Ketokonazole
Ketokonazole
DISUSUN OLEH:
NURUL ISTIQOMAH
NIM: 211030490174
KETOCONAZOLE
Bentuk obat Tablet, krim, dan cairan obat luar atau sampo.
Ketoconazole adalah obat antifungal yang termasuk dalam golongan azoles. Ketoconazole bukan
antifungal lini pertama, tetapi dapat menjadi terapi alternatif pada berbagai infeksi fungal, misalnya
blastomycosis, chromomycosis, coccidiodomycosis, histoplasmosis, atau paracoccidiodomycosis.
Nama lain: ketokonazol, ketoconazole.
Nama kimia : C26H28N4O4Cl2
Ketoconazole bekerja dengan menginhibisi enzim sitokrom p450 untuk mengubah lanosterol
menjadi ergosterol yang merupakan komponen pada membran dinding sel fungal. Ketoconazole juga
diindikasikan untuk kondisi berikut:
Indikasi ketoconazole oral hanya jika terapi antifungal lain tidak tersedia atau tidak efektif.
Dosis ketoconazole oral untuk blastomycosis 200 mg, 1 kali per hari dan dititrasi naik hingga 400 mg, 1
kali per hari. Durasi terapi 6 bulan.
1. Ketoconazole Oral
Ketoconazole oral diberikan untuk terapi blastomycosis, chromomycosis, coccidiodomycosis,
histoplasmosis, paracoccidiodomycosis, leishmaniasis, dan kanker prostat.
Infeksi Fungal (Blastomycosis, Chromomycosis, Coccidiomycosis, Histoplasmosis,
Paracoccidiodomycosis)
Untuk infeksi fungal, ketoconazole bukan merupakan terapi lini pertama. Terapi lini pertama
yang disarankan adalah amphotericin B dan itraconazole.
Terapi ketoconazole untuk infeksi fungal diberikan selama 6 bulan. Dosis Dosis inisial untuk
dewasa 200 mg, satu kali per hari. Dosis ini dapat ditingkatkan hingga 400 mg, satu kali per hari.
Dosis untuk anak-anak sebesar 3,3–6,6 mg/kgBB, satu kali per hari.
2. Leishmaniasis
Pada infeksi yang disebabkan oleh protozoa Leishmania, terapi ketoconazole dapat diberikan
pada pasien dewasa dengan dosis 400-600 mg, sekali sehari, selama 4-8 minggu.
3. Kanker Prostat
Dosis ketoconazole untuk kanker prostat pada dewasa: 400 mg, 3 kali sehari.
4. Ketoconazole Topikal
Ketoconazole topikal diberikan untuk dermatofitosis, dermatitis seboroik, dan untuk mengatasi
ketombe. Sediaan gel sebaiknya digunakan pada area kulit yang berambut.
5. Dermatitis Seboroik
Untuk dermatitis seboroik, oleskan ketoconazole topikal pada area yang terkena sebanyak 2 kali
sehari, selama 4 minggu atau sampai dermatitis seboroik teratasi. Untuk shampo, gunakan 2 kali
seminggu, selama 4 minggu. Berikan jarak setidaknya 3 hari antar penggunaan.
6. Ketombe
Gunakan shampoo ketoconazole 1% setiap 3-4 hari, selama 8 minggu. Setelahnya, hanya
gunakan jika ketombe muncul kembali.
7. Dermatofitosis
Untuk tinea corporis dan tinea cruris, gunakan ketoconazole topical 1 kali sehari, selama 2
minggu. Untuk tinea pedis, durasi pemberian diberikan selama 6 minggu.
Untuk tinea versicolor, gunakan shampo ketoconazole 2% selama 5 menit sebelum membilas.
Umumnya satu kali pemberian sudah cukup untuk mengatasi tinea versicolor.[1,7]
3. Farmakologi Ketoconazole
Farmakologi ketoconazole sebagai obat golongan azol yang bekerja melemahkan struktur dan fungsi
membran sel fungi melalui mekanisme blokade sintesis ergosterol melalui inhibisi sitokrom P-450.
Farmakodinamik
Ketoconazole adalah obat azole oral pertama yang digunakan oleh klinisi untuk mengobati infeksi fungal.
Ketoconazole bekerja dengan memblok sintesis dari ergosterol (salah satu komponen dari membrane sel
fungal) melalui inhibisi pada sitokrom P-450 pada enzim lanosterol 14α – demetilase. Karena enzim
tersebut diinhibisi, maka lanosterol tidak dapat melakukan konversi menjadi ergosterol pada sel membran
fungal. Ergosterol yang tidak dapat terbentuk dan semakin tipis pada dinding membran sel akan
menyebabkan struktur dan fungsi pada membran sel menjadi lemah.
Farmakokinetik
a. Absorpsi
Ketoconazole memiliki kemampuan rendah untuk larut dalam air. Penyerapan ke dalam darah
sangat bervariasi bergantung pada kadar keasaman (semakin asam semakin baik penyerapannya
dalam darah) sehingga penyerapan akan lebih baik bersamaan dengan makan. Rata-rata
konsentrasi ketoconazole dalam darah 3.5 ug/mL dalam waktu 1 hingga 2 jam. Rasio konsentrasi
antara CSF (Cerebro Spinal Fluid) dibanding serum kurang dari 0,1.
b. Distribusi
Ketoconazole dapat didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh melalui ikatan albumin, namun
rendah dalam CSF. Setelah diabsorsi, ketoconazole tablet dikonversi menjadi metabolit inaktif.
c. Metabolisme
Rata-rata, 13% dari dosis yang diminum akan dieksresikan ke urin. Sedangkan eksresi terbesar
adalah melalui cairan empedu yang dialirkan ke intestinal lalu sebanyak 57% dibuang ke feses.
Sisa dari ketoconazole di dalam tubuh tidak mengalami perubahan dan tetap di dalam tubuh.
Efek interaksi yang bisa terjadi jika ketoconazole digunakan bersamaan dengan obat-obatan tertentu
adalah:
Peningkatan risiko terjadinya aritmia jika digunakan dengan cisapride, quinidine, ranolazine,
ritonavir, haloperidol, atau methadone
Peningkatan risiko terjadinya kerusakan otot, termasuk rhabdomyolysis, jika digunakan bersama
lovastatin dan simvastatin
Peningkatan risiko terjadinya perdarahan bila digunakan dengan antikoagulan, seperti dabigatran
dan warfarin
Peningkatan efek sedasi dan risiko terjadinya gangguan pernapasan berat jika digunakan bersama
fentanyl, oxycodone, midazolam dan alprazolam
Peningkatan risiko terjadinya penyempitan pembuluh darah pada jaringan dan organ tubuh,
sehingga dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, dan gangren, jika digunakan bersama obat
yang mengandung ergot alkaloid, seperti methylergomethrine dan ergotamine
Peningkatan risiko kerusakan hati dan aritmia jika digunakan bersama clarithromycin
Peningkatan risiko kerusakan hati jika digunakan bersama paracetamol
Peningkatan risiko terjadinya edema, gagal jantung, dan hipotensi jika digunakan bersama
nifedipine dan amlodipine
Peningkatan kadar obat colchicine, solifenacin, dexamethasone, aripiprazole, docetaxel, digoxin,
atau sildenafil dalam darah, sehingga menyebabkan timbulnya efek samping akibat obat-obatan
tersebut.
Penurunanefektivitas ketoconazole jika digunakan bersama rifampicin, isoniazid, carbamazepine,
nevirapine, atau phenytoin
5. Kontraindikasi
Ketoconazole dikontraindikasikan jika terdapat riwayat reaksi hipersensitivitas terhadap komponen obat.
Ketoconazole juga dikontraindikasikan pada pasien dengan risiko gangguan liver akibat risiko
hepatotoksisitas yang tinggi. Selain itu, ketoconazole juga dikontraindikasikan pada penggunaan bersama
dengan quinidine, pimozide, cisapride, dan methadone karena peningkatan risiko pemanjangan interval
QT.
6. Efek Samping dan Bahaya Ketoconazole
Efek samping yang bisa muncul setelah menggunakan ketoconazole krim adalah gatal, iritasi, kering, dan
rasa panas pada kulit yang dioleskan obat.
Sementara itu, efek samping yang mungkin terjadi setelah mengonsumsi ketoconazole tablet adalah: