Anda di halaman 1dari 8

BACAAN AL-QURAN SEBAGAI SUMBER MATA PENCAHARIAN (STUDI

ANALISIS TERHADAP PENAFSIRAN QS. SHOOD:86)

PROPOSAL

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama Pada
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Disusun Oleh :

NAMA : NISA

FITRIANI

NIM : 1830304084

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN FATAH

PALEMBANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proposal
penelitian tafsir yang berjudul “BACAAN AL QUR’AN SEBAGAI SUMBER MATA
PENCAHARIAN(STUDI ANALISIS TERHADAP PENAFSIRAN QS. SHOOD : 86)”.
Ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penulis.

Penulis sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam rangkamenambah


wawasan serta pengetahuan kita mengenai hal-hal yang berkenaan dengan Al
Qur’an,penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan, untukitu, penulis
berharap adanya kritik,saran dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan
datang,mengingattidakadayangsempurnatanpasaranyangmembangun.

Semoga proposal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya,sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun orang yang membacanya.Aamiin.

Palembang, 15 September
2021

Penyusun

NISA FITRIANI
NIM:1830304084

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membaca Al-Qur’an merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan


dalam Islam.Dalil-dalil yang menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur’an tidak
terhitung jumlahnya,salah satunya adalah hadits berikut ini:

‫ﺍﻟﻘﺮﺍﻥﻗﺮﺍﺀﺓﺍﻣﺘﻲﻋﺒﺎﺩﺓﺃﻓﻀﻞ‬Art

inya : “Ibadah yang paling utama bagi umatku adalah membaca Al-
Qur’an”(HR.Baihaqi)

Tidak sedikit dari masyarakat muslim yang menjadikan keahliannya dalam


membaca Al-Qur’an sebagai mata pencaharian. Misalnya dengan cara mengajarkan
Al-Qur’an atau membaca Al-Qur’an pada momen-momen tertentu, seperti pada
sebuah acara seremonial dibeberapa hari besar Islam.Sebenarnya bolehkah bagi
mereka mengambil upah atas jasa membaca Al-Qur’an atau mengajarkan Al-Qur’an
yang telah mereka lakukan?

Dalam beberapa hadits telah dijelaskan beberapa kejadian yang dialami oleh
para sahabat dalam menyikapi hal diatas, misalnya seperti yang tercantum dalam
hadits shahih berikut:

Diriwayatkan dari Sahabat Abi Said Al-Khudri Radliyallahu ‘Anhu bahwa sekelompok
sahabat mendatangi suatu kabilah dari beberapa kabilah Arab, namun mereka tidak
mempersilahkan masuk terhadap para sahabat. Hal itu terus berlangsung, sampai
suatu ketika pemuka kabilah tersebut digigit (ular), lalu mereka berkata ‘Apakah
kalian membawa obat atau adakah orang yang bisa meruqyah?’ Para sahabat pun
menjawab ‘Kalian tidak mempersilakan masuk pada kami,kami tidak akan
meruqyahnya (mengobatinya) sampai kalian memberikan upah pada kami.’ Lalu
mereka pun memberikan beberapa potongan kambing sebagai upah,lalu seorang
sahabat membaca Surat Al- Fatihah, dan mengumpulkan air liurnya lalu
mengeluarkannya (baca:melepeh) hingga sembuhlah pemuka kabilah yang tergigit
ular, dan mereka memberikan kambing. Para sahabat berkata, ‘Kami tidak akan
mengambilnya, sampai kami bertanya pada Rasulullah. ’Merekapun menanyakan
perihal kejadian tersebut pada Rasulullah,beliau lalu tertawa dan berkata: ‘Apa itu
ruqyah? Ambillah dan berilah bagian untukku’.”(HRBukhari)

Dalam beberapa redaksi hadits yang lain, Rasulullah melanjutkan


perkataannya kepada para sahabat:

Artinya : “Sesungguhnya yang paling berhak untuk kalian ambil upahnya adalah
(membaca) kitab Allah” (HR.Bukhari).

Menanggapihaditsdiatas,salahsatupemukaulamaMesir,SyekhAbdullahbinShidiq al-
Ghumari menjadikan hadits tersebut sebagai hujjah atas bolehnya mengambil upah
atas bacaan Al-Qur’an,beliau menjelaskan dalam himpunan fatwanya. Namun hal ini
bertolak belakang dengan hadist Nabi yang lain,yaitu ketika Nabi Muhammad
shollolloohu ‘alayhi wasallam telah menyuruh orang yang membaca AlQur’an untuk
memohon kepada Allah dengan bacaannya itu,dan memperingatkan untuk tidak
meminta kepada manusia. Tirmdzi meriwayatkan dalam Sunannya dari Imran bin
Hushain bahwa dia berjalan melewati seorang sedang membaca.Kemudian dia
bertanya, maka dia mengingat dan berkata:Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda:“Barang siapa yang membaca AlQur’an,maka hendaklah dia memohon
kepada Allah dengan Al Qur’an itu,karena suatu saat akan datang kaum-kaum yang
membaca Al Qur’an,dan mereka meminta kepada manusia dengan Al Qur’an itu.”
Orang yang fakir dibolehkan untuk mengambil sedekah guna menutupi
kebutuhannya dan kebutuhan orang yang ada dalam asuhannya. Disunahkan
baginyauntukmendoakanorangyangbersedekahkepadanyadengandoayangbaik.
SedangkanmengambilhartasebagaiupahdaribacaanAlQur’annyaataukarenadia telah
memberikan nasihat dan memperingatkan orang lain,serta memberikan harta
kepada orang untuk mengharapkan berkahnya, atau mengumpulkan orang untuk
memohon berkah mereka dan meminta doa mereka maka hal ini semua adalah
dilarang, dan bukan termasuk dalam petunjuk yang diterima kaum muslimin pada
tiga abad pertama, yang disaksikan oleh Rasulullah sebagai abad-abadterbaik.
Dalam firman Allah:

‫ﻗﻞ ﻣﺎ ﺃﺳﺄﻟﻜﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﺃﺟﺮ ﻭﻣﺎﺃﻧﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺘﻜﻠﻔﻴﻦ‬

Artinya : “Katakanlah (Muhammad),Aku tidak meminta imbalan sedikit pun


kepadamu atasnya (dakwahku); dan aku bukanlah termasuk orang yang mengada-
ada.”[QS.Shad:86]

Adalah bahwa Allah Swt memerintahkan Rasul Nya Muhammad shollallahu


‘alayhi wasallam untuk memberitahukan kepada kaumnya bahwa dia tidak meminta
upah dari mereka atas penyampaian apa-apa yang diturunkan dari Tuhannya
kepadanyadanjugaatasdakwahnyakepadamerekamenujuketauhidanyangmurni dan
penyampaian hukum-hukum Islam.Rasulullah menyampaikan dan menjelaskan
kepada mereka untuk melaksanakan perintah Allah dan sebagai wujud ketaatannya
kepada Allah untuk memperoleh keridhaan Nya semata dan untuk mengharapkan
pahala dan ganjaran yang muliadari-Nya.

A. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada,maka rumusan


masalah dari penulisan ini adalah,Bagaimana hukum menjadikan bacaan Al Quran
sebagai sumber mata pencaharian

B. TujuanPenelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan


penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pandangan ahlu sunnah terhadap
hukum menjadikan Al Quran sebagai sumber mata pencaharian.

C. ManfaatPenelitian

1. Diharapkan dapat membantu memecahkan masalah,yang kadang


diperdebatkan oleh kita,dikarenakan bedanya pendapat bahkan sering sekali
menimbulkanProdanKontradalambidangFiqhini,terutamaperkarayang
berkaitan dengan Al Quran.

2. Menambahwawasandanpengetahuansertapengalamandibidangpenelitian dan
untuk memenuhi persyaratan dalam rangka menyelesaikan tugas akhir Mata
kuliah Metode PenelitianTafsir.

D. KerangkaTeori

Al-Qur'an merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW. Melalui perantara Malaikat Jibril yang pembacaan nya merupakan suatu
bentuk ibadah, Al-Qur'an diturunkan dengan menggunakan bahasa arab dan disertai
dengan kebenaran agar dapat dijadikan hujjah (penguat) dan agar dapat dijadikan
sebagai pedoman bagi umat islam.

Selanjutnya terkait persoalan bacaan Al Quran sebagai sumber mata


pencaharian,Ulamaberbedapendapatdalammasalahini,antarayangmelarangdan
yang membolehkan haltersebut.

E. MetodePenelitian

1. JenisPenelitian

Penelitian tentang dalam masalah ini dalam perspektif Al-Qur’an ini termasuk
penelitian kepustakaan (library research). Pemilihan jenis penelitian ini didasarkan
atas objek yang diteliti,yakni nash atau teks ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan
dengan manajemen tenaga pendidik dan kependidikan. Dengan demikian,penelitian
ini tidak terlalu membutuhkan data lapangan,sebab yang akan dibahas adalah
pemikiran dan konsepsi yang ditulis oleh ulama tafsir dalam kitab mereka yang
berkaitan dengan ayat-ayat manajemen tenaga pendidik dan kependidikan.Oleh
karena itu, data utama diperoleh dari kepustakaan.

2. Sumber DataPenelitian

a. SumberPrimer

Sumber primer yang digunakan adalah Al-Qur’an dan Hadist. Meskipun


penelitian ini berkenaan dengan kajian Al-Qur’an,namun memahami kandungan Al-
Qur’antidakakanmaksimaldansempurna,jikatidakmengikutsertakanhadistdalam
pembahasannya.Hal ini dimaklumi,sebab fungsi utama dari hadist adalah penjelas
bagi ayat-ayat AlQur’an.

b. SumberSekunder

Adapun sumber sekunder yang digunakan adalah literatur literatur yang


berkaitan dengan sumber-sumber kajian Al Qur’an tentang manajemen tenaga
pendidik dan kependidikan,baik yang diperoleh dari kitab-kitab tafsir, berbagai
mu`jam (kamus),buku-buku kajian keislaman dan umum.

3. Metode PengumpulanData

Dalam pengumpulan data,penulis menggunakan metode sebagai berikut:

Untukmemperolehkeabsahandatadaninformasi,penelitianinimempergunakandua
sumber,yakni sumber primer dan sumber sekunder.Sumber primer yang digunakan
adalah Al-Qur’an dan Hadist. Meskipun penelitian ini berkenaan dengan kajian Al-
Qur’an,namunmemahamikandunganAl-Qur’antidakakanmaksimaldansempurna, jika
tidak mengikut sertakan hadist dalam pembahasannya.Hal ini dimaklumi,sebab
fungsiutamadarihadistadalahpenjelasbagiayat-ayatAlQur’an.

Adapun sumber sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur yang


berkaitan dengan sumber-sumber kajian Al-Qur’an tentang manajemen tenaga
pendidik dan kependidikan,baik yang diperoleh dari kitab-kitab tafsir,berbagai
mu`jam (kamus),buku-buku kajian keislaman danumum.

4. AnalisisData

Tahapan analisis data merupakan tahapan yang menentukan suatu aspek


penelitiantersebutberhasilatautidak,datayangterkumpulkemudianakandiperiksa,
direduksi serta disaring kemudian disusun dalam kategori tertentu untuk selanjutnya
dihubungkanantaradatasatudenganyanglain.

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan analisisdeduktif-induktif,


yaitu menganalisis data yang masih bersifat umum yang bertujuan untuk
memperolehpenjelasanyangmendalamsehinggamemperolehsuatukesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai