Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN IPA

“MISKONSEPSI IPA”
Dosen Pengampu: Dr. Sri Sulistyorini, M. Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Husna Maulida Adhana (1401420204)


2. Lugas Wicaksono (1401420224)
3. Susi Hartiningsih (1401420234)

Rombel D PGSD 2020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena


dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Menganalisis Konsep Esensial IPA SD kelas 5” ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPA.

Makalah ini bisa selesai dengan baik dan tepat waktu tidak lepas dari
dukungan dan bantuan berbagai pihak, karena itu kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Dr. Sri Sulistyorini, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan IPA yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Seiring doa dan ucapan terima kasih dari kami, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala
membalas budi baik semua orang yang telah membantu kami.

Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga
makalah ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Dan kami
mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Semarang, 10 April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I ............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................................. 1
BAB II............................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
A. Pengertian Miskonsepsi ...................................................................................... 2
B. Penyebab Miskonsepsi ........................................................................................ 3
C. Cara mengetahui dan mengatasi Miskonsepsi .................................................... 4
D. Miskonsepsi IPA dalam Pembelajaran di SD ..................................................... 6
BAB III .......................................................................................................................... 9
PENUTUP...................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada mata pelajaran IPA dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya


sering terdapat masalah-masalah: 1) siswa kurang aktif dalam menggali informasi
tambahan yang mendukung materi yang telah disampaikan oleh guru di sekolah,
selama ini dominasi guru masih terlalu besar dalam proses belajar mengajar; 2)
penguasaan terhadap konsep dasar yang masih rendah, salah satunya dapat
mengakibatkan miskonsepsi dalam IPA, hal ini karena IPA memuat materi yang
sangat banyak dan luas cakupanya sehingga siswa kesulitan untuk menyerap
semua materi dengan baik. Apalagi banyak konsep dasar yang membutuhkan
visualisasi/pratikum yang membantu mempermudah pemahaman konsep bagi
siswa. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang melibatkan siswa
untuk aktif, kreatif sehingga dapat membangun pengetahuannya sendiri dari
pengalaman yang diperolehnya untuk mereduksi miskonsepsi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Miskonsepsi?

2. Mengapa bisa terjadi Miskonsepsi?

3. Bagaimana cara mengetahui dan mengatasi Miskonsepsi?

4. Bagaimana miskonsepsi ipa dalam pembelajaran di SD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Miskonsepsi.

2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Miskonsepsi.

3. Untuk mengetahui cara mengetahui dan mengatasi Miskonsepsi.

4. Untuk mengetahui miskonsepsi ipa dalam pembelajaran di SD

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Miskonsepsi
Konsepsi siswa dapat berbeda dengan fisikawan. Konsepsi fisikawan pada
umumnya akan lebih canggih, lebih komplek, lebih rumit, melibatkan lebih banyak
hubungan antar konsep dari pada konsepsi siswa. Kalau konsepsi siswa sama
dengan konsepsi fisikawan yang disederhanakan tidaklah dikatakan salah, tetapi
jika konsepsi siswa bertentangan dengan konsepsi fisikawan maka dikatakan siswa
mengalami miskonsepsi. Contohnya beberapa siswa memahami bahwa benda yang
diam di atas meja tidak memiliki gaya yang bekerja pada benda tersebut. Siswa
beralasan karena benda itu diam saja di atas meja. Padahal menurut konsep fisika
benda itu mempunyai gaya yang bekerja pada meja. Benda yang tetap diam karena
gaya reaksinya, meja melakukan gaya reaksi terhadap benda tersebut yang
besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.
Menurut Soparno (2005:4). mengungkapkan bahwa miskonsepsi atau salah
konsep menunjuk: "pada salah satu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian
ilmiah yang di terima pakar di bidang itu". Bentuk miskonsepsi dapat berupa
konsep awal, kesalahan. hubungan yang tidak benar diantara konsep-konsep.
gagasan intuitif atau pandangan naif. Sebagian siswa masih menggunakan intuisi
untuk menjawab soal tentang bola besi dan bola plastik yang dijatuhkan bebas dari
ketinggian yang sama. Mereka menganggap bola besi akan jatuh terlebih dahulu,
padahal menurut prinsip fisika, kedua benda akan jatuh dengan percepatan yang
sama dan waktu yang di tempuh hingga menyentuh tanahpun sama (jika tidak ada
unsur lain yang mempengaruhi).
Menurut Brow (Supomo, 2005:4) mendifinisikan:"miskonsepsi sebagai suatu
gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah yang sekarang di terima".
Sedangkan Fowler (Suparno, 2005:5) memandang miskonsepsi "sebagai
pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah,
klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan
hubungan hirarkhis konsep-konsep yang tidak benar". Contoh penerapan konsep
tentang air mengalir sebagian pengajar di SD yang memberikan konsep bahwa air
selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Padahal pada air
mancur. air mengalir dari bawah ke atas. Pengajar perlu menyampaikan konsep

2
tentang aliran air bahwa air dipengaruhi tekanan, agar konsep dari SD tidak
terbawa sampai jenjang pendidikan berikutnya.
Miskonsepsi memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
a. Miskonsepsi sulit diperbaiki, berulang, mengganggu konsepsi berikutnya.
b. Sisa miskonsepsi seringkali akan terus menerus mengganggu, soal-soal
yang sederhana dapat dikerjakan namun pada soal yang sulit sering
miskonsepsi muncul kembali.
c. Miskonsepsi tidak dapat dihilangkan dengan ceramah yang bagus.
Siswa, guru, mahasiswa atau peneliti dapat terkena miskonsepsi baik yang
pandai maupun yang tidak. Dalam pelaksanaan pembelajaran kadang miskonsepsi
disamakan dengan ketidaktahuan maka seringkali guru pada umumnya tidak
mengetahui miskonsepsi yang lazim terjadi pada siswanya.

B. Penyebab Miskonsepsi
a. Siswa.
Miskonsepsi yang disebabkan dari siswa dapat bermacam-macam, seperti
prakonsepsi siswa sebelum memperoleh materi pelajaran, lingkungan, teman,
pengalaman dan minat Secara filosofi terjadinya miskonsepsi dapat dijelaskan
dengan filsafat konstruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan di bentuk
oleh siswa sendiri dalam kontak dengan lingkungan, tantangan dan bahan yang
dipelajari. Karena siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya maka ada
kemungkinan terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi. Hal ini disebabkan karena
siswa belum terbiasa mengkonsep IPA secara tepat, belum mempunyai kerangka
ilmiah yang dapat digunakan sebagai standar. Miskonsepsi IPA banyak terjadi
disebabkan oleh pemahaman pada diri siswa sendiri, hal ini kemungkinan
dikelompokan menjadi: prakonsep atau konsep awal siswa, pemikiran asosiatif,
pemikiran humanistik, penalaran yang tidak lengkap, intuisi yang salah, tahap
perkembangan kognitif siswa kemampuan siswa dan minat belajar siswa.
b. Buku
Buku diktat (catatan tertulis) yang salah dalam mengungkapkan konsep
berdampak pada kebingungan siswa dalam memahami konsep sehingga
memunculkan miskonsepsi. Kesalahan yang kiranya perlu mendapat perhatian dan
penekanan dalam buku diktat adalah soal, gambar. grafik, skema, tabel. penulisan
rumus dan konstanta.

3
c. Konteks
Menurut Suparno (2005:72). kesalahan siswa dapat berasal dari kekacauan
penggunaan bahasa antara bahasa sehari-hari dengan bahasa ilmiah. Sehingga Mc
Clleand (Suparno 2005:72) menganjurkan guru/dosen dalam memberikan definisi
dengan jelas tidak menggunakan bahasa yang ambigu serta melatih siswa dengan
cara yang sama.
Miskonsepsi dapat disebabkan pengalaman sehari-hari siswa yang tidak
sesuai dengan konsep IPA. maka pengajar harus mengungkapkan asal dari
pengalaman yang menyebabkan miskonsepsi untuk mengetahui penyebabnya,
kemudian membetulkan dengan konsep yang benar dengan memberikan
pengalaman yang sesuai dengan konsep IPA.
d. Metode mengajar
Menurut suparno (2005:82), cara mengajar yang dapat menjadi penyebab
khusus miskonsepsi diantaranya yaitu: hanya menggunakan metode ceramah dan
menulis, langsung kebentuk matematis, tidak mengungkapkan miskonsepsi siswa,
tugas tidak dikoreksi. model analogi, model pratikum dan diskusi yang tidak sesuai
langkah-langkah yang ditentukan.
Metode mengajar yang hanya menekankan salah satu segi dari kebenaran
yang diajarkan dan kefanatikan terhadap salah satu jenis metode mengajar perlu
dihindari karena akan membatasi cara pandang kita terhadap masalah pengetahuan.
Selain itu metode mengajar yang tidak tepat terhadap situasi, kondisi materi yang
diajarkan dapat memunculkan miskonsepsi pada diri siswa. sehingga guru harus
memilih dan menggunakan metode mengajar yang tepat agar penyampaian konsep
dapat dipahami siswa.

C. Cara mengetahui dan mengatasi Miskonsepsi


Untuk mendeteksi terjadinya miskonsepsi menurut Beneerjee, 1991: Furio
2000: Wilarjo, 1998 (Sudarmo.2005:68) dapat dilakukan berbagai cara antara lain
melalui tes diagnostik, wawancara mendalam, dan diskusi interaktif dalam kelas.
Langkah-langkah untuk mengetahui miskonsepsi dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yaitu :
a. Melakukan tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir
suatu pembahasan yang bentuknya dapat berupa tes objektif pilihan ganda

4
atau bentuk lain seperti menggambar diagram fisis atau vektoris, grafis,
atau penjelasan dengan kata kata.
b. Memberikan pertanyaan, pertanyaan terbalik (reverse question) atau
pertanyaan yang kaya konteks.
c. Mengkoreksi langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal-
soal essai.
d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan lisan kepada siswa
e. Dengan mewawancarai siswa.
Konsep siswa di anggap miskonsepsi apabila memenuhi kriteria berikut :
a. Atribut tidak lengkap. yang berakibat pada gagalnya mendefinisikan
konsep secara benar dan lengkap.
b. Penerapan konsep yang tidak tepat, akibat dalam perolehan konsep terjadi
diferensiasi yang gagal.
c. Gambaran konsep yang salah, proses generalisasi dari suatu konsep abstrak
bagi seseorang yang tingkat pikirnya masih konkrit akan banyak
mengalami hambatan.
d. Generalisasi yang salah dari suatu konsep. berakibat pada hilangnya esensi
dasar konsep tersebut. Kehilangan pemahaman terhadap esensi konsep
menimbulkan pandangan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah.
e. Kegagalan dalam melakukan klasifikasi.
f. Misinterpertasi terhadap suatu objek abstrak dan proses yang berakibat
gambaran yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Cara mengurangi/mengatasi Miskonsepsi
Beberapa penelitian terdahulu tentang upaya mengatasi miskonsepsi belum
mendapatkan hasil yang maksimal. Miskonsepsi yang sudah dapat diatasi kadang-
kadang muncul kembali apa kondisi tertentu. Ketika siswa menghadapi soal yang
sedikit menyimpang, kadang-kadang miskonsepsi muncul kembali dan membawa
pengaruh yang salah. Ada beberapa unsure yang telah dirumuskan para penelitio
tentang cara mengatasi miskonsepsi antara lain sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi prakonsepsi siswa. Apa yang ada dalam pikiran siswa
sebelum kita mualai mengajar? Prakonsepsi apakah yang sudah terbentuk
dalam pikiran siswa tentang pengalaman dan peristiwa-peristiwa yang
akan dipelajari? Apa kekurangan prakonsepsi tersebut?

5
2. Prakonsepsi dapat diketahui dari leteratur, dari tes diagnostis, dan dari
pengamatan kegiatan siswa.
3. Merancang pengalaman belajar yang bertolak dari prakonsepsi dengan
melakukan penguatan terhadap konsep yang sudah benar dan
mengevaluasi konsep yang masih salah. Prinsip utama dalam
mengevaluasi miskonsepsi adalah siswa melakukan pengalaman belajar
yang menunjukkan pertentangan konsep dengan peristiwa alam. Dengan
demikian diharapkan terjadi pertentangan antara pengalaman baru dengan
konsep yang lama sehingga terjadi koreksi konsepsi (cognitive dissonance
theory, festinger). Menurut piaget pertentangan antara pengalaman baru
dengan konsep yang salah akan terjadi akomodasi yaitu penyesuaian
struktur kognitif yang menghasilkan konsep baru yang lebih tepat.
4. Memperbanyak latihan soal untuk melatih konsep baru dan
menguatkannya. Soal-soal yang dikerjakan benar-benar dipilih sedemikian
rupa sehingga perbedaan antara konsep yang salah dan yang benar akan
muncul dengan jelas. Hal yang dapat dilakukan guru untuk membantu
siswa dalam memahami konsep yang benar yaitu dengan cara membahas
soal dengan memperhatikan dan memahamkan konsep yang benar kepada
siswa. Guru tidak hanya menulis banyak rumus di papan tulis atau hanya
melakukan ceramah tanpa interaksi dengan siswa.

D. Miskonsepsi IPA dalam Pembelajaran di SD


Sebagian besar siswa secara konsisten mengembangkan kesalahpahaman sains
mereka sendiri secara tidak sengaja dan terus mengikuti proses pembelajaran sains.
Kesalahpahaman muncul dari pengalaman sehari-hari dan sulit untuk diperbaiki.
Jika para guru mengajarkan ilmu kepada siswa tanpa mempertimbangkan
kesalahpahaman siswa sebelum mengalami proses pembelajaran di sekolah, maka
guru tidak akan berhasil dalam mengajarkan konsep sains yang benar. Oleh karena
itu, perlu adanya konsistensi antisipasi terhadap miskonsepsi untuk melakukan
koreksi pembelajaran. Berikut ini contoh miskonsepsi dalam pembelajaran di
sekolah dsar.
Satuan pendidikan : SD/MI
Kelas/Semester : 4 (empat) / 2 (dua)
Tema : 8. Daerah Tempat Tinggalku

