OLEH:
NI PUTU ARIANTINI, S.KEP
C2222038
Diajukan oleh:
Ni Putu Ariantini, S.Kep
Nim. C2222038
Ns. Ni Kadek Lia Susanti, S.Kep Ns. Komang Yogi Triana, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. An
NIP. 2011.08.1381 NIK.13.12.0068
NIDN. 0825118901
Mengetahui,
STIKES Bina Usada Bali
Profesi Ners
Ketua
C. ETIOLOGI
Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Disebut
juga sebagai “pembunuh diam-diam” karena orang dengan hipertensi sering tidak
menampakkan gejala, penyakit ini lebih banyak menyerang wanita dari pada pria
Penyebab hipertensi yaitu gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan
dan rangsangan kopi serta obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tetapi
penyakit ini sangat dipengaruhi factor keturunan.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala hipertensi bervariasi, mulai dari gejala ringan sampai berat
1. Gejala ringan :
a. Mual, muntah
b. Sakit Kepala
c. Kaku pada tengkuk
d. Nyeri Dada
e. Sesak Napas
2. Gejala yang lebih berat
a. Gangguan kesadaran sampai pingsan
b. Kejang
c. Nyeri Dada hebat
E. PATOFISIOLOGI
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini
dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi
intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama
pada retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan
dan udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal
dan merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna. Otak mempunyai
suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun penurunan tekanan darah.
Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg. Apabila tekanan
darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi menahan
kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang
sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible. Pada jantung kenaikan tekanan
darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan kenaikan after load, sehingga
terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini akan terjadi lebih
lambat karena ada mekanisme adaptasi.
F. PATHWAYS KEPERAWATAN
G. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi dari kerusakan organ terkait hipertensi
emergensi, yaitu edema paru, angina, eklampsia pada ibu hamil, gagal ginjal,
stroke, serangan jantung, gagal jantung, kerusakan pada mata, hingga diseksi
aorta akut. Oleh karena itu, seseorang yang mengalami hipertensi emergensi
perlu segera mendapatkan penanganan medis darurat. Umumnya, pasien jenis
hipertensi ini akan diberikan obat penurun tekanan darah melalui infus. Dengan
penanganan yang tepat, pasien memiliki peluang besar untuk pulih dan tekanan
darah kembali normal
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laborat
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada
DM.
b. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang
P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,perbaikan
ginjal.
e. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran
jantung.
I. PENATALAKSANAAN KEGAWATAN
Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru.
Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak
dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam
dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan
sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering
digunakan adalah Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada,
pengobatan oral dapat diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit.
Pengobatan oral yang dapat diberikan meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil
12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat
inap.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
3. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan
Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi
makanan
b. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
c. Anjurkan pasien
untuk
meningkatkan
protein dan
vitamin C
d. Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat untuk
mencegah
konstipasi
e. Ajarkan pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
f. Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
g. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Khatib, Oussama M.N. 2005. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension.
WHO
Price, SA. & Wilson, LM. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Wilkinson, Judit M. 2011. Buku saku diagnosis keperawatan: Diagnosis NANDA, intervensi
NIC, kriteria hasil NOC. Ed-9. Alih bahasa Esty Wahyuningsih. Jakarta : EGC