ekma4111a/budaya_bisnis_kel uarga.htm

http://blog.ub.ac.id/abidatul/files/2013/10/Bisnis-Keluarga-2.pdf

http://materikuliahmanajemenbisnis.blogspot.com/2016/09/bisnis-keluarga-bisnis-family.html

19

Anda mungkin juga menyukai