Anda di halaman 1dari 3

NEGOSIASI DAN RESOLUSI KONFLIK

Resume : Perception, Cognition and Emotion


Dosen Pengampu : Yazid Drs., M.M

Disusun Kelompok E:

1. Nabila Putri Maharani 20311140

2. Yayi Candradewi 20311149

3. Mahesh Mahendra 20311150

4. Afiddatul Jannah 20311153

5. Nevynda Diella Pratista 20311157

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2022
Perception, Cognition and Emotion
A. Persepsi
Persepsi adalah proses dimana individu terhubung dengan lingkungannya.
Negosiator mendekati setiap situasi yang dipandu oleh persepsi mereka tentang situasi
masa lalu dan sikap serta perilaku saat ini. Banyak hal yang mempengaruhi
bagaimana seseorang memahami dan memberikan makna pada pesan dan peristiwa,
termasuk keadaan pikiran, peran, dan pemahaman penerima komunikasi sebelumnya.
Dalam negosiasi, tujuannya adalah untuk memahami dan menafsirkan dengan akurat
apa yang dikatakan dan dimaksudkan oleh pihak lain. Melakukan hal itu juga
tergantung pada persepsi pihak lain tentang situasi tersebut serta pada disposisi
perilaku si pengamat itu sendiri.
 Distrosi Persepsi
Dalam setiap negosiasi tertentu, kebutuhan, keinginan, motivasi, dan
pengalaman pribadi si penerima persepsi dapat menciptakan kecenderungan
tentang pihak lain. Hal ini perlu dikhawatirkan ketika mengarah pada bias dan
kesalahan dalam persepsi dan komunikasi selanjutnya. Kami membahas empat
kesalahan persepsi utama: stereotip, efek halo, persepsi selektif, dan proyeksi.
 Farming (Pembingkaian)
Pembingkaian adalah tentang memfokuskan, membentuk, dan mengatur dunia
di sekitar kita memahami realitas yang kompleks dan mendefinisikannya
dalam istilah yang berarti bagi kita. Bingkai, singkatnya, mendefinisikan
seseorang, peristiwa, atau proses dan memisahkannya dari dunia kompleks di
sekitarnya.
Framing adalah konsep populer di kalangan ilmuwan sosial yang mempelajari
proses kognitif, pengambilan keputusan, persuasi, dan komunikasi. Pentingnya
pembingkaian berasal dari kenyataan bahwa dua orang atau lebih yang terlibat
dalam situasi yang sama atau dalam masalah yang kompleks sering melihatnya
atau mendefinisikannya dengan cara yang berbeda.
B. Bias Kognitif Dalam Negosiasi
Negosiator memiliki kecenderungan untuk membuat kesalahan sistematis
ketika mereka memproses informasi. Kesalahan ini, secara kolektif diberi labelbias
kognitif cenderung menghambat kinerja negosiator mereka termasuk:
 Eskalasi komitmen yang irasional
 Kepercayaan mitos bahwa isu-isu yang dinegosiasikan semuanya sudah pasti
 Proses penahan dan penyesuaian dalam pengambilan keputusan
 Isu dan pembingkaian masalah
 Ketersediaan informasi, dll.
C. Mengelola Kesalahpahaman dan Bias Kognitif dalam Negosiasi
Kesalahpahaman dan bias kognitif biasanya muncul dari kesadaran saat
negosiator mengumpulkan dan memproses informasi. Pertanyaan tentang cara terbaik
untuk mengelola bias persepsi dan kognitif adalah pertanyaan yang sulit. Tentu saja,
tingkat pertama dalam mengelola distorsi semacam itu adalah menyadari bahwa
distorsi itu dapat terjadi. Namun, kesadaran saja mungkin tidak cukup; bukti
penelitian menunjukkan bahwa hanya memberitahu orang-orang tentang
kesalahpahaman dan bias kognitif tidak banyak untuk melawan efek mereka.
D. Suasana Hati, Emosi dan Negosiasi
Peran mood dan emosi dalam negosiasi telah menjadi subjek dari teori dan
penelitian terbaru selama dekade terakhir. Perbedaan antara suasana hati dan emosi
didasarkan pada tiga karakteristik yaitu kekhususan, intensitas, dan durasi. Keadaan
suasana hati lebih menyebar, kurang intens, dan lebih tahan lama daripada keadaan
emosi, yang cenderung lebih intens dan diarahkan pada target yang lebih spesifik.
Emosi memainkan peran penting pada berbagai tahap interaksi negosiasi. Ada banyak
perkembangan baru dan menarik dalam studi tentang suasana hati, emosi, dan
negosiasi, dan kami hanya dapat menyajikan tinjauan terbatas di sini.

Anda mungkin juga menyukai