6
Sub Tema : 3. Bangga Terhadap Daerah Tempat Tinggalku
Pembelajaran :1
Muatan Terpadu : IPA

A. KOMPETENSI DASAR
IPA
Kompetensi Dasar Indikator
3.4 Menghubungkan gaya dengan 3.4.1 Menjelaskan berbagai contoh
gerak pada peristiwa di pengaruh gaya terhadap gerakan
lingkungan sekitar. benda di lingkungan sekitar.
4.4 Menyajikan hasil percobaan 4.4.1 Menyajikan pengaruh gaya
tentang hubungan antara gaya dan terhadap gerakan benda di
gerak. lingkungan sekitar.

B. MATERI PEMBELAJARAN
Pengaruh gaya terhadap gerak benda
C. Analisis Miskonsepsi Siswa Pada Materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak
Benda
Pendapat siswa Teori Newton
Benda akan tetap diam bila tidak Jika gaya resultan pada benda sama
diberi gaya(didorong), bahkan jika dengan nol, maka benda diam atau
benda itu cenderung untuk berhenti. bergerak dengan kecepatan tetap.
Contoh: Newton mendapat hasilnya dengan
a) bola yang bergerak akan memperhatikan benda-benda langit
berhenti dengan sendirinya, yang bergerak tanpa gesekan. Untuk
b) jika pedal sepeda tidak benda-benda di bumi Newton
diayunkan, sepeda akan menggunakan gaya gesekan, maka
berhenti hukum Newton tetap berlaku di bumi.
Siswa hanya memperhitungkan gaya
dorong sebagai gaya, siswa cenderung
lupa akan adanya gaya gesek.
Semakin besar kecepatan benda Bila kecepatan tetap maka gaya
(kecepatan tetap) maka semakin besar resultan tetap sama dengan nol,

7
gaya resultan yang bekerja padanya. berapapun kecepatannya. Pada
Contoh: untuk mempertahankan kecepatan yang lebih tinggi, sering
kecepatan (tetap) yang lebih tinggi, gaya gesekan lebih besar maka gaya
sepeda harus diayunkan lebih keras. ayun harus lebih besar agar ∑F=0

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Miskonsepsi dalam pembelajaran IPA kerap kali terjadi, namun hal ini sering
kali tidak disadari oleh pelaku pembelajaran terutama para pendidik. Ada beberapa
pendekatan yang dapat dijadikan langkah antisipatif oleh pendidik dalam upaya
meminimalisir terjadinya miskonsepsi pada pembelajaran IPA diantaranya sebagai
berikut:
1. Pelajarilah miskonsepsi yang sesing terjadi (dari literatur dan tugas-tugas
siswa)
2. Sadarilah bahwa miskonsepsi tidak hanya terjadi pada siswa namun sering
kali terjadi pada pendidik/guru.
3. Tentukan prioritas dan siapkan pelajaran remedial dan melakukan
demonstrasi khususnya pada materi-materi dasar dan materi prasyarat
untuk materi lanjutan misalnya gaya pada benda diam.
4. Gunakan metode demonstrasi untuk melakukan pembuktian terjadinya
miskonsepsi.
5. Lakukan interaksi sesering mungkin dengan siswa untuk dapat
menemukan adanya miskonsepsi pada siswa dan kemudian dapat
diarahkan pada konsep yang benar.
6. Senantiasa memberikan stimulus kepada siswa untuk mengemukakan
konsep-konsep dalam kegiatan diskusi kemudian dibuktikan dengan
kegiatan demonstrasi.
7. Pendekatan tersebut di atas dapat dilakukan dalam upaya mengatasi
miskonsepsi juga sebagai upaya dalam melakukan pengayaan teknik
dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

B. Saran
Dalam penyelesaian makalah ini tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan,
maka dari itu kami benar-benar berharap pada para pembaca memberikan kritik
dan saran yang bisa membangun untuk kesempurnaan pada makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA
Faizah, K., 2016. MISKONSEPSI DALAM PEMBELAJARAN IPA. VIII(1: 115-
128).
Yuliati, Y., 2017. MISKONSEPSI SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA SERTA
REMEDIASINYA. 2(2).
Widodo, W., 2013. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Unesa University Press.
Laksana, D., 2016. MISKONSEPSI DALAM MATERI IPA SEKOLAH
DASAR. JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia), 5(2), p.166.
Prastika, A., 2019. MISKONSEPSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (IPA) KELAS V DI SEKOLAH DASAR. Dinamika Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dasar, 9(1).

10

Anda mungkin juga menyukai