DI
BANJARMASIN
TAHUN 2013
LEMBAR PENGESAHAN
DI
Disetujui Oleh :
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya, Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya.
Penyelesaian Laporan Pengantar Praktek Kerja Lapangan ini tidak lepas dari bantuan dan doa
dari keluarga, rekan, relasi, dan teman yang telah mendukung dan meluangkan waktu untuk ikut
berpartisipasi. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
Kami memohon maaf yang sedalam-dalamnya apabila selama menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan ini telah melakukan kesalahan karena kami juga tidak lepas dari kekhilafan dan
kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan ini bermanfaat bagi
kita semua.
Atas perhatian, dukungan, bantuan, serta kerjasama dari pembaca kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTRA PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Contoh laporan pemakaian dan lembar permintaan Obat (LPLPO)
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Penduduk berdasarkan Luas Wilayah Perkelurahan tahun 2013
Tabel 3. Distribusi penduduk menurut Golongan Umur pada kelurahan Kelayan
Tabel 5. Sarana kesehatan dan sarana Pendukung Pelayanan Kesehatan tahun 2013
Tabel 6. Sumber daya tenaga kerja di Puskesmas Kelayan Timur tahun 2013
Tabel 7. Pelayanan yang ada di Puskesmas kelayan Timur tahun 2013
Table 8. Kondisi Rumah di wilayah kerja Puskesmas kelayan Timur tahun 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari pembangunan nasional khususnya bidang kesehatan adalah tercapainya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Pembangunan kesehatan memegang peranan yang amat
penting dalam meningkatkan kesejahteraan manusia,dan sebagai sumber daya pembangunan.
Salah satu tempat/fasilitas pelayanan kesehatan yang paling mudah dijangkau oleh masyarakat
yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas menyelenggarakan upaya yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan
peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat terjangkau oleh pemerintah dan masyarakat.
Dalam sarana kesehatan Puskesmas, pelayanan kefarmasian merupakan salah satu faktor penting
dalam menunjang pelayanan kesehatan. Profesi Farmasi saat ini telah mengalami perkembangan
yaitu dari orientasi pada obat berubah menjadi orientasi pada pasien dengan berdasarkan pada
asas Pharmaceutical Care, yaitu bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi
farmasis dalam pekerjaan kefarmasian untuk mencapai tujuan akhir yaitu peningkatan kualitas
hidup pasien.
Pengalaman belajar merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik untuk mencapai
keberhasilan dalam tujuan pendidikan yang dapat diperoleh melalui pendidikan di kelas,
laboratorium maupun lapangan. Untuk mencapai pengalaman belajar, tatanan yang nyata dan
komprehensif sehingga mahasiswa dapat lebih siap dan mandiri, maka dilaksanakan Praktik
Kerja Lapangan pada mahasiswa D3 Farmasi Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. Dengan
adanya Praktik Kerja Lapangan para mahasiswa dapat mengetahui langsung kondisi dan situasi
pada dunia kerja, sehingga mampu belajar menghadapi berbagai tantangan dalam dunia kerja
dan belajar untuk menganalisis suatu gejala dan masalah agar kelak dapat diaplikasikan langsung
pada pasien dengan diberi bimbingan dan pengarahan.
Setelah mengikuti praktik kerja lapangan ini mahasiswa mampu memahami dan mampu
melakukan dan memberikan pelayanan-pelayanan kefarmasian dengan pendekatan
Pharmaceutical Care sebagai Tenaga Teknis Kefarmasian
1. Mengenal peran, fungsi, posisi, dan tanggung jawab seorang Tenaga Teknis Kefarmasian
di Puskesmas.
2. Melakukan pekerjaan kefarmasian
3. Memahami Pengelolaan Resep di Puskesmas yang meliputi alur pelayanan resep,
Penyimpanan Resep, dan Pemusnahan resep.
4. Memahami manajemen kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi di apotek Puskesmas
yang meliputi perencanaan, pengadaan, pelaporan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan kesehatan adalah penyenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa Indonesia untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Penanggung jawab utama penyelenggaraan
seluruh upaya pembangunan kesehatan di wilayah Kabupaten / Kota adalah Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sesuai dengan kemampuannya.
1. Pelayanan pengobatan (Kuratif) yaitu merupakan suatu rangkaian dari pengelolaan obat
yang merupakan tahapan akhir dari suatu pelayanan kesehatan yang akan ikut
menentukan efektifitas upaya pengobatan oleh tenaga medis kepada pasien.
2. Upaya pemulihan kesehatan (Rehabilitatif) yaitu merupakan suatu kegiatan dalam upaya
pemulihan kesehatan.
3.
Upaya pencegahan (Preventif) yaitu merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pencegahan
suatu penyakit dengan memelihara kesehatan lingkungan maupun perorangan.
Hal tersebut menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas
yang merupakan unit pelaksana kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan yang bersifat pokok
yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat termasuk didalamnya pelayanan
kefarmasian di Puskesmas yang ditujukan kepada semua penduduk dan tidak membedakan jenis
kelamin dan umur.
Secara Nasional standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu Kecamatan, dengan beberapa
faktor yaitu, Kepadatan Penduduk, Luas Daerah, Keadaan Geografi, dan Keadaan Infra Struktur
lainnya yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja Puskesmas,
maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah Desa atau Kelurahan, Dusun atau Rukun Warga.
Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit
pelayanan yang lebih sederhana diantaranya, yaitu :
Tugas Puskesmas tercermin dari Visi dan Misi seperti yang tertulis dalam Pedoman Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas oleh Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik dibawah
Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun
2006 yaitu sebagai berikut :
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan
pemeliharaan kesehatan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha
untuk memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk
hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
Pemberdayaan ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial
budaya masyarakat setempat.
1. Pelayanan kesehatan perorangan (Private Goods) adalah pelayanan yang bersifat pribadi,
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan
kesehatan perorangan mencakup rawat jalan dan rawat inap.
2. Pelayanan kesehatan masyarakat (Public Goods) adalah pelayanan bersifat publik dengan
tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan publik, mencegah penyakit tanpa
mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan. Contoh pelayanan publik
adalah Promosi Kesehatan, Pemberantasan Penyakit, Penyehatan Lingkungan, Perbaikan
Gizi, Peningkatan Kesehatan Keluarga, Keluarga Berencana, Kesehatan Jiwa Masyarakat
serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya.
Sumber Daya Manusia (SDM) untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di Puskesmas adalah
Apoteker (UU RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan).
3.Mampu berkomunikasi baik dengan pasien maupun profesi kesehatan lainnya dengan baik.
4.Selalu belajar sepanjang karir baik pada jalur formal maupun informal, sehingga ilmu dan
keterampilan yang dimiliki selalu baru (Anonim, 2006).
Seorang Asisten Apoteker (AA) hendaknya dapat membantu pekerjaan Apoteker dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian tersebut, dan kompetensi seorang Asisten Apoteker di
Puskesmas adalah sebagai berikut :
Secara umum, petugas kamar obat Puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :
1. Menyimpan, memelihara, dan mencatat mutasi obat serta perbekalan kesehatan yang
dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat Puskesmas dalam bentuk baku
catatan mutasi obat.
2. Membuat laporan pemakaiaan dan permintaan obat dan perbekalan kesehatan.
3. Menyerahkan obat sesuai resep kepada pasien.
4. Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada pasien.
5. Menyerahkan kembali obat-obat rusak atau kadaluarsa kepada petugas Gudang obat
dengan menyertakan berita acara.
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Perbekalan kesehatan
adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan
kesehatan. Ruang lingkup pengelolaan farmasi di Puskesmas mencakup :
1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses kegiatan seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan
jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas. Perencanaan kebutuhan untuk
Puskesmas setiap periode dilaksanakan oleh pengelola obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas. Data mutasi obat yang dihasilkan oleh Puskesmas merupakan salah satu faktor
utama dalam mempertimbangkan perencanaan kebutuhan obat tahunan.
Dalam proses perencanaan kebutuhan obat per tahun, Puskesmas diminta menyediakan data
pemakaian obat dengan menggunakan LPLPO fungsinya yaitu Analisis Penggunaan,
Perencanaan Kebutuhan, Pengendalian Persediaan Dan Pembuatan Laporan Pengelolaan Obat.
Selanjutnya UPOPPK (Unit Pengelola dan Perbekalan Kesehatan) yang akan melakukan
kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas di wilayah kerjanya.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan :
1. Perkiraan jenis dan jumlah obat serta perbekalan kesehatan yang mendekati kebutuhan
2. Meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Metode yang lazim digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan obat di tiap unit pelayanan
kesehatan adalah :
1. Metode Konsumsi
Dengan menganalisis data konsumsi obat tahun sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan adalah
pengumpulan data dan pengolahan data, analisis data untuk informasi dan evaluasi, dan
perhitungan perkiraan kebutuhan obat.
1. Metode Epidemiologi
Dengan menganalisis kebutuhan obat berdasarkan pola penyakit. Langkah yang perlu dilakukan
adalah menentukan jumlah penduduk yang akan dilayani, menentukan jumlah
kunjungan kasus berdasarkan frekuensi penyakit, menyediakan pedoman pengobatan,
menghitung perkiraan kebutuhan obat, dan penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia.
1. Metode Campuran
Metode campuran merupakan gabungan dari metode konsumsi dan metode epidemiologi.
Permintaan atau pengadaan obat adalah suatu proses pengumpulan dalam rangka menyediakan
obat dan alat kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Puskesmas.
Tujuan permintaan obat adalah memenuhi kebutuhan obat dimasing-masing unit pelayanan
kesehatan sesuai dengan pola penyakit di wilayah kerjanya ( Anonim, 2003 ).
Sumber penyediaan obat di Puskesmas adalah berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Obat yang diperkenankan untuk disediakan di Puskesmas adalah obat Esensial yang jenis dan
itemnya ditentukan setiap tahun oleh Menteri Kesehatan dengan merujuk kepada Daftar Obat
Esensial Nasional. Selain itu sesuai dengan kesepakatan global maupun keputusan Menteri
Kesehatan No. 085 tahun 1989 tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat
generik di Pelayanan kesehatan milik pemerintah, maka hanya obat generik saja yang
diperkenankan tersedia di Puskesmas.
1. Obat generik sudah menjadi kesepakatan global untuk digunakan diseluruh dunia bagi
pelayanan kesehatan publik.
2. Obat generik mempunyai mutu, efikasi yang memenuhi standar pengobatan.
3. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan publik bagi masyarakat.
4. Menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan publik
5. Meningkatkan efekivitas dan efisensi alokasi dana obat di pelayanan kesehatan publik.
Berdasarkan UU No.23 tahun 1992 Tentang Kesehatan dan PP No.72 tahun 1999 tentang
Pengamanan sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, yang diperkenankan untuk melakukan
penyediaan obat adalah Apoteker. Puskesmas tidak diperkenankan melakukan pengadaan obat
secara sendiri-sendiri. Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat dimasing-masing
Puskesmas diajukan oleh kepala Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub unit ke Kepala Puskesmas
dilakukan secara Periodik menggunakan LPLPO sub unit (Anonim, 2003).
Untuk pengadaan, pada awalnya dibuat surat pesanan oleh Asisten Apoteker atau Apoteker
berupa LPLPO, yang kemudian ditanda tangani oleh kepala Puskesmas yang bersangkutan.
LPLPO dibuat sebanyak 4 rangkap, 1 lembar untuk Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota setempat,
2 lembar untuk Gudang Farmasi dan 1 lembar sebagai Arsip. LPLPO dikirimkan pada setiap
akhir bulan dan permintaan barang akan diterima pada setiap awal bulan.
1. Permintaan rutin, dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Permintaan khusus, dilakukan diluar jadwal distribusi rutin apabila : kebutuhan
meningkat, menghindari kekosongan, penanganan Kejadian Luar Biasa (KLB), obat
rusak dan kadaluarsa.
3. Permintaan obat dilakukan dengan menggunakan formulir Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
4. Permintaan obat ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
selanjutnya diproses oleh UPOPPK Kabupaten/Kota.
Menentukan jumlah permintaan obat, yaitu dengan menggunakan Formulir LPLPO. Data yang
diperlukan yaitu data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah kunjungan resep, data
penyakit, dan frekuensi distribusi obat oleh UPOPKK.
Jumlah untuk periode yang akan datang diperkirakan sama dengan pemakaian pada periode
sebelumnya.
Keterangan :
1. Penerimaan Obat
Penerimaan obat adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang diserahkan dari
unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola dibawahnya.
Tujuan penerimaan obat adalah agar obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
permintaan yang diajukan oleh Puskesmas (Anonim, 2003).
Setiap penyerahan obat oleh UPOPPK, kepada Puskesmas dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan dari Kepala Dinas kabupaten / Kota.
Barang atau obat yang datang akan diperiksa oleh Asisten Apoteker atau Apoteker dan
disesuaikan dengan LPLPO
Petugas penerima obat wajib melakukan pemeriksaan, mencakup jumlah kemasan, jenis obat,
bentuk sediaan, serta pemeriksaan lain yang diperlukan. Jika terdapat kekeliruan,wajib
menuliskan jenis yang keliru (rusak, jumlah kurang, dan lain – lain).
Keluar masuknya barang dicatat dalam buku pemasukkan barang dan kartu stok masing –
masing, Kemudian barang (obat) disimpan dan disusun secara alfabet, jenis sediaan, dengan
sistem FIFO dan FEFO.
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat – obatan yang diterima agar
aman, terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin.
Tujuan penyimpanan adalah agar obat yang tersedia di unit pelayanan kesehatan mutunya dapat
dipertahankan.
Gudang obat Puskesmas merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan semua perbekalan
farmasi untuk kegiatan yang dilakukan di puskesmas.
e.Distribusi
Distribusi adalah kegiatan pengeluaran obat dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk
memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan seperti kamar obat, laboratorium, pustu,
pusling, dan posyandu.
Tujuan distribusi adalah memenuhi kebutuhan obat sub unit pelayanan kesehatan yang ada di
wilayah kerja puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah, dan tepat waktu.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan frekuensi distribusi, yaitu :
1. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan atau kekosongan obat diluar pelayanan kesehatan dasar.
Tujuan pengendalian agar tidak terjadi kelebihan atau kekosongan obat di unit kesehatan
pelayanan dasar ( Anonim, 2003 ).
a) Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit pelayanan agar tidak
mengalami kekurangan atau kekosongan.
b) Stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah terjadinya suatu hal
yang tidak terduga, misalnya keterlambatan pengiriman dari UPOPPK
1. Menentukan waktu tunggu ( Leadtime ), yaitu waktu yang diperlukan dari mulai
pemesanan sampai obat diterima.
1. Pengendalian persediaan
Untuk melakukan pengendalian persediaan diperlukan pengamatan terhadap stok kerja, stok
pengaman, waktu tunggu dan sisa stok. Agar tidak terjadi kekosongan obat dalam persediaan,
maka perlu diperhatikan hal – hal berikut :
1. Pengendalian penggunaan
Tujuan pengendalian persediaan adalah untuk menjaga kualitas pelayanan obat dan
meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Pengendalian penggunaan meliputi presentase
penggunaan antibiotik, presentase obat penggunaan obat generik, kesesuaian dengan pedoman.
1. Petugas pengelola obat yang mengetahui kejadian obat hilang segera menyusun daftar
jenis dan jumlah obat hilang, serta melaporkan kepada kepala puskesmas. Daftar obat
hilang tersebut nantinya akan digunakan sebagai lampiran dari berita cara obat hilang
yang diterbitkan oleh kepala puskesmas.
2. Kepala puskesmas kemudian memeriksa dan memastikan kejadian tersebut, serta
menerbitkan berita acara obat hilang.
3. Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, disertai berita acara obat hilang.
4. Petugas pengelola obat selanjutnya mencatat jenis dan jumlah obat yang hilang tersebut
pada masing-masing kartu stok.
5. Apabila jumlah obat yang tersisa diperhitungkan tidak lagi mencukupi kebutuhan
pelayanannya, segera disiapkan LPLPO untuk mengajukan tambahan obat.
6. Apabila hilangnya obat karena pencurian maka dilaporkan kepada kepolisian dengan
membuat berita acara.
7. Penyimpanan obat
Obat disimpan dalam lemari atau kotak – kotak tertentu. Untuk obat-obatan Narkotik,
Psikotropik hendaknya ditempat dalam lemari yang terkunci. Tempatkan obat secara terpisah
berdasarkan bentuk seperti kapsul, tablet, sirup, salep, injeksi dan lain-lain. Vaksin dan serum
ditempatkan dalam lemari pendingin. Susunan obat berdasarkan alfabetis dan diterapkan sistem
FIFO dan FEFO.
Pencatatan dan pelaporan data obat di Puskesmas merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka
penatalaksanaan obat-obatan secara tertib, baik obat – obatan yang diterima, disimpan,
didistribusi dan digunakan di puskesmas dan atau unit pelayanan lainnya.
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah sebagai bukti bahwa suatu kegiatan yang telah
dilakukan, sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian, sumber data dalam
pelaporan. Selain itu, pencatatan stok obat juga bertujuan untuk mengetahui pengeluaran dan
pemasukan obat, sehingga mudah dimonitor.
Pencatatan stok obat meliputi keluar masuknya obat, baik obat narkotik, psikotropik ataupun
jenis obat lain yang dicatat dalam kartu stok masing – masing. Pencatatan stok dapat dilakukan
untuk periode tertentu, baik per hari, per minggu atau pun per bulan. Pencatatan pada buku
pemasukan, hanya dilakukan pada waktu barang masuk ke apotek di puskesmas.
Penyelengaraan pencatatan :
1. Gudang Puskesmas
1. Penerimaan dan pengeluaran obat gudang dicatat dalam kartu stok.
2. LPLPO dibuat berdasarkan kartu stok obat dan catatan harian penggunaan obat.
1. Kamar Obat
1. Jumlah obat yang dikeluarkan untuk pasien dicatat pada buku pengeluaran harian.
2. LPLPO ke gudang obat dibuat berdasarkan catatan pemakaian harian dan sisa
stok.
3. Kamar Suntik
Setiap hari pemakaian obat dicatat pada buku penggunaan obat suntik dan menjadi sumber data
untuk permintaan tambahan obat.
1. Puskesmas Keliling
LPLPO dibuat 3 rangkap yaitu rangkap untuk Dinkes Kabupaten/Kota melalui UPOPPK,
untuk diisi jumlah yang diserahkan. Setelah ditanda tangani disertai 1 rangkap lainnya disimpan
LPLPO dan 1 rangkap lainnya disimpan UPOPPK. 1 rangkap untuk Arsip Puskesmas.
Pelaporan dilakukan secara periodik, setiap awal bulan. Untuk puskesmas yang mendapatkan
distribusi LPLPO dikirim setiap awal bulan begitu juga untuk puskesmas yang mendapatkan
distribusi setiap triwulan.
Pelayanan obat adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan Non Teknis yang harus
dikerjakan mulai dari menerima resep dokter sampai penyerahan obat kepada pasien. Tujuan
pelayanan obat yaitu agar pasien mendapat obat sesuai dengan resep dokter dan mendapat
informasi bagaimana menggunaknanya. Semua resep yang telah dilayani oleh puskesmas harus
dipelihara dan disimpan minimal 3 tahun dan pada setiap resep harus diberi tanda :
Semua jenis obat yang tersedia di unit – unit pelayanan kesehatan yang berasal dari berbagai
sumber anggaran dapat digunakan untuk melayani semua kategori pengunjung puskesmas dan
puskesmas pembantu.
1. Penerimaan resep
1. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat, dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa, dan keadaan fisik obat.
1. Peracikan obat
2. Pemberian etiket putih untuk obat oral dan biru untuk obat luar, serta label “
kocok dahulu ” pada sediaan obat dalam bentuk larutan.
3. Memasukan obat dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang berbeda
untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
4. Penyerahan obat
1. Sebelum obat diserahkan, lakukan pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien
pada etiket, cara penggunaan, jenis, dan jumlah obat.
1. Penyerahan obat harus dilakukan dengan baik dan sopan, mengingat pasien dalam
kondisi tidak sehat.
2. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
3. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait dengan obat
tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus dihindari,
kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat, dan lain – lain.
4. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, bijaksana dan terkini
sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien. Petugas sangat perlu
menyadari bahwa pasien berhak menerima informasi yang menyangkut efek samping serta
keadaan atau tingkat keparahan penyakit pasien hendaknya disampaikan secara hati – hati dan
agar kerahasiaan penyakitnya dapat dijaga dengan sebaik – baiknya.
Sebab utama mengapa penderita tidak menggunakan obat dengan tepat adalah karena penderita
tidak mendapatkan kejelasan yang cukup dari yang memberikan pengobatan atau yang
menyerahkan obat, oleh karena itu sangatlah penting memberikan waktu untuk memberikan
penyuluhan kepada penderita tentang obat yang diberikan.
BAB III
TINJAUAN UMUM
3.1.a Kependudukan
Puskesmas Kelayan Timur membawahi wilayah kerja yaitu kelurahan Kelayan Timur dan
Kelayan Tengah yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Selatan Kota
Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan tepatnya di Kelurahan Kelayan Timur jalan Kelayan B
Timur Komplek 10 Rt. 13. Kelurahan tersebut memilik luas wilayah yaiu ±1,73 Km2 yang terdiri
dari dua kelurahan yaitu Kelurahan Kelayan Timur dengan luas wilayah 1,59 km2 dengan jumlah
Kepala Keluarga 4.355 KK dan Kepadatan Penduduk mencapai 15.268 dalam satu wilayah dan
juga Kelurahan Kelayan Tengah dengan luas wilayah 0,14 Km2 dengan jumlah penduduk Kepala
Keluarga 2.391 KK dan kepadatan penduduk mencapai 7.642 dalam satu wilayah.
3.2 Geografi dan Batas Wilayah Demografi
Puskesmas Kelayan Timur di wilayah kecamatan Banjarmasin Selatan kota Banjarmasin luas
wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur 1,73 km2, terdiri dari 2 kelurahan yaitu :
25
Pagar)
(Puskesmas Kelayan Dalam) Bagian Selatan kelurahan Murung Raya (Puskesmas pembantu
Murung Raya)
a. Distribusi penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur berdasarkan luas wilayah
perkelurahan
Tabel 3.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Luas Wilayah Perkelurahan Tahun 2013
b.Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Kelayan Timur
Tabel 3.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2013
Sarana kesehatan dan sarana pendukung pelayanan kesehatan Puskesmas Kelayan Timur.
Tabel 3.5 Sarana Kesehatan Dan Sarana Pendukung Pelayanan Kesehatan Tahun 2013.
Tabel 3.6 Sumber Daya Tenaga Kerja Di Puskesmas KelayanTimur Tahun 2013
No. Fasilitas
1 Bp Umum
2 Bp Anak
3 KIA Termasuk Pelayanan KB
4 BP Gigi
5 Laboratorium
6 Klinik Sanitasi ( Konsultasi Kesling )
7 Klinik Gizi ( Konsultasi Kesehatan Remaja )
8 Imunisasi
9 Pemberian Surat Keterangan Kesehatan
10 Pemberian Surat Keterangan Kesehatan Haji
11 Pemberian Surat Keterangan Sakit
12 Pemberian Surat Keterangan Calon Penganten
13 Pemberian Surat Rujukan
14 Apotek
1. Lingkungan
Tabel 3.8 Kondisi Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas KelayanTimur Tahun 2013.
1. Upaya Kesehatan
Puskesmas Kelayan Timur beralamat di Jalan Kelayan B Timur Komplek X Rt. 13 Kec.
Banjarmasin Selatan. Puskesmas ini berdiri sejak tahun 1975 dengan status sebagai Puskesmas
Pembantu. Kemudian pada tahun 1977 Pustu Kelayan Timur berubah status menjadi Puskesmas
Kelayan Timur yang mencakup lima kelurahan yaitu Kelurahan Kelayan Timur, Kelurahan
Kelayan Tengah, Kelurahan Kelayan Dalam, Kelurahan Kelayan Raya, Kelurahan Tanjung
Pagar. Setiap kelurahan memiliki satu puskesmas pembantu kecuali Kelurahan Kelayan Timur
karena Puskesmas Induk berada di Kelurahan Kelayan Timur. Pada tahun 1992 pembagian
wilayah Puskesmas Kelayan Timur hanya membawahi dua kelurahan saja yaitu Kelurahan
Kelayan Timur dan Kelurahan Kelayan Tengah dan hanya memiliki satu pustu. Sedangkan pada
tahun 1993 Puskesmas Kelayan Timur memperluas wilayah kerjanya dengan tambahan dua
pustu yaitu Pustu Tatah Bangkal dan Pustu Tatah Makmur, untuk saat ini Puskesmas Kelayan
Timur memiliki tambahan satu buah pustu yaitu Pustu Kelayan Tengah, jadi sampai sekarang
Puskesmas Kelayan Timur memiliki tiga buah pustu. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Kelayan
Timur ditujukan untuk pelayanan umum, Askeskin / Jamkesmas dan Askes.
Puskesmas Kelayan Timur memiliki jadwal kegiatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ),
yaitu sebagai berikut :
Puskesmas Kelayan Timur memilki program kegiatan pelayanan kesehatan seperti Poskesdes
dan Posyandu. Poskesdes yang dilakukan terbagi dua yaitu pada hari senin untuk Kelurahan
Kelayan Timur dan pada hari sabtu untuk Kelurahan Kelayan Tengah. Sekarang puskesmas
keliling tidak dilakukan lagi.
3.3.b Visi Puskesmas Kelayan Timur
Visi Puskesmas Kelayan Timur adalah untuk mewujudkan Pelayanan yang Optimal dan
Berkualitas.
1. Jujur.
2. Kebersihan sebagian dari iman.
3. Pelayanan kepada orang lain dengan senyum dan ramah dengan tidak membedakan kaya
dan miskin.
3.5.b.1Perencanaan
Perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Kelayan Timur dilakukan
setiap bulan. Langkah perencanaan dimulai dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
memberikan lembar perencanaan dengan format khusus, kemudian lembar perencanaan tersebut
akan diisi oleh petugas pengelola Apotek Puskesmas Kelayan Timur menggunakan metode
konsumsi atau berdasarkan data penggunaan obat bulan sebelumnya.
3.5.b.2 Permintaan
Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Kelayan Timur dilakukan setiap awal
bulan. Sumber – sumber obat berasal dari obat Askes, Jamkesmas dan beberapa program khusus.
Jumlah penerimaan dan jenis obat biasanya sesuai dengan permintaan yang di buat oleh petugas
pengelola apotek.
3.5.b.4 Penyimpanan
a. Gudang
Ruang gudang terpisah dengan ruang pelayanan, letaknya bersebelahan dengan ruang pelayanan.
Gudang obat berukuran ± 3×4 meter persegi. Dalam gudang dilengkapi lampu yang selalu
menyala dan juga terdapat lubang ventilasi yang berfungsi sebagai aliran udara agar obat –
obatan dan perbekalan farmasi yang terdapat di dalam gudang tidak lembab. Lantai gudang
terbuat dari keramik dan obat disusun pada rak kayu.
1. Penyimpanan obat
Penyusunan obat pada Puskesmas Kelayan Timur menggunakan sistem Alfabetis dan
berdasarkan bentuk sediaan serta sumber dana. Dengan cara penyimpanan berdasarkan Alfabetis
dan sumber dana ini akan mempermudah petugas apotek untuk mengambil obat yang diminta.
Obat seperti suppositoria penyimpanan dilakukan di dalam lemari pendingin karena suppositoria
penyimpanannya memerlukan suhu yang relatif dingin dan apabila tidak di dalam lemari
pendingin suppositoria akan meleleh. Jenis obat Psikotropika dan Narkotika disimpan didalam
lemari yang terkunci. Sistem perputaran obat di Puskesmas Kelayan Timur menggunakan sistem
FIFO dan FEFO.
3.5.b.5 Distribusi
Obat yang berada di Puskesmas Kelayan Timur didistribusikan melalui pelayanan kesehatan di
Apotek Puskesmas tersebut dan melalui beberapa sub unit kesehatan lainnya diantaranya, seperti
Posyandu, Pengobatan Lansia, Pengobatan Desa Siaga, dan Pustu. Pendistribusian kepada sub-
sub unit pelayanan kesehatan tersebut dilakukan secara berkala sesuai dengan jadwal kegiatan
masing-masing pelayanan kesehatan.
3.5.b.6 Pengendalian
a. Pengendalian persediaan
Pengendalian persediaan obat dan perbekalan kesehatan di Puskesmas Kelayan Timur dilakukan
dengan memperhitungkan secara matang obat apa saja yang diperlukan di puskesmas, yaitu
dengan menggunakan kartu stok. Ini dilakukan pada saat perencanaan dan permintaan sedian
farmasi dan perbekalan kesehatan sehingga, tidak terjadi kelebihan dan kekurangan atau
kekosongan.
1. Pengendalian penggunaan
Pengendalian penggunaan obat bertujuan untuk menjaga kualitas pelayanan obat dan
meningkatkan efisiensi pemanfaatan dana obat. Pengendalian ini dilakukan dengan melihat Data,
Pola Konsumsi Obat, Jumlah Resep, Buku Pedoman dan Kejadian-Kejadian Yang Terjadi
Dilingkungan.
Penanganan obat hilang di Puskesmas di Kelayan Timur yaitu apabila terjadi obat hilang
dilakukan dengan segera daftar jenis dan jumlah obat yang hilang, serta melapor kepada Kepala
Puskesmas. Daftar obat hilang tersebut nantinya akan digunakan sebagai lampiran dari berita
cara obat hilang yang diterbitkan oleh Kepala Puskesmas. Kepala puskesmas kemudian
memeriksa dan memastikan kejadian tersebut, serta menerbitkan Berita Acara Obat Hilang.
