Oleh:
Dara Asyfiya Iyoega
H1A016021
Pembimbing:
dr. Putu Aditya Wiguna, M.Sc., Sp.A
Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya Saya dapat menyelesaikan tugas journal reading yang berjudul
“Prophylactic Vitamin K Administration in Neonates on Prolonged Antibiotic Therapy:
A Randomized Controlled Trial”. Journal reading ini Saya susun dalam rangka
memenuhi tugas kepanitraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Pada kesempatan ini, Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada Saya.
Serta terima kasih kepada dr. Putu Aditya Wiguna, M.Sc., Sp.A selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan masukan sehingga tugas ini dapat diselesaikan.
Penyusun
IDENTITAS JURNAL
Penulis : Amanpreet Sethi, M Jeeva Sankar, Anu Thukral, Renu Saxena, Suman
Chaurasia, Ramesh Agarwal
vitamin K intramuskuler atau tanpa pemberian vitamin K pada neonatus dengan sepsis
Peserta: Neonatus dengan sepsis episode pertama yang mendapatkan terapi antibiotik
selama >7 hari. Neonatus yang mendapatkan vitamin K sebelum memulai terapi
antibiotik (kecuali pemberian saat baru lahir), mengalami perdarahan klinis, kolestasis
atau dengan gangguan perdarahan prenatal tidak termasuk kedalam penelitian ini.
yang terimbas bila tidak ada vitamin K (PIVKA-II) > 2 ng/ mL setelah 7 ± 2 hari
pendaftaran.
Hasil: prevalesnsi defisiensi vitamin K adalah 100% (n=80) saat pendaftaran dan
tetap 100% bahkan setelah 7±2 hari pendaftaran pada kedua kelompok.
hal ini disebabkan karena eradikasi flora usus yang merupakan sumber utama untuk
pembentukan faktor pembekuan darah oleh beberapa antibiotik yang mengandung 1-N-
sering terjadi pada pasien dewasa yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) dengan
insiden lebih dari 25%. Salah satu faktor risiko penting yang menyebabkan defisiensi
vitamin K pada neonatus di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah penggunaan
Satu dari tiga anak yang mendapatkan terapi antibiotik jangka panjang
mengalami perdarahan karena defisiensi vitamin K. Insidensi ini ditemukan lebih tinggi
pada bayi dan anak dengan gizi kurang. Di India, pasien-pasien yang mendapatkan
terapi antibiotik di NICU diberikan vitamin K setiap 7 hari. Namun, bukti untuk
pemberian vitamin K pada terapi antibiotik jangka panjang masih kurang pada populasi
neonatus. Penelitian sebelumnya pada bayi prematur dan neonatus yang mendapatkan
terapi antibiotik jangka panjang di ICU menunjukkan kadar vitamin K yang tinggi
setelah pemberian vitamin K dosis tunggal saat baru lahir. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk meninjau kembali tentang pemberian vitamin K pada nenonatus yang
METODE
unit neonatal level-3 di India Utara pada bulan Juli 2015 sampai Agustus 2016.
mendapatkan vitamin K sebelum memulai terapi antibiotik (kecuali pemberian saat baru
prenatal tidak termasuk kedalam penelitian ini. Setelah memenuhi syarat diperlukan
persetujuan dari orang tua. Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Institut Ilmu
Neonatus yang terdaftar secara acak pada hari ketujuh terapi antibiotik diberikan
injeksi vitamin K dosis tunggal 1 mg atau tidak diberikan vitamin K. Vitamin K1 (Inj.
Kenadione; Samarth Pharma Private Ltd., Mumbai) atau vitamin K3 (Inj. Reokay; Rathi
Laboratories Private Ltd, Patna) dapat digunakan dalam penelitian sesuai ketersediaan
intramuskular saat lahir sesuai protokol (berat ≥1000 g: 1 mg dan berat <1000 g: 0,5
oleh orang lain diluar penelitian yang tidak terlibat dalam proses pengumpulan variebel,
diberi nomor seri. Pada penelitian ini tidak dapat dilakukan blinding karena sifat
intervensinya. Vitamin K diinjeksi oleh perawat yang tidak terlibat dalam alokasi
kelompok.
