Anda di halaman 1dari 10

KARYA TULIS ILMIYAH

MAHASISWA MAMPU MEMAHAMI TENTANG TASAWUF

Dosen Pengampun : Achmad Junaidi,M.Pd

Disusun Oleh :

NAMA : Silvina Sugianti

NIM : 14201.12.20038

PRODI : S1 KEPERAWATAN

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya karena
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Tidak lupa sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Pada karya tulis
ilmiah ini penulis membahas mengenai “HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALLAH

”Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan beberapa sumber sebagai
referensi, penulis mengambil referensi dari buku dan jurnal. Penulisan karya tulis ilmiah ini
dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tidak lepas dari dukungan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku Pengasuh Yayasan Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. Nur Hamim, S.Kep., N.s M.Kes. selaku Direktur Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
3. Achmad Junaidi,M.Pd. selaku dosen pengajar mata kuliah Agama Islam Seiring doa
semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang berlipat ganda
dari Allah SWT.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyajikan yang terbaik, namun kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan
karya tulis ilmiah ini.

Genggong, 22 juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR II
DAFTAR ISI III
BAB 1 1
PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulis 1
BAB II 2
PEMBAHASAN 2
2.1 PENGERTIAN TASAWUF 2
2.2 MACAM-MACAM TASAWUF 3
2.2.1 Tasawuf Falsafi 3
2.2.2 Tasawuf Ahlaqy 4
2.2.3 Tasawuf Amaly 5
BAB III 6
3.1 Kesimpulan 6
DAFTAR PUSTAKA 7

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu ilmu dalam studi Islam yang mengkaji aspek rohani,
esoterik, dan dimensi mistikal manusia dalam perilaku ibadah kepada Tuhan. Dengan ilmu
tasawuf ini, manusia dapat memahami bagaimana melakukan pembersihan diri (tazkiyatul nafs)
untuk kemudian membenahi bentuk interaksi dengan Tuhan, manusia dan lingkungannya.
Dengan ilmu tasawuf juga diharapkan manusia saat melakukan berbagai aktivitas dapat
mengatasi berbagai penyimpangan moral seperti manipulasi, korupsi, kolusi, penindasan dan
penyalahgunaan kekuasaan atau kerusakan moral yang lainnya.Hal tersebut, sejalan dengan
sabda Rasulullah SAW, “Ingatlah dalam diri manusia itu terdapat segumpal daging. Jika ia
baikmaka baiklah semua perbuatannya dan jika buruk maka buruklah setiap perbuatannya.
Ingatlah, bahwa itu adalah hati (H.R Bukhari).Akan tetapi, konsep idealitas manusia seperti
disabdakan Nabi Muhammad SAW di atas, seolah bertabrakan dengan realitas social zaman
sekarang. Di aras (medan) sosial, banyak terjadi bencana, baik itu bencana alam (natural
disaster) dan bencana sosial (social disaster), sebagai ejawantah dari bencana kemanusiaan
(human disaster) berupa tindakan amoral melalui tindakan destruktif terhadap manusia dan
kelestarian alam. Kondisi ini disinyalir merupakan imbas dari merebaknya orientasi ekonomi
yang bersifat keduniaan sehingga menjadi “berhala baru” umat manusia. Filsafat rasionalisme,
empirisme, positivisme, dan pragmatisme menempati posisi strategis dalam alam pikir manusia,
sehingga membentuk pembangunan peradaban menjadi bersifat infrastruktur materialistik,
sementara dimensi supratruktur idealistik diabaikan. Manusia zaman sekarang pun menjadi
manusia yang spiritualitasnya mengalami distorsi.