Kepala puskesmas menyampaikan laporan kejadian tersebut kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota, disertai berita acara obat hilang. Di Puskesmas Kelayan Timur tidak pernah
terjadi kehilangan obat biasanya terjadi ketidak sesuaian jumlah obat yang ada dalam
penyimpanan dengan jumlah obat yang tertera pada kartu stok di karenakan kekeliruan atau
ketidak patuhan dalam mengisi kartu stok apabila obat tersebut dikeluarkan
Penanganan obat rusak dan kadaluarsa di Puskesmas Kelayan Timur dilakukan dengan membuat
berita acara dan dilaporkan ke gudang farmasi di Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota untuk
dikembalikan.
Pencatatan dan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan setiap akhir bulan dengan
menggunakan LPLPO yang diserahkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Sedangkan
untuk pelaporan obat Psikotropika dan Narkotika di Puskesmas Kelayan Timur ditujukan kepada
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota sebanyak 1 rangkap, Balai POM 1 buah, dan Yankes
Kotamadya 1 buah. Untuk pelaporan psikotropika dilakukan setiap 1 bulan sekali.
3.5.b.8 Administrasi
Administrasi mencakup semua kegiatan yang berkenaan dengan proses pencatatan, pelaporan,
dan pengarsipan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan. Khusus untuk memusnahkan
resep yang disimpan selama 3 tahun harus dibuat berita acara pemusnahannya yang ditujukan
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan Dinas Kesehatan Propinsi.
Pasien
Loket
BP Anak
BP umum
BP gigi
Poli KIA/KB
Konsultasi gizi
Konsultasi sanitasi/kesling
laboratorium
Apotek
Pulang
Tata Usaha
-Rujukan
1. Penerimaan resep
Resep di Puskesmas Kelayan Timur ditulis oleh dokter atau perawat. Apabila terjadi kekosongan
obat Apoteker atau Asisten Apoteker yang bertugas di Apotek dapat segera menghubungi dokter
atau perawat yang menuliskan resep agar obat segera diganti dengan persediaan obat yang
tersedia di apotek puskesmas.
Apotek Puskesmas Kelayan Timur melayani resep dari pasien umum, Jamkesmas, Jamkesda, dan
Askes.
1. Memeriksa Nama dan Umur Pasien, untuk resep Psikotropika Alamat pasien harus jelas.
2. Memeriksa kesesuaian farmasetika, meliputi : Bentuk Sediaan, Dosis, Lama Penggunaan
Obat.
3. Memeriksa pertimbangan klinik, seperti: Alergi, Efek Samping, Dan Interaksi Obat.
4. Mengkonsultasikan kepada dokter atau perawat yang menulis resep apabila di temukan
keraguan pada resep atau jika obatnya tidak tersedia.
5. Penyiapan peracikan obat
1. Mengambil obat yang diperlukan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama
obat, tanggal kadaluarsa, dan keadaan fisik obat.
2. Obat dikemas dalam pembungkus puyer yang sudah beretiket.
3. Obat racikan sudah dibuat terlebih dahulu sehingga apabila pasien datang membawa
resep, obat racikan langsung diserahkan ke pasien sesuai dengan resep.
4. Obat racikan di buat berdasarkan berat pasien
1. Penyerahan obat
Setelah resep diterima, resep diperiksa lalu obat di ambil berdasarkan resep tersebut. Sebelum
obat tersebut diserahkan dilakukan pemeriksaan kembali, meliputi Nama Pasien, Cara
Penggunaan, Jenis dan Jumlah obat yang diminta. Obat yang sudah diperiksa diserahkan kepada
pasien. Pemeriksaan kembali pada obat yang akan diserahkan kepada pasien ditujukan untuk
menghindari keselahan yang berakibat fatal.
Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan informasi mengenai aturan pakai obat, kapan
obat diminum, khasiat obat, dan efek samping obat tersebut. Orang yang menerima obat
dipastikan pasien itu sendiri atau keluarga pasien.
BAB IV
Apotek Puskesmas Kelayan Timur memiliki satu orang Apoteker dan satu orang Asisten
Apoteker yang bertanggung jawab atas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di
Puskesmas. Tugas masing – masing Apoteker dan Asisten Apoteker di Puskesmas Kelayan
Timur yaitu :
1. Tugas pokok :
2. Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik, mempersiapkan obat
sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien tentang
pemakaian obat
3. Merencanakan kebutuhan obat dan perbekalan kefarmasian baik bulanan dan tahunan
4. Mengelola pemasukan Obat dan Alkes (Alat Kesehatan) baik dari Gudang Farmasi,
Askes maupun Jamkesmas
5. Mengelola pengeluaran/pendistribusian obat kepada Puskesmas Pembantu, Pos
Kesehatan Desa, Polindes, Posyandu maupun kegiatan Puskesmas Keliling
6. Menyusun dan menyimpan Arsip Resep serta
7. Melaksanakan Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi
1. Fungsi :
41
Sebagai apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas kepala puskesmas dalam pengelolaan dan
pencatatan obat dan perbekalan kefarmasian di puskesmas yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh Asisten Apoteker.
1. Aslamiah
1. Tugas pokok :
2. Melakukan pelayanan resep mulai dari menerima resep, meracik, mempersiapkan obat
sesuai kebutuhan, menyerahkan obat sesuai resep dan menjelaskan kepada pasien tentang
pemakaian obat
3. Melaksanakan pencatatan harian ruang pelayanan apotek.
4. Menyusun dan menyimpan Arsip Resep
1. Fungsi :
Sebagai Asisten Apoteker yang membantu pekerjaan atau tugas Apoteker Puskesmas dalam
pengelolaan dan pencatatan obat dan perbekalan kefarmasian di Puskesmas.
Ruang lingkup pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Puskesmas Kelayan Timur yaitu :
4.2.a Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kegiatan seleksi obat dan pebekalan kesehatan untuk
menentukan jenis dan jumlah obat dalam rangka pemenuhan obat di Puskesmas. Seleksi adalah
proses pemilihan dengan rasional sejumlah obat di Puskesmas, dengan tujuan untuk
menghasilkan sediaan obat yang baik.Perencanaan, pengadaan dan pemilihan obat yang
dilakukan di Puskesmas Kelayan Timur dilakukan setiap bulan oleh Apoteker. Perencanaan
tersebut disusun berdasarkan penyakit yang sering ditemukan (epidemiologi), jumlah keperluan
obat (Pola konsumsi) dan keadaan stok obat.
1. Untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai kebutuhan.
2. Untuk menghindari terjadinya kekosongan stok obat di Puskesmas.
3. Meningkatkan efisiensi penggunaan obat.
Jenis Obat di Puskesmas Kelayan Timur terdiri dari obat DAU, Obat Askes, Jamkesda,
Jamkesmas serta obat dari program khusus.Semua jenis obat yang tersedia di unit-unit pelayanan
kesehatan yang berasal dari berbagai sumber anggaran dapat digunakan untuk melayani semua
kategori pengunjung Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.Obat Jamkesmas dan Jamkesda yaitu
obat yang diperuntukkan bagi masyarakat yang kurang mampu. Obat dari program khusus yaitu
obat yang disediakan oleh Dinas Kesehatan untuk program khusus, misalnya pengobatan ISPA,
TBC (Paru) dan malaria.
Perencanaan obat dan alat kesehatan di Puskesmas Kelayan Timur dilakukan dengan mengisi
lembar perencanaan ( LPLPO ) yang formatnya telah ditentukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten / Kota.Untuk mengetahui pemakaian obat perbulan dapat dilihat dari buku register
harian yang biasa disebut rekapitulasi resep harian.LPLPO ( Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat ) dibuat oleh petugas Apotek biasanya pada akhir bulan, dan ditanda tangani
oleh kepala Puskesmas Kelayan Timur. LPLPO dibuat sebanyak 5 rangkap, 1 rangkap untuk
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota, 2 rangkap untuk Gudang Farmasi, 1 rangkap untuk Arsip
Puskesmas dan 1 rangkap untuk Arsip Apotek Puskesmas .
Permintaan atau pengadaan obat di Puskesmas dilakukan untuk memperoleh jenis dan jumlah
obat dengan mutu yang baik, menjamin tersedianya obat, dengan cepat dan tepat waktu. Oleh
karena itu, pengadaan atau permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan
bahwa obat yang diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang direncanakan.
Permintaan obat dari Puskesmas Kelayan Timur menggunakan Format LPLPO ( Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat ). Permintaan dilakukan oleh Apoteker penanggung
jawab Apotek yang telah ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas. Permintaan dari Puskesmas
dilakukan dengan memperhitungkan pemakaian obat dan sisa stok. Jumlah permintaan obat yang
dibuat oleh pihak puskesmas didalam LPLPO biasanya tidak langsung disetujui oleh pihak Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota. Dinas kesehatan akan melakukan analisa terlebih dahulu terhadap
poin – poin yang tertulis dalam LPLPO, setelah itu diputuskan berapa jumlah obat yang akan
diberikan kepada Puskesmas yang bersangkutan. Jumlahnya biasanya sama persis dengan
permintaan Puskesmas dalam LPLPO, tetapi juga bisa kurang.
Permintaan rutin dilakukan oleh Puskesmas pada jadwal yang telah ditentukan, yaitu setiap akhir
bulan. Untuk permintaan khusus dilakukan kapan saja apabila obat yang ada di Puskesmas
mengalami kekosongan sebelum waktu pemesanan misalnya karena :
1. Kunjungan meningkat
2. Penanganan Kejadian Luar Biasa ( KLB )
3. Obat Rusak dan Kadaluarsa.
Surat pemesanan menggunakan Blangko LPLPO yang tercantum dalam laporan. Gudang farmasi
akan mempersiapkan permintaan obat dan Alat kesehatan. Proses ini berlangsung kurang lebih 2
minggu kemudian obat dikirim ke Puskesmas. Barang akan diperiksa kesesuaiannya dengan
permintaan obat dan alat kesehatan sesuai dengan LPLPO. Pengecekan yang dilakukan meliputi :
1. Jumlah Dan Jenis Obat
2. Bentuk Obat Yang Diminta Sesuai Dengan LPLPO
3. Tanggal Kadaluarsa Dan Nomor Bacth
Pengecekan dilakukan oleh Apoteker, kemudian barang akan disusun sesuai dengan ketentuan
dan cara penyimpanan. Setiap barang yang masuk akan ditulis pada kartu stok baik Jumlahnya,
Tanggal Kadaluarsa, Nomor Batch, Nomor Faktur dari Gudang Farmasi dan Tanggal Masuk
Barang.
4.2.c Penerimaan
Alur penerimaan obat dari Dinkes Kabupaten/Kota kepada Puskesmas Kelayan Timur :
Setelah selesai memeriksa, LPLPO ditanda tangani oleh penerima obat/tenaga kefarmasiaan dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas.
Ketika menerima penyerahan obat tersebut pengelola obat apotek puskesmas akan melakukan
pemeriksaan terhadap kesesuaian antara jumlah, jenis obat, dan bentuk sediaan dengan yang
tertera pada LPLPO
dan dibukukan pada buku penerimaan obat dan kartu stock, serta
4.2.d Penyimpanan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan disimpan di dalam gudang obat puskesmas yang berada tidak
jauh dari apotek puskesmas. Gudang obat Puskesmas Kelayan Timur berukuran kurang lebih
3×4 meterpersegi. Dalam gudang terdapat lubang ventilasi yang berfungsi sebagai aliran udara
agar obat – obatan dan perbekalan farmasi yang terdapat didalam gudang tidak lembab. Lantai
gudang terbuat dari semen dan keramik. Penyimpanan obat – obat Narkotika dan Psikotropika
disimpan dalam lemari besi yang terkunci. Untuk obat yang lainnya disusun pada rak – rak yang
tersedia pada gudang obat secara Alfabetis dan menurut sediaan perbekalan farmasi, dengan
letak terpisah antara obat – obat Askes dan Gakin. Rotasi obat atau pengeluaran obat dari gudang
obat Puskesmas Kelayan Timur menggunakan sistem FIFO dan FEFO. Obat yang penyimpanan
memerlukan suhu dingin seperti Suppositoria disimpan didalam Kulkas. Dengan
diberlakukannya sistem FIFO dan FEFO ini, diharapkan dapat menjamin kualitas perbekalan
farmasi yang diberikan dalam pelayanan terhadap masyarakat. Secara umum penyimpanan obat
di gudang obat Puskesmas Kelayan Timur sudah hampir sesuai dengan teori mengenai
persyaratan penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan di gudang. Akan tetapi terdapat
sedikit kekurangan dari tempat penyimpanan obat khususnya di dalam gudang, karena
didalamnya tidak terdapat alat pengontrol suhu. Seharusnya obat jika tidak dinyatakan lain
penyimpanannya adalah pada suhu kamar karena penyimpanan yang melebihi suhu kamar atau
kurang maka akan menyebabkan obat tidak stabil seperti terjadinya perubahan warna pada obat –
obat tertentu atau pun berkurangnya waktu paruh obat akibat keadaan suhu yang tidak stabil
sehingga hal tersebut dapat mengurangi mutu dari sediaan farmasi ( obat ) yang disimpan dalam
gudang.
4.2.e Pendistribusian
Pendistribusian obat merupakan kegiatan untuk menyalurkan obat dari puskesmas ke unit – unit
pelayanan kesehatan, sehingga setiap saat tersedia dalam jumlah, jenis, mutu yang dibutuhkan.
Pendistribusian obat dan alat kesehatan dari gudang obat Puskesmas Kelayan Timur dilakukan
ke beberapa sub unit pelayanan kesehatan lain seperti Desa Siaga, Posyandu Balita, Posyandu
Lansia, Pusling dan Pustu. Sebelum melaksanakan pelayanan kesehatan, masing – masing
petugas sub unit pelayanan kesehatan akan mengambil obat – obatan dan alat kesehatan yang
diserahkan kepada sub unit pelayanan kesehatan tersebut pada buku pemakaian obat harian.
Kegiatan pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan kepada sub unit pelayanan
kesehatan tidak menggunakan LPLPO.
Pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas Kelayan Timur meliputi pencatatan harian
(pencatatan rutin) yang dilakukan setiap hari oleh petugas puskesmas menyangkut penerimaan
dan pelayanan obat ke sub unit pelayanan pada kartu stok. Pencatatan berkala dilakukan
menyangkut laporan penerimaan bulanan dan rekapitulasi pemakaian harian obat pada buku
penerimaan dan pemakaian obat bulanan (Buku Rekapan Bulanan). Buku ini dapat dimanfaatkan
untuk membantu petugas unit pelayanan dalam mengendalikan persediaan obat, terutama jika
persediaan telah mencapai jumlah minimum, maka unit pelayanan dapat mengajukan permintaan
obat tambahan. Pada Pelaporan bulanan dilakukan untuk laporan pemakaian obat setiap bulan
dengan menggunakan format LPLPO. Laporan ini digunakan sebagai sarana pertanggung
jawaban oleh Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melalui gudang farmasi.
Laporan tahunan LPLPO dibuat berdasarkan laporan bulanan dengan merekap data yang ada
pada tiap laporan bulanan yang berupa LPLPO mulai dari awal tahun.
Untuk obat golongan Narkotika, walaupun jarang digunakan di Puskesmas Kelayan Timur
pelaporan tetap dilakukan setiap 1 bulan sekali. Untuk obat golongan Psikotropika, Pelaporannya
dilakukan setiap 1 bulan sekali juga.
Pencatatan dan pelaporan obat merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka penatalaksanaan
obat – obatan secara tertib, baik obat – obatan yang diterima, disimpan, didistribusikan, maupun
obat yang di gunakan di puskesmas atau unit palayanan lainnya.
4.2.g Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan dan pengarsipan baik menyangkut
sediaan farmasi dan alat kesehatan, atau pun resep. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
pengawasan serta evaluasi.
Administrasi untuk sediaan farmasi berdasarkan prosedur lengkap pencatatan dan penyimpanan
resep, adalah sebagai berikut :
Pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dilaporkan setiap 1 bulan sekali. Untuk obat
hilang atau kadaluarsa, maka pelaporan ditujukan ke Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dan
Gudang Farmasi Kota.
Penerimaan resep di Apotek Puskesmas Kelayan Timur berasal dari pasien umum,
jamkesmas/Askeskin, dan askes. pasien umum yaitu pasien yang tidak tergolong pasien
jamkesmas dan askes, sumber penggunaan obat untuk pasien umum ini adalah obat impres yaitu
obat wajib untuk pengobatan dasar di Puskesmas. Pasien jamkesmas/askeskin adalah pasien yang
mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam pengobatannya, sumber obat untuk pasien ini
adalah obat gakin. Sedamgkan Pasien askes adalah pasien yang ikut asuransi kesehatan yang
kebanyakan dari mereka adalah berasal dari pegawai Negeri, sumber obat untuk pasien ini adalah
obat Askes. walaupun setiap pasien memiliki sumber obat yang berbeda, namun pada prakteknya
penggunaan ketiga obat tersebut disamakan, maksudnya adalah obat dari askes dapat digunakan
untuk Pasien Jamkesmas/Askeskin, atau Umum begitu pula sebaliknya. Ketika menerima resep
maka akan dilakukan pemeriksaan resep terlebih dahulu, untuk pasien umum harus memenuhi
syarat yang berlaku yaitu membawa lembar Fotocopy KTP atau KK (Kartu Keluarga).
Sedangkan resep Askes dan Jamkesmas hanya terdiri atas satu lembar kertas putih, dan masing –
masingnya akan dibuatkan laporan dan diajukan kepada pihak yang bersangkutan.
Apabila terdapat kekeliruan atau resep yang ditulis tidak rasional, maka petugas Apotek harus
menanyakan kembali tentang keabsahan resep tersebut kepada dokter yang menulis resep
tersebut, tetapi jika resep tidak terdapat sesuatu yang meragukan maka langkah selanjutnya
adalah pengerjaan resep, baik meracik obat maupun pengambilan obat yang sudah jadi,
Resep umum terdiri atas 2 rangkap, lembar putih dan hijau. Lembar hijau akan dikumpulkan
setiap hari dan diserahakan kepada bagian evaluasi untuk dibuatkan laporan dan diajukan ke
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Lembar putih akan dikumpulkan setiap hari sebagai arsip
apotek dan diserahkan kepada bagian verifikasi untuk pembuatan laporan penggunaan obat.
Penyiapan obat yang sudah jadi dilakukan dengan mengambil obat sesuai dengan yang tertulis
pada resep. Saat pengambilan obat perlu diperhatikan Nama Obat, Dosis, Dan Expire Date Obat
tersebut. Jika obat telah siap, kemudian dilakukan penulisan nama pasien dan cara penggunaan
obat pada etiket. Setelah itu dilakukan pemeriksaan kembali jenis dan jumlah obat, Lalu dikemas
dalam plastik klip dan disertakan etiket didalamnya.
Di Apotek Puskesmas Kelayan Timur juga sering mendapatkan resep racikan, akan tetapi obat
untuk racikan telah diracik terlebih dahulu, contohnya puyer batuk dan puyer flu karena pasien
yang sering mendapatkan resep racikan adalah pasien anak-anak. Jadi obat racikan khususnya
puyer tadi sudah diracik berdasarkan umur si anak.
Berikut adalah daftar puyer beserta dosisnya yang ada di Puskesmas Kelayan Timur :
I II III IV
PUYER MTBS (PM)
≤ 5 kg 6-9 kg 10-15 kg 15-20 kg
Per Parasetamol 500mg 50mg 90mg 150mg 200mg
Salbutamol 2mg 0,5mg 0,75mg 1mg 1,5mg
Bungkus
Gliseril G. 100mg 15mg 25mg 30mg 50mg
Parasetamol 500mg 6tab 10,8tab 18tab 24tab
60
Salbutamol 2mg 15tab 22,5tab 30tab 45tab
Bungkus
Gliseril G. 100mg 9tab 15tab 18tab 30tab
Parasetamol 500mg 8tab 14,4tab 24tab 32tab
80
Salbutamol 2mg 20tab 30tab 40tab 60tab
Bungkus
Gliseril G. 100mg 12tab 20tab 24tab 40tab
Parasetamol 500mg 12tab 21,6tab 36tab 48tab
120
Salbutamol 2mg 30tab 45tab 60tab 90tab
Bungkus
Gliseril G. 100mg 18tab 30tab 36tab 60tab
I II III IV
PUYER BATUK (PB)
≤ 5 kg 6-9 kg 10-15 kg 15-20 kg
Parasetamol 500mg 50mg 90mg 150mg 200mg
Per
CTM 4mg 0,4mg 0,75mg 1,5mg 2mg
Bungkus
Gliseril G. 100mg 15mg 25mg 30mg 50mg
Parasetamol 500mg 6tab 10,8tab 18tab 24tab
60
CTM 4mg 6tab 11,25tab 22,5tab 30tab
Bungkus
Gliseril G. 100mg 9tab 15tab 18tab 30tab
Parasetamol 500mg 8tab 14,4tab 24tab 32tab
80
CTM 4mg 8tab 15tab 30tab 40tab
Bungkus
Gliseril G. 100mg 12tab 20tab 24tab 40tab
Parasetamol 500mg 12tab 21,6tab 36tab 48tab
120
CTM 4mg 12tab 22,5tab 45tab 60tab
Bungkus
Gliseril G. 100mg 18tab 30tab 36tab 60tab
I II III IV
PUYER PILEK/FLU (PF)
≤ 5 kg 6-9 kg 10-15 kg 15-20 kg
Parasetamol 500mg 50mg 90mg 150mg 200mg
Per
CTM 4mg 0,4mg 0,75mg 1,5mg 2mg
Bungkus
Vitamin C 50mg 0mg 12,5mg 17mg 25mg
Parasetamol 500mg 6tab 10,8tab 18tab 24tab
60
CTM 4mg 6tab 11,25tab 22,5tab 30tab
Bungkus
Vitamin C 50mg 0tab 15tab 20,4tab 30tab
Parasetamol 500mg 8tab 14,4tab 24tab 32tab
80
CTM 4mg 8tab 15tab 30tab 40tab
Bungkus
Vitamin C 50mg 0tab 20tab 27,2tab 40tab
120 Parasetamol 500mg 12tab 21,6tab 36tab 48tab
Bungkus CTM 4mg 12tab 22,5tab 45tab 60tab
Vitamin C 50mg 0tab 30tab 40,8tab 60tab
I II III IV
PUYER GATAL (PG)
≤ 5 kg 6-9 kg 10-15 kg 15-20 kg
Per CTM 4mg 0,4mg 0,75mg 1,5mg 2mg
Bungkus Deksametason 0,5mg 0,05mg 0,1mg 0,15mg 0,2mg
60 CTM 4mg 6tab 11,25tab 22,5tab 30tab
Bungkus Deksametason 0,5mg 6tab 12tab 18tab 24tab
80 CTM 4mg 8tab 15tab 30tab 40tab
Bungkus Deksametason 0,5mg 8tab 16tab 24tab 32tab
120 CTM 4mg 12tab 22,5tab 45tab 60tab
Bungkus Deksametason 0,5mg 12tab 24tab 36tab 48tab
Penyiapan dan peracikan obat di Puskesmas Kelayan Timur pada dasarnya sudah sangat baik,
akan tetapi masih terdapat sedikit kekurangan, hal ini terletak pada penyiapan obat dalam bentuk
sirup kering pada prakteknya penyerahan obat kepada pasien tidak dicampurkan dengan air,
pasien hanya diberitahukan cara mencampurnya saja, dikhawatirkan pasien tidak mengetahui
cara pencampuran obat yang benar sehingga dapat mengurangi keefektifan obat tersebut, oleh
karena itu, sebaiknya sediaan sirup kering saat diserahkan kepada pasien telah disuspensikan
dengan air matang oleh petugas sesuai dengan takarannya.
Pelaksanaan penyerahan seperti ini memang tidak mudah, mengingat banyak faktor yang
dipenuhi, diantaranya : ketersediaan air matang yang cukup, serta waktu pengerjaan yang agak
lama sedangkan tenaga farmasi yang tersedia cukup terbatas. Dan juga mengenai etiket tentang
pemakaian obat sering digabung etiketnya jadi satu, meskipun obatnya lebih dari satu. Hal ini
dikarenakan etiket yang ada di puskesmas terbatas dan anggaran dananya dari pemerintah.
Sebelum menyerahkan obat kepada pasien, petugas apotek yang mengerjakan resep tersebut
harus memeriksa kembali kesesuaian antara jenis, jumlah serta aturan pakai dengan yang tertulis
pada resep. Setelah memastikan kesesuaian resep kemudian petugas akan menyiapkan obat yang
sesuai dengan resep, apabila obat yang tertera pada resep tidak tersedia di apotek puskesmas
maka petugas mengkonsultasikan dan menyerahkan kembali resep kepada dokter untuk
mengganti obat tersebut. Setelah selesai diganti petugas menyiapkan obat dan memanggil nama
pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dengan menanyakan kembali identitas pasien
baik Nama maupun Umur Pasien apakah sudah sesuai dengan yang tertulis pada resep, hal
tersebut dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kesalahan penyerahan obat terhadap pasien
dengan Nama yang sama, sehingga tidak berakibat fatal terhadap kondisi pasien.
Pada saat petugas apotek harus menyerahkan obat disertai dengan pemberian informasi obat
yang jelas dan memastikan bahwa pasien telah memahami betul cara penggunaan obat, juga
memberitahukan kepada pasien untuk menyimpan obat ditempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak – anak.
Informasi obat kepada pasien sangat penting disampaikan oleh tenaga farmasis yang melakukan
penyerahan obat kepada pasien. Karena meskipun obat yang diberikan kepada pasien sudah
benar dan tepat, akan tetapi masih banyak pasien yang tidak mengerti bagaimana cara
penggunaan obat yang baik dan benar. Selain tujuan terapi tidak tercapai, hal ini juga dapat
memunculkan resiko resistensi terhadap obat. Sehinnga peran tenaga farmasis disini sangatlah
diperlukan guna tercapainya terapi yang diharapkan yang diharapkan untuk pasien. Informasi
obat dapat meliputi cara penggunaan obat yang benar, efek samping obat, interaksi obat, serta
cara penyimpanan obat yang benar.
Petugas apotek Puskesmas Kelayan Timur dalam menyerahkan obat kepada pasien dilakukan
dengan cara yang baik, ramah, sopan dan disertai dengan informasi tentang obat dengan
menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien, baik menggunakan bahasa daerah
maupun bahasa Indonesia. Karena dengan keramah tamahan dan sopan santun dapat memberikan
semangat kepada pasien untuk sembuh dan membantu penyembuhan secara psikologis.
a. Posyandu Lansia.
Kegiatan Posyandu Lansia (lanjut usia) sebelumnya hanya melakukan kegiatan mengontrol
kesehatan lansia seperti menimbang berat badan, mengukur tinggi badan dan mengukur tekanan
darah saja. Akan tetapi, dengan adanya permintaan dari pasien lansia yang menganggap juga
membutuhkan pengobatan untuk mengatasi keluhan mereka, selain itu dikarenakan kondisi yang
tidak memungkinkan untuk datang ke puskesmas, maka belakangan ini dilakukan lah kegiatan
tambahan yaitu pengobatan dengan melibatkan petugas farmasi untuk memperlancar kegiatan.
1. Posyandu Balita
Posyandu Balita pada dasarnya lebih menekankan pada hal-hal yang terkait imunisasi bayi dan
balita serta ibu hamil sehingga petugas farmasi tidak terlibat didalamnya karena tidak dilakukan
pengobatan yang banyak, obat yang digunakan pun hanya Parasetamol 100 mg sebagai
pencegahan terhadap pemberian vaksin yang dapat menyebabkan panas pada bayi. Pada pusling
dan poskesdes pun sejauh ini petugasnya lebih banyak adalah perawat, mungkin karena pasien
yang datang tidak terlalu banyak, sehingga pemberian obat pun dapat langsung diatasi oleh
petugas yang memeriksa.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah kami melaksanakan Pengantar Praktek Kerja Lapangan Di Puskesmas Kelayan Timur
selama 2 minggu, yang dimulai pada tanggal 22 Agustus 2013 sampai dengan 04 September
2013, kami banyak mempelajari tentang bagaimana cara memberikan pelayanan – pelayanan
kefarmasian dengan pendekatan Pharmaceutical Care yang ada di Puskesmas Kelayan Timur
yang meliputi :
5.2 Saran
1. Perlu adanya perluasan kaca loket sehingga pasien tidak perlu lagi berdiri di pintu masuk
apotek ketika petugas menyampaikan informasi obat.
2. Pemberian informasi tentang cara obat kepada pasien sebaiknya lebih di optimalkan, agar
tercapai tujuan dari pengobatan.
3. Apabila ada kegiatan ataupun pertemuan yang dilaksanakan oleh puskesmas sebaiknya
menggunakan ruangan khusus agar tidak menggangu pelayanan di Puskesmas Kelayan
Timur.
4. Di apotek Puskesmas Kelayan Timur sebaiknya sediaan sirup kering di campur terlebih
dahulu dengan air sebelum diserahkan kepada pasien dan perlu adanya buku penunjang
sebagai pedoman dalam melakukan pelayanan kefarmasian tentang informasi obat,
seperti : ISO ( Informasi Spesialite Obat ), IONI ( Informasi Obat Nasional Indonesia )
dan lain – lain.
5. Sebaiknya pada gudang penyimpanan obat dilengkapi dengan alat pengukur suhu
ruangan agar suhu obat yang disimpan dapat terjaga.
6. Pemberian Informasi Obat kepada pasien sebaiknya lebih di optimalkan agar tercapai
tujuan dari pengobatan.
7. Tingkatkan kerja sama antara petugas apotek, perawat, dokter, bidan,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2004, Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat, Departeman Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2005, Modul TOT Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2004, Pedoman Advokasi Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2011, Laporan Tahunan Kegiatan Puskesmas Kelayan Timur, Dinas Kesehatan
Pemerintah Kota, Banjarmasin.
Aditiya, Surya 2011, Laporan Praktik Kerja Lapangan Puskesmas Kelayan Timur, Banjarmasin.
Aditiya, Winni 2012, Laporan Praktik Kerja Lapangan Puskesmas Kelayan Timur, Banjarmasin.
(https://alviatul13.wordpress.com/2013/10/03/laporan-pkl-puskesmas-kelayan-timur/)