Luaran utama adalah proporsi neonatus dengan tingkat PIVKA-II >2 ng /mL
setelah 7±2 hari pendaftaran. Luaran kedua adalah proporsi neonatus dengan gangguan
koagulasi, dimana prothrombin time (PT) 2 detik lebih lama dari batas atas sesuai usia
semua neonatus dan dikirim ke laboratorium institut untuk diestimasi kadar PIVKA II.
Sampel kedua diambil setelah 7±2 hari pendaftaran. Semua sampel disentrifugasi
dengan kecepatan 2500 rpm selama 10 menit. Setelah itu, serum supernatan didekantasi
dan disimpan pada suhu -700C. Semua sampel dianalisis secara bersamaan. Untuk
estimasi PIVKA II, sampel dicairkan pada suhu 37ºC selama 15 menit kemudian
dianalisis menggunakan kit khusus dengan teknik sandwich ELISA (Flarebio Biotech,
Selama analisis, semua sampel serum yang diuji di atas kisaran tertinggi yang terdeteksi
dari kit (10 ng / mL). Jadi, standardisasi uji ELISA membutuhkan upaya ekstra. Pada
langkah berikutnya, dilakukan pengenceran serial pada enam sampel yang dipilih
secara acak. Akhirnya, pada pengenceran 1: 128 serum dengan buffer, level PIVKA-II
berada dalam kisaran yang dapat dideteksi. Pada penelitian ini sampel darah orang
penanda defisiensi vitamin K pada neonatus yang mendapatkan terapi antibiotik jangka
panjang. Oleh karena itu, perhitungan besar sampel berdasarkan penelitian pada pasien
berusia 3 bulan hingga 23 tahun yang mengalami fibrosis kistik dan mendapatkan terapi
antibiotik jangka panjang dimana ditemukan koagulasi abnormal dan peningkatan kadar
PIVKA-II pada 33% kasus. Dengan demikian, dari total 94 neonatus (47 dalam setiap
kelompok) memiliki peluang 80% untuk terdeteksi dengan tingkat kemaknaan sebesar
5% untuk terjadi penurunan defisiensi vitamin K dari 33% pada kelompok kontrol
station, Texas US). Perbandingan antara variabel kategorik dianalisis menggunakan Chi
Student t-test (apabila data terdistribusi normal) atau dengan uji Wilcoxon rum sum Test
HASIL
Terdapat 80 neonatus yang terdaftar dalam penelitian dari total 120 neonatus
meninggal sebelum didapatkan hasil penilaian karena sepsis berat. Tedapat 3 neonatus
(2 pada kelompok yang mendapatkan vitamin K, dan 1 pada kelompok yang tidak
mendapatkan vitamin K) yang tidak dapat diambil sampel darah kedua setelah 7±2 hari
demografis dan angka morbiditas sebandig antara kedua kelompok (Tabel I).
Prevalensi defisiensi vitamin
dilakukan hanya pada 37 neonatus (20 pada kelompok vitamin K dan 17 pada kelompok
tanpa vitamin K). Tingkat rata-rata (SD) PIVKA-II sangat tinggi pada kedua kelompok
(Tabel II).
Prevalensi defisiensi vitamin K setelah 7±2 hari pendaftaran adalah 100% pada
kedua kelompok. Kadar PIVKA-II kuantitatif dapat dilakukan hanya pada 35 neonatus
(18 pada kelompok vitamin K dan 17 pada kelompok tanpa vitamin K). Tingkat rata-
rata (SD) PIVKA-II sebanding antara kedua kelompok ( Tabel III). Tidak ada perbedaan
dalam prevalensi kelainan koagulasi yang dinilai berdasarkan prothrombin time (PT)
DISKUSI
injeksi 1 mg vitamin K pada hari ke-7 terapi antibiotik dengan kelompok neonatus yang
mengalami sepsis namun tidak mendapatkan injeksi vitamin K pada hari ke-7 terapi
PIVKA-II dilakukan oleh dokter yang berbeda dan penggunaan metode random
keterbatasan utama dari penelitian ini adalah karena jumlah sampel yang didapat tidak
sesuai dengan yang direncanakan karena keterbatasan anggaran dan waktu penelitian.
Jumlah sampel hanya 80 neonatus dari total 94 neonatal yang direncanakan. Blinding
kelompok intervensi disesuaikan dengan ketersediaan yang ada. Namun, hal tersebut
tidak mempengaruhi hasil karena vitamin K1 dan K3 memiliki efektivitas yang sama
dalam mencegah defisiensi vitamin K. Selain itu, penggukuran kadar PIVKA II dengn
ELISA kit menggunakan dua produsen yang berbeda karena keterbatasan keuangan.
Pengukuran PIVKA II secara kuantitatif juga tidak dapat dilakukan pada semua
. Tingginya kadar PIVKA-II dapat bertahan 48-72 jam pertama setelah kelahiran
dalam darah tepi sehingga, kadar PIVKA-II dievaluasi pada hari ke-7 pemberian terapi
antibiotik untuk menghindari hasil positif palsu. Tingginya proporsi neonatus dengan
kadar PIVKA II yang abnormal belum dilaporkan dalam literatur terkait yang sudah
et.al sebanyak 49 bayi (<6 minggu) yang dirawat di ICU mendapatkan terapi antibiotik.
Berdasarkan hasil observasi ditemukan kadar PIVKA-II pada 41% populasi penelitian,
tetapi metode estimasi PIVKA-II dan cut-off yang digunakan tidak disebutkan.
Penelitian lain dilakukan oleh De Montalbert, et.al pada 43 pasien (usia 3 bulan sampai
23 tahun) dengan fibrosis kistik yang mendapatkan terapi antibiotik. Pada penelitian
tersebut ditemukan kadar PIVKA-II yang abnormal pada 33% pasien, tetapi metode
untuk estimasi PIVKA-II tidak menggunakan ELISA dan cut-off yang digunakan juga
berbeda. Pada penelitian ini, dimana estimasi kuantitatif dapat dilakukan pada neonatus
ditemukan kadar PIVKA-II dalam kisaran 900-1000 ng/ml. Kadar tinggi seperti ini
neonatus yang sehat ditemukan kadar PIVKA-II berada di kisaran 1,9 ng/mL sampai 2
ng / mL pada 72 jam pertama setelah lahir. Alasan yang mungkin untuk perbedaan ini
adalah penggunaan alat pemeriksaan dari produsen yang berbeda, dan mayoritas pasien
kelompok. Penelitian lain yang dilakukan oleh Aziz, et.al, dan Bhat, et.al pada anak
yang lebih tua, prevalensi koagulopati pada 10 hari terapi antibiotik masing-masing
adalah 15% dan 33%. Prevalensi koagulopati yang rendah secara keseluruhan pada
penelitian ini dapat disebabkan oleh pemberian profilaksis vitamin K pada semua
neonatus saat baru lahir dan karena semua neonatus dengan perdarahan klinis sebelum 7
hari pemberian terapi antibiotik tidak dapat ikut serta dalam penelitian.
SIMPULAN
Neonatus dengan sepsis yang mendapatkan terapi antibiotik selama 7 hari atau
vitamin K. Hal ini menimbulkan keraguan akan manfaat pemberian vitamin K pada
pada neonatus yang mendapatkan terapi antibiotik jangka panjang. Namun, hal ini juga
untuk menilai defisiensi vitamin K pada neonatus. Selain itu diperlukan penetapan nilai
normal dan standar pengukuran PIVKA-II II untuk dapat menilai defisiensi vitamin K
penulisan naskah; MJS, AT, RS, SC, RA: mengawasi pelaksanaan penelitian dan
berkontribusi dalam penulisan naskah. Semua penulis menyetujui versi final naskah,
dan bertanggung jawab untuk semua aspek yang terkait dengan penelitian ini.
suatu informasi klinis dari penelitian ilmiah dalam sebuah jurnal. PICO merupakan
ini dapat membantu kita untuk menentukan apakah informasi yang kita peroleh
sudah memenuhi kriteria validitas dan relevansi dalam profesi kedokteran. Berikut
Neonatus dengan sepsis yang dirawat di unit neonatal level-3 di India Utara
3. Comparison, Kontrol
intramuskular saat lahir sesuai protokol (berat ≥1000 g: 1 mg dan berat <1000 g:
0,5 mg).
4. Outcome
Luaran utama adalah proporsi neonatus dengan tingkat PIVKA-II >2 ng/mL
setelah 7±2 hari pendaftaran. Luaran kedua adalah proporsi neonatus dengan
gangguan koagulasi, dimana prothrombin time (PT) 2 detik lebih lama dari batas
atas sesuai usia kehamilan dan cut-off usia post-natal setelah 7±2 hari pendaftaran.
Critical Aprraisal
Tidak (×)
dilakukan blinding.
.
Ya (√)
3. Apakah seluruh kelompok Pada tabel data demografis yang dimuat dalam tabel 1
memiliki kemiripan di awal
diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang
penelitian?
bermakna antara kedua kelompok.
Ya (√)
pemberian antibiotik.
Tidak (×)
5. Apakah seluruh pasien dalam pada awal penelitian, namun jumlah yang dianalisis
kelompok yang diacak,
sebanyak 75. Jika dihitung persentase drop out pada
dianalisis?
penelitian ini sebesar 6% (5/80 x 100%). Jika persentase
Nilai P pada luaran utama dalam penelitian ini bernilai sebesar 1.00 (p>0.05)
mengindikasikan bahwa hasil tidak signifikan. Hasil penelitian ini dapat dikatakan tidak
cukup bermakna.
2. Seberapa akurat efek terapi yang ditimbulkan?
Setelah dilakukan pengukuran kadar PIVKA-II pada pasien didapatkan perbedaan yang
tidak terlalu bermakna dari dua kelompok dengan nilai p = 1.00 (p>0.05). Selain itu,
tidak terdapat nilai CI pada penelitian ini, sehingga hasilnya kurang valid.
C. Apakah hasil studi bisa di aplikasikan ke masyarakat?
1. Apakah pasien didalam studi sama Ya (√)
dengan pasien ditempat saya? Tidak terdapat perbedaan antara pasien dalam
penelitian dengan pasien kita.
2. Apakah terapi ini dapat digunakan Tidak (x)
di tempat saya?
Sebenarnya penerapan injeksi vitamin K saat baru
lahir dapat diterapkan di Indonesia. Tetapi
penerapan hasil studi tidak dapat diaplikasikan di
Indonesia.
3. Apakah manfaat potensial dari Tidak (x)
pengobatan lebih besar daripada
Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan hasil
potensi bahaya perawatan untuk pada kedua kelompok. Kelompok yang diberikan
vitamin K ataupun yang tidak diberika vitamin K
pasien saya?
mengalami defisiensi vitamin K. Sehingga pada
penelitian ini belum bisa dikatakan secara pasti
apakah intervensi yang diberikan mempunyai
dampak positif atau negatif. Namun, peneliti
berpendapat bahwa penelitian ini masih perlu di
evaluasi kembali, misalnya terkait penggunaan
kadar PIVKA II untuk mendeteksi defisiensi
vitamin K pada neonatus dan penetapan nilai
normal pada kadar PIVKA II.
Kesimpulan
Hasil atau rekomendasi adalah Valid (form A) Ya (√)
Hasil bermanfaat secara klinis (form B) Tidak (x)
Hasil relevan dengan praktek nyata (form C) Tidak(x)
Daftar Pustaka
Sethi, A., Sankar, M. J., Thukral, A., Saxena, R., Chaurasia, S., & Agarwal, R. 2019.