Anda di halaman 1dari 77

PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLITEKNIK NEGERI PADANG

Akuntansi Pajak

P ELAT I H A N B R EVET PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Agenda
• Hari 1 : Dasar Akuntansi Pajak
• Hari 2 : Pajak Tangguhan

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Dasar Akuntansi Pajak

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Akuntansi Pajak
Pengertian Akuntansi Pajak
Akuntansi Pajak merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan
perhitungan perpajakan, yang mengacu pada peraturan, undang-
undang, dan aturan pelaksanaan perpajakan.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Akuntansi Pajak
Fungsi Akuntansi Pajak
• Melindungi hak penerimaan negara
• Menyusun perencanaan dan strategi perpajakan
• Menyediakan analisa dan prediksi tentang potensi pajak perusahaan
di masa depan
• Menerapkan akuntansi atas kejadian perpajakan
• Membangun kesadaran pajak bagi Wajib Pajak
• Menyajikan bahan evaluasi
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Persamaan Dasar Akuntansi

Aset = Liabilitas + Ekuitas


Aset = Liabilitas + Ekuitas + (Pendapatan – Beban)
Aset + Beban = Liabilitas + Ekuitas + Pendapatan

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Siklus Akuntansi

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Jenis-jenis Laporan Keuangan


1) Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
→ Menunjukkan posisi keuangan (asset, liabilitas dan ekuitas) pada tanggal tertentu.
2) Laporan Laba Rugi
→Memberikan informasi jumlah pendapatan dan biaya yang dibebankan selama periode tertentu
3) Laporan Perubahan Ekuitas
→ Menunjukkan perubahan ekuitas suatu entitas selama periode tertentu
4) Laporan Arus Kas
→ Menunjukkan aliran kas masuk dan keluar dari entitas selama periode tertentu
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
→ Pengungkapan/rincian/narasi yang diperlukan untuk menjelaskan keempat jenis laporan
keuangan lainnya.
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Stelsel Pajak

Stelsel pajak adalah sistem pemungutan pajak yang digunakan untuk


menghitung besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh para wajib
pajak.
Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel:
• Stelsel akrual
• Stelsel kas
• Stelsel campuran

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Pembukuan

Pembukuan yaitu suatu proses pencatatan yang dilakukan secara


teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah
harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup
dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba
rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Siapa yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan?


• Wajib Pajak (WP) Badan;
• Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran
brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp 4.800.000.000,00 (Empat
milyar delapan ratus juta rupiah).

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Syarat-syarat penyelenggaraan pembukuan sebagai berikut:


• Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan
atau kegiatan usaha yang sebenarnya.
• Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
• Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas.
• Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah
dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan.
• Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Asumsi Dasar Akuntansi Untuk Tujuan Pajak


• Pengungkapan Penuh
• Unit Moneter
• Entitas Terpisah
• Kelangsungan Usaha
• Basis Kas dan Akrual
• Konsistensi
• Perioderisasi
• Realisasi
• Materialitas
• Konservatisme

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Laporan Keuangan untuk tujuan pajak harus memiliki karakteristik


kualitatif sebagai berikut:
• Relevan
• Netral
• Benar
• Lengkap
• Jelas

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Laporan Laba Rugi Untuk Tujuan Pajak

• Laporan Laba Rugi Fiskal


• Untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak/ Laba Kena Pajak
• Penghasilan Kena Pajak digunakan sebagai dasar perhitungan beban
pajak penghasilan
• Disusun berdasarkan peraturan perpajakan.
• Elemen laporan laba rugi : Penghasilan dan Biaya

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Penghasilan
Ketentuan Pajak mengatur bahwa penghasilan adalah tambahan
kemampuan ekonomis yang mengalir kepada Wajib Pajak.

Mekanisme pengenaan pajak untuk penghasilan:


• Mekanisme pemotongan atau pemungutan pajak;
• Mekanisme self-assessment

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Penghasilan berdasarkan perlakuan pajaknya:


• Penghasilan yang merupakan objek pajak
• Penghasilan yang dikenakan tarif bersifat final
• Penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Penghasilan yang merupakan objek pajak


• Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak
• Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
• Dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan dan jasa


• Hadiah dan penghargaan
• Laba usaha atau penghasilan neto komersial
• Keuntungan karena penjualan dan pengalihan harta
• Penerimaan kembali pembayaran pajak
• Bunga termasuk premium diskonto, dan imbalan jaminan
pengembalian utang
• Dividen

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Royalti atau imbalan atas penggunaan hak


• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
• Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
• Keuntungan pembebasan utang
• Keuntungan selisih kurs

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap


• Premi asuransi
• Iuran anggota
• Tambahan kekayaan neto
• Penghasilan usaha berbasis syariah
• Imbalan bunga
• Surplus Bank Indonesia

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Penghasilan yang dikenakan tarif bersifat final


Objek Pajak yang karena pertimbangan tertentu dikenakan tarif pajak yang
bersifat final sesuai dengan ketentuan pajak.

Penghasilan yang dikenakan tarif bersifat final adalah sebagai berikut.


• Penghasilan berupa bunga
• Penghasilan berupa hadiah undian
• Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya.
• Penghasilan dari transaksi penjualan saham atau pengalihan saham
penyertaan modal yang diterima perusahaan modal ventura
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Penghasilan dari transaksi pengalihan tanah dan/atau bangunan dan usaha


real estate
• Penghasilan dari usaha jasa konstruksi
• Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan
• Penghasilan uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,
dan jaminan hari tua
• Penghasilan dengan peredaran bruto tertentu
• Penghasilan atas diskonto Surat Perbendaharaan Negara
• Dividen kepada Wajib Pajak Orang Pribadi
• Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak


Oleh karena bukan merupakan objek pajak, maka penghasilan-
penghasilan harus dikeluarkan dalam perhitungan Penghasilan Kena
Pajak :
• Bantuan atau sumbangan, zakat, serta harta hibahan
• Warisan
• Harta termasuk setoran tunai
• Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
• Pembayaran dari perusahaan asuransi (klaim asuransi)
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Dividen tertentu
• Iuran yang diterima dana pensiun
• Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun
• Bagian laba yang diterima oleh anggota dari bentuk usaha yang modalnya
terbagi atas saham
• Penghasilan modal ventura
• Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu
• Sisa lebih yang diterima badan/lembaga nirlaba dalam bidang pendidikan
dan penelitian
• Bantuan/santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial kepada Wajib Pajak tertentu

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Biaya
• Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
• Berbentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya
liabilitas
• Mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Pengakuan dan pengukuran biaya untuk tujuan pajak merujuk pada


Ketentuan Pajak. Dalam rangka menghitung Penghasilan Kena Pajak,
biaya yang dikeluarkan dapat dibagi menjadi::
• Dapat dibebankan sepenuhnya pada periode pengeluaran;
• Hanya dapat dibebankan melalui penyusutan dan amortisasi serta
alokasi;
• Dapat dibebankan apabila memenuhi persyaratan; atau
• Tidak dapat dibebankan atau tidak dapat dibebankan sebagai
pengurang penghasilan bruto.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Biaya Pengurang Penghasilan Kena Pajak

Seluruh pengeluaran, biaya, dan kerugian untuk dapat diakui sebagai


biaya yang boleh dikurangkan terhadap Penghasilan Kena Pajak harus
memenuhi kriteria berupa:
• Diotorisasi oleh Ketentuan Pajak;
• Bukan merupakan pengeluaran pribadi;
• Merupakan pengeluaran untuk mendapatkan penghasilan,
penyusutan dan/atau amortisasi pengeluaran modal;

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Merupakan pengeluaran yang bersifat rutin, diperlukan, dan wajar


jumlahnya;
• Merupakan biaya usaha, alokasi atau amortisasi biaya terkait dengan
investasi;
• Merupakan kerugian yang sesungguhnya terjadi;
• Merupakan kewajiban bagi Wajib Pajak;
• Didukung oleh dokumentasi yang memadai.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Pada dasarnya, pengeluaran yang boleh dikurangkan sebagai biaya


dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak merupakan biaya untuk
mendapatkan penghasilan yang merupakan Objek Pajak.

Sedangkan biaya yang berkaitan dengan penghasilan yang bersifat


final maupun penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak
tidak boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Biaya-biaya yang boleh dikurangkan sesuai dengan Ketentuan Pajak


adalah sebagai berikut:
• Harga Pokok Penjualan (HPP), termasuk biaya pembelian bahan
• Biaya berkenaan dengan pekerjaan dan jasa
• Biaya bunga, sewa, dan royalty
• Biaya perjalanan
• Biaya pengolahan limbah
• Premi asuransi

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Biaya promosi dan penjualan


• Biaya administrasi
• Beban pajak selain PPh
• Penyusutan dan amortisasi
• Iuran kepada dana pensiun
• Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
• Kerugian selisih kurs

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan


• Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
• Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
• Sumbangan dan Biaya Pembangunan Infrastruktur
• Pembentukan dan pemupukan dana cadangan untuk usaha tertentu
• Premi asuransi

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Penyediaan makanan dan minuman, serta imbalan dalam bentuk


natura
• Biaya Entertainment
• Biaya berkaitan dengan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
• Zakat atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib
• Kompensasi Kerugian

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Biaya yang tidak boleh dikurangkan


• Pembagian laba dalam bentuk apapun
• Biaya untuk kepentingan pribadi
• Pembentukan atau pemupukan dana cadangan
• Premi asuransi yang dibayar oleh Wajib Pajak Orang Pribadi
• Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Jumlah yang melebihi kewajaran


• Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
• Pajak penghasilan
• Biaya untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau tanggungannya
• Gaji yang dibayar kepada anggota yang modalnya tidak terbagi atas
saham
• Sanksi administrasi perpajakan

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
Contoh
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

PT KLM menjual barang dagangan kepada PT DEF sebesar Rp


5.000.000.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Penghasilan Kena Pajak (Laba Bersih Komersil)

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Contoh Perhitungan Laba Kotor


Penjualan PT ABC termasuk PPN adalah sebesar Rp 2.200.000.000 dengan Harga beli
barang dagangan termasuk PPN sebesar Rp 1.100.000.000. Berapakah laba kotor PT ABC?

Keterangan Termasuk PPN Tidak termasuk PPN


Penjualan Rp 2.200.000.000 Rp 2.000.000.000
HPP Rp 1.100.000.000 Rp 1.000.000.000
Laba Kotor Rp 1.100.000.000 Rp 1.000.000.000
PPN Keluaran – PPN Masukan Rp 100.000.000 -
Laba Kotor setelah PPN Rp 1.000.000.000 Rp 1.000.000.000

Selisih antara Pajak Keluaran dikurangi dengan Pajak Masukan dapat merupakan biaya
untuk mendapatkan penghasilan kena pajak
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Jurnal saat penjualan:


Dr. Piutang Dagang 2.200.000.000
Cr. Penjualan 2.000.000.000
Cr. PPN Keluaran 200.000.000

Jurnal saat pembelian barang dagangan:


Dr. Pembelian barang dagang 1.000.000.000
Dr. PPN Masukan 100.000.000
Cr. Utang dagang 1.100.000.000

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

PT PQR mendapatkan pesanan mukena dari Kemenag yang akan


disumbangkan kepada masyarakat sebesar Rp 500.000.000. Atas
pembelian tersebut, bendaharawan Kemenag memotong PPN dan PPh
Pasal 22.

