Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP KEPEMIMPINAN (2)


Di ajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Kepemimpinan Dalam Pendidikan Islam”
Dosen Pengampun :
Imam Wahyono, M.Pd.I

Di susun Oleh :
RIZKI JAMALUL LAILI AG.
SRI SUCI WULANDARI
FRISTINA RAHAYU

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) IBRAHIMYGENTENG BANYUWANGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat-Nya dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN” yang Mmenjadikan salah
satu aspek penilaian dalam kegiatan perkuliahan di IAI Ibrahimy Genteng-
Banyuwangi, Fakultas Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna kepada semua-Nya dalam menambah
wawasan dan pengetahuan kita tentang Mata Kuliah Manajemen Pendidikan
Islam.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Imam Wahyono, M.Pd.I,
M.Pd.I selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Makalah ini telah kami susun melalui
beberapa tahap sesuai dengan prosedur. Terselesaikannya makalah ini didasari
kerjasama dengan pihak-pihak terkait. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
ini. Kami mohon maaf apabila makalah ini masih terdapat kekurangan. Semoga
kekurangan tersebut tidak mengurangi maksud dan arti dalam penyusunan
makalah ini. Akhir kata dari kami sampaikan terima kasih

Banyuwangi,14 Maret 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... iii
A. Latar Belakang ........................................................................................ iii
B. Rumusan Masalah ................................................................................... iii
C. Tujuan ...................................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 1
A. Pemimpi Formal dan Non Formal......................................................... 1
B. Syarat-syarat kepemimpinan dan prinsip-prinsipnya ........................ 4
C. Perkembangan Teori Kepemimpinan ................................................... 10
BAB III PENUTUPAN ....................................................................................... 13
A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
DAFTAR PUSATAKA ....................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah proses transfer pengetahuan,budaya
dan nilai-nilai moral. Pendidikan sangatlah penting untuk di pelajari,
karena dengan pendidikan seseorangakan lebih tahu mendalam tentang
kebermaknaan hidup.
Dalam proses pendidikan tidak dapat terlepas dari aturan-aturan
yang berlaku, makadari itu dibutuhkan pengaturan pengaturan dalam
proses pendidikan. Untuk mendukung sistem tersebut maka kita perlu
memahami serta harus mempunyai dasar-dasar kepemimpinan.
Selanjutnya pemahaman mengenai kepemimpinan secara global
kita coba aplikasi kandalam ranah pendidikan guna mendukung
tercapainya tujuan pendidikan yang selama ini kita cita-citakan.

B. Rumusan
1. Apa Pengertian Pemimpin formal dan non formal ?
2. Apa saja Syarat-syarat kepemimpinan dan prinsip-prinsipnya ?
3. Apa yang di maksdu Perkembngan Teori Kepemimpinan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Pemimpin formal dan non formal dan
berbandingannya
2. Mengetahui syarat-syarat dan prinsip-prinsp kepemimpinan
3. Mengetahui perkembangan teori kepemimpinan

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemimpin Formal dan Non Formal
Pemimpin dapat bersifat resmi (formal) dan tidak resmi
(nonformal), pemimpin resmi diangkat atas dasar surat keputusan resmi
dari orang yang mengangkatnya. Pemimpin resmi biasanya mendapat gaji.
Sebaliknya, pemimpin tidak resmi adalah pemimpin yang diangkat tanpa
adanya surat keputusan dan biasanya tanpa digaji.(Kartini,2011:09)
1. Pemimpin Formal
Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi/lembaga
tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan
pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur
organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan
dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
Maka ciri-ciri pemimpin formal antara lain ialah:
a. Berstatus sebagai pemimpin formal selama masa jabatan
tertentu, atas dasar legalitas formal oleh penunjukan pihak
yang berwenang (ada legitimitas).
b. Sebelum pengangkatannya, dia harus memenuhi beberapa
persyaratan formal terlebih dahulu.
c. Ia diberi dukungan oleh organisasi formal untuk
menjalankan tugas kewajibannya. Karena itu dia selalu
memiliki atasan/superiors.
d. Dia mendapatkan balas jasa materiil dan immaterial
tertentu, serta emolument (keuntungan ekstra, penghasilan
sampingan) lainnya.
e. Dia bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal,
dan dapat dimutasikan.
f. Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan, dia akan
dikenai sanksi dan hukuman

1
Selama menjabat kepemimpinan, dia diberi kekuasaan dan
wewenang, antara lain untuk: menentukan policy, memberikan
motivasi kerja kepada bawahan, menggariskan pedoman dan
petunjuk, mengalokasikan jabatan dan penempatan bawahannya;
melakukan komunikasi, mengadakan supervisi dan control,
menetapkan sasaran organisasi, dan mengambil keputusan-
keputusan penting lainnya.Contoh dari pemimpin formal antara lain
adalah : Kepala Dinas Pendidikan, Rektor, dan Kepala Sekolah.
2. Pemimpin Non Formal
Pemimpin nonformal ialah, orang yang tidak mendapatkan
pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki
sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang
yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu
kelompok atau masyarakat.
Pemimpin nonformal memiliki kekusaan yang bersumber
dari pribadi (terindividu) misalnya berupa kekuasaan ahli (expert
power). Ciri-ciri pemimpin nonformal antara lain ialah:
a. Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas sebagai
pemimpin.
b. Kelompok rakyat atau masyarakat menunjuk dirinya, dan
mengakuinya sebagai pemimpin. Status kepemimpinannya
berlangsung selama kelompok yang bersangkutan masih
mau mengakui dan menerima pribadinya.
c. Dia tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi
formal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
d. Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa, atau
imbalan jasa itu diberikan secara sukarela.
e. Tidak dapat dimutasikan, tidak pernah mencapai promosi,
dan tidak memiliki atasan. Dia tidak perlu memenuhi
persyaratan formal tertentu.

2
f. Apabila dia melakukan kesalahan, dia tidak dapat dihukum;
hanya saja respek orang terhadap dirinya jadi berkurang,
pribadinya tidak diakui, atau dia ditinggalkan oleh
massanya. .(Kartini,2011:10)
Pengaruh pemimpin-pemimpin nonformal ini mempunyai
segi positif, namun juga ada segi negatif sifatnya; demikian pula
peranan sosialnya di tengah masyarakat. Peranan sosialnya dalam
memberikan pengaruh berupa sugesti, larangan, dan dukungan
kepada masyarakat luas untuk menggerakan atau berbuat sesuatu.
Besarnya peranan itu tergantung pada besar-kecilnya dampak sosial
yang disebabkan oleh kepemimpinannya, serta tinggi-rendahnya
status sosial yang diperolehnya. Dan status sosial ini pada
umumnya dicapai karena beberapa faktor di bawah ini:
a. Keturunan; misalnya keturunan bangsawan (darah biru),
pendeta “linuwih”, keluarga kaya raya, rakyat jelata, dan
lain-lain.
b. Karena ia memiliki kekayaan berlimpah-ruah yang
dicapainya sendiri.
c. Taraf pendidikan yang lebih tinggi dibanding dengan orang
lain.
d. Pengalaman hidup yang lebih banyak, sehingga dia
memiliki kualitas dan keterampilan teknis tertentu.
e. Memiliki sifat-sifat karismatik dan ciri-ciri herediter
(menurun secara genetik) unggul lainnya.
f. Jasa-jasa yang telah diberikan kepada masyarakat. Jadi ada
partisipasi sosial yang tinggi, dan fungsinya dapat
mempengaruhi serta menggerakan massa rakyat (function
utility).
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa baik pemimpin formal
maupun yang nonformal itu dapat menduduki jabatan kepemimpinannya
disebabkan oleh faktor-faktor di bawah ini:

3
1. Penunjukan dan penetapan dari atasan.
2. Karena warisan kedudukan yang berlangsung turun-temurun.
3. Karena dipilih oleh pengikut dan para pendukungnya.
4. Karena pengakuan tidak resmi dari bawahan.
5. Karena kelebihannya memiliki beberapa kualitas pribadi.
Karena tuntutan situasi – kondisi atau kebutuhan zaman.
(Kartini,2011:12)
B. Syarat-Syarat Kepemimpinan dan Prinsip-Prinsipnya
Dalam memangku jabatan pemimpin pendidikan yang dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan perannya sebagai pemimpin
yang baik dan sukses, maka dituntut beberapa persyaratan jasmani, rohani,
dan moralitas yang baik, bahkan persyaratan sosial ekonomis yang layak
akan tetapi pada bagian ini yang akan dikemukakan hanyalah persyaratan-
persyaratan kepribadian dari seorang pemimpin yang baik. Persyaratan-
persyaratan tersebut adalah :
1. Rendah hati dan sederhana
2. Bersifat suka menolong
3. Sabar dan memiliki kestabilan emosi
4. Percaya kepada diri sendiri
5. Jujur, adil dan dapat dipercaya
6. Keahlian dalam jabatan
Adanya syarat-syarat kepemimpinan seperti diuraikan di atas
menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan hanya memerlukan
kesanggupan dan kemampuan saja, tetapilebih-lebih lagi kemampuan dan
kesediaan pemimpin.(robin dan coulter,2007:60)
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dinyatakan, prinsip
adalah asas (kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak,
dan sebagainya).Sedang menurut Wikipedia, Prinsip adalah suatu
pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang
dijadikan oleh seseorang/kelompok sebagai sebuah pedoman untuk
berpikir atau bertindak (Wikipedia,2016)

4
Menurut istilah, prinsip (al-asl) dalam Bahasa Arab bermakna
sesuatu yang dijadikan dasar dari bangunan, atau dasar yang di atasnya
ditegakkan sesuatu baik yang bersifat materiil maupun immateriil.
.(Ridwan,2007:14)
Dari definisi prinsip di atas dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa prinsip adalah sesuatu yang sudah menjadi dasar pedoman
yang dianggap benar untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Dalam mengemban amanah dalam pendidikan perlu dipahami
dan dilaksanakan prinsip-prinsip kepemimpinan secara umum yang
berlaku, yaitu: (Burhaudin,2014:54)
1. Kapasitas Integratif
Prinsip kapasitas integratif adalah prinsip yang sangat
penting bagi seorang pemimpin, karena hanya dengan kapasitas
yang demikianlah administrasi dan organisasi dapat digerakkan
sebagai suatu total sistem ke arah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Integritas merupakan tindakan yang konsisten, baik di
dalam maupun di luar nilai-nilai batin. Pemimpin dengan
integritas tinggi adalah sama di dalam dan di luar batinnya dalam
makna apa yang ada di dalam diri maupun penampakan di
permukaan. Dengan begitu seorang pemimpin harus memiliki
kepercayaan dari pengkutnya oleh karenanya harus menampilkan
integritas. Jujur transaksi, diprediksi reaksi, emosi terkontrol
dengan baik, tidak mudah marah. Selain itu pemimpin dengan
integritas tinggi akan lebih mudh didekati oleh pengikutnya.
2. Kooperatif
Yaitu dalam proses kepemimpinannya kepala sekolah
hendaknya mementingkan kerjasama dengan orang-orang yang
dipimpinnya, karena dalam prinsip kooperatif ini partisipasi harus
ditingkatkan menjadi kerjasama yang dinamis. Dimana setiap
anggota disamping bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-
masing, juga harus merasa berkepentingan pada masalah yang

5
menyangkut sukesnya pekerjaan anggota-anggota yang lain.
Dengan adanya perasaan dan kesadaran semacam itu, mungkin
mereka akan saling bantu-membantu serta bekerja sama dalam
setiap usaha serta dalam memecahkan masalah-masalah yang
timbul dalam lembaga kerjanya, yang mungkin bisa
menghambat keberhasilan dalam mencapai tujuan dari lembaga
kerja tersebut.
Dalam kepemimpinan kooperatif memungkinkan
pekerjaan merupakan tanggung jawab bersama dan adanya
kerjasama yang baik antara subsistem yang ada di dalam
organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Namun
kepemimpinan kooperatif harus menyadari tidak semua pegawai
mampu menjalin kerjasama, baik dengan sesama rekan kerja
maupun dengan atasannya. Dalam kaitannya dengan ini
terkadang terjadi kesenjangan antara bawahan dengan sesama
bawahan maupun antara bawahan dengan atasan. Untuk itu
dibutuhkan prinsip-prinsip yang lain untuk mengatasi hal
tersebut. Setiap permasalahan yang timbul akan dapat
diselesaikan dengan duduk bersama untuk dibicarakan jalan
keluar yang terbaik untk semua. Semua mempunyai hak suara
untuk mngemukakan pendapat dalam menentukan kebijakan.
Seorang pemimpin harus bisa mengokomodasi pendapat-
pendapat tersebut dan merangkumnya dengan kebijakan yang
dapat diterima seluruh anggota.
3. Rasionalitas dan Obyektvitas
Yaitu sebagai pemimpin tidak akan berhasil apabila
menggerakkan organisasinya dengan cara emosional. Artinya
jika emosi merajai cara berpikir seorang pemimpin, maka
rasionalitas dan obyektivitas akan berkurang dan yang pada
gilirannya keputusan yang dibuat tidak akan tepat. Kepemimpinan
rasional ini ditandai dengan penampilan seorang tokoh yang

6
didasarkan pada kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya,
semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar
pula tuntutan kepadanya untuk membuktikan kemampuannya
untuk berpikir. Hasil pemikiran itu akan terasa dampaknya tidak
hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam hubungan
organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar
organisasi tersebut.
Dalam memandang atau memutuskan suatu masalah
seorang pemimpin harus terbuka, artinya memandang dari
segala sisi dan kronologinya. Keterbukaan berarti mampu
mendengarkan ide-ide baru, bahkan mungkin tidak sesuai
dengan cara berpikir biasa. Keterbukaan dalam kepemimpinan
akan membangun saling menghormati antara pemimpin dan
pengikut serta membuat tim secara baik dengan gagasan-gagasan
baru untuk mewujudkan visinya.
4. Adaptibilitas dan Fleksibilitas
Yaitu jika ada pendapat yang mengatakan bahwa satu-
satunya hal yang konstan di dunia ini adalah perubahan, maka
sikap kaku dan apriori akan merugikan seseorang dalam
menjalankan peranannya selaku pemimpin. Maka dari
kefleksibelan suatu organisasi akan menjamin hubungan kerja
dan tata kerja yang sesuai denagn kenyataan dan masalah baru
yang muncul dan selalu berubah. Perubahan tersebut tidak bisa
terlepas dari berbagai hubungan kemanusiaan diantara anggota
staf. Dengan demikian prinsip fleksibilitas merupakan faktor
yang sangat penting dalam suatu organisasi.
Adaptif berarti cerdas menyesuaikan diri dengan
perubahan. Kepemimpinan adaptif berarti kepemimpinan yang
mudah menyesuaikan dirinya dengan perubahan dan keadaan
baru. Perubahan selalu membentuk pandangan baru, dan
pandangan baru akan mempengaruhi berbagai peristiwa yang

7
sedang berjalan. Bila pemimpin tidak menyiapkan
kepribadiannya untuk menjawab pandangan baru tersebut, maka
dia akan menghadapi kesulitan untuk mejalani perubahan itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin
yang dapat secara fleksibel menerapkan gaya kepemimpinan
sesuai dengan perkembangan dan kondisi staf. Menurut Kamus
Umum Bahasa Indonesia, fleksibel mempunyai arti lentur;
mudah dibengkokkan; luwes.
Menurut definisi tersebut bukan berarti pemimpin seperti
bunglon, ikut sana ikut sini, tapi pemimpin akan mengambil
sikap dalam menentukan kebijakan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dapat menguntungkan organisasi.
5. Delegasi
Yaitu sebagai pemimpin pendidikan kepala sekolah
harus menyadari bahwa kemampuannya sebagai manusia
adalah terbatas, sehingga perlu mendelegasika kekuasan,
wewenang dan tanggung jawabnya kepada anggoga stafnya
menurut kemampuan masing-masing, supaya proses kerja
tersebut secara keseluruhan dapat berjalan lancar, efektif dan
efisien. Pembinaan kepemimpinan melalui latihan dalam
bentuk pendelegasian merupakan salah satu cara yang cukup
praktis bagi kepentingan peningkatan mutu pendidikan di masa
yang akan datang. Ini berarti bahwa sebernanya keberhasilan
dalam memimpin itu tergantung pada kemampuan dalam
mendelegasikan tugas dan tanggung jawab kepada bawahan
secara efektif.
Seorang pemimpin harus bisa memilah-milah tugas
pokok organisasinya dan mengevaluasi yang dapat dan tidak
dapat dilimpahkan pada orang-orang yang dipercayainya.
Pemimpin harus bersedia dan mempercayai orang-orang lain
sesuai posisi/jabatannya. Sedang penerima delegasi harus

8
mampu memlihara kepercayaan itu, dengan melaksanakannya
dengan penuh tanggung jawab. Pendelegasian ini harus
diwujudkan karena karena kemajuan kelompok/ organisasinya
yang tidak mungkin diwujudkan sendiri. Sehubungan dengan
itu musyawarah dan konsultasi ikut berperan, terutama bagi
penerima delegasi, agar selalu berorientasi pada kebijaksanaan
umum dari pimpinan.
Partisipasi dalam kepemimpinan hanya mungkin
terwujud jika pemimpin mengembangkan komunikasi yang
memumngkinkan terjadinya pertukaran pendapat, gagasan dan
pandangan dalam memecahkan masalah-masalah, yang bagi
pemimpin akan dapat dimanfaatkan untuk mengambil
keputusan- keputusan.
Seorang pemimpin harus bisa memberikan kepercayaan
kepada koleganyadalam menjalankan tugas yang diembannya
untuk melakukan aktivitas seluas-luasnya. Namun semua dalam
pelaksanaannya harus terukur dan harus bisa dipertanggung
jawabkan secara moral dan konstitusional.
6. Pragmatisme
Yaitu pemimpin pendidikan harus dapat membuat
keputusan yang akurat sesuai dengan kemampuan dan sumber-
sumber yang tersedia. Ini merupakan salah satu ciri pemimpin
yang baik.
Kepemimpinan pragmatis adalah konsep kepemimpinan
yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat waktu
cepat, efektif, tapi tidak melanggar prinsip. Pragmatisme berarti
konsentrasi pada fakta bukan emosi atau cita-cita. Hal ini berarti
pemimpin harus bersikap realistis dengan rencana, dan mau
bertindak langkah demi langkah, untuk melakukan tindakan
produktif dari situasi yang nyata.

9
Pemimpin pragmatis selalu berperilaku sangat praktis
untuk mendapatkan sebuah tujuan. Dia akan mengesampingkan
semua hierarki, diagnosis, analisa, metode, sistem, dan
keyakinan; demi mendapatkan cara yang paling gampang dalam
menyelesaikan tugas atau tujuan. Pemimpin pragmatis bertindak
dengan melihat gambaran total dari sebuah realitas, dan
memahami risiko yang ada dalam realitas tersebut, lalu dengan
pengalaman kepemimpinannya, dia akan mengambil sikap
melalui cara berpikir yang praktis, untuk mengatasi risiko dan
mengambil keuntungan dari realitas yang ada

C. Perkembangan Teori Kepemimpinan


Banyak studi ilmiah dilakukan orang mengenai kepemimpinan, dan
hasilnyaberupa teori-teori tentang kepemimpinan. Dari teori yang di
munculkan menunjukkan perbedaan dalam pendapat dan uraiannya,
metodologinya,interpretasi yang diberikan dan kesimpulan yang ditarik.
Setiap peneliti mempunyai segi penekanan sendiri, dipandang dari satu
aspek tertentu. Dan para penganutnya berkeyakinan bahwa teori itulah
yang paling benar dan paling iepat.
Pada teori traits atau traits theory menyatakan bahwa kualitas
kepemimpinan di dasarkan pada karakter tertentu.Ada beberapa
pendakatan mengenai teori kepemimpinan terutama pada pendekatan
personal situasional theory merupakan teori yang mengabungkan factor
individu dan lingkungan bahwa di mana teori ini menekankan bahwa
kelahiran seorang pemimpin tidak di lihat hanya dari satu factor, ia
merupakan efek interaksi antara factor individu dan situasi.
Selanjutnya tuntutan akan syarat seseorang ditunjuk sebagai
pemimpin mengalami perkembangan sesuai dengan tuntutan kebutuhan
hidupnya sesuai dengan perkembangan peradapan manusia. Hingga saat
ini terjadl banyak pendekatan tentang asal usul seorang pemimpin yang
efektif di kalangan ilmuwan yang mendalami masalah-masalah

10
kepemimpinan dan di kalangan para praktisi. Masing-masing mempunyai
argumentasi yang gigih diperjuangkan untuk mempertahankan pendirian
ataupun pendapatnya. Teori yang menjelaskan tentang kemunculan
pemimpin ada tiga yakni: teori genetis, teori sosial dan teori
ekologis.(Kartono,1998:15)
1. Teori Genetis
Pendekatan yang berpendapat bahwa pemimpin itu tidak
dihasilkan, akan tetapi dilahirkan (leader are born\. Seseorang
hanya akan menjadi pemimpin yang efektif karena ia dilahirkan
dengan bakaFbakat alami yang luar biasa yang diwarisi dari
keluarganya. Menurut pandangan pendekatan ini apabila seseorang
sudah "ditakdirkan" menjadi seorang pemimpin, terlepas dari
perjalanan hidup yang bersangkutan, akan timbul situasi yang
menempatkan orang yang bersangkutan tampil menjadi pemimpin
dan akan menjadi efeKif dalam menjalankan fungsi-fungsi
kepemimpinannya. Dalam menjalankan kepemimpinannya tidak
diperlukan teori dan ilmu kepemimpinan, tanpa menjalani
pelatihan dan pendidikan sebelumnya. Seorang diangkat menjadi
pemimpin karena keturunan bukan dibuat (pendekatan hereditary -
turun temurun). Sebagai contoh pemimpinpemimpin dunia yang
keberadaan dan kegiatan kepemimpinannya karena factor
keturunan seperti: Kaisar Hirohito, Napoleon Bonaparte, Gamal
Abdul Naser, Hitler dan sebagainya.
2. Teori Sosial
Pendekatan yang kedua yang memandang bahwa pemimpin
itu dibentuk dan dipersiapkan (leader are made). Menurut
pendekatan ini efektivitaskepemimpinan seseorang dapat dibentuk
dan dipersiapkan. Denganmendapatkan kesempatan yang luas
melalui berbagai kegiatan pendidikandan latihan kepemimpinan
yang terarah dan intensif, seseorang oapatmenumbuhkan dan
mengembangan efekti!itas kepemimpinannya. Denganmempelajari

11
berbagai hal yang berkaitan dengan efektivitas kepemimpinan,
ciri-ciri kepemimpinan, gaya kepemimpihan, fungsi-fungsi dan
peranan seorang pemimpin maka pada saatnya nanti seseorang
akan memperoleh kemampuan dan kesiapan untuk tampil sebagai
seorang pemimpin yang cocok dengan karakteristik dirinva.
3. Teori Ekologis
Pendekatan yang tidak mendukung dikotomi pandangan
tentang asal usul pimpinan. Banyak penyelidikan ilmiah telah
dilakukan, namun tidak seluruh mendukung pendekatan yang
ekstrim tersebut di atas. Oleh karena itu sebagai reaksi terhadap
kemunculan ke dua teori tersebut munculnya teorl ekologis atau
sintesis. Dalam pendekatan teori ekologis, seseorang akan sukses
menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-
bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan
melalui pengalaman dan usaha pendidikan, juga sesuai dengan
tuntutan lingkungan/ekologisnya.(wursanto,2002:25)

12
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tulisan di atas dapat di Tarik kesimpulan bahwa
pemimpin itu bukan hanya memerlukan kesanggupan dan kemampuan saja
tetapi lebih lagi kemampuan dan kesediaan pemimpin. Dengan begitu
seorang pemimpin harus memiliki kepercayaan oleh anggaotanya oleh
karenanya harus menampilkan integritas tinggi sehingga akan lebih mudah
di dekati oleh anggotanya. Dalam mengamban amanah dalam Pendidikan
perlu dipahami dan dilaksanakan prinsip-prinsip untuk menentukan
tindakan selanjutnya

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, pemakalah menyadari masih
banyak kekurangan, untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang
membangun terciptanya makalah yang lebih baik lagi. Dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca maupun pemakalah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kartono, Kartini. 2011.Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Kepemimpinan


Abnormal Itu?, Jakarta : Rajawali Pers
Robbin dan Coulter, 2007, Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta, PT Indeks.
Ridwan HR. SH., M.Hum. 2007, Fiqih Politik: Gagasan, Harapan, dan
Kenyataan, FH UII Press, Yogyakarta,
Burhanuddin. 2014, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,
Wursanto. 2002. Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi.
https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip (dikutip tanggal 23 Januari 2016).

14

Anda mungkin juga menyukai