DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Perdarahan uterus disfungsional tidak dipengaruhi oleh ras, namun dari segi umur yang
paling umum yaitu pada usia ekstrim tahun reproduksi wanita, baik di awal / mendekati akhir, tetapi
mungkin terjadi pada setiap saat selama hidup reproduksinya. Sebagian besar kasus perdarahan
uterus disfungsional pada remaja terjadi selama 2th pertama setelah onset menstruasi, ketika
hipotalamus-hipofisis mungkin gagal untuk merespon estrogen & progesteron (Estephan A.2005)
PATOFISIOLOGI
(terlampir)
FAKTOR RESIKO
a. Gagalnya efek umpan balik positif dari estrogen, pengubahan perifer yang abnormal dari
androgen menjadi estrogen / cacat endometrium yang dapat berada dalam tingkat reseptor atau
dalam sekresi atau pelepasan prostaglandin.
b. Bila tidak ada sekresi progesteron (anovulasi) & dalam perangsangan yang terus berlanjut,
endometrium akan berproliferasi ,sehingga mencapai tinggi yang abnormal. Terdapat vaskularitas
yang hebat & pertumbuhan kelenjar yang tanpa dukungan stroma. Endometrium tumbuh melebihi
rangsangan yang ditimbulkan estrogen & perdarahan dengan peluruhan endometrium secara tidak
teratur.
Usia terjadinya :
Perimenars (8-16th) Masa reproduksi (16-35 Perimenopouse (45-65 th)
th)
a. PUD anovulatoris
Bentuk dominan pada masa menarche dan pramenopause akibat terganggunya fungsi
neuroendokrinologi. Ditandai dengan produksi estradiol 17 β terus menerus tanpa disertai dengan
pembentukan corpus luteum & pelepasan progesterone. Estrogen tanpa diimbangi dengan
progesteron menyebabkan proliferasi endometrium terus menerus yang menghasilkan pasokan
darah berlebih & dikeluarkan secara irregular
b. PUD Ovulatoris
Angka kejadian: 10% wanita usia masa reproduksi. Bercak darah pada pertengahan siklus
setelah “LH surge” biasanya bersifat fisiologis. Polimenorea paling sering terjadi akibat pemendekan
fase folikuler. Kemungkinan lain adalah pemanjangan fase luteal akibat corpus Luteum yang
persisten
2. Gangguan trombosit
3. Hormon
a. Kehamilan Pada wanita usia subur, kehamilan merupakan penyebab utama dari periode
dilewati.
d. Polycystic ovary syndrome (PCOS) suatu kondisi di mana ovarium menjadi penuh dengan kista
kecil dan memperbesar. Masalah terjadi ketika kelenjar pituitary memproduksi terlalu banyak
hormon yang disebut luteinizing hormone (LH). Ketidakseimbangan hormon yang menciptakan hasil
meluap-luap lapisan rahim yang membuat perdarahan tidak teratur.
e. Penyebab Lainnya Masalah yang berasal dari kelenjar tiroid, kelenjar pituitary, atau kelenjar
adrenal dapat mengganggu ovulasi. Masalah fisik di dalam rahim dapat menyebabkan perdarahan
abnormal, yaitu :
o Fibroid pertumbuhan non-kanker yang menyerang dinding rahim di minimal 20% dari wanita
berusia di atas 35. Fibroid dapat muncul secara tunggal atau dalam kelompok, dan sekecil anggur
atau sebesar jeruk. Mereka terdiri dari otot dan jaringan fibrosa, dan dapat menyebabkan aliran
berlebihan saat menstruasi atau pendarahan antara periode.
o Polip pertumbuhan non-kanker yang dapat menyerang leher rahim atau uterus. Polip mungkin
begitu kecil sehingga mereka tidak diketahui, atau mungkin cukup besar untuk menyodok ke dalam
rongga rahim atau panggul dan menyebabkan perdarahan abnormal.
o Penyakit radang panggul (PID) suatu kondisi di mana saluran tuba menjadi meradang, biasanya
karena infeksi seksual diperoleh. Perdarahan yang tidak teratur adalah salah satu dari banyak gejala
PID.
o Kanker rahim pertumbuhan ganas pada rahim. Hal ini dapat terjadi pada dinding rahim
(endometrium) / dalam dinding otot nya (sarkoma uterus).
o Kanker endometrium kanker yang paling umum dari sistem reproduksi wanita, & hampir selalu
menyerang wanita menopause antara usia 50 - 70. Setiap perdarahan setelah menopause harus
diperiksa segera.
o Gangguan nutrisi Wanita dengan lemak tubuh sangat rendah karena gangguan makan, diet
ketat, atau olahraga berlebihan sering dapat berhenti ovulasi dan menstruasi.
MANIFESTASI KLINIS
Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi. Jumlah perdarahan bisa
sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada siklus ovulasi biasanya perdarahan
bersifat spontan, teratur dan lebih bisa diramalkan serta seringkali disertai rasa tidak nyaman
sedangkan pada anovulasimerupakan kebalikannya (Rudolph,Abraham, 2006). Selain itu gejala yang
yang dapat timbul diantaranya seperti mood ayunan, kekeringan atau kelembutan Vagina serta juga
dapat menimbulkan rasa lelah yang berlebih (Stork,Susan, 2006).
Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau
perdarahan yang terus menerus. Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan
disfungsional dengan siklus pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan
diagnosis perlu dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan
tidak teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan
basal dapat menolong (Wiknjoksastro, 2007). Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal dari
endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, yaitu :
1. korpus luteum persistens : dalam hal ini dijumpai perdarahan kadang-kadang bersamaan
dengan ovarium membesar. Dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur.
3. Apopleksia uteri: pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah
dalam uterus.
4. Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme
pembekuan darah.
Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas
diikuti perdarahan di permukaan lainnya. Jadilah perdarahan rahim
berkepanjangan (Wiknjoksastro, 2007).
Oligomenorea Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari dan disebabkan
oleh fase folikuler yang memanjang.
Polimenorea Perdarahan uterus yg trjadi dgn interval <21 hari & disebabkan defek fase
luteal.
Menometroragia Perdarahan uterus yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan
darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau dengan durasi yang panjang ( > 7
hari).
Metroragia / Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir dengan
perdarahan penyebab a.l penyakit servik, AKDR, endometritis, polip, mioma
antara haid submukosa, hiperplasia endometrium, dan keganasan.
Bercak Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang umumnya
intermenstrual disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.
Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause yang sekurang-
pasca kurangnya sudah tidak mendapatkan haid selama 12 bulan.
menopause
Perd.uterus Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang sangat
abnormal akut banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis (hipotensi , takikardia
atau renjatan).
Perdarahan Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang tidak
uterus disfungsi berkaitan dengan kehamilan, pengobatan, penyebab iatrogenik, patologi
traktus genitalis yang nyata dan atau gangguan kondisi sistemik.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan adanya penyakit sistemik, maka
penyelidikan lebih jauh mungkin diperlukan. Abnormalitas pada pemeriksaan pelvis harus diperiksa
dengan USG dan laparoskopi jika diperlukan.
Spotting (diluar
menstruasi)
setelah amenorrhoe
Peningkatan suhu basal tubuh ( 0,3 – 0,6 C ), peningkatan kadar progesteron serum ( > 3 ng/
ml ) & perubahan sekretorik pada endometrium yang terlihat pada biopsi yang dilakukan saat onset
perdarahan, semuannya merupakan bukti ovulasi.
2. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi & palpasi misalnya menunjukkan kehamilan / iritasi peritoneum. Uterus yang
membesar menandakan adanya kehamilan ektopik maupun missed abortion, uterus yang lebih
besar (dari ukuran kehamilan bila dilihat dari HPHT) kemungkinan menandakan kehamilan mola,
kehamilan ganda / kehamilan dalam suatu uterus fibroid.
3. Pemeriksaan pelvis
4. Pemeriksaan penunjang:
Pemeriksaan darah : Hemoglobin, uji fungsi thiroid , dan kadar HCG, FSH, LH, Prolaktin &
androgen serum jika ada indikasi atau skrining gangguan perdarahan jika ada tampilan yang
mengarah kesana.
Deteksi patologi endometrium melalui (a) dilatasi dan kuretase dan (b) histeroskopi. Wanita
tua dengan gangguan menstruasi, wanita muda dengan perdarahan tidak teratur atau wanita muda (
< 40 tahun ) yang gagal berespon terhadap pengobatan harus menjalani sejumlah pemeriksaan
endometrium. Penyakit organik traktus genitalia mungkin terlewatkan bahkan saat kuretase. Maka
penting untuk melakukan kuretase ulang dan investigasi lain yang sesuai pada seluruh kasus
perdarahan uterus abnormal berulang atau berat. Pada wanita yang memerlukan investigasi,
histeroskopi lebih sensitif dibandingkan dilatasi dan kuretase dalam mendeteksi abnormalitas
endometrium
Laparoskopi : Laparoskopi bermanfaat pada wanita yang tidak berhasil dalam uji coba
terapeutik.
Biopsi endometrium atau kuretase yang dapat memberikan suatu diagnosis histologi spesifik.
Biopsi vulva, vagina atau serviks, lesi harus dibiopsi kecuali jika lesi khas untuk penyakit
trofoblastik metastatik dan dapat berdarah hebat bila dibiopsi.
Tes kehamilan terhadap hCG. Tes positif kuat mengesankan adanya jaringan trofoblastik baik
intra maupun ekstrauterin.
PENATALAKSANAAN MEDIS
b. Obat (medikamentosa)
o Golongan estrogen.
Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama generik) yang relatif
menguntungkan karena tidak membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan
gangguan pembekuan darah. Jenis lain, misalnya: etinil estradiol, tapi obat ini dapat menimbulkan
gangguan fungsi liver. Dosis dan cara pemberian :
Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4 jam sampai perdarahan
berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif endometrium dan melalui efek
langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen dan agregasi trombosit. Terapi
estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya pada kasus endometerium atrofik atau
inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB sekunder akibat depot progestogen ( Depo
Provera ).2 Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi. 4
o Obat Kombinasi
Terapi siklik merupakan terapi yang paling banyak digunakan dan paling efektif. Pengobatan medis
ditujukan pada pasien dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan yang terjadi setelah
beberapa bulan amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat
dihentikan setelah 3 – 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola
menstruasi yang normal. Banyak pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan
berkelanjutan diperlukan.
o Golongan progesterone
Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan fungsional bersifat anovulatoar,
sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium.
Obat untuk jenis ini, antara lain:
- Medroksi progesteron asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum 7-10 hari.
o OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan Obat Anti Inflamasi Non Steroid. Fraser dan Shearman
membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset
menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset
menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi
kehilangan darah selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling besar
pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi.
3. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%. Terapi yang ini diharuskan pasiennya
untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik. Sekantong darah (250 cc) diperkirakan dapat menaikkan
kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-
kira perlu sekitar 4 kantong darah.
Pil kontrasepsi oral digunakan untuk mengatur siklus haid dan kontrasepsi. Pada penderita
dengan siklus haid tidak teratur akibat anovulasi kronik (oligo ovulasi), pemberian pil kontrasepsi
mencegah resiko yang berkaitan dengan stimulasi estrogen berkepanjangan terhadap endometrium
yang tidak diimbangi dengan progesteron (“unopposed estrogen stimulation of the endometrium”).
Pil kontrasepsi secara efektif dapat mengendalikan perdarahan anovulatoir pada penderita pre dan
perimenopause. Bila terdapat kontraindikasi pemberian pil kontrasepsi ( perokok berat atau resiko
tromboflebitis) maka dapat diberikan terapi dengan progestin secara siklis selama 5 – 12 hari setiap
bulan sebagai alternatif.
Terapi medikamentosa untuk kasus menoragia terutama adalah NSAID (asam mefenamat)
dan AKDR-levonorgesterel (Mirena). Efektivitas asam mefenamat, pil kontrasepsi, naproxen, danazol
terhadap menoragia adalah setara.
Efek samping dan harga dari androgen (Danazol atau GnRH agonis) membatasi
penggunaannya bagi kasus menoragia, namun obat-obat ini dapat digunakan dalam jangka pendek
untuk menipiskan endometrium sebelum dikerjakan tindakan ablasi endometrium.
Obat antifibrinolitik secara bermakna mengurangi jumlah perdarahan, namun obat ini
jarang digunakan dengan alasan yang menyangkut keamanan ( potensi menyebabkan
tromboemboli).
3. Pembedahan
Bila terapi medis gagal atau terdapat kontraindikasi maka dilakukan intervensi
pembedahan. Terapi pilhan pada kasus adenokarsionoma adalah histerektomi, tindakan ini juga
dipertimbangkan bila hasil biopsi menunjukan atipia.
TINDAKAN ALASAN
PENGKAJIAN
1. Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut &
terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yg tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah
abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual
dan muntah.
6. Pemeriksaan Fisik Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis.
7. Data Sosial Ekonomi kaji golongan masyarakat dan tingkat umur, baik sebelum masa
pubertas maupun sebelum menopause.
8. Data Psikologis Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana ovarium
sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut sementara pada klien
dengan perdarahan abnormal pervaginam hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil
9. Pola kebiasaan Sehari-hari Biasanya klien mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur
karena merasa nyeri
10. Pemeriksaan Penunjang
ANALISA DATA
DS : - ↓
Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal
Perdarahan abnormal
PERENCANAAN INTERVENSI
Nyeri Tujuan : Nyeri berkurang Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri,
setelah dilakukan tindakan frekuensi, durasi dan intensitas (kala 0-10)
keperawatan selama 1 x 24 dan tindakan pengurangan yang dilakukan.
jam.
Bantu pasien mengatur posisi senyaman
Kriteria Hasil : mungkin (posisi fowler atau posisi datar atau
miring kesalah satu sisi)
Klien menyatakan
nyeri berkurang (skala 3-5) Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi,
Klien tampak tenang, pernafasan cepat.
eksprei wajah rileks.
Ajarkan pasien penggunaan
TTV normal : Suhu : keterampilan manajemen nyeri mis : dengan
36-37 0C, N : 80-100 teknik relaksasi, tertawa, mendengarkan
x/m, RR : 16-24x/m, TD : musik dan sentuhan terapeutik.
Sistole : 100-130
Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri
mmHg,Diastole : 70-80
mmHg Ciptakan suasana lingkungan tenang dan
nyaman.
Kolaborasi untuk pemberian analgetik
sesuai indikasi.