PPN = 10% x Rp 500.000.000


Rp 50.000.000
PPh Pasal 22 = 1,5% x Rp 500.000.000
Rp 7.500.000
(Akan dikreditkan PT PQR pada akhir tahun)

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Jurnal penjualan:
Dr. Piutang dagang 492.500.000
Dr. PPh Pasal 22 7.500.000
Dr. PPN dibayar di muka 50.000.000
Cr. Penjualan 500.000.000
Cr. PPN Keluaran 50.000.000

Jurnal pelunasan piutang:

Dr. Kas/Bank 492.500.000


Cr. Piutang dagang 492.500.000

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

HPP:
• Pembelian bahan/pembelian persediaan:
PT ABC membeli bahan baku sebesar Rp 2.000.000.000
(belum termasuk PPN). Jurnal pembeliannya:
Dr. Pembelian Bahan Baku Rp 2.000.000.000
Dr. PPN Masukan Rp 200.000.000
Cr. Utang usaha Rp 2.200.000.000

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Biaya Overhead Pabrik (BOP)


BOP yang benar-benar berkaitan dengan usaha perusahaan untuk
mendapatkan atau untuk merawat penghasilan dapat dikurangkan
untuk menghasilkan PKP. Pembebanan dilakukan melalui HPP.
Misalnya: Biaya tenaga kerja langsung (gaji, upah, tunjangan), bunga
atas utang yang digunakan untuk pembelian/pembangunan asset
produksi.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Pembayaran honorarium Pak Agus, komisaris bukan pegawai tetap PT


XYZ, pada bulan Agustus 2020 sebesar Rp 25.000.000. PPh Pasal 21
yang dipotong sebesar 5% yaitu Rp 1.250.000.
Jurnal oleh PT XYZ:
Dr. Biaya honorarium 25.000.000
Cr. Kas 23.750.000
Cr. Utang PPh Ps. 21 1.250.000

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Perusahaan mempekerjakan dokter untuk menangani kesehatan


karyawan dengan honor per bulan sebesar Rp 10.000.000. Berapa PPh
21 yang dipotong dan bagaimana penjurnalan atas honor tersebut?
• PPh 21 yang dipotong: 5% x (50% x Rp 10.000.000) = Rp 250.000
• Jurnalnya:
Dr. Biaya honorarium dokter Rp 10.000.000
Cr. Kas/Bank Rp 9.750.000
Cr. Utang PPh Ps. 21 Rp 250.000

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

BOP berkaitan dengan bunga


• Biaya bunga yang sudah dikenakan PPh final → bunga yang dikenakan
atas pinjaman di bank atau Lembaga keuangan lainnya, termasuk
koperasi

Contoh:
Bank BRO membayarkan bunga bank sebesar Rp 15.000.000 kepada PT
XYZ atas deposito. Atas bunga deposito tersebut dipotong PPh final
sebesar 20% oleh Bank BRO.
Jurnal yang dibuat oleh Bank BRO:

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Dr. Biaya bunga Rp 15.000.000


Cr. Utang bunga Rp 12.000.000
Cr. Utang PPh Final Rp 3.000.000

Saat pembayaran utang bunga dan utang PPh final:


Dr. Utang bunga Rp 12.000.000
Dr. Utang PPh Final Rp 3.000.000
Cr. Kas/Bank Rp 15.000.000

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Biaya bunga yang tidak dikenakan PPh final → bunga yang dibayarkan
atas pinjaman dari entitas bukan perbankan atau Lembaga keuangan.

Contoh:
PT Anggrek membayar bunga pinjaman sebesar Rp 25.000.000 kepada
PT Mawar atas pinjaman yang dilakukannya. Dikenakan PPh Ps. 23
sebesar 15%.
Maka jurnalnya:

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Dr. Biaya bunga Rp 25.000.000


Cr. Utang bunga Rp 21.250.000
Cr. Utang PPh Ps. 23 Rp 3.750.000

Jurnal pelunasan:
Dr. Utang bunga Rp 21.250.000
Dr. Utang PPh Ps. 23 Rp 3.750.000
Cr. Kas/Bank Rp 25.000.000

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG
Biaya Penyusutan
Tabel Penyusutan Fiskal (Berdasarkan PMK No. 96/PMK.01/2009):
Tarif Penyusutan
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Garis Lurus Saldo Menurun

Bukan Bangunan:
- Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
- Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
- Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
- Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
Bangunan
- Permanen 20 Tahun 5% -
- Tidak permanen 10 Tahun 10% -
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Contoh penyusutan dengan Metode Garis Lurus

Sebuah Gedung yang harga perolehannya Rp 5 Milyar dan masa


manfaatnya 20 tahun , disusutkan menggunakan metode garis lurus,
maka biaya depresiasi fiskalnya per tahun selama 20 tahun adalah
sebagai berikut:

5% x Rp 5 Milyar = Rp 250 Juta

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Contoh Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun


Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Januari 2017 dengan harga perolehan sebesar
Rp 500.000.000, mesin tersebut dikategorikan dalam Kelompok 1. Dengan menggunakan
metode saldo menurun, berapakah besarnya biaya penyusutan fiskal tiap tahunnya?

Tahun Tarif Biaya Penyusutan Sisa Nilai Buku


Harga Perolehan Rp 500.000.000
2017 50% Rp 250.000.000 Rp 250.000.000
2018 50% Rp 125.000.000 Rp 125.000.000
2019 50% Rp 62.500.000 Rp 62.500.000
2020 Disusutkan sekaligus Rp 62.500.000 Rp 0

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Contoh Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun – Tahun Parsial


Sebuah mesin dibeli dan ditempatkan pada bulan Juli 2017 dengan harga perolehan sebesar Rp
500.000.000, mesin tersebut dikategorikan dalam Kelompok 1. Dengan menggunakan metode
saldo menurun, berapakah besarnya biaya penyusutan fiskal tiap tahunnya?

Tahun Tarif Penyusutan Sisa Nilai Buku


Harga Perolehan Rp 500.000.000
2017 (6/12) x 50% Rp 125.000.000 Rp 375.000.000
2018 50% Rp 187.500.000 Rp 187.500.000
2019 50% Rp 93.750.000 Rp 93.750.000
2020 50% Rp 46.875.000 Rp 46.875.000
2021 Disusutkan sekaligus Rp 46.875.000 Rp 0
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Biaya Amortisasi
• Pembebanan harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun
• Jenis pengeluaran yang digolongkan menjadi harta tak berwujud adalah Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai, Biaya pendirian dan Biaya perluasan modal
• Tabel Amortisasi:
Masa Tarif Amortisasi
Kelompok Harta Tak Berwujud Manfaat Garis Lurus Saldo
Menurun
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG
Contoh:
PT Inisiasi berdiri pada bulan Januari tahun 2019 dan telah menghabiskan biaya
sebesar Rp 100.000.000 untuk mendapatkan berbagai izin pengurusan pendirian
perusahaan. Biaya tersebut diperlakukan sebagai asset lainnya dan masa manfaat
biaya tersebut menurut WP diperkirakan 5 (lima) tahun sehingga oleh perusahaan
diamortisasi dengan metode garis lurus berdasarkan kelompok 1. Jurnal
pengakuannya sebagai berikut:
Dr. Aset lainnya Rp 100.000.000
Cr. Kas/Bank Rp 100.000.000
Jurnal amortisasi (tiap tahun selama 4 tahun):
Dr. Beban amortisasi asset lainnyaRp 25.000.000
Cr. Aset lainnya Rp25.000.000
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Laporan Posisi Keuangan (Neraca)


Untuk Tujuan Pajak
• Disusun menggunakan pendekatan akuntansi keuangan
dengan memperhatikan Ketentuan Pajak yang berlaku.
• Elemen utama laporan posisi keuangan terdiri dari asset
(aktiva/harta), liabilitas (utang/kewajiban), dan ekuitas
(modal dan ekuitas lainnya).

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Harta/Aset/Aktiva
• Dimiliki perusahaan secara hukum. Oleh karena itu, menurut
pajak asset yang berasal dari sewa guna usaha, tidak diakui
sebagai harta
• Juga meliputi biaya-biaya yang pembebanannya tidak
dilakukan sekaligus
• Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali diatur
khusus dalam Ketentuan Pajak.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Harta dikelompokkan berdasarkan urutan likuiditasnya atau


kemampuannya untuk dikonversi menjadi uang kas:

• Harta lancar

• Harta tidak lancar

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Klasifikasi harta lancar antara lain:

• Kas dan Setara Kas • Persediaan


• Investasi Jangka Pendek • Piutang Pajak
• Piutang Usaha • Pajak Dibayar di Muka
• Piutang Lain-Lain • Biaya Dibayar di Muka
• Piutang pihak berelasi

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Harta tidak lancar merupakan kelompok harta yang tidak


memenuhi definisi harta lancar, yaitu harta dengan tingkat
likuiditas yang rendah atau sulit dikonversi menjadi uang
kas:
• Investasi Jangka Panjang
• Harta Tetap
• Harta Tak Berwujud
• Aset Pajak Tangguhan

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Kewajiban/Liabilitas/Utang

• Pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh Wajib


Pajak
• Di masa yang akan datang
• Dalam bentuk penyerahan harta atau pemberian jasa y
• Disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada masa lalu.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Dalam penyajiannya dalam Laporan Posisi Keuangan untuk tujuan


pajak, utang dikelompokkan menjadi utang jangka pendek dan utang
jangka panjang.
• Utang Jangka Pendek
Utang dengan jangka waktu pelunasan dalam periode akuntansi
normal maupun dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir Tahun
Pajak.
• Utang Jangka Panjang
Utang jangka panjang merupakan utang yang jatuh tempo lebih dari
satu periode akuntansi keuangan.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Utang Jangka Pendek

• Utang usaha • Pendapatan diterima di muka


• Utang sewa • Biaya masih harus dibayar
• Utang pihak berelasi • Utang pajak
• Wesel bayar • Kewajiban imbalan kerja yang
• Utang bank jangka pendek jatuh tempo dalam 12 bulan
• Bagian utang jangka Panjang • Utang dividen

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Utang Jangka Panjang


• Utang obligasi
• Utang sub-ordinasi
• Kewajiban pajak tangguhan

Utang Lain-lain
Utang yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam utang jangka pendek
maupun utang jangka panjang.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Modal/Ekuitas
Modal terbagi atas beberapa sumber, yaitu:
• Modal yang berasal dari setoran pemegang saham
Meliputi modal saham, tambahan modal disetor, dan saham treasuri.
• Modal yang berasal dari bentukan atau laba ditahan
• Modal lain-lain.
Meliputi selisih penilaian kembali harta tetap.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Revaluasi (Penilaian Kembali) Aset Tetap


• Wajib Pajak Badan dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) dapat
melakukan revaluasi (penilaian kembali) asset tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan, dengan syarat telah memenuhi seua kewajiban pajaknya sampai
dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya revaluasi.
• Wajib Pajak yang memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam
mata uang Dolar Amerika Serikat tidak dapat melakukan revaluasi asset
tetapnya.
• Dirjen Pajak diberi wewenang untuk menerbitkan surat persetujuan revaluasi
asset tetap perusahaan.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Asset tetap perusahaan yang direvaluasi adalah asset tetap berwujud


yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak.
• Revaluasi asset tetap dapat meliputi seluruh atau sebagian asset
tetap perusahaan termasuk asset tetap perusahaan yangsudah
pernah dilakukan revaluasi berdasarkan ketentuan yang berlaku
sebelumnya. Dalam tahun buku yang sama hanya dapat melakukan
revaluasi paling banyak 1 (satu) kali.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

• Revaluasi asset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai


pasar atau nilai wajar asset tetap tersebut yang berlaku pada saat
revaluasi yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai atau ahli penilai
yang terdaftar /mempunyai izin dari Kemenkeu.
• Dalam hal nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan oleh kantor jasa
penilai atau ahli penilai yang terdaftar ternyata kemudian tidak
mencerminkan keadaan yang sebenarnya (over-valued/under-valued),
maka Dirjen Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai
wajar asset yang bersangkutan

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Pajak Penghasilan atas Revaluasi Aset Tetap


• Atas selisih lebih revaluasi (nilai revaluasi > nilai buku fiskal), setelah
dikompensasikan terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal tahun-
tahun sebelumnya (jika ada), maka dikenakan Pajak Penghasilan final
sebesar 10%.
• Wajib Pajak yang karena kondisi keuangannya tidak memungkinkan
untuk melunasi sekaligus Pajak Penghasilan Terutang dapat
mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran paling lama
12 (dua belas) bulan.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Penyusutan Aset Tetap yang Direvaluasi


Sejak bulan dilakukannya revaluasi asset tetap perusahaan berlaku
ketentuan sebagai berikut:
• Dasar penyusutan fiskal asset tetap yang memperoleh persetujuan
revaluasi adalah pada saat revaluasi.
• Masa manfaat asset tetap yang telah dilakukan revaluasi disesuaikan
kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok asset/aktiva
tersebut
• Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya revaluasi
asset tetap perusahaan.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Untuk bagian tahun pajak sampai dengan bulan sebelum bulan dilakukannya
revaluasi asset tetap perusahaan berlaku ketentuan sebagai berikut:
• Dasar penyusutan fiskal asset tetap adalah dasar penyusutan fiskal pada
awal tahun pajak yang bersangkutan
• Sisa masa manfaat fiskal asset tetap adalah sisa manfaat fiskal pada awal
tahun pajak yang bersangkutan
• Perhitungan penyusutannya dihitung secara prorate sesuai dengan
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak tersebut
• Penyusutan fiskal asset tetap yang tidak memperoleh persetujuan revaluasi
asset tetap perusahaan tetap menggunakan dasar penyusutan fiskal dan
sisa manfaat fiskal semula sebelum dilakukannya revaluasi.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Selisih penilaian kembali aktiva tetap dikenakan tarif pajak


tersendiri, sepanjang tidak melebihi tarif pajak tertinggi berdasarkan
Ketentuan Pajak. Atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap
perusahaan yang dilakukan terhadap seluruh aktiva tetap berwujud
termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan
atau terhadap seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah
yang terletak atau berada di Indonesia dikenakan tarif yang bersifat
final sebesar 10%.

P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
PUSAT STUDI KEUANGAN DAN KEBIJAKAN PUBLIK
POLITEKNIK NEGERI PADANG

Untuk penilaian kembali aktiva tetap yang diajukan Tahun 2015 dan Tahun 2016
diatur khusus melalui Ketentuan Pajak tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap
untuk Tujuan Perpajakan bagi Permohonan yang Diajukan pada Tahun 2015 dan
Tahun 2016. Ketentuan Pajak tersebut mengatur bahwa bagi Wajib Pajak yang
melakukan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan mendapatkan
perlakuan khusus, berupa penurunan tarif pajak penghasilan final sebesar:
• 3% untuk permohonan yang diajukan sampai dengan tanggal 31
Desember 2015;
• 4% untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Januari 2016 sampai dengan 30
Juni 2016; atau
• 6% untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan 31
Desember 2016.
P E L AT I H A N B R E V E T PA J A K 2 0 2 1
Terima Kasih atas Perhatiannya
Semoga Bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai