Disusun Oleh:
Aisya Rahmadhanty
2121312008
Referensi
Timby, B. K., & Smith, N. E. (2010). Introductory Medical Surgical Nursing
(10th ed.). 2010: Lippincott Williams & Wilkins.
Syaifuddin, H.2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk
Keperawatan dan Kebidanan. Ed4. EGC: Jakarta
Suharto I. P & Nurseskasatmata S.E . 2020. Fisiologi Sistem Endokrin. Unik
Press: Kota Kediri.
ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI SISTEM IMUN
1. Pengertian Sistem Imun
Sistem imun (kekebalan tubuh) adalah system pertahanan pada tubuh
manusia yang berfungsi untuk menjaga manusia dari benda-benda asing bagi
tubuh manusia. Pada sistem imun ada istilah yang disebut dengan imunitas.
Imunitas adalah ketahanan tubuh atau resistensi tubuh terhadap suatu
penyakit. Jadi, system imun pada tubuh manusia mempunyai imunitas
terhadap berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh
(Huldani,2018).
Menurut Fox dalam Hidayat & Syahputa (2020) sistem imun adalah semua
proses dan struktur yang menyediakan pertahanan tubuh seseorang untuk
melawan suatu penyakit.
2. Fungsi Sistem Imun
Sistem imun mempunyai tiga fungsi utama yaitu, (Huldani, 2018):
a. Pertahanan
Sistem dalam tubuh bekerja mempertahankan tubuh dari serangan
pathogen yang masuk ke dalam tubuh.
b. Homeostasis (keseimbangan)
Suatu proses perubahan yang terus menerus atau suatu keadaan tubuh
untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang
dialaminya yang bersifat dinamis dan berlangsung secara terus menerus
dan terjadi pada setiap organisme.
Sebagai contoh dalam proses pembersihan eritrosit dan leukosit yang telah
habis masa hidupnya.
c. Perondaan (pengawasan)
Fungsi perondaan (surveillance) dari sistem imun bertugas untuk selalu
waspada dan mengenal adanya perubahabperubahan dan selanjutnya
secara cepat membuang konfigurasi yang baru timbul pada permukaan sel
yang abnormal.
3. Anatomi Sistem Imun
a. Sumsum Tulang
Semua sel sistem kekebalan tubuh berasal dari sel-sel induk dalam
sumsum tulang. Sumsum tulang adalah tempat asal sel darah merah, sel
darah putih, (termasuk limfosit dan makrofag) dan platelet. Sel-sel dari
sistem kekebalan tubuh juga terdapat di tempat lain.
b. Thymus
Glandula thymus memproduksi dan mematurasi/mematangkan T limfosit
yang kemudian bergerak ke jaringan limfatik yang lain,dimana T limfosit
dapat berespon terhadap benda asing. Thymus mensekresi 2 hormon
thymopoetin dan thymosin yang menstimulasi perkembangan dan aktivitas
T limfosit.
1) Limfosit T sitotoksik : Sel T sitotoksik memonitor sel di dalam tubuh
dan menjadi aktif bila menjumpai sel dengan antigen permukaan yang
abnormal. Bila telah aktif sel T sitotoksik menghancurkan sel
abnormal.
2) Limfosit T helper : Limfosit yang dapat meningkatkan respon sistem
imun normal. Ketika distimulasi oleh antigen presenting sel sepeti
makrofag, T helper melepas faktor yang yang menstimulasi proliferasi
sel B limfosit.
3) Limfosit B : Tipe sel darah putih ,atau leukosit penting untuk imunitas
yang diperantarai antibodi/humoral. Ketika di stimulasi oleh antigen
spesifik limfosit B akan berubah menjadi sel memori dan sel plasma
yang memproduksi antibodi.
4) Sel plasma : Plasma sel berbeda dari limfosit lain ,memiliki retikulum
endoplamik kasar dalam jumlah yang banyak ,aktif memproduksi
antibodi.
c. Getah Bening
Kelenjar getah bening berbentuk kacang kecil terbaring di sepanjang
perjalanan limfatik. Terkumpul dalam situs tertentu seperti leher, axillae,
selangkangan, dan daerah paraaorta.
d. Nodus limfatikus
Nodus limfatikus (limfonodi) terletak sepanjang sistem limfatik. Nodus
limfatikus mengandung limfosit dalam jumlah banyak dan makrofag yang
berperan melawan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Limfe
bergerak melalui sinus,sel fagosit menghilangkan benda asing.
e. Tonsil
Tonsil adalah sekumpulan besar limfonodi terletak pada rongga mulut dan
nasofaring. Tiga kelompok tonsil adalah tonsil palatine, tonsil lingual dan
tonsil pharyngeal.
f. Limpa
Mendeteksi dan merespon terhadap benda asing dalam darah ,merusak
eritrosit tua dan sebagai penyimpan darah. Parenkim limpa terdiri dari 2
tipe jaringan: pulpa merah dan pulpa putih, yaitu pulpa merah terdiri dari
sinus dan di dalamnya terisi eritrosit, dan pulpa putih terdiri limfosit dan
makrofag Benda asing di dalam darah yang melalui pulpa putih dapat
menstimulasi limfosit.
4. Fisiologi Sistem Imun
Sistem imun dirancang untuk melindungi inang (host) dari patogen-
patogen penginvasi dan untuk menghilangkan penyakit. Sistem imun
berdasarkan responnya terhadap suatu jenis penyakit diklasifikasikan sebagai
istem imun bawaan (innate immunity system) atau respon/sistem nonspesifik
dan sistem imun adaptif (adaptive immunity system) atau respon /sistem
spesifik bergantung pada derajat aktivitas mekanisme pertahanan
(Huldani,2018).
a. Sistem imun non-spesifik/innate/non-adaptif
Sistem imun non-spesifik adalah sistem imun yang melawan penyakit
dengan cara yang sama kepada semua jenis penyakit. Sistem kekebalan ini
dimiliki oleh seseorang sejak lahir. Sistem imun ini tidak membeda-
bedakan responnya kepada setiap jenis penyakit, oleh karena itu desebut
non-spesifik. Mekanisme kekebalan ini efektif terhadap mikroorganisme
tanpa terjadinya pengalaman kontak sebelumnya dengan organisme
tersebut. Sistem imun ini bekerja dengan cepat dan selalu siap jika tubuh
diserang penyakit. Kekebalan non spesifik ada yang bersifat eksternal dan
internal.
a) Kekebalan eksternal, disebut sebagai perlindungan permukaan karena
melindungi bagian luar tubuh. Kekebalan eksternal terdiri dari jaringan
epitelium yang melindungi tubuh (kulit dan jaringan mukus) beserla
sekresi yang dihasilkannya. Selain sebagai penghalang masuknya
penyakit, epitelium menghasilkan zat-zat pelindung, seperti hasil
sekresi kulit bersifat asam sehingga beracun bagi bakeri. Air ludah
(saliva) dan air mata juga dapat membunuh bakteri. Mukus menjebak
mikroorganisme sehingga tidak dapat masuk ke dalam saluran
pencernaan dan pernapasan.
b) Kekebalan internal, bersifat pelindung seluler dan kimiawi. Kekebalan
internal akan melawan bakteri, virus, atau zat-zat asing yang mampu
melewati kekebalan eksternal. Kekebalan internal berupa rangsangan
kimia dan melibatkan sel-sel fagositik, sel natural killer, protein
antimikroba yang melawan zat asing yang telah masuk ke dalam
tubuh, serta peradangan (inflamasi) dan demam.
Sel-sel fagositik yang berperan dalam kekebalan internal antara lain
netrofil, makrofag, dan eosinophil. Netrofil bersifat fagositik (memakan)
jika bertemu dengan materi penginfeksi di dalam jaringan. Makrofag akan
berkaitan dengan polisakarida dipermukaan tubuh mikroba memakan
mikroba tersebut. Eosinophil bertugas untuk menyaring parasite yang
berukuran besar, misalnya cacing.
Sel natural killer menyerang sel parasite dengan cara mengeluarkan
senyawa penghancur yang disebut perforin. Sel natural killer dapat
melisiskan dan membunuh sel kanker serta virus sebelum sistem
kekebalan adaptif diaktifkan. Protein antimikroba meningkatkan
pertahanan tubuh dengan cara menyerang mikroorganisme secara langsung
atau dengan cara menghambat reproduksi mikroorganisme. Salah satu
protein antimikroba yang penting untuk melindungi sel dari serangan virus
adalah interferon. Kekebalan internal lainnya adalah respon peradangan
(inflamasi) dan demam (Huldani,2018).
Terdapat 4 pertahanan sistem imun non-spesifik/innate/non-adaptif
berupa pertahanan fisik, mekanis kimiawi dan biologis.
a) Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh yang
menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Pertahanan
ini dilakukan oleh kulit dan membran mukosa. Lapisan terluar kulit
terdiri atas sel – sel epitel yang tersusun rapat sehingga patogen
sulit untuk menembusnya. Lapisan terluar kulit mengandung
kreatin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan
mikrobia. Saluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran
kelamin juga dilapisi oleh membran mukosa yang berfungsi
menghalangi masuknya patogen. (Rohana Kusumawati, 2012)
b) Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia
pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang
dihirup dari partikel – partikel berbahaya maupun mikrobia. Silia
pada trakea berfungsi untuk menyapu partikel – partikel berbahaya
yang terperangkap dalam lendir agar dapat dikeluarkan dari dalam
tubuh. (Rohana Kusumawati, 2012).
c) Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan
kulit dan membran mukosa. Sekret mengandung zat – zat kimia
yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia, contoh minyak
dan keringat. Kedua sekret tersebut memberikan suasanana asam
sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Adapun
air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung
enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri. Enzim lisozim
menghidrolisis dinding sel sehingga selnya pecah dan mati.
(Rohana Kusumawati, 2012).
d) Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologis dilakukan oleh populasi bakteri yang
hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri – bakteri tersebut
melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri
patogen untuk mendapatkan nutrisi. (Rohana Kusumawati, 2012)
b. Sistem Imun Spesifik/Adaptif
Jika bakteri, virus, maupun zat asing berhasil melewati sistem pertahanan
bawaan (nonspesifik). Sistem ini disebut juga sistem imun. (Rohana
Kusumawati, 2012).
Kekebalan adaptif bersifat spesifik artinya mekanisme pertahanannya
bergantung pada pembentukan respon imun terhadap mikroorganisme
tertentu yang memberi rangsangan. Sistem imun spesifik adalah sistem
imun yang membutuhkan pajanan. Jika sistem imun ini sudah terpajan
oleh suatu mikroba atau penyakit, maka perlindungan yang diberikan
dapat bertahan lama.
Berdasarkan sel yang terlibat dalam mekanismenya, kekebalan adaptif
dibagi menjadi 2, yaitu: kekebalan humoral dan kekebalan seluler.
a) Kekebalan humoral
Dalam kekebalan humoral yang terlibat adalah sel B dan antibodi
yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika suatu antigen
masuk ke dalam tubuh untuk pertama kalinya, sel B pembela akan
membentuk sel B plasma dan sel b pengingat. Sel B plasma akan
menghasilkan antibodi yang berfungsi mengikat antigen. Sehingga
makrofag akan lebih mudah menangkap dan menghancurkan
patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B plasma akan mati,
sedangkan sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama.
Respons tersebut dinamakan respons kekebalan primer. (Rohana
Kusumawati, 2012) Apabila antigen yang sama masuk kembali ke
dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi
pembentukan sel B plasma. Sel B plasma berfungsi memproduksi
antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respon ini lebih cepat dan konsentrasi antibody yang dihasilkan
lebih besar dibandingkan dengan respons kekebalan primer. Hal ini
disebabkan adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem
imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
(Rohana Kusumawati, 2012)
b) Kekebalan Seluler
Kekebalan ini melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel – sel
asing atau jaringan tubuh yang terinfeksi secara langsung. Ketika
sel T pembunuh kontak dengan antigen pada permukaan sel asing,
sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkannya dengan
cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi telah berhasil
ditangani, sel T supresor akan menghentikan respons kekebalan
dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi
produksi antibodi. (Rohana Kusumawati, 2012).
Berdasarkan cara memperolehnya, kekebalan tubuh terdiri atas dua
kelombok, yaitu kekebalan aktif dan kekebalan pasif.
a) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah kekabalan yang dihasilkan oleh tubuh itu
sendiri. Kekebalan ini bisa diperoleh secara alami dan secara
buatan. Kekebalan akti alami diperoleh setelah seseorang
mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah
sembuh dari sakit, orang tersebut akan menjadikebal terhadap
penyakit tersebut. Contoh, orang yang pernah sakit campak tidak
akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya. Kekebalan
aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi. Vaksinasi adalah proses
pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan
antigen yang diberikan secara oral (melalui mulut) atau melalui
suntikan untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh terhadap
patogen. (Rohana Kusumawati, 2012)
b) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh setelah
menerima antibodi dari luar. Kekebalan ini diperoleh secara alami
dan buatan. Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi
setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih
berada di dalam kandungan. Jenis kekebalan ini juga dapat
diperoleh lewat pemberian air susu pertama (kolostrum) yang
mengandung banyak antibodi. Kekebalan pasif buatan dapat
diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari
satu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan pasif
buatan berlangsung singkat, tetapi berguna untuk penyembuhan
secara cepat. Contoh, pemberian serum antibisa ular kepada orang
yang dipatuk ular berbisa. (Rohana Kusumawati, 2012).
5. Patologi Sistem Imun
a. Alergi atau hipersensitivitas adalah suatu respon imun yang berlebihan
terhadap suatu senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa yang dapat
menimbulkan alergi disebut alergen. Alergen berupa debu, serbuk sari,
gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu misal udang
b. Autoimunitas adalah gangguan pada sistem kekabalan tubuh saat antibodi
yang diproduksi justru menyerang sel – sel tubuh sendiri karena tidak
mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas
disebabkan karena gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus
c. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan
berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan
tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human
Immunodeficiency Virus) (Rohana Kusumawati, 2012).
Referensi
Smeltzer, Suzzane C. Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
Handayani, Wiwik. Andi Sulistyo Haribowo. 2008. Buku ajar Asuhan
Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem hemtologi. Jakarta :
Salemba Mendika.
ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI SISTEM PENCERNAAN
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Fisiologi sistem
pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah
sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam
aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
1. Epidermis
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis
berbeda-beda pada setiap bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 mm
misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,1 mm terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-
sel epidermis disebut keratinosit, epidermis melekat erat pada dermis
karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan
cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis (Andriyani, Triana & Juliarti, 2015).
Epidermis tersusun dari beberapa lapisan seperti keratinocytes,
melanocytes, sel langerhans, lymphocytes dan sel merkel (Standring, et al.
2016).
2. Dermis
Dibawah epidermis terdapat lapisan dermis dimana merupakan jaringan
iregular yang menghubungkan serat-serat kolagen dan terdiri dari lapisan
elastis yang terbentuk dari glycosaminoglycans, glicoprotein dan cairan.
Dermis juga mengandung saraf, pembuluh darah, jaringan lymphatics dan
epidermal. Manfaat dari dermis yakni mempertahankan keelastisan kulit
dengan mengatur jaringan kolagen dan lapisan elastisnya. Dermis tersusun
dari 2 lapisan yakni lapisan papilari (membuat mekanisme anchorage,
mendukung metabolisme dan mempertahankan kerusakan pada epidermis,
juga menjaga sistem saraf dan pembuluh darah), dan lapisan retikular
(menentukan bentuk dari kulit) (Standring, et al. 2016).
3. Hipodermi/subkutis
Lapisan terakhir yakni hipodermis yang merupakan lapisan penghubung
beberapa jaringan yang tebal yang berhubungan dengan lapisan terakhir
dari dermis. Jaringan adiposa yang biasannya terletak antara dermis dan
otot-otot pada tubuh (Standring, et al. 2016).
