Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan urine atau urinalisis merupakan pemeriksaan yang

memberikan informasi tentang ginjal, saluran urine dan mengenai faal

berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks

adrenal dan lain-lain. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan dasar bagi

pemeriksaan selanjutnya, yang meliputi jumlah urine, makroskopik yaitu

warna dan kejernihan urine, berat jenis, protein, glukosa dan pemeriksaan

sedimen (Gandasoebrata,2013).

Proteinuria (protein urine) adalah protein yang terdapat dalam urine, pada

keadaan normal tidak didapatkan konsentrasi yang tinggi dalam urine, protein

dalam urine sangat kecil kurang dari 100 mg protein/24 jam. 2/3 dari jumlah

tersebut adalah protein yang di keluarkan dari tubulus biasanya protein yang

sudah melebihi batas lebih dari 150 mg protein /24 jam sudah tidak normal ,

ini dapat di jumpai pada kerusakan – kerusakan kerusakan membrane kapiler

glomerulurus atau karena gangguan mekanisme reabsorbsi tubulus atau

kerusakan pada kedua mekanisme tersebut. Proteinuria (protein urine) terjadi

karena molekul protein dapat melewati membrane glomerulus.Hal ini dapat

terjadi karena peningkatan permeabilitas dinding kapiler glomeruli,

peningkatan tekanan intra glomerular atau keduanya. Jika terjadi kerusakan

fungsi tubulus dapat mengakibatkan kegagalan reabsosorbsi dan kehilangan

1
kompensasi untuk mengubah volume cairan tubuh, ini juga berakibat protein

tidak dapat di reabsorbsi kedalam darah sehingga terbentuk proteinuria

(protein urine) (Anna,2016)

Pada Ibu hamil trimester II tekanan vena pada ginjal semakin meningkat

dan terjadi pertumbuhan janin yang cepat. Oleh karena itu, pemeriksaan urine

pada Ibu hamil trimester II penting dilakukan untuk mengetahui riwayat

kesehatan Ibu sehinggaa pabila terjadi kelainan dapat segera diatasi, seperti

halnya kelainan atau komplikasi pada waktu kehamilan yang berupa

preeklampsia.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, salah satu

penyebab kematian Ibu dan janin adalah preeklamsiaberat (PEB), angka

kejadiannya berkisar antara 0,51%-38,4%. Di Negara maju angka kejadian

preeclampsia berat berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%. Sedangkan angka

kematian ibu yang diakibatkan preeklamsia berat dan eklampsia di Negara

berkembang masih tinggi.

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi. Berdasarkan

hasil survey demografi dan kesehatan di Indonesia pada tahun 2015 AKI di

Indonesia mencapai 305 per 100.000 kelahiran hidup. (dr. Arika Aboebakar

dalam aceHTrend, 2018)

Angka kematian Ibu masih menjadi masalah terbesar diseluruh Indonesia,

salah satunya di Provinsi Aceh, walaupun angka kematian ini setiap tahunnya

sudah mulai menurun. Penyebab terbesar kematian ibu hamil di provinsi aceh

masih didominasi oleh perdarahan yaitu 55 kasus (32.5%), disusul oleh pre

2
eklampsi/eklampsi sebanyak 36 kasus (21.3%) dan penyebab lain yang tidak

berhubungan secara langsung dengan kematian ibu yaitu sebesar 32 kasus

(18.9%) (FaradillaSafitri, 2018)

Berdasarkan laporan tahunan RSUD Tengku Pekan dari tahun 2016

sampai dengan 2018 kasus preeklamsia di rumah sakit tersebut terus

meningkat. Sementara preeklamsia atau keracunan kehamilan ditandai dengan

gejala meningkatnya tekanan darah dan kadar protein urine yang positif.

Bedasarkan laporan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Puskesmas

Susoh menyatakan bahwa ibu hamil yang berkunjung di Puskesmas Susoh

tahun 2019 yaitu113 orang dengan jumlah kasus ibu hamil yang mengalami

proteinuria sebanyak 26 kasus, ini dikarenakan ibu hamil merupakan salah

satu kelompok beresiko terkena berbagai macam gangguan kesehatan

misalnya kelebihan kadar protein dalam urine dapat mengindikasikan

terjadinya preeklamsi. Preeklamsi adalah masalah kesehatan yang dialami

pada saat kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi (hipertensi), edema,

disertai protein dalam urine (proteinuria).

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang

“Gambaran hasil pemeriksaan kadar protein urine pada Ibu hamil trimester II

di Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya 2020

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Hasil Pemeriksaan kadar protein urine

3
pada Ibu hamil trimester II dengan menggunakan meode carik celup di

Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya 2020?”

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui status protein urine pada ibu hamil trimester II di

Puskesmas Susoh Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya

D. Manfaat Penelitian

1. Peneliti

Sebagai bahan kajian tentang gambaran Hasil Pemeriksaan kadar

protein urine pada Ibu hamil trimester II sehingga dengan penelitian ini

dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan serta

pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah

2. Institusi

Sebagai kajian keilmuan dalam meningkatkan pengetahuan peserta

didik serta sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya.

