STROKE
NIM : 20210940100153
2020
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24
jam, disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai
bagian otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat,
atau kematian (Junaidi, 2011).
Stroke adalah perubahan neurologis yang diakibatkan oleh interupsi aliran
darah menuju ke bagian-bagian otak tertentu (Black dan Hawks, 2005) Stroke
adalah gangguan alirah darah ke otak secara tiba-tiba atau mendadak (Stroke
Center, 2017)
Stroke atau cedera Serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi
Sistem Saraf Pusat (SSP) yang disebabkan oleh gangguan aliran darah serebral.
Stroke adalah defisit neurologi yang mempunyai awitan mendadak dan
berlangsung dalam waktu 24 jam sebagai sebab dari Serebral Vaskulaer Disease
(CVD) (Smeltezer dan Bare, 2008)
Stroke diklasifikasikan menjadi dua (Wardhana,2011) yaitu :
1) Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami gangguan pasokan darah
yang disebabkan karena penyumbatan pada pembuluh darah otak.
Penyumbatnya adalah plak atau timbunan lemak yang mengandung
kolestrol yang ada dalam darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembukuh
darah besar (arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri),
atau pembuluh darah kecil
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami kebocoran atau
pecahnya pembuluh darah di dalam otak, sehingga darah menutupi ruang-
ruang jaringan sel otak. Adanya darah yang menutupi jaringan sel otak
akan menyebabkan kerusakan jaringan sel otak dan menyebabkan
kerusakan fungsi kontrol otak.
Pembagian otak
1. Otak Besar
Sesuai namanya, otak besar (cerebrum) merupakan bagian yang paling
besar dan fungsinya juga paling banyak. Permukaan luar otak besar
disebut korteks serebri dan bagian inilah yang terlihat saat kita
membayangkan gambar otak manusia.Korteks serebri adalah bagian
otak yang melekuk-lekuk.Otak besar dibagi menjadi dua bagian, kiri
dan kanan yang disebut dengan hemisfer.Hemisfer kiri dan kanan juga
sering disebut sebagai otak kiri dan otak kanan. Keduanya dipisahkan
oleh struktur seperti parit yang disebut fisura interhemisfer atau fisura
longitudinal.Lalu, masing-masing hemisfer tersebut dibagi lagi
menjadi bagian-bagian otak yang disebut dengan lobus.Masing-masing
lobus otak memiliki peran dan fungsinya tersendiri.
a. Lobus Frontalis
Lobus frontalis adalah yang terbesar dibandingkan dengan lobus
lainnya. Lobus ini terletak di otak bagian depan, kira-kira sejajar
dengan tulang dahi.Fungsinya adalah untuk mengoordinasikan
perilaku yang memerlukan kemampuan tingkat tinggi, seperti
kemampuan motorik, menyelesaikan masalah, perencanaan, fokus,
dan menimbang baik dan buruk. Lobus frontalis juga berperan
untuk mengatur emosi serta mengatur impuls atau informasi
rangsang.
b. Lobus Parietal
Lobus parietal terletak di belakang lobus frontal. Bagian ini
berperan dalam kemampuan mengatur sensasi tubuh, tulisan
tangan, posisi tubuh, dan menerjemahkan informasi yang
dikirimkan oleh bagian otak lain.
c. Lobus Temporal
Lobus temporal terletak di sisi sebelah kiri dan kanan otak, dekat
telinga. Bagian otak ini berfungsi untuk mengendalikan
kemampuan daya ingat visual (misalnya mengingat wajah
seseorang), daya ingat verbal (mengerti bahasa tertentu),
pendengaran, dan menginterpretasikan emosi dan reaksi orang lain.
d. Lobus Oksipital
Lobus oksipital terletak di bagian belakang otak.Bagian ini
berperan besar dalam kemampuan seseorang untuk bisa membaca
dan mengenali literasi serta aspek penglihatan lainnya.
2. Otak kecil
Otak kecil atau cerebellum terletak di belakang, tepatnya di bawah
lobus oksipital.Bagian otak ini berperan penting dalam kemampuan
motorik halus, seperti koordinasi tangan dan kaki.Otak kecil juga
berperan dalam keseimbangan tubuh, postur, dan pemerataan fungsi
otak kiri dan kanan (equilibrium).
3. Batang Otak
Batang otak adalah bagian otak yang terletak di depan otak kecil dan
menyambung ke susunan saraf di tulang belakang. Batang otak
kemudian dibagi lagi menjadi:
a. Otak Tengah
Otak tengah berfungsi untuk mengatur pergerakan mata
memproses informasi visual dan suara yang diterima oleh otak.
b. Pons
Pons merupakan bagian terbesar dari batang otak. Terletak di
bawah otak tengah, pons merupakan kumpulan dari saraf-saraf
yang menghubungkan berbagai bagian otak.Pada bagian ini juga
terdapat ujung awal saraf kranial.Saraf kranial adalah saraf yang
berperan dalam pergerakan wajah dan mengantarkan informasi
sensori ke otak.
c. Medulla oblongata
Medulla oblongata adalah bagian otak yang letaknya paling
bawah.Bagian ini berfungsi sebagai pusat pengaturan fungsi
jantung dan paru-paru.Seperti yang kita tahu, jantung dan paru-
paru kita bergerak secara otomatis, tanpa perlu ada keinginan atau
perintah terlebih dahulu.Bagian inilah yang menjadi pusat
kontrolnya.Medulla oblongata berperan dalam berbagai fungsi
penting di tubuh, mulai dari bernapas, bersin, hingga menelan.
2. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer dan Bare (2002), anatara lain :
1) Defisit Lapang Pandangan
a. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan
penglihatan
b. Kesulitan menilai jarak
c. Diplopia
2) Defisit Motorik
a. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang
sama)
b. Hemiplegi (paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama)
c. Ataksia (Berjalan tidak sempurna dan tidak mampu menyatukan
kaki)
d. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang
sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang
bertanggung jawab untuk mnghasilkan bicara
e. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
3) Defisit Sensorik : Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
4) Defisit Verbal
a. Afasia Ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat
dipahami)
b. Afasia Reseptif (Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan)
c. Afasia Global (Kombinal, baik afasia reseptif dan ekspresif)
5) Defisit Kognitif
a. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
b. Penurunan lapang perhatian
c. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
d. Perubahan penilaian
6) Defisit Emosional
a. Kehilangan kontrol diri
b. Labilitas emosional
c. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stress
d. Depresi
e. Menarik diri
f. Rasa takut, bermusuhan, dan marah
FAST merupakan suatu metode deteksi dini pasien stroke yang bisa dilakukan
secara cepat. FAST terdiri dari Facial Movement, Arm movement dan Speech.
- Facial movement merupakan penilaian pada otot wajah, pemeriksaan ini
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a) Minta pasien untuk tersenyum atau menunjukkan giginya.
b) Amati simetrisitas dari bibir pasien, tandai pilihan “YES” bila terlihat
ada deviasi dari sudut mulut saat diam atau saat tersenyum.
c) Kemudian identifikasi sisi sebelah mana yang tertinggal atau tampak
tertarik, lalu tandai apakah di sebelah kiri “L” atau sebelah kanan “R”
- Arm movement merupakan penilaian pergerakan lengan untuk
menentukan apakah terdapat kelemahan pada ekstremitas, pemeriksaannya
dilakukan dengan tahapan berikut:
a) Angkat kedua lengan atas pasien bersamaan dengan sudut 90o bila
pasien duduk dan 45o bila pasien terlentang. Minta pasien untuk
menahannya selama 5 detik.
b) Amati apakah ada lengan yang lebih dulu terjatuh dibandingkan
lengan lainnya.
c) Jika ada tandai lengan yang terjatuh tersebut sebelah kiri atau kanan.
- Speech merupakan penilaian bicara yang meliputi cara dan kualitas bicara.
Pemeriksaannya dilakukan dengan tahapan berikut :
a) Perhatikan jika pasien berusaha untuk mengucapkan sesuatu.
b) Nilai apakah ada Gangguan dalam berbicara.
c) Dengarkan apakah ada suara pelo.
d) Dengarkan apakah ada kesulitan untuk mengungkapkan atau
menemukan kata- kata. Hal ini bias dikonfirmasi dengan meminta
pasien untuk menyebutkan benda-benda yang terdapat di sekitar,
seperti pulpen, gelas, piring dan lain-lain.
e) Apabila terdapat gangguang penglihatan, letakkan barang tersebut di
tangan pasien dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut.
Gangguan komunikasi verbal pada pasien stroke non hemoragik dapat berupa
afasia dan disartria. Afasia dapat dibagi dua yaitu afasia motorik dan afasia
sensorik.
a) Afasia motorik
Lesi di sekitar daerah Broca mengakibatkan afisia motorik. Afasia
motorik terberat apabila pasien sama sekali tidak dapat mengeluarkan
kata – kata. Namun demikian, pasien masih mengerti bahasa verbal
dan visual. Pada afasia motorik umumnya kemampuan menulis kata –
kata tidak terganggu. Tetapi, bisa juga terjadi agrafia (hilangnya
kemampuan untuk ekspresi dengan tulisan) (Mahar Mardjono dan
Priguna Sidharta, 2006).
b) Afasia sensorik
Afasia sensorik atau afasia perseptif dikenal juga sebagai afasia
Wernicke. Kemampuan untuk mengerti bahasa verbal dan visual
terganggu atau hilang sama sekali. Tetapi, kemampuan untuk
mengucapkan kata – kata dan menulis kata – kata masih ada.
Gangguan ini diakibatkan adanya lesi di daerah antara bagian belakang
lobus temporalis, lobus oksipitalis dan lobus parietalis. Daerah tersebut
dikenal sebagai daerah Wernicke. Apabila daerah itu hancur, maka
akan hilang daya untuk mengerti apa yang dibicarakan dan ditulis.
Pasien dapat menulis dan mengucapkan kata – kata, namun tidak
mengerti mengenai apa yang ia katakan dan ia tulis (Mahar Mardjono
dan Priguna Sidharta, 2006).
Disartria (gangguan artikulasi)
Gangguan artikulasi dinamakan disartria. Pada disartria hanya cara
mengucapkan kata – kata terganggu tetapi tata bahasanya baik. Pada lesi
UMN (Upper Motor Neuron) unilateral, sebagai gejala bagian dari
hemiparesis dijumpai disartria yang ringan sekali. Dalam hal ini, terbatasnya
kebebasan lidah untuk bergerak ke satu sisi merupakan sebab gangguan
artikulasi. Disartria UMN berat timbul akibat lesi UMN bilateral. Seperti pada
paralisis pseudobulbaris. Dalam hal ini, lidah sukar dikeluarkan dan umumnya
kaku untuk digerakkan ke seluruh jurusan (Mahar Mardjono dan Priguna
Sidharta, 2006).
Pada disartria LMN (Lower Motor Neuron) akan terdengar berbagai
macam disartria tergantung pada kelompok otot yang terganggu. Pada pasien
dengan paralisis bulbaris terutama lidah yang lumpuh dan cara berbicara
dengan lidah yang lumpuh dikenal sebagai “pelo”. Jika palatum mole lumpuh,
disartria yang timbul bersifat sengau (Mahar Mardjono dan Priguna Sidharta,
2006).
Tanda peningkatan TIK
- Hipertensi
- Penurunan kesadaran (letargi, stupor, koma)
- Papil edema
- Kelumpuhan nervus VI
- Muntah proyektil
- Trias Cushing (hipertensi, bradikardi, dan pernapasan irregular)
3. Etiologi dan Faktor Resiko
1) Thrombosis (Bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada
orangtua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda
dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah
thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Atherosclerosis
Atherosclerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/hematocrit
meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral
c. Arteritis (radang pada arteri)
2) Embolisme cerebral (Bekuan darah atau materi lain)
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak, dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari
thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.
Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30
detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
- Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Disease
(RHD)
- Myokard infark
- Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil
- Endocarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium
3) Haemorhagi
Perdarahan intracranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini
dapat terjadi karena atherosclerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya
pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim
otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan
otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi
otak
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi;
- Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital
- Aneurisma fusiformis dan atherosclerosis
- Aneurisma myocotik dari vasculitis nekrose dan emboli septis
- Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh
darah srteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena
- Rupture srteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan
penebalan dan degenerasi pembuluh darah
4) Hypoksia umum
- Hipertensi yang parah
- Cardiac Pulmonary Arrest
- Cardiac output turun akibat aritmia
5) Hipoksia setempat
- Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid
- Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain
Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
- Usia
- Ras
- Anatomi pembuluh darah
- Jenis kelamin
- Keturunan
- Hipertensi
- Penyakit kardiovaskuler
- Hiperkolestrol
- Obesitas
- Diabetes
- Merokok
- Penyalahgunaan obat
- Konsumsi alcohol
- Stress
4. Pemeriksaan Penunjang
a) Computerized Tomography Scan (CT Scan)
Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal,
kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak
b) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menggunakan gelombang magnetic untuk menetukan posisi dan
besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya
didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat hemoragik
c) Carotid Doppler Ultrasound
Untuk melihat apakah ada penyempitan atau penurunan aliran darah,
terutama pada arteri carotis
d) EKG
Untuk mengevaluasi fungsi jantung sehingga dapat diketahui apakah
gangguan pada jantung yang dapat merupakan sumber emboli
e) Tes Darah
Darah rutin, sedimentation rate, dan C-reactive protein dapat diusulkan.
Kadar elektrolit atau fungsi ginjal juga dapat dipertimbangkan
Penatalaksanaan Farmakalogi :
- Neuroprotektan
- Diuretik Osmotik
- Antikoagulan
- Antifibrinolitik
- AntihipertensiAntidislipidemia
Pemeriksaan GCS
1) Mata
- Nilai (4) untuk mata terbuka dengan spontan.
- Nilai (3) untuk mata terbuka ketika diberikan respons suara atau
diperintahkan membuka mata
- Nilai (2) untuk mata terbuka ketika diberikan rangsangan nyeri.
- Nilai (1) untuk mata tidak terbuka meskipun diberikan
rangsangan.
2) Respons verbal
- Nilai (5) untuk mampu berbicara normal dan sadar terhadap
lingkungan sekitarnya
- Nilai (4) untuk cara bicara yang tidak jelas atau diulang-ulang,
serta mengalami disorientasi atau tidak mengenali lingkungannya.
- Nilai (3) untuk mampu berbicara tapi tidak dapat berkomunikasi.
- Nilai (2) untuk bersuara namun tidak berkata-kata atau hanya
mengerang saja.
- Nilai (1) untuk tidak bersuara sama sekali.
3) Gerakan tubuh (motorik)
- Nilai (6) untuk dapat mengikuti semua perintah yang
diinstruksikan.
- Nilai (5) untuk dapat menjangkau atau menjauhkan stimulus
ketika diberikan rangsangan nyeri.
- Nilai (4) untuk dapat menghindari atau menarik tubuh menjauhi
stimulus ketika diberi rangsangan nyeri.
- Nilai (3) untuk satu atau kedua tangan menekuk (abnormal
flexion) ketika diberikan rangsangan nyeri.
- Nilai (2) untuk satu atau kedua tangan lurus (abnormal extension)
ketika diberikan rasa nyeri.
- Nilai (1) untuk tidak ada respons sama sekali.
Sirkulasi pembuluh darah otak
Pembuluh darah yang memperdarahi otak yaitu
- Arteri vertebral
- Arteri karotis eksterna dan interna
- Arteri cerebri anterior media dan posterior
2. Patofisiolgi
Vasospasme arteri
Hematoma Cerebral cerebral/saraf cerebral Area
Grocca
Iskemik/infark Kerusakan
PTIK/Hemiasi Cerebral
fungsi N. VII
dan N.XII
Defisit neurologi
Arteri Vertebra Basilasris
Gangguan Komunikasi Verbal
Refluks
Hambatan Mobilitas Fisik
4. Perencanaan
a. Diagnosa : Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
suplai oksigen di otak menurun
Tujuan (NOC) :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan perfusi
jaringan dapat tercapai secara optimal
Kriteria Hasil :
a) Mampu mempertahankan tingkat kesadaran
b) Fungsi sensori dan motoric membaik
Intervensi (NIC)
Kritria Hasil :
Intevensi (NIC) :
Aktivitas keperawatan :
Intevensi (NIC) :
Aktivitas Keperawatan :
Kriteria Hasil :
Intervensi (NIC) :
Arif, M. 2010. Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. Jakarta : Salemba Madika
Battica, F.B. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba
Medika
Esti, Amira dan Trimona Rita. 2020. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Askep Stroke.
Padang : Pustaka Galeri Mandiri
Hidayat, A.A.A. 2011. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika
Kozier, Barbara. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses, dan
Praktik. Edisi 7. Jakarta : EGC
Rahmani, Agnia. 2015. Pengaruh Volume Perdarahan terhadap Tekanan Intrakranial
(TIK) pada Pasien Stroke Hemoragik menggunakan TCD di RSUD dr. Zainoel Abidin
Banda Aceh.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://ojs.unud.ac.id/
index.php/eum/article/download/
5117/3910&ved=2ahUKEwj9667k1cDtAhUQVH0KHSC_BFgQFjABegQIAhAB&usg=
AOvVaw3P0Vk9pVzNpP39uCzR9zIB diakses pada 9 Desember 2020 pukul 16.29 WIB