B. Rumusan Masalah
a) pengertian tasawuf ?
b) macam-macam tasawuf
C. Tujuan Penelitian
a) Dapat mengetahui pengertian tasawuf
b) Dapat mengetahui macam-macam tasawuf

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasawuf
1. Etimologis
Pengertian kata tasawuf secara bahasa memiliki banyak perbedaan. Ada yang
mengatakan bahwa tashawwuf berasal dari kata shuf, yang berarti bulu domba. Ada juga yang
berpendapat bahwa kata tashawwuf berasal dari kata ahlash-shuffah, yakni kelompok sahabat
sangat miskin yang hijrah ke Madinah dan mereka tidak punya tempat tinggal di sana. Oleh
karena itu, Rasulullah menempatkan mereka di beranda masjid. Kaum orientalis berpendapat
bahwa istilah tashawwuf berasal dari bahasa mereka, yakni teosofos (teosophia), Teo berarti
Tuhan dan sophia berarti kebijaksanaan. Jadi tasawuf berarti kebijaksanaan yang dihubungkan
dengan Tuhan (al-hikmah al-ilahiyah). Kemudian para ulama Islam mengambil kata itu dan
menyesuaikannya dengan lidah Arab sehingga menjadi tashawwuf (tasawuf).
Lafazh tasawuf merupakan masdar dari fi’il (kata kerja) yang artinya berpindah
Tasawuf merujuk pada kata safa atau safw yang artinya bersih atau suci. Kehidupan seorang sufi
lebih banyak diarahkan pada penyucian batin untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Suci, sebab Tuhan tidak bisa didekati kecuali oleh orang yang suci, itulah
maksud dari arti bersih dan suci dari defenisi safa atau safw. Penggunaan kata tasawuf untuk
pertama kali dalam sejarah terjadi pada pertengahan abad ke delapan Masehi, ketika Jabir bin
Hayyan ahli ilmu Kimia, orang Syiah dan penduduk Kufah, ia mempunyai aliran tersendiri
dalam zuhud. Menurutnya penggunaan kata sufi pertama kali terbatas di daerah Kufah saja.
Pendapat lain mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shufiyah. Kata shufiyah pada
hakikatnya berarti sekolompok orang yang tidak berpaling kepada sisi-sisi kehidupan yang tidak
kekal, lalu mereka membuat untuk diri mereka sendiri sebuah jalan yang dasar-dasarnya berdiri
di atas nilai-nilai Islam yang murni, pemikiran spiritual yang dalam dan filsafat kemanusiaan
yang agung. Tasawuf pada hakikatnya tidak lain adalah Islam yang disertai dengan perasaan.
Oleh karena itu, pengertian tasawwuf secara etimologi, para ahli berbeda pendapat
tentang akar kata tasawuf. Setidaknya ditemui terdapat enam pendapat dalam memberikan
definisi tasawwuf, yakni: Pertama, kata suffah yang berarti emperan masjid Nabawi yang
didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Hal ini karena amaliah ahli tasawuf hampir sama dengan

2
apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yakni mendekatkan diri kepada Allah Swt., dan
hidup dalam kesederhanaan. Kedua, kata Shaf yang berarti barisan. Istilah ini dianggap oleh
sebagian ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf ialah seorang atau sekelompok orang
yang membersihkan hati, sehingga mereka diharapkan berada pada barisan (shaf) pertama di sisi
Allah SWT. Selanjutnya Ketiga, yaitu kata shafa yang berarti bersih, karena ahli tasawuf
berusaha untuk membersihkan jiwa mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Keempat, kata shufanah, nama sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini
karena ajaran tasawuf mampu bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan ketika itu, ketika
umat muslim terbuai oleh materialisme dan kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan
hidup ditengah-tengah padang pasir yang tandus. Kelima, kata Teoshofi, bahasa Yunani yang
berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan. Keenam, kata shuf
yang berarti bulu domba, karena dikaitkan pada perilaku para ahli tasawuf pada masa dahulu.
Mereka memakai pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba (shuf).

2.2 Macam-macam Tasawuh


1. Tasawuf Falsafi
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal Tuhan (ma’rifat)
dengan pendekatan rasio (filsafat) hingga menuju ketinggkat yang lebih tinggi, bukan hanya
mengenal Tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan yang lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud
(kesatuan wujud). Bisa juga dikatakan bahwa tasawuf filsafi yaitu tasawuf yang kaya dengan
pemikiran-pemikiran filsafat.Adapun falsafi diambil dari kata filsafat. Kajian filsafat adalah
sebuah kajian tentang eksistensi yang tidak nampak, karena yang menjadi fokus adalah hakikat
sesuatu. Secara garis besar tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan
antara visi mistis dan visi rasional. T
asawuf ini menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya,yang berasal dari
berbagai macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya. Jadi tasawuf falsafi
adalah tasawuf yang memiliki perbedaan dengan tasawuf akhlaqi atau tasawuf sunni, sehingga
ada kelompok yang menganggap bahwa tasawuf kelompok ini adalah tasawuf yang
menyeleweng.Karakteristik sejarah tasawuf falsafi secara umum adalah mengandung kesamaran
akibat banyaknya ungkapan dan peristilahan khusus yang hanya dapat dipahami oleh orang yang
memahami ajaran tasawuf jenis ini. Ajaran tasawuf falsafi tidak

3
dapat dipandang sebagai filsafat murni, karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa
(dhauq), dan juga tidak bisa dikatakan bahasa dan terminologi filsafat.Adapun karakteristik
khusus dari tasawuf falsafi adalah sebagai berikut:
a. Konsep pemahaman tasawuf falsafi adalah gabungan pemikiran rasional-filosofis dengan
perasaan (dhauq). Kendatipun demikian tasawuf jenis ini sering mendasarkan pemikirannya
dengan dalil naqliyah, namun diungkapkan dengan kata-kata yang samar
sehingga sulit dipahami oleh orang lain. Kalaupun bisa diinterpretasikan orang lain, cenderung
kurang tepat dan sering bersifat subyektif.
b. Terdapat latihan-latihan rohaniah (riyadhoh) sebagai peningkata moral untuk mencapai
kebahagiaan,
c. Tasawuf falsafi memandang illuminasi sebagai metode untuk mengetahui hakekat sesuatu,
yang menurut penganutnya dapat dicapai dengan fana’.
d. Menyamarkan ungkapan-ungkapan dengan berbagai simbol dan terminologi. Berdasarkan
karakteristik yang telah diuraikan di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa tasawuf falsafi
memiliki perbedaan yang jelas dengan tasawuf lainnya, sehingga memberikan warna yang
berbeda dalam memahami ilmu tentang Allah SWT.
2. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf Akhlaqi adalah tasawuf yang mengikatkan diri dengan Al-Qur’an dan al-Hadis,
namun diwarnai pula dengan interpretasi-interpretasi baru dan menggunakan metode-metode
baru yang belum dikenal pada masa generasi awal, salaf. Tujuan akhir dari praktek tasawuf
madzhab ini adalah terbentuknya moralitas yang sempurna dan menuai Ma’rifat Allah. Oleh
sebab tujuan inilah madzhab ini juga dikenal dengan tasawuf akhlaqi. Kemudian, jika dilihat
berdasarkan karakteristik bentuknya, madzhab ini bias pula dikatakan sebagai madzhab moderat
atau penengah antara madzhab tasawuf falsafi yang cenderung bebas dan madzhab tasawuf salafi
yang cenderung kaku.Tokoh fenomenal madzhab ini ialah Imam al-Ghazali, dan oleh mayoritas
penganut teologi Asy’ari dan Maturidi. Inti ajarannya ialah keseimbangan antara syari’ah dan
hakikah, ma’rifat, akhlak, fana’, maqamat, tauhid, dan taqarrub ila Allah. Metode
pencapaiaannya antara lain mujahadah, dzikir, tazkiyah an nafs wa qalb, riyadhah, kontemplasi,
tafakkur, dan lain-lain.Tasawuf akhlaki adalah tasawuf yang berorietasi pada perbaikan akhlak,
mencari hakikat kebenaran dan mewujudkan manusia yang dapat ma'rifat kepada Allah Swt,
dengan metodemetode tertentu yang telah dirumuskan. Tasawuf akhlaki biasa juga disebut

4
dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf akhlaki model ini berusaha untuk mewujudkan akhlak
mulia dalam diri si sufi, sekaligus menghindarkan diri dari akhlak madzmumah (tercela).
Tasawuf akhlaki ini menjadi prikehidupan ulama salaf alshaleh dan mereka mengembangkannya
dengan sebaik-baiknya.Dalam diri manusia ada potensi untuk menjadi baik dan ada potensi
untuk menjadi buruk. Tasawuf akhlaki tentu saja berusaha mengembangkan potensi baik supaya
manusia menjadi baik, sekaligus mengendalikan potensi yang buruk supaya tidak
berkembang menjadi prilaku (akhlak) yang buruk. Potensi untuk menjadi baik adalah al-aql dan
al-qalb. Sementara untuk menjadi buruk adalah al-Nafs yang pada umumnya dibantu oleh
alsyaithan al-rajim (setan terkutuk). Menurut pandangan sufi, manusia cenderung mengikuti
hawa nafsu. Banyak diantara manusia yang bertekuk lutut pada dorongan dan rayuan hawa
nafsu. Dengan alaqal dan al-qalb, manusia diharapkan dapat mengendalikan hawa nafsunya.
Tetapi oleh karena cenderung ingin menguasai dunia dan serakah terhadap kenikmatan duniawi,
maka manusia akan terjerembab ke jurang kehancuran moral.Tasawuf akhlaki memberi
pemahaman yang mendasar,bahwa tidak akan berhasil pengendalian diri pribadi dan perubahan
mental, kalau hanya usaha dalam aspek lahiriyah saja. Para sufi selalu mengutamakan latihan-
latihan kerohanian dengan pengendalian nafsu dalam rangka pembersihan jiwa untuk dapat
berada di hadapan Allah Swt. Nafsu yang berorentasi kehidupan duniawi dan mengejar
kesenangan dunia, mencintai dunia, merupakan hijab (tabir) yang menjadi penghalang antara
manusia dan Tuhan.Tasawuf ini terbentuk pada masa atau fase konsolidasi keilmuan Islam. Fase
ini merupakan reaksi terhadap fase sebelumnya di mana tasawuf sudah mulai melenceng dari
koridor syariah atau tradisi (sunnah). Corak tasawuf Sunni disebarkan oleh Nur al-Din al-Raniri
Al-Raniri adalah seorang ulama yang pakar di bidang fiqih. Ia mengarang kitab yang berjudul al-
Ṣirāṭ alMustaqīm. Kitab ini dimaksudkan al-Raniri sebagai sanggahan
terhadap ajaran tasawuf falsafi yang dikembangkan oleh Hamzah Fansuri.
3. Tasawuf ‘Amali
Tasawuf ‘Amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri
kepada Allah. Terdapat beberapa istilah praktis dalam Tasawuf ‘Amali, yakni syarî’at (segala
ketentuan agama yang sudah ditetapkan oleh Allah untuk hambanya), tharîqat (jalan yang harus
ditempuh oleh seorang sufi dalam mencapai tujuan berada sedekat mungkin dengan Tuhan), dan
ma’rifat (pengetahuan yang sangat jelas dan pasti tentang tuhan yang diperoleh melalui

5
sanubari).Tuan Guru di Kalimantan Selatan juga mengajarkan tasawuf amali melalui Kitab
tasawuf salaf yang berjudul Nashâihuddîniyyah Wal Washâya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tasawuf berasal dari kata “shaf” (‫ )صف‬yang ditujukan kepada orang yang saat sholat
selalu berada di saf paling depan. Tasawuf ditujukan kepada orang-orang dari Bani Shufah.
Tasawuf berasal dari bahasa Yunani, yakni “Saufi” (‫)صوفى‬. Istilah tersebut disamakan artinya
dengan kata “Hikmah” (‫)حكمة‬, yakni kebijaksanaan.

6
DAFTAR PUSTAKA
Suherman,’’Perkembangan Tasawuf dan Kontribusi di indonesia’’. Jurnal ilmiyah Research
sains, Vol.5 No.1 Februari 2019
A Muastofa, Akhlak Tasawuh,(Bandung:Pustaka Setia,1997),hlm. 202.
Miswar, ‘’Pembentukan Dan Perkembangan Tasawuf Falsafi Al-Fatih”,jurnal pendidikan dan
keislaman,Vol,No.1 januari-juni 2019.hlm 119.
Abd al-Qadir Mahmud,Al-Falsafah at-Tasawwuf fi al-islam.(Beirut:Dan al-Fikr,1996.hlm.78.
Al Qalam : jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Vol.16 No.2 Maret-April 2022

Anda mungkin juga menyukai