Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERAWATAN PRE DAN POST OPERASI PADA PASIEN


KOLOSTOMI DAN ILEOSTOMI

Disusun Oleh: Kelompok 6

1. Afriandi P2116212
2. Syarifatun Nisaa Jamal P2116218
3. Zairul Ashari P2116219

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

STIKES GRAHA EDUKASI

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan anugerah-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Perawatan Pre dan Post Operasi pada
Pasien Kolostomi dan Ileostomi” tepat pada waktu yang telah ditentukan, sebagai tugas
perkelompok untuk mata ajar Keperawatan Anak II ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik dalam hal materi maupun moril sehingga pada kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. selaku fasilitator
2. Teman-teman Angkatan 2021 kelas non reguler yang telah memberikan bantuan dalam
penyusunan asuhan keperawatan ini.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari sempurna, karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan asuhan
keperawatan ini menjadi lebih baik lagi.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi kelompok kami dan mahasiswa/i Stikes
Graha Edukasi Makassar.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2
2.1 Kolostomi....................................................................................................................2
2.1.1 Definisi Kolostomi...............................................................................................2
2.1.2 Tujuan Perawatan Kolostomi...............................................................................2
2.1.3 Jenis-Jenis Kolostomi...........................................................................................3
2.1.4 Macam-Macam Kolostomi Bag...........................................................................6
2.1.5 Indikasi Kolostomi...............................................................................................7
2.1.6 Komplikasi...........................................................................................................7
2.2 Ileostomi.....................................................................................................................8
2.2.1 Definisi Ileostomi.................................................................................................8
2.2.2 Tujuan Perawatan Ileostomi.................................................................................8
2.2.3 Jenis-Jenis Ileostomi............................................................................................9
2.2.4 Indikasi Ileostomi...............................................................................................10
2.2.5 Komplikasi Ileostomi.........................................................................................10
2.2.6 Macam-Macam Ileostomi Bag...........................................................................10
2.3 Perawatan Pre Operasi Pasien Kolostomi dan Ileostomi....................................11
2.3.1 Perawatan Pre Operasi Pasien Kolostomi..........................................................11
2.3.2 Perawatan Pre Operasi Pasien Ileostomi............................................................11
2.4 Perawatan Post Operasi Pasien Kolostomi dan Ileostomi...................................12
2.4.1 Perawatan Post Operasi Pasien Kolostomi........................................................12
2.4.2 Perawatan Post Operasi Pasien Ileostomi..........................................................13
BAB III PENUTUP................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kolostomi dan ileostomi adalah suatu prosedur pembedahan pengalihan feses dari usus
besar dengan menarik bagian usus melalui sayatan perut lalu menjahitnya di kulit yang sering
disebut stoma.
Pembedahan atau operasi merupakan tindakan invasif dengan membuka bagian tubuh
untuk perbaikan. Pembedahan biasanya diberikan anestesi untuk pengelolaan nyeri, tanda
vital, juga dalam pengelolaan perioperatif untuk mendukung keberhasilan pembedahan
(Sjamsuhidajat & Wim De Jong dalam Sari, 2019). Tindakan operasi adalah sebuah tindakan
yang bagi sebagian besar klien adalah sesuatu yang menakutkan dan mengancam jiwa klien.
Hal ini dimungkinkan karena belum adanya pengalaman dan dikarenakan juga adanya
tindakan anestesi yang membuat klien tidak sadar dan membuat klien merasa terancam takut
apabila tidak bisa bangun lagi dari efek anestesi. Tindakan operasi membutuhkan persiapan
yang matang dan benar-benar teliti karena hal ini menyangkut berbagai organ, terutama
jantung, paru, pernafasan. Untuk itu diperlukan perawatan yang komprehensif dan
menyeluruh guna mempersiapkan tindakan operasi sampai dengan benar-benar aman dan
tidak merugikan klien maupun petugas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kolostomi?
2. Apa yang dimaksud dengan ileostomi?
3. Bagaimana perawatan pre operasi pada pasien kolostomi dan ileostomi?
4. Bagaimana perawatan post operasi pada pasien kolostomi dan ileostomi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan kolostomi.
2. Mengetahui yang dimaksud dengan ileostomi.
3. Mengetahui perawatan pre operasi pada pasien kolostomi dan ileostomi.
4. Mengetahui perawatan post operasi pada pasien kolostomi dan ileostomi.

1
BAB II
2 PEMBAHASAN

2.1 Kolostomi
2.1.1 Definisi Kolostomi
Kolostomi adalah tindakan pembuatan lubang yang dibuat melalui dinding
abdomen, yang berfungsi sebagai tempat pengeluaran feses. Tindakan ini dapat bersifat
sementara atau permanen. Kolostomi dibuat jika usus mengalami obstruksi akibat tumor
(Saputra dkk, 2020).
Prosedur kolostomi biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat buang air
besar dengan normal akibat adanya masalah di usus besar, anus, atau rektum. Prosedur
kolostomi dilakukan dengan cara membuat bukaan atau lubang (stoma) pada dinding
perut untuk disambungkan ke bagian usus besar yang masih berfungsi. Kolostomi ada
yang bersifat sementara, namun ada juga yang permanen. Bagian usus besar tersebut
akan dijahit agar menempel pada lubang di dinding perut, sehingga kotoran atau tinja
nantinya tidak akan keluar melalui anus, melainkan melalui lubang atau stoma di perut
yang sudah dibuat. Pada bagian luar lubang perut tersebut, dokter akan memasang
sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung tinja pasien. Kantong ini disebut
kantong kolostomi dan harus diganti secara rutin setelah kotoran penuh.
Tindakan pembedahan stoma dapat mengakibatkan perubahan pada individu
tersebut baik secara fisiologis maupun secara psikologis. Oleh sebab itu, dibutuhkan
peran perawat dalam memberikan support berupa pendidikan (edukasi) dan perawatan
mengenai stoma dan adaptasi terhadap perubahan yang terjadi akibat operasi kolostomi
(Saputra dkk, 2020). Perawatan kolostomi adalah membersihkan stoma kolostomi, kulit
sekitar stoma, dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan
(Rahmawatie dalam Fatikhasari, dkk., 2020).

2.1.2 Tujuan Perawatan Kolostomi


1. Menjaga kebersihan pasien
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
4. Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
(Andrian dalam Fatikhasari, dkk., 2020)

2
2.1.3 Jenis-Jenis Kolostomi
A. Kolostomi Berdasarkan Lokasi
1. Kolostomi Asenden
Colostomy jenis ini terletak pada sebelah kanan abdomen dan cairan yang
dihasilkan sangat encer (Colostomy tipe ini jarang digunakan karena lebih
sering dilakukan ileostomi pada cairan usus yang encer).
2. Kolostomi transversum
Colostomy transversum dilakukan pada pasien-pasien dengan diverticulitis,
penyakit inflamasi usus, keganasan, obstruksi usus, kecelakaan atau
kelainan congenital (Colostomy jenis ini membolehkan feses keluar dari
kolon sebelum sampai ke kolon desendens (Kolostoma pada kolon
transversum mengeluarkan isi usus beberapa kali sehari karena isi kolon
transversum tidak padat, sehingga lebih mudah diatur.
Terdapat 2 tipe colostomy transversum, yaitu loop transverse colostomy
dan double-barrel transverse colostomy. Pada loop colostomy, terdapat 2
bukaan, yaitu ujung distal (non-fungsional) dan ujung proksimal
fungsional. Ujung distal memproduksi mucus sedangkan ujung proksimal
mengeluarkan feses. Pada double-barrel colostomy, kolon dibagi dua dan
masing-masing bagian kolon ini membentuk 2 stoma yang berbeda. Sama
seperti loop colostomy, stoma distal mensekresi mucus sedangkan stoma
proksimal mengeluarkan feses.
3. Kolostomi Descendens / Kolostomy Sigmoid
Kolostomy sigmoid lokasinya terletak pada bagian kiri bawah abdomen dan
merupakan jenis colostomy yang paling sering dilakukan. Feses yang
dikeluarkan pada colostomy jenis ini lebih padat dibanding dengan feses
pada colostomy transversum. Pengeluaran feses terjadi pada basis reguler
dan intervalnya bisa diprediksi. Pergerakan usus terjadi setelah sejumlah
feses terkumpul dalam usus yang terletak di atas tempat colostomy. Pada
kolostoma sigmoid biasanya pola defekasi sama dengan semula. Banyak
penderita mengadakan pembilasan sekali sehari sehingga mereka tidak
terganggu oleh pengeluaran feses dari stomanya.
(Andrian, 2020)
B. Kolostomi Berdasarkan Lama Penggunaan

3
Kantong stoma terdiri dari 2 bagian, yaitu wafer dan kantong plastik
penampung tinja. Wafer merupakan bagian penghalang yang melekat pada
kulit perut, untuk melindunginya dari kotoran. Ketika sudah penuh, kantong
plastik dapat dilepas atau diganti tanpa perlu mengganti wafer.
Wafer dapat diganti bila tinja mulai masuk di antara wafer dan kulit, atau setiap
3 hari sampai 1 minggu. Lama pemakaian wafer tergantung pada beberapa hal,
yaitu:
1. Seberapa cocoknya wafer tersebut dengan kulit
2. Kondisi kulit di sekitar stoma
3. Aktivitas fisik pasien
Selain kantong stoma yang terdiri dari 2 bagian, terdapat juga kantong stoma
yang wafer dan kantong penampungnya menjadi satu. Untuk kantong jenis ini,
wafer juga akan ikut diganti saat kantong penampungnya diganti. Berikut jenis
kolostomi, terdapat Kolostomi Permanen dan Kolostomi Sementara, yaitu:
1. Kolostomi Permanen
Prosedur kolostomi permanen dilakukan apabila kerusakan pada usus besar
sudah parah, sehingga sebagian usus tidak mampu bekerja secara normal.
Dengan kata lain, kolostomi permanen dilakukan jika kerusakan yang
terjadi pada usus besar sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
2. Kolostomi Sementara
Prosedur kolostomi sementara dilakukan untuk membantu pemulihan usus
besar yang bermasalah tetapi masih bisa diperbaiki. Tujuan dilakukan
kolostomi sementara supaya bagian usus yang terganggu tidak dilewati
feses hingga pulih dan berfungsi seperti biasa. Biasanya kolostomi
sementara dilakukan pada anak-anak dengan cacat lahir pada anus dan usus
besar. Kolostomi termasuk salah satu jenis operasi besar yang
membutuhkan obat bius selama operasi. Prosedur kolostomi juga
mempunya beberapa resiko seperti:
1. Perdarahan
2. Iritasi kulit
3. Timbulnya jaringan parut dekat pada lokasi kolostomi atau yang
menyumbat jaringan usus besar
4. Terjadi kerusakan organ dekat pada lokasi kolostomi
5. Bekas operasi terbuka kembali
4
6. Infeksi
7. Hernia
C. Kolostomi Berdasrkan Lubang
1. Kolostomi loop (gelung)
Jenis kolostomi ini dibuat sehingga baik segmen distal maupun proksimal
usus terdapat pada permukaan kulit. Gelung usus dikeluarkan melalui insisi
pada dinding abdomen yang ditempatkan diatas benang atau pita plastik
untuk mencegahnya kembali ke kavitas peritonealis. Gelung usus yang
dieksteriorisasi kemudian dibuka.
2. End colostomy (kolostomi ujung)
Memerlukan pemotongan kolon dengan pengeluaran ujung proximal
melalui insisi kecil ke dalam dinding abdomen dengan anastomosis ke kulit.
Ujung distal bisa secara sama dobawa melalui lubang terpisah dalam
dinding abdomen sebagai fistula mukosa, kombinasi yang disebut
doublebarrel.
3. Kolostomi double barrel
Pada kolostomi double barrel, dibuat dua stoma yang terpisah pada dinding
abdomen. Stoma bagian proksimal berhubungan dengan traktus
gastrointestinal yang lebih atas dan akan menjadi saluran pengeluaran feses.
Stoma bagian distal berhubungan dengan rectum. Kolostomi double barrel
termasuk jenis kolostomi sementara. Kolostomi double barrel mudah dan
aman digunakan pada neonatus dan bayi.
4. Kolostomi divided
Kolostomi ini sering dibuat pada sigmoid pada karsinoma rektum yang tak
dapat diangkat, sehingga karsinoma tersebut tidak teriritasi oleh tinja.
5. Kolostomi terminal
Tipe ini dilakukan bila diperlukan untuk membuang kolon karena terlalu
membahayakan bila dilakukan anastomosis yang memudahkan timbulnya
sepsis. Kontinuitas dapat diperbaiki kemudian hari bila sepsis telah dapat
diatasi dan kondisi penderita lebih baik.
6. Sekostomi dengan pipa (tube)
Sekostomi merupakan kolostomi sementara. Berguna untuk dekompresi gas
dalam usus. Sekostomi tidak cocok untuk diversi aliran feses. Saat ini

5
sekostomi jarang digunakan karena stoma sering tersumbat oleh feses dan
seringkali diperlukan irigasi untuk kembali melancarkan.
2.1.4 Macam-Macam Kolostomi Bag
A. Jenis kantong ostomi berdasarkan bentuk kantong
1. Drainable Pounches / Open-ended pouch
Jenis ini memungkinkan anda untuk membuka bagian bawah dari kantong
untuk mengalirkan output. tipe ini biasanya di tutup dengan menggunakan
klem. Tipe ini biasanya di gunakan untuk pasien dengan kolostomi
ascenden dan kolostomi transfersum.
2. Close Pounches/ Close-ended pouch
Jenis kantong ini, ketika kantong telah terisi kemudia diambil dan dibuang,
kemudian di pasang lagi dengan yang baru. Kantong ini biasanya
digunakan oleh pasien dengan kolostomi desenden dan sigmoid. Output
dari jenis kantong kolostomi ini tidak perlu untuk dialirkan.
3. Valve/tap closure Pounches
Digunakan untuk menampung urin output dari stoma urinary. Dapat
digunakan sampai beberapa hari. (Anggi dalam Fatikhasari, dkk., 2020)
B. Jenis Kantong berdasarkan Jumlah Bagian Kantong
1. One-piece
Kantong ini terdiri dari kantong kecil dan penghalang kulit. Penghalang
kulit mudah lengket (adesif) yang ditempatkan disekitar stoma dan
ditempelkan ke kulit sekitar stoma. Ketika kantong kecil akan diganti
dengan baru, kantong kecil baru harus di rekatkan kembali ke kulit.
2. Two-piece
Kantong ini terdiri dari dua bagian : Face plate yang bersifat adesif dan
kantong penampung faeces. Face plate tetap berada dalam tempatnya saat
kantong yang telah terisi faeces di ambil dan diganti dengan kantong baru
kemudian kantong baru dihubungkan ke face plate. Kantong baru tidak
perlu dilengketkan kembali kekulit setiap kali pergantian kantong,cukup di
hubungkan kembali dengan face plate, sehingga sistem ini sangat menolong
untuk pasien dengan kulit sensitive. (Allest dalam Fatikhasari, dkk., 2020)

6
2.1.5 Indikasi Kolostomi
Indikasi kolostomi prinsipnya dilakukan bila ada obstruksi pada usus besar,
sehingga tekanan di segmen distalnya meningkat. Kondisi ini memerlukan tindakan
dekompresi dan pengalihan feses ke dinding perut karena pengeluaran feses lewat anus
tidak memungkinkan. Kolostomi dapat dilakukan dalam kondisi gawat darurat dan
elektif, meskipun mayoritas dilakukan pada kondisi darurat.
Penyebabnya terjadinya obstruksi kolon di antaranya:
a. Gangren volvulus sigmoid
b. Kanker kolorektal
c. Trauma tembus maupun tumpul pada abdomen
d. Adhesi ileus sigmoid
e. Malformasi anorektal
f. Hirschsprung disease
g. Intususepsi
h. Anastomosis kolon yang leakage
(Allest dalam Fatikhasari, dkk., 2020)

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi tindakan medis kolostomi dapat terjadi akibat infeksi yang umumnya
diperberat oleh kondisi pasien yang imunokompromais. Selain itu, dapat juga disebabkan
karena teknik pembuatan stoma. Beberapa komplikasi kolostomi adalah:
1. Fistula mukokutan, yaitu fistula antara kolostomi dengan kulit peristomal. Kejadian
ini sering terjadi pada pasien dengan kondisi hipoalbuminemia, infeksi berat, atau
imunokompromise. Penanganannya adalah dengan perawatan luka dan mengisi
fistula dengan bubuk rawat luka, seperti hidrofiber atau kalsium alginate.
2. Nekrosis stoma, yaitu kematian jaringan pada stoma yang disebabkan hipoperfusi
dan biasanya muncul di awal. Penanganannya jika nekrosis muncul di permukaan
maka cukup dilakukan observasi, tetapi jika nekrosis muncul di bawah kulit maka
harus dilakukan tindakan debridement.
3. Retraksi stoma, yaitu adanya penarikan pada jaringan sekitar sehingga stoma tertarik
ke bawah kulit. Penanganannya adalah menyesuaikan sistem kantong stoma.
4. Stenosis stoma, yaitu penyempitan atau kontraksi lubang stoma sehingga
menghambat pengeluaran feses. Penanganannya adalah dengan memodifikasi diet
agar feses yang keluar lebih lembut dan mengandung cairan lebih banyak.

7
5. Prolaps stoma, yaitu stoma menjulur keluar di atas permukaan kulit. Penanganannya
adalah dengan menyesuaikan kantong stoma, menurunkan tekanan intraabdomen
dengan modifikasi faktor pencetus, dan menggunakan kompres dingin.
6. Hernia peristoma, yaitu adanya bulging yang disebabkan oleh usus pada daerah
sekitar stoma. Penanganannya adalah dengan menyesuaikan kantong stoma, ataupun
dengan menggunakan spandex agar hernia tidak keluar. (Allest dalam Fatikhasari,
dkk., 2020)
2.2 Ileostomi
2.2.1 Definisi Ileostomi
Ileostomi adalah suatu lubang pada dinding abdomen (perut) yang dibuat selama
operasi dimana digunakan sebagai tempat keluarnya limbah dari tubuh. Akhir ileum
(bagian terendah dari usus kecil) yang dibawa melalui dinding perut untuk membentuk
stoma, biasanya di sisi kanan bawah perut. Sebagai bagian dari operasi ini, usus besar
dan dubur sering dipotong (ini disebut kolektomia) sehingga usus normal dan fungsi
rektum tidak lagi seperti biasanya. Kadang-kadang, hanya bagian dari usus besar dan
rektum yang dipotong.Stoma akan terlihat merah muda sampai merah dan akan lembab
dan mengkilap Ini akan menyusut selama periode waktu yang singkat setelah operasi.
Bentuknya akan bulat atau oval. Beberapa stoma berbentuk tongkat keluar sedikit,
sementara yang lain rata dengan kulit.
Sebuah ileostomi diciptakan karena penyakit usus besar untuk sebagian besar atau
seluruh usus besar. Ileostomi dapat bersifat sementara atau permanen. Ileostomi adalah
sebuah pembukaan operasi yang dibuat di usus kecil, biasanya pada akhir ileum dan
keluar dari usus kecil ke permukaan kulit.
Perawatan ileostomi merupakan perawatan pada pembukaan ileum ke dinding
abdominal melalui operasi sehingga merupakan saluran untuk mengeluarkan isi
intestinal. Pasien dengan ileostomi memerlukan perawatan secara teratur khususnya pada
area yang terpasang ileostomi. Perawatan ileostomi lebih sulit daripada kolostomi karena
ekskreta yang keluar dari stoma ileostomi masih bersifat cair, alkali, dan masih
mengandung enzim penceranaan (Budipramana, 2020).

2.2.2 Tujuan Perawatan Ileostomi


Tujuan prosedur ini untuk mencegah kebocoran, mengkaji integritas kulit di sekitar
stoma, membimbing klien mengendalikan bau (Ramadhan dalam Fatikhasari, dkk.,

8
2020). Ileostomi dilakukan untuk membantu pembuangan sisa makanan dari tubuh pada
orang yang mengalami gangguan fungsi usus besar (Sari dalam Fatikhasari, dkk., 2020).

2.2.3 Jenis-Jenis Ileostomi


Pada ileostomi, semua bagaian dari kolon harus diangkat dan diistirahatkan.
Menurut Budipramana (2020), terdapat tiga pembagian utama pada ileostomi yang
dijelaskan sebagai berikut.
A. Ileostomi Standar (Brooke)
Ileostomi Brooke merupakan salah satu ileostomy yang paling sering dilakukan.
Koltis ulseratif, Chorn’s disease, poliposis, atau masalah-masalah yang terkait
kanker merupakan alasan dari pembuatan ileostomi brooke. Stoma ini biasanya
terletak pada bagian kanan bawah dari abdomen. Stoma ini memiliki output dengan
konsistensi cair atau menyerupai pasta dan masih mengandung enzim pencernaan
sehingga perlindungan untuk kulit seperi skin barrier pada kantong stoma sangat
diperlukan. Fases yang keluar dari stoma ini tidak dapat dikendalikan sehingga
pasien perlu untuk selalu memakai kantong stoma (Jategaonkar dalan Budipramana,
2020).
B. Kantong Abdomen (Continent Ileostomy)
Berbeda dengan ileostomi standar, pasien tidak harus selalu memakai kantong
stoma. Ileostomi ini dibuat dengan membuat loop dari ileum intra abdomen sehingga
terbentuk kantong atau reservoir yang diberi katup dari bagian ileum itu sendiri.
Katup tersebut ditutup menggunakan penutup stoma. Diperlukan drainase kantong
abdomen tersebut beberapa kali sehari dengan menggunakan kateter (Alia & Cataldo
dalam Budipramana, 2020).
C. Operasi kantung panggul (j-pouch)
Termasuk di sini karena ileostomi merupakan langkah proses, tetapi bila sudah
selesai, operasi ini sebenarnya tidak memerlukan perangkat eksternal atau kateter
untuk menangkap atau membuang limbah. Pada jenis pembedahan ini, reservoir 24
dibuat dari ileum terminal. Seringkali waduk ini dibuat dalam bentuk "j", tapi bisa
juga dibuat dalam bentuk "s" atau "w". Sebagian atau seluruh rektum dan anus
dipertahankan dalam jenis operasi ini. Operasi kantung panggul sering dilakukan
dalam 2 atau 3 langkah, dengan ileostomi Brooke sebagai langkah pertama.
Kemudian ileostomi dibalik, dan reservoir internal dipasang ke rektum atau anus,
dan feses dapat keluar dari tubuh tanpa menggunakan instrumen eksternal.

9
2.2.4 Indikasi Ileostomi
Ileostomi mungkin diperlukan pada orang yang mengalami kondisi di bawah ini:
a. Inflammatory bowel disease (IBD)
b. Kanker usus besar atau rektum
c. Kondisi bawaan lahir yang disebut polyposis familial
d. Cacat usus bawaan lahir
e. Cedera pada usus
f. Penyakit Hirschsprung

2.2.5 Komplikasi Ileostomi


Risiko yang mungkin ditimbulkan ileostomi antara lain:
a. Gangguan atau kerusakan organ sekitar usus
b. Perdarahan dalam perut
c. Gangguan penyerapan nutrisi makanan
d. Infeksi saluran kemih, perut, atau paru
e. Penyumbatan usus akibat terbentuknya jaringan parut
f. Bekas luka atau sayatan yang terbuka yang lama pulih

2.2.6 Macam-Macam Ileostomi Bag


A. Menurut jenis “Base Plate”/ “Faceplate” / Lapisan Dasar yang menempel
di kulit sekitar stoma
1. One piece system/sistem satu lempengan (lapisan)
Sistem ini lapisan dasarnya ada yang seperti perekat “double tape” saja, dan
ada pula yang memiliki “skin barrier”. Kantong jenis ini terpasang pada
stoma dengan plester yang tidak mengiritasi kulit, dapat mengganti kantong
dengan langsung mencabutnya dan menempelkan kantong ileostomi yang
baru.
2. Two pieces system / sistem dua lempengan (lapisan)
Sistem ini lapisan dasarnya sudah dibekali dengan “skin barrier”, dan
pasangannya atau tangkupannya sesuai dengan ukurannya masing-masing
(tidak boleh beda ukuran). kantong jenis ini akan dipasang menggunakan
lempengan di sekitar stoma, bisa melepas kantong dari lempengan dan
menggantinya dengan yang baru. Lempengan pada stoma yang digunakan
untuk menahan kantong kolostomi dapat diganti tiap dua sampai tiga hari.

10
B. Menurut bentuk “Base Plate” / “Faceplate” / “Wafer” Lapisan Dasar yang
menempel pada kulit sekitar stoma
1. Standard / Normal flange base plate / face plate
2. Convex flange base plate / face plate
C. Menurut bentuk kantong stomanya
1. Closed pouch / kantong yang tertutup pada bagian bawahnya
2. Drainable pouch / kantong yang terbuka pada bagian bawahnya (barus
ditutup menggunakan klip
D. Menurut warna kantong stomanya
1. Clear bag / Transparant bag / kantong transparan
2. Opaque bag / kantong warna gelap (sesuai dengan warna kulit)

2.3 Perawatan Pre Operasi Pasien Kolostomi dan Ileostomi


Pre operasi adalah tahap yang dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi
bedah dan diakhiri ketika klien dikirim ke meja operasi. Keperawatan pre operatif merupakan
tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Tahap ini merupakan awalan yang menjadi
kesuksesan tahap-tahap berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat
fatal pada tahap berikutnya (HIPKABI dalam Sari, 2019).
Keperawatan pre operasi merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Perawatan pre operasi merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai
sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan
ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan (Mirianti dalam Sari, 2019).

2.3.1 Perawatan Pre Operasi Pasien Kolostomi


1. Beri diet cairan yang jernih melalui oral untuk 48-72 jam
2. Irigasi kolon dengan salin normal
3. Jika kolostomi masih ada, irigasi melalui saluran distal dan rektum dengan
salin normal
4. Malam hari sebelum operasi,
1. Irigasi kolostomi dengan antibiotika untuk membersihkan usus dari bakteri;
antibiotika oral dapat dipesankan untuk 1 hari sebelum operasi
2. Pemberian cairan parenteal
3. Puasa

11
2.3.2 Perawatan Pre Operasi Pasien Ileostomi
1. Lakukan persiapan usus yang diresepkan
a. Antibiotik oral
b. Laksatif ringan
c. Irigasi kolon
d. Irigasi ileostomi
2. Persiapan usus akan tergantung pada:
a. Usia dan status nutrisi
b. Lamanya proses penyakit pada kolon
c. Adanya ileostomi
d. Letak stoma yang dipilih
3. Pasang selang nasogastric dan kateter uretra sesuai pesanan
4. Libatkan terapis enterostmal dalam penyuluhan praoperasi
5. Berikan tekanan keterangan dokter tentang prosedur dan perawatan
pascaoperasi

2.4 Perawatan Post Operasi Pasien Kolostomi dan Ileostomi


Post operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan dimulai saat pasien dipindahkan
ke ruang pemulihan dan berakhir sampai pemeriksaan selanjutnya (Agustin, Koeryaman, &
Amira, 2020).
Perawatan pasca operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk meningkatkan proses
penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan cara merawat luka serta memperbaiki
asupan makanan tinggi protein dan vitamin (Riyadi & Harmoko dalam Desmiari, 2019).

2.4.1 Perawatan Post Operasi Pasien Kolostomi


1. Puasa
2. Cairan parenteral (terdiri dari NPT)
3. Selang nasogastric disambungkan pada penghisapan intermiten dan rendah
4. Irigasi selang nasogastric tiap 2-4 jam
5. Penggantian cairan nasogastric yang keluar
6. Kateter Folly dapat dipertahankan untuk 1-2 hari pascaoperasi
7. Mungkin adad rein Penrose atau drainase rektal
8. Balutan abdominal
9. Perawatan pernapasan: drainase postural dan perkusi prn
10. Ukur tanda vital tiap 2-4 am; jangan mengukur suhu rektal

12
11. Antibiotic
12. Analgetic
13. Pemberian makanan oral dimulai jika peristaltic sudah kembali; meningkatkan
diet dari diet cair hingga diet yang sesuai dengan usia dan toleransi.