B. Fisiologi kulit
Kulit memiliki banyak fungsi yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi,
ekresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan
vitamin D.
1. Fungsi proteksi
Kulit melakukan proteksi terhadap tubuh dengan berbagai cara yaitu:
a) Kreatin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, zat
kimia. Kreatin merupakan struktur yang keras, kaku dan tersusun rapi
dan erat seperti batu bata di permukaan kulit.
b) Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit
dan dehidrasi ; selain itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan
luar tubuh melalui kulit.
c) Sebum berasal dari kelenjar sabasea mencegah kulit dan rambut dari
kekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi
membunuh bakteri dipermukaan kulit. Adanya sebum ini bersamaan
dengan ekresi keringat akan menghasilkan mantel asam dengan kadar
pH 5-6.5 yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba.
d) Pigmen melanin melindungi dari efek sinar ultraviolet yang berbahaya.
Pada stratum basal, sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke
sel-sle sekitarnya. Pigmen ini bertugas melindungi materi genetik dari
sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan dengan baik.
e) Sel langerhans, berperan sebagai sel imun yang protektif yang
mempresentasikan antigen terhadap kiroba dan sel fagosit bertugas
memfagositosis mikroba yang masuk melewati kreratin dan sel
langerhans.
2. Fungsi absorbsi
Kulit tidak bisa menyerap air, namun dapat menyerap material larut
didalam lemak seperti vitamin A,D,E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen
dna karbondioksida. Permeabilitas kulit terhadap oksigen , karbondioksida
dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Selain itu beberpaa material toksik dapat diserap seperti aseton,
CCl4 dan merkuri. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak seperti
kortison, sehingga mampu berpenetrasi ke kulit dan melepaskan
antihistamin di tempat peradangan. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme
dan jenis vehikulum.
3. Fungsi ekresi
Kulit juga berfungsi dalam ekresi dengan perantaraan dua kelenjar
eksokrinnya, yaitu kelenjar sabasea dan kelenjar keringat.
a) Kelenjar sabasea; merupakan kelenjar yang melekat pada folikerl
rambut dan melepaskan lipid yang dikenal sebagai sebum menuju
lumen. Sebum dikeluarkan ketika muskulus arektor pilu berkontraksi
menekan kelenjar sabasea sehingga sebum dikeluarkan ke folikel
rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuarn
trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi
menghambat pertumbuhan bakteri, melumasi dan memproteksi keratin.
b) Kelenjar keringat; terdapat 2 jenis kelenjar keringat yaitu: 1) kelenjar
keringat apokrin, yang terdapat didaerah aksila, payudara dan pubis,
serta aktif pad ausia pubertas dan menghasilkan sekret yang kental dan
bau yang khas. Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari
sistem saraf dan hormon sehingga sel-sel mioepitel yang ada
disekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat
apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke
folikel rambut lalu ke permukaan luar, dan 2) kelenjar keringat
merokrin (ekrin) terdapat didaerah telapak tangan dan kaki. Sekretnya
mengandung air, elektrolit, nutrein organik dan sampah metabolisme.
Kadar pH-nya berkisar 4.0-6.8. Fungsinya adalah mengatur temperatur
permukaan, mengekresikan air dan elektrolit serta melindungi dari
agen sing dengan cara mempersulit perletakan agen asing dan
menghasilkan dermicidin, sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotik.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Untuk merespon terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan
Ruffini di dermis dan subkutis, sedangkan terhadap deingin diperankan
oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil Meissner
terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan
Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Selanjutnya terhadap tekanan
dipernakan oleh badan Paccini di epidermis.
5. Fungsi termoregulasi
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
melalui 2 cara yaitu : penegluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah
di pembuluh kapiler. Pada saat suhu tubuh tinggi, tubuh akan
mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta memperlebar pembuluh
darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.
Sebaliknya pada saat suhu tubuh rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih
sedikit keringat dan mempersempit pembuluh darah (vasokontriksi)
sehingga mengurangi pengeluaran panas oleh tubuh.
6. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7-dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinat UV. Enzim di hati dan ginjal lalu
memodifikasi prekursor dan menghasilkan calcitrol, bentuk vitamin D
yang aktif. Calcitrol adalah hormon yang berperan dalam mengabsorpsi
kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam pembuluh darah.
Patologi Sistem Integumen
1. Penyakit kulit kongenital
a) Xeroderma Pigmentosa
Autosomal resesif, hipersnsitivitas terhadap sinar matahari. Tanda gejala:
eritema, bersisik dengan bercak pigmentasi, atropi dan akhirnya karsinoma
b) Hidroa vaksinoforme dan hidroa estival
Tanda gejala didapat erupsi apuplo vesikuler, warna kulit merah
kecokelatan, radang dermis dengan trombosis vaskuler dan nekrosis
dermis disertai jaringan parut
c) Iktiosis
Kulit bersisik, kering dan kasar terutama pada permukaan ektensor
2. Peradangan pada kulit (dermatitis dan eksema)
a) Lesi eksementosa : eksema akut / dermatitis kontak dengan tanda gejala:
makula, papel, vesikel
b) Eksema sub akut: berupa eksema numularis pertengahan antara akut dan
kronis tanda khasadalah vesikel pin-point, pada mikroskopik terlihat
spongiosis, bercak parakeratosis
c) Eksema kronik/ dermatitis atopik: penebalan kulit pembentukan krusta&
fisura. Pada tampilan kirsoksopik tampak hiperkeratosis, parakeratosis,
akantosis
3. Penykit pada jaringan ikat
a) Granuloma annulare: nodul padat, memerah biasa lokasi di tangan dan
kaki
b) Skleroderma: pada karoskopik tampak kulit menjadi tipis, pucat melekat
erat ke jaringan di bawahnya mengurangi mobilitas, lokasi di lengan,
wajah,
c) Lupus eritematosus diskoid kronik: kelainan kulit berupa ruam seperti
kupu-kupu infiltrat eritematosa& bersisik.
Referensi
Majid, A & Prayogi, A, S. 2013. Perawatan Pasien Luka Bakar. Gosyen:
Yogyakarta
Standring, S., Anand, N., Birch, R., Collins, P., Crossman, A.R., Gleeson, M., et
al. (2016). The Anatomical Basis of Clinical Practice, ed. 41th. UK: Elsevier
ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI SISTEM
MUSKULOSKELETAL
Sistem Muskuloskeletal merupakan sistem otot rangka. Muskulo atau
muskular adalah jaringan otot- otot tubuh. Ilmu yang mempelajari otot – otot
tubuh disebut Myologi. Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka. Ilmu yang
mempelajari tulang kerangka tubuh disebut Osteologi. Muskuloskeletal terdiri
dari kata Muskulo yaitu otot dan Skeletal yaitu tulang kerangka. Muskuloskeletal
terdiri atas: muskuler/otot; otot, tendon, dan ligamen, dan skeletal/rangka; tulang
dan sendi.
b. Otot polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus,
serta pada dinding tuba seperti pada sistem respiratorik, pencernaan,
reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Serabut otot
berbentuk spindel dengan nukleus sentral. Serabut ini berukuran
kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi pembuluh darah) sampai
0,5 mm pada uterus wanita hamil. Kontraksinya kuat dan lamban.
Struktur mikroskopis otot polos adalah sarcoplasmanya terdiri dari
myofibril yang disusun oleh myofilamen-myofilamen. Ada dua
kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk
berkontraksi, yaitu sebagai berikut:
1) Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah
besar, pada jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata
yang memfokuskan lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan
pada otot erektor vili rambut.
2) Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam
lapisan dinding organ berongga atau visera. Semua serabut dalam
lapisan mampu berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini
dapat bereksitasi sendiri atau miogenik dan tidak memerlukan
stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari aktivitas listrik spontan.
c. Otot jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, yang disebut juga otot serat
lintang involunter. Karakteristik otot ini hanya terdapat pada jantung.
Otot jantung mempunyai sifat bekerja terus-menerus setiap saat
tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu
setiap kali berdenyut. Struktur mikroskopis otot jantung mirip
dengan otot skelet. Memilki banyak inti sel yang terletak di tepi agak
ke tengah. Panjang sel berkisar antara 85-100 mikron dan
diameternya sekitar 15 mikron. Berdasarkan gerakannya otot
dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Otot Antagonis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya
bertolak belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.
Contohnya: 1) Ekstensor (meluruskan) dengan fleksor
(membengkokkan), misalnya otot bisep dan otot trisep. 2)
Depressor (gerakan ke bawah) dengan elevator (gerakan ke atas),
misalnya gerak kepala menunduk dan menengadah.
2) Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya
saling mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah.
Contohnya pronator teres dan pronator kuadrus.
Mekanisme kerja otot
a) Fleksor (bengkok) >< Ekstentor (meluruskan),
b) Supinasi(menengadah) >< Pronasi (tertelungkup),
c) Defresor(menurunkan) >< Lepator (menaikkan)
d) Sinergis (searah) >< Antagonis (berlawanan)
e) Dilatator(melebarkan) >< Konstriktor (menyempitkan).
f) Adduktor(dekat) >< Abduktor (jauh).
2. Tendon
Tendon adalah tali atau urat daging yang kuat yang bersifat fleksibel,
yang terbuat dari fibrous protein (kolagen). Tendon berfungsi
melekatkan tulang dengan otot atau otot dengan otot. Berdasarkan cara
melekatnya pada tulang, tendon dibedakan sebagai berikut. 1) Origo,
merupakan tendon yang melekat pada tulang yang tidak berubah
kedudukannya ketika otot berkontraksi, dan 2) Inersio, merupakan
tendon yang melekat pada tulang yang bergerak ketika otot berkontraksi.
3. Ligamen
Pembalut/selubung yang sangat kuat, merupakan jaringan elastis
penghubung yang terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang
dengan tulang yang diikat oleh sendi. Beberapa tipe ligamen sebagai
berikut. 1) Ligamen Tipis: pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan
ligamen kolateral yang ada di siku dan lutut. Ligamen ini
memungkinkan terjadinya gerakan. 2) Ligamen jaringan elastik kuning,
merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang membungkus dan
memperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.
B. Sistem Skeletal/Rangka
1. Tulang
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan
tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Tulang
sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi
tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi
tanpa tulang. Tubuh memiliki 206 tulang yang membentuk rangka. Fungsi
dari sistem skeletal/rangka adalah:
a) Penyangga berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen- ligamen,
otot, jaringan lunak dan organ. Membentuk kerangka yang berfungsi
untuk menyangga tubuh dan otot-otot yang melekat pada tulang.
b) Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
atau hemopoesis.
c) Produksi sel darah (red marrow)
d) Pelindung yaitu membentuk rongga melindungi organ yang halus dan
lunak, serta memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
e) Penggerak yaitu dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat
bergerak karena adanya persendian.
Klasifikasi tulang
Jaringan tulang berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya
dibedakan menjadi tulang rawan dan tulang sejati.
1. Tulang rawan
a) Tulang Rawan (kartilago) terdiri dari 3 macam yaitu a) Tulang
rawan hyalin, bersifat kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang
pipa;
b) Tulang rawan fibrosa yaitu memperdalam rongga dari cawan-
cawan (tulang panggul) dan rongga glenoid dari scapula;
c) Tulang rawan elastik yaitu terdapat dalam daun telinga, epiglottis,
dan faring.
Proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7
minggu dan berlangsung sampai dewasa. Pada rangka manusia, rangka
yang pertama kali terbentuk adalah tulang rawan (kartilago) yang
berasal dari jaringan mesenkim. Kemudian akan terbentuk osteoblas
atau sel-sel pembentuk tulang. Osteoblas ini akan mengisi rongga-
rongga tulang rawan. Sel-sel tulang dibentuk terutama dari arah dalam
keluar, atau proses pembentukannya konsentris. Setiap satuan-satuan
sel tulang mengelilingi suatu pembuluh darah dan saraf membentuk
suatu sistem yang disebut sistem Havers. Disekeliling sel-sel tulang
terbentuk senyawa protein yang akan menjadi matriks tulang. Kelak di
dalam senyawa protein ini terdapat pula kapur dan fosfor sehingga
matriks tulang akan mengeras. Proses ini disebut osifikasi.
2. Tulang Sejati (osteon)
Bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka.
Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis
tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke
dalam kanalikuli tulang kompak. Secara mikroskopis tulang terdiri dari
beberapa komponen berikut ini.
a) Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah,
aliran limfe).
b) Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
c) Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan-
lempengan yang mengandung sel tulang).
d) Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat difusi makanan
sampai ke osteon).
Berdasarkan matriks penyusunnya, tulang dibedakan menjadi:
a) Tulang Kompak
Memiliki ciri padat, halus, dan homogen. Pada bagian tengah
terdapat medullary cavity yang mengandung “yellow bone
marrow”. Tersusun atas unit osteon yaitu Haversian System. Pada
pusat osteon mengandung saluran (Haversian Kanal) tempat
pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik
(lamellae). Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh
membran tipis yang disebut periosteur, membran ini mengandung
bagian luar percabangan pembuluh darah yang masuk ke dalam
tulang dan osteoblas.
b) Tulang spongiosa
Tulang ini tersusun atas ”honeycomb” network yang disebut
trabekula. Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan
tekanan. Rongga antara trabekula berisi ”red bone marrow” yang
mengandung pembuluh darah yang memberi nutrisi pada tulang.
Contohnya yaitu tulang pelvis, rusuk,tulang belakang, tengkorak,
dan pada ujung tulang lengan dan paha. Berdasarkan bentuknya,
tulang diklasifikasikan menjadi tulang pipa, tulang pendek, tulang
pipih, tulang tak beraturan, dan tulang berongga udara.
1) Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran
panjangnya terbesar. Contohnya yaitu os humerus dan os
femur.
2) Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya
pendek. Contohnya yaitu tulang yang terdapat pada pangkal
kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.
3) Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar.
Contohnya yaitu os scapula (tengkorak), tulang belikat, dan
tulang rusuk.
4) Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan
bentuk yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang
belakang). e) Ossa pneumatica (tulang berongga udara).
Contohnya os maxilla.
Sel penyusun tulang
Tulang tersusun oleh sel osteobast, osteosit, dan osteoclast. 1) Osteobast,
merupakan sel tulang muda yang menghasilkan jaringan osteosit dan
mengkresikan fosfatase dalam pengendapan kalsium dan fosfat ke dalam
matriks tulang. 2) Osteosit, yaitu sel- sel tulang dewasa yang bertindak
sebagai lintasan untuk pertukaran kimiawi melaui tulang yang padat, dan
3) Osteoclast, yaitu sel-sel yang dapat mengabsorbsi mineral dan matriks
tulang.
2. Sendi
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat bergerak,
diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Sendi yang menyusun
kerangka manusia terdapat di beberapa tempat. Terdapat tiga jenis
hubungan antar tulang, yaitu:
a) Sinartrosis (Suture) disebut juga dengan sendi mati, yaitu hubungan
antara dua tulang yang tidak dapat digerakkan sama sekali, strukturnya
terdiri atas fibrosa. Artikulasi ini tidak memiliki celah sendi dan
dihubungkan dengan jaringan serabut. Dijumpai pada hubungan tulang
pada tulang-tulang tengkorak yang disebut sutura/suture.
b) Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini
dihubungkan dengan kartilago. Dijumpai pada hubungan ruas-ruas
tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang.
c) Diartosis disebut juga dengan sendi hidup, yaitu hubungan antara dua
tulang yang dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas, terdiri
dari struktur synovial. Untuk melindungi bagian ujung-ujung tulang
sendi, di daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak
sendi/cairan synovial yang berfungsi sebagai pelumas sendi.
Contohnya yaitu sendi peluru (tangan dengan bahu), sendi engsel
(siku), sendi putar (kepala dan leher), dan sendi pelana (jempol/ibu
jari). Diartosis dapat dibedakan menjadi:
1) Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan hanya satu arah saja. Dijumpai pada hubungan tulang Os.
Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius/sendi pada siku,
hubungan antar Os. Femur dengan Os. Tibia dan Os. Fibula/sendi
pada lutut.
2) Sendi putar hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu
tulang berputar terhadap tulang yang lain sebagai porosnya.
Dijumpai pada hubungan antara Os. Humerus dengan Os. Ulna dan
Os. Radius, hubungan antar Os. Atlas dengan Os. Cranium.
3) Sendi pelana/sendi sellari yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan ke segala arah/gerakan bebas. Dijumpai
pada hubungan Os. Scapula dengan Os. Humerus, hubungan antara
Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.
4) Sendi kondiloid atau elipsoid yaitu hubungan antar tulang yang
memungkinkan gerakan berporos dua, dengan gerak ke kiri dan ke
kanan; gerakan maju dan mundur; gerakan muka/depan dan
belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk ke
dalam suatu lekuk yang berbentuk elips. Dijumpai pada hubungan
Os. Radius dengan Os. Carpal.
5) Sendi peluru yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan ke segala arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan
Os. Scapula dengan Os. Humerus, hubungan antara Os. Femur
dengan Os. Pelvis virilis.
6) Sendi luncur yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan
gerakan badan melengkung ke depan (membungkuk) dan ke
belakang serta gerakan memutar (menggeliat). Hubungan ini dapat
terjadi pada hubungan antarruas tulang belakang, persendian antara
pergelangan tangan dan tulang pengumpil.
3. Low Back region
Low back region berfungsi untuk menegakkan/menopang postur struktur
tulang belakang manusia. Postur tegak juga meningkatkan gaya mekanik
struktur tulang belakang lumbrosakral. Antar tulang belakang diikat oleh
intervertebal, serta oleh ligamen dan otot. Ikatan antar tulang yang lunak
membuat tulang punggung menjadi fleksibel. Struktur ruas tulang
punggung dikelompokkan menjadi:
a) Cervical/leher terdiri dari 7 ruas.
b) Thoracalis/punggung terdiri dari 12 ruas.
c) Lumbalis/pinggang terdiri dari 5 ruas.
d) Sakralis/kelangkang terdiri dari 5 ruas.
e) Koksigeus/ekor terdiri dari 4 ruas.
Patologi Sistem Muskuloskeletal
1. Primary Fibomyalgia : penyebab penyakit ini tidak diketahui. Ditandai dengan
rasa lelah yang menyerang pada pagi hari, dengan gejalanya yaitu lemas,
kaku, dan bengkak pada jari.
2. Rheumatoid Athritis : penyakit rematik yang juga bisa menyerang tulang dan
persendian. Kebanyakan terjadi pada wanita umur 30-50 tahun. Penyebabnya
tidak diketahui. Dengan gejala yaitu bengkak pada sendi-sendi jari, kelemahan
pada kaki, dan demam rendah.
3. Gout atau asam urat terjadi karena adanya gangguan metabolisme sehingga
menyebabkan peradangan pada sendi, terutama terjadi pada laki-laki.
4. Osteoporosis yaitu penyakit kelainan pada tulang yang ditandai dengan
menurunnya massa tulang, kerusakan tubuh atau arsitektur tulang sehingga
tulang mudah patah. Terjadi karena kurangnya intake kalsium, kebiasaan
merokok, konsumsi kopi, dan barat badan di bawah rata-rata.
5. Kanker tulang, sering menyerang anak kecil dan remaja, penyebabnya tidak
diketahui.
6. Osteomyelitis yaitu infeksi tulang karena bakteri, jamur atau virus. Risiko
meningkat pada penderita diabetes.
Referensi
Suriya, M, dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Pada Sistem Muskuloskeletal Aplikasi NANDA NIC &NOC. Pustaka Galeri
Mandiri:Padang.
ANATOMI FISIOLOGI DAN PATOLOGI KEGANASAN
Onkologi adalah sebuah cabang dari ilmu kedokteran yang berfokus atau
memiliki spesialisasi pada penyakit keganasan seperti kanker, tumor dan
neoplasma.
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul di dalam tubuh akibat
pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat pada
tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya. Pada waktu tertentu
di dalam tubuh, adakalanya proses pertumbuhan sel yang alamiah mengalami
pertumbuhan yang di luar kendali karena mekanisme yang belum diketahui.
Pertumbuhan tersebut terbentuk dengan tidak memiliki tujuan dan bukan atas
perintah yang normal dari dalam tubuh. Sel-sel tersebut membelah lebih cepat
daripada sel normal dan tidak pada jalur yang semestinya. Selsel yang membelah
tersebut menumpuk dan membentuk massa yang tidak terstruktur atau biasa
disebut dengan tumor.
Istilah neoplasma pada dasarnya memiliki makna yang sama dengan tumor.