3. Responden

Dengan adanya penelitian ini diharapkan ibu hamil dapat

menyadari pentingnya pemeriksaan rutin selama kehamilan khususnya

pemeriksaan protein urine sehingga dapat menghindari terjadinya

preeklamsia

4
E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian ini hanya memberikan informasi yang terbatas

tentang hasil pemeriksaan protein urine yang diperiksa, maka kita tidak dapat

mengharapkan bukti nyata tentang sebab-akibat. motivasi subjek yang tidak

konsisten, dalam melakukan penelitian diharapkan peneliti dapat memastikan

hasil pemeriksaan yang objektif dan akurat. Ini sangat tergantung pada

perhatian, simpati, minat, dan kerjasama dengan subjek penelitian.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Ibu Hamil

1. Definisi Ibu Hamil

Ibu hamil (gravida) adalah seorang wanita yang mengandung

dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.Kehamilan adalah masa di

mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi

terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan) (Prawirohardjo, 2012).

Menurut manuaba (2016) Gravida terbagi atas dua bagian yaitu:

a. Primigarvida adalah wanita yang hamil untuk pertama kalinya. Ciri-

cirinya adalah payudara tegang, putting susu runcing, perut tegang

menonjol, straise livide, perineum utuh, vulva menonjol, hymen

perforatus, vagina sempit, dengan rugae portio runcing dan tertutup.

b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi

cukup bulan. Ciri-cirinya adalah payudara lembek berbekas dan

menggantung, putting susu tumpul, perut lembek dan menggantung,

straise livide dan ablikan, pirenium terdapat bekas robekan, vulva

terbuka, karunkukulemirtyformis, vagina longgar tanpa rugae, dan

portio tumpul dan terbagi dalam bibir depan-belakang.

6
2. Klasifikasi Umur kehamilan

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya

janin.Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7

hari) dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT).(Jenni Mandang.

et all, 2016)

Tinjau dari umur kehamilan dibagi atas 3 trimester yaitu :

a. Kehamilan Trimester I (0-12 minggu)

Pada tahap awal ini, kondisi tubuh mengalami banyak perubahan, ini

terutama terjadi perubahan hormonal. Perubahan hormonal

mempengaruhi pada semua sistem organ di dalam tubuh.Pedoman

utamanya yaitu berhenti haid.

1) Bulan pertama (0-4 minggu)

Setelah pembuahan, tahapan awal perkembangan embrio

adalah zigot. Zigot akan menuju rahim dan membentuk morula,

yaitu kelompok sel-sel yang bentuknya mirip buah rasberi.

Selanjutnya morula akan melalui beberapa tahapan perkembangan

embrio.

Pada bulan pertama, kantong ketuban sudah terbentuk

untuk melindungi embrio dengan cara membungkusnya dengan

ketat. Fisik janin mulai terbentuk, yaitu kemunculan lingkaran

hitam di wajah yang nantinya berkembang menjadi mata.Selain itu,

perkembangan juga meliputi bagian rahang bawah dan mulut.Di

bagian dalam, organ yang mulai berkembang adalah tenggorokan.

7
Embrio mendapatkan nutrisi dari ibu yang ditransfer ke

bayi melalui plasenta.Plasenta juga mulai terbentuk dari bulan

pertama.Organ yang berbentuk bulat datar ini juga berfungsi

mentransfer bahan buangan dari bayi.Meski embrio baru berukuran

6-7 mm, sirkulasi darah sudah dimulai, ditandai dengan

terbentuknya sel darah.

2) Bulan kedua (5-8 minggu)

Pada saat ini, tulang rawan sudah berganti menjadi tulang.

Jaringan sistem saraf pusat sudah terbentuk, yaitu berupa otak,

sumsum tulang belakang, dan jaringan saraf lain. Pada minggu

kelima, jantung mulai terbentuk, berbarengan dengan sistem

peredaran darah.Di kedua sisi kepala membentuk lipatan kecil.

sebagai cikal bakal telinga. Bagian wajah pun terus berkembang.

Sementara itu pada bagian tubuh yang lain, mulai terlihat

pertumbuhan tunas yang kemudian menjadi tangan dan

kaki.Ukuran embrio pada akhir bulan kedua adalah 2,54 cm, berat

9,45 gram, dengan bagian kepala berukuran sepertiga dari ukuran

seluruh tubuh

3) Bulan ketiga (9-12 minggu)

Di bulan ketiga, organ dalam mulai berkembang.Organ hati

mulai memproduksi empedu, sistem urine mulai bekerja, sistem

peredaran darah juga mulai beroperasi.Sebenarnya organ

8
reproduksi sudah mulai mengembang, tetapi jenis kelamin belum

dapat dipastikan meski diperiksa melalui USG.

Tubuh janin sudah terbentuk lebih lengkap, yaitu sudah

memiliki lengan, tangan, kaki, telinga, serta mulai membentuk

gigi.Jari-jari tangan dan kukunya juga sudah mulai terbentuk.

Bahkan, di ukuran tubuh dengan panjang 7,6-10 cm dan berat 28 g

ini, janin sudah dapat membuka mulut dan mengepalkan tangan.

b. Kehamilan Trimester II (13-28 minggu)

Memasuki trimester kedua, sudah mulai dapat mendengar detak

jantung janin saat pemeriksaan kehamilan.Kelamin janin semakin

berkembang dan mulai dapat merasakan gerakannya.

1) Bulan keempat (13-17 minggu)

Pada masa ini, janin laki-laki sudah memiliki prostat dan janin

perempuan sudah mulai menampakkan folikel pada

ovariumnya.Tulang janin makin berkembang.Di bagian kepala

sudah tampak pola rambut. Sementara itu pada bagian wajah, mata

sudah menghadap ke depan dan mulai dapat bergerak. Posisi

telinga sudah sesuai tempatnya.Mulut janin pun mulai dapat

mengisap. Panjang janin di usia 14 minggu mencapai 85 mm

dengan berat kira-kira 40 g.

2) Bulan kelima (18-21 minggu)

Seluruh kulit janin tertutup lapisan putih sebagai pelindung dari

cairan ketuban. Lapisan putih ini akan terlepas dengan sendirinya

9
sesaat ketika janin akan lahir. Otot janin sudah berkembang di

bulan kelima.Janin pun mulai bergerak sebagai latihan untuk otot

dan pada bagian kepala sudah tumbuh rambut. Bagian-bagian

tubuh janin, seperti punggung dan bahu, juga ditumbuhi rambut

halus yang akan hilang menjelang minggu kedua setelah bayi lahir.

Panjang janin di akhir bulan ini adalah 160 mm.

3) Bulan keenam (22-27 minggu)

Kelopak mata janin sudah jelas dan mata sudah bisa

terbuka.Pembuluh vena tampak melalui kulit janin, sebab kulit

sudah muncul dengan tekstur tipis keriput berwarna

kemerahan.Denyut nadi janin dapat meningkat, sebagai tanda

bahwa janin menanggapi rangsangan, terutama bila mendengar

suara dari luar.Jari tangan dan kaki janin pun sudah tampak.Pada

bulan ini, panjang janin sekitar 190 mm dengan berat 460 g

c. Trimester III (28-40 minggu)

Pada masa ini janin sedang berada di dalam tahap penyempurnaan dan

akan semakin bertambah besar sampai memenuhi seluruh rongga

rahim.

1) Bulan ketujuh (28-31 minggu)

Janin sudah dapat menanggapi cahaya, merasakan sakit,

mendengar suara, dan mengubah posisi tubuh.Pendengarannya

mulai berkembang dan tubuhnya mulai menyimpan lemak.Di bulan

ketujuh panjang janin mencapai 36 cm dengan berat 900-1.800 g 9

10
2) Bulan kedelapan (32-36 minggu)

Di bulan kedelapan, bagian dalam janin sudah berkembang lebih

baik.Bagian yang sudah terbentuk tetapi belum sempurna, adalah

paru-paru.Bagian otak sudah lebih berkembang pesat dibandingkan

bulan sebelumnya. Cadangan lemak tubuh pun meningkat seiring

dengan makin tuanya usia janin. Bayi bergerak lebih aktif ditandai

dengan gerakan menendang yang lebih kencang.Pada saat ini

ukuran janin adalah 46 cm, berat 2.270 gram.

3) Bulan kesembilan (37-40 minggu)

Pada saat ini tubuh janin, baik bagian luar maupun dalamnya,

sudah lebih sempurna.Mata dan telinga dapat berfungsi

sebagaimana mestinya.Janin pun lebih peka terhadap rangsangan

berupa sentuhan dan cahaya.Bagian paru-paru sudah hampir

berkembang dengan sempurna.Panjang janin sudah mencapai 46-

51 cm dan berat kira-kira 2.500- 3.200 gram.Janin pun bersiap

dilahirkan dengan posisi berpindah, yaitu kepala menghadap jalan

lahir dan tubuh menempati bagian bawah panggul ibu.

3. Perubahan Fisiologi Pada Ibu Hamil

Ada beberapa perubahan fisiologi pada ibu hamil, diantaranya :

a. Perubahan fisiologi ginjal pada waktu hamil

11
Pada waktu hamil ukuran dan berat ginjal akan meningkat dan

glomerulus mengalami perbesaran, panjangnya bertambah 1- 1,5 cm.

Pada kehamilan normal, fungsi ginjal cukup banyak berubah, laju

filtrasi glomerulus dan aliran plasma dalam ginjal meningkat yang

akan mencapai puncaknya pada 16 minggu kehamilan (Trimester II)

dan menetap sampai akhir kehamilan.Ginjal wanita harus

mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi ibu meningkat dan

juga mengekskresi produk sampah janin. Pada kehamilan tahap lanjut,

akibat pergeseran uterus yang berat kekanan dan terdapat kolon

rektosigmoid di sebelah kiri maka pelvis ginjal kanan dan ureter lebih

berdilatasi daripada pelvis kiri.Ginjal berfungsi paling efisien saat

wanita berbaring pada posisi rekumbeng lateral dan paling tidak

efisien pada posisi telentang.

b. Perubahan fisiologi perkemihan pada waktu hamil

Menurut Jenni Mandang, et all (2016) terjadi perubahan

perkemihan pada ibu hamil berdasarkan tiap semester diantaranya:

1) Trimester I

Di bulan awal kehamilan, ibu hamil sering timbul gangguan

berkemih karena kandungan kencing tertekan oleh pembesaran

uterus.

2) Trimester II

 Frekuensi buang air kecil normal kembali karena kandung

kemih tertarik keatas

12
 Uterus yang mulai membesar menyebabkan tekanan pada

kandung kemih mulai berkurang, karena uterus keluar dari

rongga panggul sejati kearah abdomen

 Uretra memanjang sampai 7,5 cm karena kandung kemih

bergeser keatas

 Kongesti panggul pada masa hamil ditunjukan oleh hyperemia

kandungan kemih dan uretra. Peningkatan vaskularisasi ini

membuat mukosa kandung kemih menjadi mudah luka dan

berdarah.

 Tonus kandung kemih dapat menurun yang memungkinkan

distensi kandung kemih sampai sekitar 1500 ml.

3) Trimester III

 Pada akhir kehamilan, kandung kencing akan mulai tertekan

kembali karena kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul

(PAP)

 Perubahan-perubahan menyebabkan pelvis dan ureter mampu

menampung urine dalam volume yang lebih besar dan dapat

memperlambat laju aliran urine

 Pembesaran uterus menekan kandung kemih, menyebabkan ibu

hamil merasakan ingin berkemih walaupun kandung kemih

hanya berisi sedikit urine dan terjadi hemodilusi (terjadi puncak

pengenceran darah) menyebabkan metabolisme air menjadi

lancar

13
4. Keadaan Patologis Pada Ibu Hamil

Menurut Gita Kostania (2014) pada kehamilan trimester II terjadi

ketidaknyamanan seperti:

a. Konstipasi

Konstipasi diduga akibat penurunan peristaltik yang disebabkan

relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi penurunan peristaltik

ketika terjadi penurunan jumlah hormone progesterone yang

mempunyai efek rileks pada otot polos pada usus besar. Akibat

pembesaran uterus atau bagian persentasi menyebabkan pergeseran

dan tekanan pada usus dan penurunan motilitas pada saluran

gastrointestinal dan bisa juga akibat efek mengkonsumsi zat besi,

konstipasi dapat memacu hemoroid

b. Pusing atau sakit kepala

Keadaan pusing pada trimester 2 biasanya dihubungkan dengan gejala

anemia. Pada usia 24 minggu, komposisi darah dalam tubuh ibu mulai

mengalami perubahan. Ketidakseimbangan volume dan jumlah sel

darah merah dengan kadar haemoglobin menyebabkan ibu hamil

mengalami pusing. Namun, Moms perlu memeriksakan dulu ya

kondisi pusing ini apakah karena anemia atau bukan, apalagi jika

merasakan pandangan mata yang kabur.

c. Heart Burn

Heart burn atau nyeri ulu hati biasanya timbul menjelang akhir

trimester II, hal ini dikarenakan adanya peningkatan hormon

14
progesteron terhadap organ pencernaan. Makanan menjadi lambat

dicerna dan menumpuk di lambung.

d. Edema deverden dan Varises

Edema dan varises disebabkan oleh gangguan sirkulasi vena dan

meningkatnya tekanan vena pada pada ekstremitas bagian bawah.

Perubahan ini akibat penekanan uterus yang membesar pada vena

panggul saat ibu hamil duduk atau berdiri dan penekanan vena pada

kuva inferior saat berbaring.

e. Nyeri Ligamen

Ligament teres uteri melekat disisi tepat dibawah uterus. Secara

anatomis memiliki kemampuan memanjang saat uterus meninggi dan

masuk kedalam abdomen. Nyeri ligamen teres uteri diduga akibat

peregangan dan penekanan berat uterus yang meningkat pesat pada

ligamen. Nyeri punggung bawah tepatanya pada lumbosakral yang

diakibatkan terjadinya pergeseran pusat gravitasi dan postur tubuh ibu

hamil, yang semakin berat seiring membesarnya uterus. Pengaruh

sikap tubuh kordosis, membungkuk berlebihan, jalan tanpa istraha,

mengangkat beban berat terutama pada kondisi lelah.

5. Metabolisme Protein Pada Ibu Hamil

Menurut Astuti, H,.P (2012), pada wanita hamil Basal

Metabolisme Rate (BMR) meningkat hingga 15-20% terutama pada

trisemester ketiga, penurunan keseimbangan asam basa dari 155 mEq per

liter menjadi 145 mEq perliter akibat hemodelusi darah dan kebutuhan

15
mineral yang dibutuhkan janin. Kebutuhan protein ibu hamil untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan,

dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar 0.5

g/kg berat badan atau sebutir telur ayam sehari. Kebutuhan kalori yang

dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran karbohidrat,

lemak, dan protein. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil seperti kalsium

1,5 gram per hari dan 30-40 gram untuk pembentukkan tulang janin, fosfor

rata rata 2 gram dalam sehari, zat besi dalam 800 mg atau 30-50 mg per

hari dan air yang cukup.

Ibu hamil memerlukan protein lebih banyak dari biasanya minimal

60g/hari.Protein berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin serta mengurangi resiko lahir kurang bulan (preterm), adapun fungsi

lain membuat ari-ari (plasenta) yang berfungsi untuk menunjang atau

memelihara dan menyalurkan makanan bayi, sebagai persiapan cadangan

makanan untuk persalinan massa setelah melahirkan dan massa menyusui

Protein dibutuhkan dalam jumlah yang banyak pada kehamilan

untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara dan badan ibu, serta

untuk persiapan laktasi. Maka dari itu perlu diperhatikan agar wanita

hamil memperoleh cukup protein selama hamil.Diperkirakan satu gram

protein setiap kilo gram berat badan dapat memenuhi kebutuhan sehari-

hari.Pada pemeriksaan plasma protein ditemukan adanya penurunan pada

fraksi albumin dan pula sedikit penurunan gamma globulin.Perubahan-

16
perubahan dalam plasma protein ini dalam satu minggu postpartum

kembali kepada keadaan sebelum adanya kehamilan

B. Tinjauan Umum Tentang Protein Urine

1. Definisi Protein Urine (Proteinuria)

Proteinuria adalah protein yang terdapat dalam urine, pada keadaan

normal tidak dapatkan konsentrasi yang tinggi dalam urine, protein dalam

urine sangat kecil kurang dari 100 mg protein/24 jam . 2/3 dari jumlah

tersebut adalah protein yang di keluarkan dari tubulus biasanya protein

yang sudah melebihi batas lebih dari 150 mg protein /24 jam sudah tidak

normal, ini dapat di jumpai pada kerusakan – kerusakan kerusakan

membran kapiler glomerulurus atau karena gangguan mekanisme

reabsorbsi tubulus atau kerusakan pada kedua mekanisme tersebut. (Lika

Aprilia Samiadi, 2016)

2. Proses Terjadinya Proteinuria

Protein dapat masuk ke dalam urine jika terjadi kerusakan pada

glomeruli atau tubulu ginjal. Pada keadaan normal selektifitas muatan

listrik dan ukurandari dinding kapiler glomerulus akan mencegah protein

(albumin, globulin dan molekul protein plasma yang besar) melewatinya.

Membran glomerulus mengandung komponen muatan negatif, yang dapat

menyebabkan penurunan filtrasi dari substansi anionik seperti albumin.

Protein adalah bermuatan negatif dan hampir seluruhnya dihambat oleh

dinding sel glomeruli. Protein mengalami filtrasi di membran glomerulus

17
melalui seleksi perbedaan berat molekul dan muatan listrikProteinuria

terjadi karena molekul protein dapat melewati membran glomerulus. Hal

ini dapat terjadi karena peningkatan permeabilitas dinding kapiler

glomeruli, peningkatan tekanan intra glomerular atau keduanya jika terjadi

kerusakan fungsi tubulus dapat mengakibatkan kegagalan reabsosorbsi dan

kehilangan kompensasi untuk mengubah volume cairan tubuh, ini juga

berakibat protein tidak dapat di reabsorbsi ke dalam darah sehingga

terbentuk proteinura.(Anna,2016)

3. Macam Macam Proteinuria

a. Fungsional Proteinuria

Disebabkan oleh karena ekspose dengan udara yang sangat

dingin, otot-otot bekerja dengan keras yang akan menghilang setelah

istrahat (tidur). Pada kehamilan di sebut ortostatik atau atau postural

protein.

b. Organik Proteinuria

1) Pre renal proteinuria

Dikarenakan penyakit yang umum terjadi dan merupakan

indikasi penyakit ginjal misalnya ascites dan keracunan obat bahan

kimia seperti Hg dan Pb. Karena peningkatan permeabilitas

glomerulus, seperti keadaan-keadaan hipertensi esensial

preeklamsia pada kehamilan. pada proteinuria jenis prerenal sejati,

tanpa kerusakan ginjal,tetapi apabila berkepanjangan dengan

sendirinya dapat mengakibatkan kerusakan ginjal.

18
2) Renal proteinuria

Terjadi karena peradangan (Nephritis), proses degenerasi

ginjal ( Nephrosis) infark pada ginjal, TBC dan infeksi ginjal

Pasca renal proteinuria

Protein yang berasal dari pasca renal selalu berhubungan

dengan sel-sel dan minimal ditemukan pada infeksi berat traktus

urinarius bagian bawah dan di sertai dengan hematuria bila pelvis

ginjal atau ureter di rangsang oleh sesuatu atau penyakit keganasan

setempat.

4. Metode Pemeriksaan Protein Urine

Pemeriksaan terhadap protein urine termasuk pemeriksaan kimiawi

yang merupakan sebagian sari pemeriksaan urin rutin. Protein dapat

mengindikasiakan urine yang terkontaminasi , infeksi atau adanya

penyakit, ginjal karena adanya sejumlah kecil albumin dan globulin dalam

urine, untuk mendeteksi jumlah protein yang lebih besar di perlukan urine

pagi, untuk memastikan kemungkinan infeksi, harus di ambil urine tengah

kemudian diperiksakan ke laboratorium untuk dianalisis. Pemeriksaan

protein kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam

berdasarkan pada timbulnya kekeruhan karena padatnya atau kasarnya

menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada.

Pemeriksaan protein urine di lakukan dengan 2 cara :

a. Semi Kuantitatif

1) Metode Asam Sulfosalisilat

19
Asam sulfosalisilat dapat di gunakan untuk uji urine sebagai

penentu ada tidaknya protein dalam urine karena, ikatan kimia yang

ada di dalamnya mampu menyebabkan presipitasi protein terlarut

yang dapat di ukur dan di tentukan dari derajat turbiditas. Protein

dalam suasana asam akan mengalami denaturasi dan presipitasi.

Metode asam sulfosalisilat memiliki sensistifitas

pemeriksaan 5- 10 mg/dl. Kelebihan pada metode asam sulfosalislat

pemeriksaan ini sangat peka karena adanya protein dalam

konsentrasi 0,002% dapat di nyatakan, apabila hasil 16. testnya

negatif tidak perlu lagi memikirkan kemungkinan adanya protein

urin. Kekurangannya pada pemeriksaan ini membutuhkan waku

yang relatif lama

2) Metode Rebus dengan Asam Asetat 6 %

Metode rebus dengan asam asetat 6 % memiliki sensitifitas

pemeriksaan 5 – 1m mg/dl. Pemeriksaan ini lebih sensitif jika untuk

memeriksa albumin, pepton dan protein bence jones. Pemeriksaan

protein urin metode rebus dengan asam asetat 6% memiliki

kelebihan yang cukup sensitif karena protein sebanyak 0,004%

protein dapat dinyatakan dengan metode ini, namun terdapat

kekurangan yaitu apabila urine encer mempunyai berat jenis rendah

tidak dapat di periksa menggunakan metode ini karena

menyebabkan hasil negatif palsu.(Gandasoebrata R,2013)

20
3) Metode Carik Celup (Dipstik)

Pemeriksaan protein metode carik celup memiliki kelebihan

seperti penggunanya lebih cepat, lebih praktis, dan lebih mudah di

interpretasikan dengan melihat perubahan warna yang terjadi,

terdapat kekurangan seperti apabila pembacaan di lakukan kurang

dari 30 detik maka akan terjadi perubahan warna yang dapat

menimbulkan kesalahan dalam menginterpretasikan hasil. Metode

carik celup ini hanya sensitif pada albumin saja, globulin dan

Protein Bence tidak dapat di nyatakan oleh carik celup.

(Gandasoebrata,2013)

b. Kuantitatif

1) Metode Esbach

Pada cara Esbach tidak menggunakan serbuk batu apung dan hasil

penetapan baru boleh di baca setelah 12-24 jam.

2) Metode Esbach Modifikasi Tsuchiya

Modifikasi Tsichiya menggunakan serbuk batu apung dan hasil

penentapan di baca setelah 1 jam.(Gandasoebrata,2013)

C. Hubungan Protein Urine dan Ibu Hamil

Proteinuria ternyata rentan menyerang ibu hamil. Proteinuria merupakan

adanya kandungan protein dalam urin yang dapat berdampak pada komplikasi

berbahaya. Khususnya, bagi ibu hamil, hal ini bahkan bisa menyebabkan

adanya gangguan pada janin dalam kandungan. Ibu hamil patut waspada jika

21
terdapat kandungan protein sebanyak 300 mg/d yang bisa dipicu oleh beban

ginjal selama hamil. Selain itu, adanya peningkatan volume darah juga dapat

memperberat fungsi ginjal. (Elizabet Puspa Kirana, 2018)

Untuk pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh dibutuhkan

protein sebesar 910 gram dalam 6 bulan kehamilan terakhir kehamilan di

butuhkan tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil. (Jenni Mandang,

et all, 2014)

Kekurangan protein pada ibu hamil dapat megakibatkan ibu hamil

tersebut dapat mengalami kelemahan atau sistem imun yang kurang baik,

sehingga rentan terhadap penyakit. Pertumbuhan janin akan terhambat

sehingga terjadi bayi dengan berat lahir yang rendah. Biasa juga janin di

lahirkan kurang bulan (prematur),biru saat di lahirkan (asfiksia) dan

sebagainya. Penyakit ini umunya karena terjadi pada trisemester III

kehamilan. (Mansjoer Arif, 2011)

Kelebihan kadar protein dalam urine dapat mengindikasikan terjadinya

preeklamsi. Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda tanda hipertensi, edema,

dan protein urin yang timbul karena kehamilan.Penyakit ini umunya karena

terjadi pada trimester III kehamilan. (Rukiyah, 2014)

Disfungsi Endotel dianggap berperan dalam patogenesis preeklamsia.

Jika endotel mengalami gangguan oleh berbagai hal seperti stress oksidatif

maupun paparan dengan sitokin inflamasi. hiperkolesterolemia, maka fungsi

pengaturan menjadi abnormal dan disebut difungsi endotel. Pada keadaan ini

terjadi ketidakseimbangan. Substansi vasokatif sehingga dapat terjadi

22
hipertensi. Disfungsi endotel juga menyebaban permeabilitas vaskular

meningkat sehingga menyebabkan edema dan proteinuria.(Karima,NM. 2015)

Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan

retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola

glomerulus menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi

glomerulus negatif. Pada beberapa kasus, lumen arteriola dalam tubuh

mengalami spasme (radang), maka tekanan darah akan naik, sebagai usaha

untuk untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan

dapat dicukupi, sedangkan kenaian berat badan dan edema disebabkan oleh

penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial disebabkan retensi

air dan garam. Proteinuria disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi

perubahan glomerulus. Pengaruh spasme ini terhadap plasenta dan rahim

adalah aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta

sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin.(Mansjoer arif, 2011)

Preeklamsi dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Preeklamsi ringan

Dikatakan preeklamsi ringan jika di tandai dengan keadaan

kenaikan tekanan darah diastolic 15 mmHg atau >90 mmHg dengan 2 kali

pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolic sampai 110 mmHg

dengan proteinnuria kuantitatif 0,3 gram (1+ dan positif 4+)

2) Preeklamsi berat

Suatu komplikasi kehamilan yang terjadi setelah kehamilan 20

minggu yang di tandai dengan tekanan darah 160/110 mmHg, edema,

23
proteinuria 715 gram atau secara kualitatif 3+ dan 4+ disertai dengan

oliguria dan gangguan unsur nyeri epigastrium hiperrefkleksia, edema

paru-paru dan sianosis

Preeklamsia dapat berakibat buruk baik pada ibu maupun janin

yang dikandunganya, komplikasi pada ibu berupa sindroma hemolysis,

elevated liver enzyme, low platelet (HELLP), edema paru, gangguan

ginjal, pendarahan, solusio plasenta bahkan kematian ibu. Komplikasi

pada bayi dapat berupa kelahiran premature, gawat janin, berat badan lahir

rendah atau intra uterine fetal death (IUFD). (Karima,NM. 2015)

24
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat

diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur,

maka konsep tersebut harus dijabarkan kedalam variabel-variabel. Kerangka

konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep

atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang

dimaksud (Notoatmodjo, 2012)

B. Hipotesa

Urine Ibu hamil trimester II mengandung Protein urine

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran

Definisi Alat
Variabel Parameter Kategori
Operasional Ukur
Protein urine Protein urine Membandingkan Observasi a. Negatif (-)
ibu hamil yang ditemukan dengan standar laboratorium b. Positif (+)
trimester II dalam urine ibu warna yang c. Positif (++)
hamil. Untuk terdapat pada d. Positif (+++)
mengidentifikasi label wadah carik e. Positif (++++)
status protein

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu memperoleh

gambaran hasil pemeriksaan protein urine pada ibu hamil trimester II yang

berkunjung di Puskesmas Susoh

B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2020 di

Wilayah kerja Puskesmas Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2020

C. Bahan dan Alat

Pada penelitian ini, instrument yang digunakan adalah :

1. lembar permintaan persetujuan responden serta lembar hasil pemeriksaan

2. alat dan bahan yang digunakan adalah

a. Alat

 Wadah Carik celup sebagai standar warna

 Clinitex Status, Urisys 1100/alat baca urin lainnya

b. Bahan

 Urin kontrol Level 1 dan Level 2

 Sampel urin

 Reagen carik celup tujuh indicator

26
D. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Pengambilan Sampel

a. Pengambilan specimen dilakukan oleh pasien sendiri

b. Mencuci tangan sebelum pengambilan specimen urine

c. Menampung urine pada wadah yang bersih, kering, bermulut lebar,

terbuat dari bahan plastic, tidak mudah pecah dan dapat di tutup

d. Mencuci tangan sesudah pengambilan specimen urine

2. Prosedur Penelitian

a. Ambil hanya sebanyak strip yang diperlukan dari wadah dan segera

tutup wadah.

b. Celupkan strip reagen sepenuhnya ke dalam urin selama dua detik.

Hilangkan kelebihan urine dengan menyentuhkan strip di tepi wadah

spesimen atau dengan meletakkan strip di atas secarik kertas tisu.

Perubahan warna diinterpretasikan dengan membandingkannya dengan

skala warna rujukan, yang biasanya ditempel pada botol/wadah reagen

strip.

c. Perhatikan waktu reaksi untuk setiap item. Hasil pembacaan mungkin

tidak akurat jika membaca terlalu cepat atau terlalu lambat, atau jika

pencahayaan kurang. Pembacaan dipstick dengan instrument otomatis

lebih dianjurkan untuk memperkecil kesalahan dalam pembacaan

secara visual.

d. Pemakaian reagen strip haruslah dilakukan secara hati-hati. Oleh

karena itu harus diperhatikan cara kerja dan batas waktu pembacaan

27
seperti yang tertera dalam leaflet. Setiap habis mengambil 1 batang

reagen strip, botol/wadah harus segera ditutup kembali dengan rapat,

agar terlindung dari kelembaban, sinar, dan uap kimia. Setiap strip

harus diamati sebelum digunakan untuk memastikan bahwa tidak ada

perubahan warna. .(Gandasoebrata R,2013)

E. Rancangan Percobaan dan Metode Analisis

1. Rancangan Percobaan

Sampel
urine

Membasahi seluruh permukaan reagen


carik dengan sampel urine dan menarik
carik dengan segera

Memegang carik secara horizontal dan


membandingkan dengan standar warna
yang terdapat pada label wadah carik

mencatat hasilnya dengan waktu seperti


yang tertera pada standar carik

Pengamatan dan Interpretasi Hasil


Pemeriksaan Carik Celup

Gambar 4.2. Rancangan Percobaan

28
2. Metode Analisis

Menggunakan metode carik celup (dipstik, strip reagen, strip tes

urin). Sebuah carik celup atau dipstik merupakan alat diagnostik dasar

yang digunakan untuk menentukan perubahan patologis dalam urine pada

urinalisis standar. Carik celup berupa carik plastik tipis kaku yang pada

sebelah sisinya dilekati dengan satu sampai sembilan kertas isap atau

bahan penyerap lain (kertas seluloid) yang masing-masing mengandung

reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat yang dicari ditandai

perubahan warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik,

skala warna yang menyertai carik celup memungkinkan penilaian

semikuantitatif.

Tes carik celup dapat terdiri dari hingga 10 bantalan kimia yang

berbeda atau reagen yang bereaksi (berubah warna) ketika direndam, dan

kemudian dihapus dari sebuah sampel urine. Pemeriksaan yang memakai

carik celup biasanya sangat cepat, mudah dan spesifik. Uji kimia yang

tersedia pada reagen strip umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin,

urobilinogen, pH, berat jenis, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.

Tes ini dapat dibaca antara 60 dan 120 detik setelah pencelupan. Cara

penggunaanya mudah, strip dicelupkan ke dalam urine, warna strip untuk

setiap kategori akan berubah sesuai kandungan zat yang ada dalam urine

dan menunjukkan keberadaan zat yang diperiksa (gula, protein, dsb.) atau

tinggi rendahnya zat dalam urine tersebut (keasamannya, berat jenisnya

dsb). (Gandasoebrata R,2013)

29
Interpretasi hasil pemeriksaan protein urine berdasarkan perubahan

warna dengan kriteria objektif:

a. Negatif (-) : Tidak terjadi perubahan warna

b. Positif (+) : Pada kertas indikator menunjukkan warna hijau (0,30

gr/L)

c. Positif (++) : Pada kertas indikator menunjukkan warna hijau tua (1

gr/L)

d. Positif (+++) : Pada kertas indikator menunjukkan warna biru (3 gr/L)

e. Positif (++++) : Pada kertas indikator menunjukkan warna biru tua

(≥20 gr/L)

F. Penyajian Data

1. Editing yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul.

2. Coding yaitu kegiatan mengklasifikasikan data menurut kategori dan jenis

masing-masing untuk memudahkan dalam pengolahan data maka setiap

kategori diberi kode

3. Scoring yaitu setelah melakukan pengkodean, maka dilanjutkan dengan

tahap pemberian skor pada masing-masing sampel yang digunakan dalam

bentuk angka

4. Data dalam penelitian ini diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan

diuraikan dalam bentuk narasi

30
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2015 . Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka


Cipta

Astuti, H. P, 2012 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:


Rohima Press

Elizabet puspa kirana, 2018 . Ibu Hamil Rentan Terserang Protein Uria
https://review.bukalapak.com/mom/90313(diakses pada tanggal 3 April
2020)

Faradilla Safitri, 2016 . Faktor Penyebab Kematian Ibu di Provinsi Aceh


https://www.researchgate.net/publication/336366864 (diakses pada
tanggal 3 April 2020)

Gita Kostania, 2014, Ketidaknyamanan Selama Kehamilan dan Antisipasinya


Sesuai Kebutuhan https: //oshigita.wordpress.com/2014/04/28/ (diakses
pada tanggal 2 April 2020)

Gandasoebrata, R, 2013, Penuntun Laboratorium Klinis. Jakarta: Dian Rakyat

Karima, N.M (2015), Artikel Penelitian Hubungan Faktor Resiko Dengan


Kejadian Preeklamsi, Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2)556-561

Mandang, Jenni, Et all, 2016, Asuhan kebidanan Kehamilan, Bogor: In Media

Mansjoer, Arief , 2011, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga Jilid I, Jakarta:
Media Aesculapius

Manuaba, Ida Bagus, 2016, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk
Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC

Rukiyah, A.Y dan Yulianti, L, 2014, Asuhan Kebidanan Kehamilan, Jakarta: CV.
Tran Info Media

Walyani, Elisabeth Siswi, 2014, Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan,


Yogyakarta: Pustaka Baru Press

31
32

Anda mungkin juga menyukai