Anda di halaman 1dari 7

Ket

Judul Materi Shalat


Waktu Pelaksanaan Pertemuan Mentoring ke-10
Tempat Pelaksanaan Bergantung pada persetujuan kelompok mentoring masing-
masing
Durasi 50 menit
Tujuan Instruksional Peserta dapat mengambil hikmah untuk semakin memperbaiki
Umum kualitas sholat dan selalu menjalankan sholat
Tujuan Instruksional - Peserta mendapatkan hikmah dari kisah yang disampaikan
Khusus - Peserta semakin termotivasi untuk selalu sholat dan tidak
meninggalkannya walaupun dalam kondisi apapun.
- Peserta diharapkan dapat semakin memperbaiki kualitas
dirinya dalam ibadah shalat
Metode Penyampaian 1. Penyampaian oleh pementor
2. Diskusi dan tanya jawab seputar sholat
3. Merencanakan perbaikan diri yang akan dilakukan
Materi Mengenai kisah-kisah sahabat mengenai kualitas sholat mereka
Peserta Mahasiswa muslim pada tahapan Beginner (MABA 2015)
Susunan Acara 1. Pembukaan majelis oleh MC Tergantung
2. Pembacaan tilawah (bergantian/dipilih seorang saja) situasi dan
3. Penyampaian materi oleh pementor kondisi
4. Diskusi dan tanya jawab
5. Penutupan majelis oleh MC
Rasulullah saw. bersabda: “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari,
Muslim, dan Ahmad)

Kenikmatan Sholat

Sebagai seorang muslim sejati sudah sepantasnya kita menjalankan kewajiban kita
sebagai muslim. Salah satu kewajiban yang fundamental adalah sholat. Di dalam buku hadits
‘arbain, dari Abu Abdurrahman bin Umar bin Khattab ra. pernah mendengar Rasulullah saw.
bersabda,

“Islam dibangun atas lima pilar: 1. Persaksian bahawa tiada Tuhan selain Allah, dan
Muhammad Rasul Allah, 2. Mendirikan Sholat, 3. Mengeluarkan zakat, 4. Melaksanakan
ibadah haji, dan 5. Berpuasa Ramadhan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Berdasakan riwayat hadits yang lain, Rasulullah saw. telah bersabda mengenai
keutamaan sholat* yang begitu luar biasa, dan in sya Allah dapat menjadi tabungan amal kita
untuk bisa ke Jannah-Nya. Aamiin.

Sholat adalah ibadah mahdoh, yang merupakan kegiatan yang benar-benar kita lakukan
semata-mata untuk menjalankan ibadah pada Allah. Sekarang pertanyaan, apakah sholat kita
masih bolong-bolong? Atau apakah sholat kita sudah khusyuk?
Allah berfirman dalam surat Az-Zariyat ayat 56, pada hakikatnya Allah menciptakan kita
untuk beribadah pada Allah. Dan salah satunya sholat. Berarti tujuan dari hidup kita adalah
untuk beribadah kepadaNya. Terus, kalau kita tidak sholat, dan melakukan ibadah wajib lainnya
untuk apa ya kita hidup? Mari kita renungkan bersama ya.
Nah berikut ini ada beberapa kisah tentang sholat yang in sya Allah dapat menginspirasi
kita.
Nama beliau Abbad bin Bisyr, sahabat Rasulullah SAW yang taat sekali beribadah. Ketika
Islam mulai tersiar di Madinah, Abbad bin Hisyr Al Asyhaly masih muda. Kulitnya yang bagus
dan wajahnya yang rupawan memantulkan cahaya kesucian. Dalam kegiatan sehari-hari dia
memperlihatkan tingkah laku yang baik, bersikap seperti orang-orang yang sudah dewasa,
kendati usianya belum mencapai dua puluh lima tahun. Dia mendekatkan diri kepada seorang
dai dari Mekah yaitu Mush'ab bin Umair. Dalam tempo singkat hati keduanya terikat dalam
ikatan iman yang kokoh. Abbad mulai belajar membaca Al-Quran kepada Mushab. Suaranya
merdu, menyejukkan dan menawan hati. Begitu senangnya membaca kalamullah, sehingga
menjadi kegiatan utama baginya. Diulang-ulangnya siang dan malam, bahkan dijadikannya
suatu kewajiban.
  Karena itu dia terkenal di kalangan para sahabat sebagai imam dan pembaca Al-Quran.
Pada suatu malam Rasulullah SAW sedang melaksanakan shalat tahajud di rumah Aisyah yang
berdempetan dengan Masjid. Terdengar oleh beliau suara Abbad bin Bisyr membaca Quran
dengan suara yang merdu, laksana suara Jibril ketika menurunkan wahyu ke dalam hatinya. "Ya
Aisyah, suara Abbad bin Bisyrkah itu?" tanya Rasulullah. "Betul, ya Rasulullah!" jawab Aisyah.
Rasulullah berdoa, "Ya Allah, ampunilah dia!" Abbad bin Bisyr turut berperang bersama-sama
Rasulullah SAW dalam setiap peperangan yang beliau pimpin. Dalam peperangan-peperangan
itu dia bertugas sebagai pembawa Alquran. Ketika Rasulullah kembali dari peperangan Dzatur
Riqa', beliau beristirahat dengan seluruh pasukan muslim di lereng sebuah bukit.
  Seorang prajurit muslim menawan seorang wanita musyrik yang ditinggal pergi oleh
suaminya. Ketika suaminya datang kembali, didapatinya istrinya sudah tiada. Dia bersumpah
dengan Lata dan 'Uzza akan menyusul Rasulullah dan pasukan kaum muslimin, dan tidak akan
kembali kecuali setelah menumpahkan darah mereka. Setibanya di tempat perhentian di atas
bukit, Rasulullah bertanya kepada mereka, "Siapa yang bertugas berjaga malam ini?" Abbad bin
Bisyr dan Amar bin Yasir berdiri, "Kami, ya Rasulullah!" kata keduanya serentak. Rasulullah telah
menjadikan keduanya bersaudara ketika kaum Muhajirin baru tiba di Madinah. Ketika keduanya
keluar ke mulut jalan (pos penjagaan), Abbad bertanya kepada Ammar, "Siapa di antara kita
yang berjaga lebih dahulu?" "Saya yang tidur lebih dulu!" jawab Amar yang bersiap-siap untuk
berbaring tidak jauh dari tempat penjagaan.
  Suasana malam itu tenang, sunyi dan nyaman. Bintang gemintang, pohon-pohon dan
batu-batuan, seakan sedang bertasbih memuji kebesaran Allah. Hati Abbad tergiur hendak
turut melakukan ibadah. Dalam sekejap ia pun larut dalam manisnya ayat-ayat Al Quran yang
dibacanya dalam sholat. Nikmat shalat dan tilawah (bacaan Al Quran) berpadu menjadi satu
dalam jiwanya. Dalam sholat dibacanya surat Al Kahfi dengan suara memilukan, merdu bagi
siapa pun yang mendengarnya. Ketika dia sedang bertasbih dalam cahaya ilahi yang meningkat
tinggi, tenggelam dalam kelap-kelip pancarannya, seorang laki-laki datang memacu langkah
tergesa-gesa.
  Ketika dilihatnya dari kejauhan seorang hamba Allah sedang beribadat di mulut jalan,
dia maklum Rasulullah dan para sahabat pasti berada di sana. Sedangkan orang yang sedang
shalat itu adalah pengawal yang bertugas jaga. Orang itu segera menyiapkan panah dan
memanah Abbad tepat mengenainya. Abbad mencabut panah yang bersarang di tubuhnya
sambil meneruskan bacaan dan tenggelam dalam sholat. Orang itu memanah lagi dan
mengenai Abbad dengan jitu. Abbad mencabut pula anak panah kedua ini dari tubuhnya seperti
yang pertama. Kemudian orang itu memanah lagi. Abbad mencabutnya pula seperti dua buah
panah yang terdahulu.
  Giliran jaga bagi Amar bin Yasir pun tiba. Abbad merangkak ke dekat saudaranya itu, lalu
membangunkannya seraya berkata, "Bangun! Aku terluka parah dan lemas!" Sementara itu,
ketika melihat mereka berdua, si pemanah buru-buru melarikan diri. Amar menoleh kepada
Abbad. Dilihatnya darah mengucur dari tiga buah lubang luka di tubuh Abbad. "Subhanallah!
Mengapa engkau tidak membangunkan ketika panah pertama mengenaimu?" tanyanya
keheranan. "Aku sedang membaca Al Quran dalam shalat. Aku tidak ingin memutuskan
bacaanku sebelum selesai. Demi Allah, kalaulah tidak karena takut akan menyia-nyiakan tugas
yang dibebankan Rasulullah, menjaga mulut jalan tempat kaum muslimin berkemah, biarlah
tubuhku putus daripada memutuskan bacaan dalam shalat," jawab Abbad.
Masya Allah, bukan? Sampai seperti itu kenikmatan sholat yang dirasakan oleh Abbad
bin Basyr. Selain itu, berikut ini ada beberapa kisah tentang kualitas sholat para sahabat.
Mujahid, menceritakan tentang sholat Abu Bakar dan Abdullah bin Zubair, ” jika mereka
telah berdiri tegak untuk sholat, mereka laksana kayu yang terpaku di bumi.” Mereka tidak
bergerak sedikit pun selain gerakan sholat.
  Menurut alim ulama, Ibnu Zubair mempelajari sholat dari Abu Bakar r.a., dan Abu Bakar
r.a. mempelajarinya langsung dari Nabi Muhammad SAW.  Tsabit berkata, “Jika Abdullah bin
Zubair berdiri sholat, ia laksana kayu yang ditanamkan ke bumi" Seseorang berkata “Demikian
lama Ibnu Zubair sujud tanpa gerak sedikit pun, sehingga burung-burung hinggap tenang di atas
punggungnya. Ia pernah ruku’ demikian lama dari awal malam hingga Subuh tiba. Kadangkala ia
menghabiskan malamnya hanya dengan sujud.”
Pernah Ibnu Zubair sholat di masjid dalam suatu pertempuran. Tiba-tiba salah satu
dinding masjid roboh dan sebahagian bongkah dinding itu melayang di antara janggut dan
lehernya. Namun ia tidak goyah dan tidak memendekkan waktu/lama ruku’ serta sujudnya. 
Ketika Umar bin Khattab ditikam oleh seorang majusi, Lubaib, yang menyebabkan ia
wafat, darah terus mengalir dari lukanya sehingga ia sering tidak sadarkan diri. Walaupun
demikian keadaannya, jika dikatakan kepadanya bahwa waktu sholat telah tiba, ia segera
mengerjakannya dalam keadaan seperti itu, ia berkata,” Tidak ada bagian dalam Islam bagi
orang yang meninggalkan sholat.” 
Utsman bin Affan sering sholat sepanjang malam dan mengkhatamkan Al-Qur’an hanya
dalam satu raka’at. (Muntakhab).
Sedangkan kebiasaan Ali, jika tiba waktu sholat, tubuhnya akan menggetar dan
wajahnya memucat. Seseorang bertanya, “Mengapa keadaanmu seperti ini?” jawabnya,” Telah
tiba saatnya bagiku untuk menunaikan amanat yang diberikan Allah SWT kepadaku, yang
enggan diterima oleh langit, bumi dan gunung.”
Seseorang bertanya kepada Khalaf bin Ayyub., “Apakah lalat-lalat tidak mengganggumu
ketika sholat?” jawabnya, ” Lalu bagaimana dengan diriku, jika aku berdiri di hadapan Rabbku
lalu aku terganggu hanya kerana lalat?”
Ketika akan sholat, Muslim bin Yasar berkata kepada keluarganya, “Teruskanlah
pembicaraan kalian, aku tidak akan tahu apa yang kalian bicarakan. ” Suatu ketika, ia sholat di
Masjid Jami’ Bashrah. Tiba-tiba, sebahagian tembok masjid runtuh. Keadaan jadi kecoh dan
ramai yang berkumpul di sana, tetapi beliau tidak mengetahui apapun yang terjadi.
Hatim Asham ditanya tentang bagaimana ia sholat. Ia menjawab, “jika waktu sholat tiba,
setelah berwudhu’ aku berjalan te tempat sholat. Lalu Aku duduk sejenak hingga seluruh
tubuhku tenang. Kemudian aku berdiri memulakan sholat. Saat itu kubayangkan Ka’bah berada
di depanku, dan kakiku seolah-olah berada di atas Shiratalmustaqim, syurga di sebelah
kananku, dan neraka di sebelah kiriku, dan terbayang malaikat pencabut nyawa berada di
belakangku. Aku merasa inilah sholatku yang terakhir. Kemudian aku berusaha mengerjakan
sholat dengan khusyu’ dan khudhu’. dan aku berada di antara dua perasaan, yaitu takut dan
harap, apakah sholatku ini diterima atau tidak.”
Begitulah beberapa kisah para sahabat mengenai kualitas sholat mereka yang luar biasa.
Mungkin, bagi kita manusia yang biasa ummat akhir zaman, mengerjakan sholat dengan penuh
kekhusyuan dan kenikmatan yang demikian itu cukup sulit. Tapi setidaknya kita bisa mengambil
tips untuk memperbaiki sholat kita dari sahabat Hatim Asham tadi.
Jadi sahabat reflection, mari kita renungkan ibadah kita kepada Allah, terutama sholat
kita. Semoga Allah menautkan hati kita agar kualitas sholat kita dapat terus meningkat.
Aamiin…

Wallahu’alam bis shawab


Dikutip dari berbagai sumber

*KEUTAMAAN DAN HIKMAH SHOLAT

1. Dapat menghapus atau menyebabkan terampuninya dosa (HR. Bukhori dan Muslim)
2. Allah akan meninggikan derajat (HR Muslim)
3. Merupakan sebaik-baik aturan yang disyariatkan (HR Thabrani)
4. Merupakan sebaik-baik amal perbuata (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)
5. Dapat menyembuhkan jiwa dan raga (HR Ahmad)
6. Membuat perjanjian disisi Allah dengan jaminan dapat masuk surga (HR Malik, Abu Daud, dan
Nasa’i)
7. Mendatangkan pengampunan, rahmat serta keridhoan Allah (HR Tirmidzi)
8. Allah Ta’ala membanggakan orang yang sholat dihadapan para malaikat (HR Bukhori dan
Muslim)
9. tali penghubung antara hamba dan Allah (HR Thabrani)
10. Amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah (HR Muslim)
11. Tempat berbisik pada Allah (HR Bukhori)
12. Sarana untuk menghadapkan diri kepada Allah (HR Bukhori)
13. Dzikir hamba kepada Allah (HR Muslim)
14. Malaikat senantiasa meng-amiin-I serta memohonkan pengampunan dan keselamatan selama
ditempat sholat (HR Bukhori dan Muslim)
15. Dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut 45)
16. Mendidik hamba dalam menjauhi perbuatan tercela (HR Ahmad)
17. Menjadi cahaya bagi seorang mukmin, baik di dunia maupun di akhirat (HR Ahmad, Bukhori, dan
Muslim)
18. Menjadi penolong serta pelindung di alam kubur (HR Abu Ya’laa, Baihaqi)

Anda mungkin juga menyukai