Terminologi neoplasma memiliki arti “new growth” atau pertumbuhan baru
(neo=new; plasm=protoplasma, atau material penting pada sel tumbuhan dan sel
hewan). Terminologi tumor sebenarnya lebih umum diartikan sebagai “swelling”
atau suatu pembengkakan/pertumbuhan yang abnormal daripada istilah
neoplasma. Pada praktiknya, terminologi tumor dan neoplasma seringkali
digunakan secara bergantian. Ketika suatu kanker telah didiagnosis, neoplasma
diartikan sebagai keadaan sel yang ganas (malignant). Keganasan tersebut
merujuk pada segala penyakit yang ditandai dengan hiperplasia sel ganas,
termasuk berbagai tumor ganas dan leukemia.
Patofisiologi Keganasan
Sel kanker mempunyai abnormal fenotip yang bergam antra lain difernsiasi,
peningkatan motalitas, tingkat invasi, dan perbedaan dalam sensitivitas terhadap
obat. Walaupun beragam fenotip yang terjadi, namun penyebab utama adalah
desregulasi kontrol terhadap siklus sel. Hal ini terjadi karena mekanisme kontrol
yang tidak bekerja dengan baik. Keadaan ini menyebabkan sel akan berkembang
tanpa mekanisme kontrol seperti yang terjadi pada sel normal. Transformasi ini
tergantung pada mutasi gen mekanisme kontrol siklus sel tersebut. Keganasan
pada umumnya dapat terjadi melalui tiga mekanisme, pertama perpendekan waktu
siklus sel, sehingga akan menghasilkan lebih banyak sel yang di produksi dalam
satuan waktu. Kedua, penurunan jumlah kematian sel akibat gangguan pada
proses apoptosis atau nekosis dan Ketiga, terjadi pertumbuhan yang tidak
terkontrol. Gabungan mutasi pada berbagai proto-onkogen yang mengahambat
penghentian proses siklus. Kerusakan mekanisme kontrol terhadap apoptosis yang
mencegah apoptosis, misalnya ekspresi berlebihan bel2, penurunan ekspresi Bax
dan mutasi p53. Perubahan mekanisme ini menyebabkan gangguan diferensiasi
sel sehingga terjadi perubahan pola proliferasi sel yang akhirnya menjadi
keganasan.
Karakeristik Sel Kanker
Menurut sifatnya, tumor atau neoplasma terbagi atas dua jenis, yaitu tumor
jinak dan tumor ganas atau yang biasa disebut kanker. Sel kanker mengalami
pertumbuhan secara infiltratif di mana sel tersebut menyebar ke jaringan sehat di
sekitarnya serta mengakar kuat ke jaringan dasarnya. Berbeda dengan sel kanker,
pertumbuhan sel tumor jinak tidak menyebar ke jaringan sehat di sekitarnya,
tetapi hanya mendesak jaringan sehat tersebut. Secara seluler, sel kanker atau
tumor memiliki dua komponen penyusun utama, yaitu parenkim yang terdiri atas
sel tumor yang berproliferasi dan stroma yang terdiri atas jaringan ikat dan
pembuluh. Pada sel kanker, sel parenkim berdiferensiasi terus-menerus, bahkan
sudah mengalami perubahanperubahan dan tidak menyerupai sel asalnya lagi.
Keadaan tersebut disuplai oleh sel-sel stroma dengan memberikan nutrisi melalui
pembuluh darah. Menurut sifatnya, kanker memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda
dari sel normal. Menurut Kresno (2012), secara umum, sifat-sifat sel kanker
mencakup:
1) Sel kanker dapat tumbuh tanpa memerlukan rangsangan pertumbuhan eksogen
(self-sufficiency in growth signals);
2) Tidak sensitif terhadap sinyal anti pertumbuhan;
3) Kemampuan apoptosis menurun;
4) Kemampuan proliferasi tidak terbatas;
5) Memiliki kemampuan angiogenesis;
6) Memiliki kemampuan invasif dan metastasis; dan
7) Memiliki kemampuan menghindar dari sistem imun.
Patologi pada Keganasan
Pemeriksaan patologis pada tumor berfungsi untuk mengetahui jenis, sifat,
dan karakteristik tumor guna menegakkan diagnosis. Pemeriksaan laboratorium
untuk tumor pada umumnya terdiri atas tiga pemeriksaan rutin, yaitu hematologi,
urinalisis, dan feses.
1. Kanker Kolon
Kanker kolon adalah keganasan tumbuh lambat yang paling sering
ditemukan daerah kolon terutama sekum, kolon desenden dan kolon
sigmoid. Penyebab nya belum diketahui. Tanda dan gejala yang dapat
muncul diantaranya: gangguan defekasi, terdapat darah di feses, anemia,
anoreksia, penurunan BB, jika lesi sebelah kanan: melena, jika lesi sebelah
kiri: obstruksi serta darah segar dalam feses.
2. Astrositoma
Tumor otak yang berasal dari astrosit. Tumor tersering diantara jenis
glioma otak. Gejala yang muncul diantaranya: peningkatan TIK, dan
gejala-gejala defisit neurologis.
3. Tumor mata
Tumor yang tumbuh di setiap bagian mata (struktur adneksa, bola mata,
dan orbita)
4. Kanker payudara
Keganasan pada jaringan payudara yang dapat berasal dari epitel duktus
maupun lobulusnya
5. Limfoma maligna
Penyakit keganasan primer dari jaringan limfoid yang bersifat padat/solid
meskipun kadang menyebar secara sistemik.
Referensi
Soebagjo, H. 2019. Onkologi Mata. Airlangga University Press: Surabaya