2.4.2 Perawatan Post Operasi Pasien Ileostomi


1. Mencuci tangan
2. Menjelaskan tujuan perawatan ileostomi. Menjelaskan waktu yang tepat untuk
melakukan tindakan
3. Mengatur posisi klien sehingga klien merasa rileks dan nyaman
4. Menutup pintu/memasang penyekat ruangan/tirai
5. Membuka area ileostomi; membuka ikat pinggang khusus ileostomi (bila ada)
6. Mengatur posisi lampu; mencucui tangan.
7. Membuka peralatan (kantong yang lama). Dengan berdiri pada posisi yang
memudahkan untuk melaksanakan prosedur.
8. Mengisi wadah dengan cairan sesuai program medis, mengisi penetes obat
dengan cairan; meneteskan beberapa tetes cairan di antara piringan dan kulit.
Tidak menarik peralatan secara paksa.
9. Membersihkan bekas plester/piringan dengan cairan khusus dan kasa.
10. Membersihkan kulit:
a. Mengangkat sisa kotoran dengan kertas toilet.
b. Membersihkan kulit dengan cermat memakai lap mandi, sabun dan air atau
menganjurkanklien untuk mandi sebelum memasang kantong baru.
c. Mengeringkan kulit dengan cermat setelah dibersihkan atau setelah mandi.
11. Memasang kantung bila tidak ada iritasi kulit:
a. Memasang pelindung kulit di sekitar stoma, sebelum memasang kantung.
b. Memasang pelindung kulit lainnya, bila perlu.
c. Melepas penutup perekat pada piringan atau kantung ileostomi habis pakai
dan langsung dipasang pada kulit sekitar stoma.
d. Menekan selama 30 detik.
12. Menutup kantung bagian bawah dengan menggunakan klip yang tersedia.
13. Merapikan peralatan dan mencuci tangan.
14. Mendokumentasikan prosedur dan respon klien pada catatan klien.

13
3 BAB III

4 PENUTUP

Makalah ini dibuat agar kami bisa melakukan tindakan asuhan keperawatan yang
benar, tepat, dan tentunya memahami materi maupun tindakan dalam merawat pre dan post
operasi pasien kolostomi dan ileostomi, selain itu kita sebagai mahasiswa kesehatan
khusunya keperawatan agar bisa menerapkan sesuai dengan SOP (Standart Operational
Prosedur).

14
5 DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R., Koeryaman, M. T., & Amira, I. (2020). Gambaran Tingkat Cemas, Mobilisasi,
dan Nyeri pada Ibu Post Operasi Sectio Sesarea di RSUD dr. Slamet Garut. Jurnal
Ilmu-Ilmu Keperawatan, 20(2).

Budipramana, Vicky Sumarki. 2020. Perawatan Stoma untuk Meminimalkan Komplikasi.


Airlangga Unversity Press: Surabaya.

Desmiari, Ni Kadek Sri. 2019. Gambaran Asuhan Keperawatan Prosedur Perawatan


Luka Pada Ibu Post Sectio Caesarea Untuk Mencegah Risiko Infeksi Di Ruang
Dara RSUD Wangaya Tahun 2019. Diploma Thesis. Politeknik Kesehatan
Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan.

Fatikhasari, dkk. 2020. Perawatan Kolostomi dan Ileostomi, Kumbah Lambung (Gastric
Lavage). Skripsi. Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.

Saputra, dkk. 2020. Edukasi Seksual Dengan Media Visual terhadap Peningkatan
Pemahaman Cara Pemenuhan Kebutuhan Seksual pada Ostomate. Indonesian Journal
of Nursing Science and Practice, Vol. 3 No. 1: 1-6.

Sari, Ida Harum. 2019. Hubungan Tindakan Persiapan Perawatan Pre Operasi Dengan
Tingkat Kecemasan Pasien di Ruang Rawat Inap Bedah RST dr. Soedjono Magelang.
Skripsi. Unversitas Muhammadiyah Magelang.

15

Anda mungkin juga menyukai