Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI INDONESIA”

Guru Pengajar : Hendra Gunawan.S.AG

Disusun untuk memenuhi tugas Sejarah Kebudayaan Islam


Tahun pelajaran 2022/2023

KELOMPOK
:Amanda Aprilia
:Falha Ibrila Asyah Priyanto
:Wahyu Hidayah Saputra

MADRASAH TSANAWIYAH AL-IHSAN


JLN. Apus II / NO. 35 Kota Bambu Selatan Palmerah Jakarta 11420
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Sejarah yang berjudul “ Sejarah
Kerajaan Islam di Indonesia ”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang
diberikan dalam mata pelajaran Sejarah.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik
dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada guru mata pelajaran Sejarah kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami
perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang

Jakarta,02 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................1
C. TUJUAN...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................2

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran..................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang sangat penting untuk dipelajari. Termasuk
dalam hal ini adalah sejarah tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Sebelumnya, banyak teori yang bermunculan tentang bagaimana masuk dan berkembangannya
agama Islam di Indonesia.  Teori-teori tersebut adalah Teori Gujarat, Teori Makkah, dan
Teori  Persia. Ketiga teori tersebut saling berbeda pendapat mengenai waktu dan siapa yang
menyebarkan agam Islam ke Indonesia. Namun, dari perbedaan tersebut dapat ditarik suatu
persamaan tentang sejarah Islam di Indonesia. Dari sinilah, kerajan-kerajaan Islam muncul
memanfaatkan kemunduran dari kerajaan-kerajaan Hindu-Budha. Makalah ini kami susun dalam
memenuhi tugas dari mata pelajaran Sejarah Indonesia dan agar pembaca lebih memahami
tentang perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
    1.2.  Rumusan Masalah
1.2.1.   Bagaimana proses masuknya Islam ke Indonesia ?
1.2.2.   Apa sajakah kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
1.2.3.   Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ?
     1.3.  Tujuan
1.3.1.   Agar pembaca dapat lebih mengetahui tentang proses masuknya Islam ke Indonesia
1.3.2.   Agar pembaca dapat mengetahui kerajaan-kerajaan Islam yang pernah ada di Indonesia
1.3.3.   Agar pembaca dapat lebih memahami perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

     2.1. Teori-teori Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
2.1.1. Teori Gujarat
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan pembawanya berasal
dari Gujarat (Cambay), India. Dasar teori ini adalah :
1.     Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Indonesia
2.     Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-Cambay-
Timur Tengah-Eropa.
3.     Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak
khas Gujarat.
2.1.2. Teori Makkah
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal
dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah :
1.  Pada bad ke 7 yaitu tahun 674 di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam
(Arab)
2.  Kerajaan Samudra Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’I terbesar
pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah.
3.  Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al-Malik, yaitu gelar dari Mesir
2.1.3. Teori Persia
Berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 dan pembawanya berasal
dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah :
1.     Peringatan 10 Muharam atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi
Muhammad SAW, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran.
2.     Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jenar dengan sufi dari Iran yaitu Al-Hallaj.
3.     Penggunaan istilah bahasa Iran dalam system mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi
Harakat.
4.     Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
5.     Adanya perkampungan Leren/Leran daerah Gresik. Leren adalah nam salah satu pendukung
tori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.

     2.2. Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia
2.2.1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berada di
Sumatra. Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Sultan Malik Al Saleh dan mengalami
kejayaan. Hal ini dibuktikan Kerajaan Samudera Pasai mampu memperluas wilayahnya dan
menjalin hubungan perdagangan dengan Arab. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad Malik aI
Tahir, ada kunjungan Ibnu Battutah yang mengadakan perjalanan India-Cina (kembali tahun
1345). Peranan Kerajaan Samudera Pasai dalam persebaran agama Islam yaitu:
·   Menjadi pusat studi Islam di Asia sehingga banyak orang-orang asing yang menetap di
Samudera Pasai.
·   Penyebaran agama Islam melalui perluasan pengaruh politik. Hal ini dibuktikan dengan
berhasil merintis munculnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa.
Samudera Pasai menggunakan Selat Malaka sebagai jalur perdagangan laut yang
menghubungkan daerah Pasai dengan Arab, India, dan Cina. Sebagai pusat perdagangan dan
pelabuhan besar, Samudera Pasai memiliki fungsi sebagai
·   Tempat merambah perbekalan.
·   Tempat mengurus masalah perkapalan.
·   Tempat mengumpulkan komoditas dagang yang akan dikirim ke luar.Tempat menyimpan
barang yang akan diantar ke daerah lain.
Sebagai sebuah kerajaan, raja silih berganti memerintah di Samudra Pasai. Raja-raja yang pernah
memerintah Samudra Pasai adalah seperti berikut.
(1) Sultan Malik Al-saleh berusaha meletakkan dasar-dasar kekuasaan Islam dan berusaha
mengembangkan kerajaannya antara lain melalui perdagangan dan memperkuat angkatan perang.
Samudra Pasai berkembang menjadi negara maritim yang kuat di Selat Malaka.
(2) Sultan Muhammad (Sultan Malik al Tahir I) yang memerintah sejak 1297-1326. Pada masa
pemerintahannya Kerajaan Perlak kemudian disatukan dengan Kerajaan Samudra Pasai.
(3) Sultan Malik al Tahir II (1326 – 1348 M). Raja yang bernama asli Ahmad ini sangat teguh
memegang ajaran Islam dan aktif menyiarkan Islam ke negeri-negeri sekitarnya. Akibatnya,
Samudra Pasai berkembang sebagai pusat penyebaran Islam. Pada masa pemerintahannya,
Samudra Pasai memiliki armada laut yang kuat sehingga para pedagang merasa aman singgah
dan berdagang di sekitar Samudra Pasai. Namun, setelah muncul Kerajaan Malaka, Samudra
Pasai mulai memudar. Pada tahun 1522 Samudra Pasai diduduki oleh Portugis. Keberadaan
Samudra Pasai sebagai kerajaan maritim digantikan oleh Kerajaan Aceh yang muncul kemudian
Adanya perpecahan di dalam kerajaan telah melahirkan kemunduran politik dan perdagangan
terlebih lagi, munculnya Kerajaan Malaka yang letaknya lebih strategis. 

2.2.2. Kerajaan Aceh
          Kerajaan Islam berikutnya di Sumatra ialah Kerajaan Aceh. Kerajaan yang didirikan oleh
Sultan Ibrahim yang bergelar Ali Mughayat Syah (1514-1528), menjadi penting karena
mundurnya Kerajaan Samudera Pasai dan berkembangnya Kerajaan Malaka.
Pusat pemerintahan Kerajaan Aceh ada di Kutaraja (Banda Acah sekarang). Corak pemerintahan
di Aceh terdiri atas dua sistem: pemerintahan sipil di bawah kaum bangsawan, disebut golongan
teuku; dan pemerintahan atas dasar agama di bawah kaum ulama, disebut golongan tengku atau
teungku.
Sebagai sebuah kerajaan, Aceh mengalami masa maju dan mundur. Aceh mengalami kemajuan
pesat pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607- 1636). Pada masa pemerintahannya,
Aceh mencapai zaman keemasan. Aceh bahkan dapat menguasai Johor, Pahang, Kedah, Perak di
Semenanjung Melayu dan Indragiri, Pulau Bintan, dan Nias. Di samping itu, Iskandar Muda juga
menyusun undang-undang tata pemerintahan yang disebut Adat Mahkota Alam.
Corak pemerintahannya terdiri atas,
·            Pemerintahan sipil oleh golongan bangsawan (teuku).
·            Pemerintahan agama oleh golongan ulama (tengku).
·            Berikut ini beberapa tindakan yang dilakukan Iskandar Muda untuk memperkuat
kerajaan Aceh.
·            Memperluas daerah kekuasaan ke Semeranjung Malaka dengan dikuasainya kerajaan
Kedah, Perak, Johor, dan Pahang. Daerah pantai barat dan timur Sumatera dikuasainya sampai
ke Pariaman yang merupakan jalur masuk Islam ke Minaangkabau.
·            Untuk memperlemah kekuasaan Portugis, Iskandar Muda membuka kerja sama dengan
Belanda dan lnggris dengan mengizinkan kongsi dagang mereka, yaitu VOC dan EIC untuk
membuka kantor cabangnya di Aceh.
·            Menyerang Portugis di Malaka dan sempat mengalahkan Portugis di Pulau Bintan pada
tahun 1614.Mendirikan
·            Masjid Baiturrahman di pusat ibukota kerajaan Aceh.
Setelah Sultan Iskandar Muda, tidak ada lagi sultan yang mampu mengendalikan Aceh. Aceh
mengalami kemunduran di bawah pimpinan Sultan Iskandar Thani (1636- 1641). Dia kemudian
digantikan oleh permaisurinya, Putri Sri Alam Permaisuri (1641- 1675). Sejarah mencatat Aceh
makin hari makin lemah akibat pertikaian antara golongan teuku dan teungku, serta antara
golongan aliran syiah dan sunnah wal jama’ah. Akhirnya, Belanda berhasil menguasai Aceh
pada tahun 1904.
Dalam bidang sosial, letaknya yang strategis di titik sentral jalur perdagangan internasional di
Selat Malaka menjadikan Aceh makin ramai dikunjungi pedangang Islam.
Terjadilah asimilasi baik di bidang sosial maupun ekonomi. Dalam kehidupan bermasyarakat,
terjadi perpaduan antara adat istiadat dan ajaran agama Islam. Pada sekitar abad ke-16 dan 17
terdapat empat orang ahli tasawuf di Aceh, yaitu Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumtrani,
Nuruddin ar-Raniri, dan Abdurrauf dari Singkil.
Keempat ulama ini sangat berpengaruh bukan hanya di Aceh tetapi juga sampai ke Jawa.
Dalam kehidupan ekonomi, Aceh berkembang dengan pesat pada masa kejayaannya. Dengan
menguasai daerah pantai barat dan timur Sumatra, Aceh menjadi kerajaan yang kaya akan
sumber daya alam, seperti beras, emas, perak dan timah serta rempah-rempah.

2.2.3. Kerajaan Demak
Awal Perkembangan Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak sebelumnya
merupakan daerah vasal atau bawahan dari Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah,
keturunan Raja Majapahit yang terakhir.
Ketika kekuasaan kerajaan Majapahit melemah, Raden Patah memisahkan diri sebagai bawahan
Majapahit pada tahun 1478 M. Dengan dukungan dari para bupati, Raden Patah mendirikan
kerajaan Islam Demak dengan gelar Senopati Jimbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang
Sayidin Panatagama. Sejak saat itu, kerajaan Demak berkembang menjadi kerajaan maritim yang
kuat. Wilayahnya cukup luas, hampir meliputi sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Sementara itu,
daerah pengaruhnya sampai ke luar Jawa, seperti ke Palembang, Jambi, Banjar, dan Maluku.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Pada tahun 1507 M, Raja Demak pertama, Raden Patah mangkat dan digantikan oleh putranya
Pati Unus. Pada masa pemerintahan Pati Unus, Demak dan Portugis bermusuhan, sehingga
sepanjang pemerintahannya, Pati Unus hanya memperkuat pertahanan lautnya, dengan maksud
agar Portugis tidak masuk ke Jawa. Setelah mangkat pada tahun 1521, Pati unus digantikan oleh
adiknya Trenggana. Setelah naik takhta, Sultan Trenggana melakukan usaha besar membendung
masuknya portugis ke Jawa Barat dan memperluas kekuasaan Kerajaan Demak.
Beliau mengutus Faletehan beserta pasukannya untuk menduduki Jawa Barat. Dengan semangat
juang yang tinggi, Faletehan berhasil menguasai Banten dan Sunda Kelapa lalu menyusul
Cirebon. Dengan demikian, seluruh pantai utara Jawa akhirnya tunduk kepada pemerintahan
Demak. Faletehan kemudian diangkat menjadi raja di Cirebon. Pasukan demak terus bergerak ke
daerah pedalaman dan berhasil menundukkan Pajang dan Mataram, serta Madura. Untuk
memperkuat kedudukannya, Sultan Trenggana melakukan perkawinan politik dengan Bupati
Madura, yakni mengawinkan Putri Sultan Trenggana dengan Putra Bupati Madura, Jaka Tingkir.
Sultan Trenggana   mangkat pada tahun 1546 M.
Mangkatnya Beliau menimbulkan kekacauan politik yang hebat di Demak. Negara bagian
banyak yang melepaskan diri, dan para ahli waris Demak juga saling berebut tahta sehingga
timbul perang saudara dan muncullah kekuasaan baru, yakni Kerajaan Pajang.
Aspek Kehidupan Sosial dan Budaya
Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Demak telah berjalan teratur. Pemerintahan diatur dengan
hukum Islam tanpa meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Hasil kebudayaan Demak
merupakan kebudayaan yang berkaitan dengan Islam. Seperti ukir-ukiran Islam dan berdirinya
Masjid Agung Demak yang masih berdiri sampai sekarang. Masjid Agung tersebut merupakan
lambang kebesaran Demak sebagai kerajaan Islam.
Aspek Kehidupan Ekonomi
Dalam bidang ekonomi, Demak berperan penting karena mempunyai daerah pertanian yang
cukup luas dan sebagai penghasil bahan makanan, terutama beras. Selain itu, perdagangannya
juga maju. Komoditas yang diekspor, antara lain beras, madu, dan lilin.
Keruntuhan Kerajaan Demak
Keruntuhan Kerajaan Demak disebabkan karena pembalasan dendam yang dilakukan oleh Ratu
Kalinyamat yang bekerja sama dengan Bupati Pajang Hadiwijaya (Jaka Tingkir). Mereka berdua
ingin menyingkirkan Aria Penansang sebagai pemimpin Kerajaan Demak karena Aria Penansang
telah membunuh suami dan adik suami dari Ratu Kalinyamat. Dengan tipu daya yang tepat
mereka berhasil meruntuhkan pemerintahan dari Bupati Jipang yang tidak lain adalah Aria
Penansang. Aria Penansang sendiri berhasil dibunuh Sutawijaya. Sejak saat itu pemerintahan
Demak pindah ke Pajang dan tamatlah riwayat Kerajaan Demak.

2.2.4. Kerajaan Pajang
         Pada tahun 1568 berdiri kerajaan Islam Pajang. Pendiri kerajaan ini adalah Sultan
Adiwijoyo atau Joko Tingkir. Ia berhasil mengalahkan Arya penangsang raja Demak. Ia
kemudian menindahkan pusat kerajaan dari Demak ke Pajang. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa berdirinya kerajaan Islam Pajang erat kaitannya dengan kerajaan Demak.
Sultan Adiwijoyo atau Joko Tingkir adalah seorang yang suka menghargai pendukung atau
pengikut yang turut bertempur bersamanya sewaktu menghadapi Arya Penangsang. Mereka yang
telah berjasa oleh Sultan Adiwijoyo diberi hadiah penghargaan. Kedua orang yang dinilai sangat
berjasa yaitu Kiai Ageng Pemanahan dihadiahi tanah di Mataram (sekitar Kotagede, dekat
Yogyakarta). Sedangkan Kiai Panjawi dihadiahi tanah di Daerah Pati. Mereka sekaligus diangkat
menjadi bupati di daerahnya masing-masing.
Bupati Surabaya diangkat sebagai wakil raja yang memiliki daerah kekuasaan meliputi Sedayu,
Gresik, Surabaya dan Panarukan.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram mempunyai seorang putra bernama
Sutowijoyo. Ia memiliki bakat di bidang kemiliteran. Sutowijoyo lebih dikenal sebagai Senapti
Ing Alaga (Panglima Perang). Karena itu setelah Kiai Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575,
pemerintahan dilanjutkan oleh Sutowijoyo, putranya.
Dalam perkembangnya di Pajang terjadi pergolakan hebat. Setelah Sultan Adiwijoyo wafat pada
tahun 1582, maka Arya Pangiri putra Sunan Prawoto (dari Demak) mencoba merebut kekuasaan
dari Pangeran Benowo yang ketika itu menjadi penguasa Pajang menggantikan ayahnya, Sultan
Adiwijoyo. pangeran Benowo meminta bantuan Sutowijoyo dalam menghadapi Arya Pangiri.
Perebutan kekuasaan yang dilakukan Arya Pangiri tidak berhasil. Kemudian Pangeran Benowo
menyerahkan kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya yang bernama Sutowojoyo karena
tidak mampu lagi melanjutkan pemerintahan. Kemudian oleh Sutowijoyo pusat pemerintahan
dipindahkan ke Mataram. Dengan demikian tamatlah kerajaan Pajang.

2.2.5. Kerajaan Mataram
Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam
Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi
Bupati di Mataram sebagai imbalan atas keberhasilannya membantu menumpas Aria
Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan
Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat
menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati, Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin
menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga terjadilah peperangan sengit pada tahun
1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat. Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan
di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran
Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang, Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran
Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya kepada Sutawijaya yang kemudian
memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun 1568 M. Sejak saat itu berdirilah
Kerajaan Mataram.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Dalam menjalankan pemerintahannya, Sutawijaya, Raja Mataram banyak menghadapi rintangan.
Para bupati di pantai utara Jawa seperti Demak, Jepara, dan Kudus yang dulunya tunduk pada
Pajang memberontak ingin lepas dan menjadi kerajaan merdeka. Akan tetapi, Sutawijaya
berusaha menundukkan bupati-bupati yang menentangnya dan Kerajaan Mataram berhasil
meletakkan landasan kekuasaannya mulai dari Galuh (Jabar) sampai pasuruan (Jatim).
Setelah Sutawijaya mangkat, tahta kerajaan diserahkan oleh putranya, Mas Jolang, lalu cucunya
Mas Rangsang atau Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, muncul kembali para
bupati yang memberontak, seperti Bupati Pati, Lasem, Tuban, Surabaya, Madura, Blora, Madiun,
dan Bojonegoro.
Untuk menundukkan pemberontak itu, Sultan Agung mempersiapkan sejumlah besar pasukan,
persenjataan, dan armada laut serta penggemblengan fisik dan mental. Usaha Sultan Agung
akhirnya berhasil pada tahun 1625 M. Kerajaan Mataram berhasil menguasai seluruh Jawa,
kecuali Banten, Batavia, Cirebon, dan Blambangan. Untuk menguasai seluruh Jawa, Sultan
Agung mencoba merebut Batavia dari tangan Belanda. Namun usaha Sultan mengalami
kegagalan.
Aspek Kehidupan Sosial
Kehidupan masyarakat di kerajaan Mataram, tertata dengan baik berdasarkan hukum Islam tanpa
meninggalkan norma-norma lama begitu saja. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram Islam,
Raja merupakan pemegang kekuasaan tertinggi, kemudian diikuti oleh sejumlah pejabat
kerajaan. Di bidang keagamaan terdapat penghulu, khotib, naid, dan surantana yang bertugas
memimpin upacara-upacara keagamaan. Di bidang pengadilan, dalam istana terdapat jabatan
jaksa yang bertugas menjalankan pengadilan istana.
Untuk menciptakan ketertiban di seluruh kerajaan, diciptakan peraturan yang dinamakan anger-
anger yang harus dipatuhi oleh seluruh penduduk.
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Kebudayaan
Kerajaan Mataram adalah kelanjutan dari Kerajaan Demak dan Pajang. Kerajaan ini
menggantungkan kehidupan ekonominya dari sektor agraris. Hal ini karena letaknya yang berada
di pedalaman. Akan tetapi, Mataram juga memiliki daerah kekuasan di daerah pesisir utara Jawa
yang mayoritas sebagai pelaut. Daerah pesisir inilah yang berperan penting bagi arus
perdagangan Kerajaan Mataram.
Kebudayaan yang berkembang pesat pada masa Kerajaan Mataram berupa seni tari, pahat, suara,
dan sastra. Bentuk kebudayaan yang berkembang adalah Upacara Kejawen yang merupakan
akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan Islam.
Di samping itu, perkembangan di bidang kesusastraan memunculkan karya sastra yang cukup
terkenal, yaitu Kitab Sastra Gending yang merupakan perpaduan dari hukum Islam dengan adat
istiadat Jawa yang disebut Hukum Surya Alam.
Kemunduran Mataram Islam
Kemunduran Mataram Islam berawal saat kekalahan Sultan Agung merebut Batavia dan
menguasai seluruh Jawa dari Belanda. Setelah kekalahan itu, kehidupan ekonomi rakyat tidak
terurus karena sebagian rakyat dikerahkan untuk berperang.
2.2.6. Kerajaan Banten
Awal Perkembangan Kerajaan Banten
Semula Banten menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam) mengadakan
hubungan dengan Portugis di Malaka untuk membendung meluasnya kekuasaan Demak. Namun
melalui, Faletehan, Demak berhasil menduduki Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon. Sejak saat
itu, Banten segera tumbuh menjadi pelabuhan penting menyusul kurangnya pedagang yang
berlabuh di Pelabuhan Malaka yang saat itu dikuasai oleh Portugis.
Pada tahun 1552 M, Faletehan menyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya, Hasanuddin.
Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570 M), Banten cepat berkembang menjadi
besar. Wilayahnya meluas sampai ke Lampung, Bengkulu, dan Palembang.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Raja Banten pertama, Sultan Hasanuddin mangkat pada tahun 1570 M dan digantikan oleh
putranya, Maulana Yusuf. Sultan Maulana Yusuf memperluas daerah kekuasaannya ke
pedalaman. Pada tahun 1579 M kekuasaan Kerajaan Pajajaran dapat ditaklukkan, ibu kotanya
direbut, dan rajanya tewas dalam pertempuran. Sejak saat itu, tamatlah kerajaan Hindu di Jawa
Barat.
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, Banten mengalami puncak kejayaan. Keadaan Banten
aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan, seperti dengan
dilaksanakannya pembangunan kota. Bidang pertanian juga diperhatikan dengan membuat
saluran irigasi.
Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1580 M. Setelah mangkat, terjadilah perang saudara
untuk memperebutkan tahta di Banten. Setelah peristiwa itu, putra Sultan Maulana Yusuf,
Maulana Muhammad yang baru berusia sembilan tahun diangkat menjadi Raja dengan perwalian
Mangkubumi.
Masa pemerintahan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1508-1605 M. Kemudian
digantikan oleh Abdulmufakir yang masih kanak-kanak didampingi oleh Pangeran
Ranamenggala. Setelah pangeran Rana Menggala wafat, Banten mengalami kemunduran.
Aspek Kehidupan Ekonomi dan Sosial
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena menghasilkan lada
dan pala yang banyak. Pedangang Cina, India, gujarat, Persia, dan Arab banyak yang datang
berlabuh di Banten. Kehidupan sosial masyarakat Banten dipengaruhi oleh sistem
kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah perdagangan, tetapi
meluas hingga ke pedalaman.
Kemunduran Kerajaan Banten

Penyebab kemunduran Kerajaan Banten berawal saat mangkatnya Raja Besar Banten Maulana
Yusuf. Setelah mangkatnya Raja Besar terjadilah perang saudara di Banten antara saudara
Maulana Yusuf dengan pembesar Kerajaan Banten. Sejak saat itu Banten mulai hancur karena
terjadi peang saudara, apalagi sudah tidak ada lagi raja yang cakap seperti Maulana Yusuf.

2.2.7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan yang terletak di perbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah didirikan oleh salah
seorang anggota Walisongo, Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah.
Syarif Hidayatullah membawa kemajuan bagi Cirebon. Ketika Demak mengirimkan pasukannya
di bawah Fatahilah (Faletehan) untuk menyerang Portugis di Sunda Kelapa, Syarif Hidayatullah
memberikan bantuan sepenuhnya. Bahkan pada tahun 1524, Fatahillah diambil menantu oleh
Syarif Hidayatullah. Setelah Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa, Syarif
Hidayatullah meminta Fatahillah untuk menjadi Bupati di Jayakarta.
Syarif Hidayatullah kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Pangeran Pasarean. Inilah
raja yang menurunkan raja-raja Cirebon selanjutnya.
Pada tahun 1679, Cirebon terpaksa dibagi dua, yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
Dengan politik de vide at impera yang dilancarkan Belanda yang pada saat itu sudah
berpengaruh di Cirebon, kasultanan Kanoman dibagi dua menjadi Kasultanan Kanoman dan
Kacirebonan. Dengan demikian, kekuasaan Cirebon terbagi menjadi 3, yakni Kasepuhan,
Kanoman, dan Kacirebonan. Cirebon berhasil dikuasai VOC pada akhir abad ke-17.

2.2.8. Kerajaan Makassar
Awal Perkembangan Kerajaan Makassar
Di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-16 terdapat banyak kerajaan, tetapi yang terkenal adalah
Gowa, Tallo, bone, Wajo, Soppeng, dan Luwu. Berkat dakwah dari Datuk ri Bandang dan
Sulaeman dari Minangkabau, akhirnya Raja Gowa dan Tallo masuk Islam (1605) dan rakyat pun
segera mengikutinya.
Kerajaan Gowa dan Tallo akhirnya dapat menguasai kerajaan lainnya. Dua kerajaan itu lazim
disebut Kerajaan Makassar. Dari Makasar, agama Islam menyebar ke berbagai daerah sampai ke
Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Makassar merupakan salah
satu kerajaan Islam yang ramai akan pelabuhannya. Hal ini, karena letaknya di tengah-tengah
antara Maluku, Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Malaka.
Aspek Kehidupan Politik dan Pemerintahan
Kerajaan Makassar mula-mula diperintah oleh Sultan Alauddin (1591-1639 M). Raja berikutnya
adalah Muhammad Said (1639-1653 M) dan dilanjutan oleh putranya, Hasanuddin (1654-1660
M). Sultan Hasanuddin berhasil memperluas daerah kekuasaannya dengan menundukkan
kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Selatan, termasuk Kerajaan Bone.
VOC setelah mengetahui Pelabuhan Makassar, yaitu Sombaopu cukup ramai dan banyak
menghasilkan beras, mulai mengirimkan utusan untuk membuka hubungan dagang. Setelah
sering datang ke Makassar, VOC mulai membujuk Sultan Hasanuddin untuk bersama-sama
menyerbu Banda (pusat rempah-rempah). Namun, bujukan VOC itu ditolak.
Setelah peristiwa itu, antara Makassar dan VOC mulai terjadi konflik. Terlebih lagi setelah
insiden penipuan tahun 1616. Pada saat itu para pembesar Makassar diundang untuk suatu
perjamuan di  atas kapal VOC, tetapi nyatanya malahan dilucuti dan terjadilah perkelahian yang
menimbulkan banyak korban di pihak Makassar. Keadaan meruncing sehingga pecah perang
terbuka. Dalam peperangan tersebut, VOC sering mengalami kesulitan dalam menundukkan
Makassar. Oleh karena itu, VOC memperalat Aru Palakka (Raja Bone) yang ingin lepas dari
kerajaan Makassar dan menjadi kerajaan merdeka.
Aspek Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim. Hasil perekonomian terutama
diperoleh dari hasil pelayaran dan perdagangan. Pelabuhan Sombaupu ( Makassar ) banyak
didatangi kapal-kapal dagang sehingga menjadi pelabuhan transit yang sangat ramai. Dengan
demikian, masyarakatnya hidup aman dan makmur.
Dalam menjalankan pemerintahannya, Raja dibantu oleh Bate Salapanga (Majelis Sembilan)
yang diawasi oleh seorang paccalaya (hakim). Sesudah sultan, jabatan tertinggi dibawahnya
adalah pabbicarabutta (mangkubumi) yang dibantu oleh tumailang matoa dan malolo. Panglima
tertinggi disebut anrong guru lompona tumakjannangan. Bendahara kerajaan disebut opu bali
raten yang juga bertugas mengurus perdagangan dan hubungan luar negeri. Pejabat bidang
keagamaan dijabat oleh kadhi yang dibantu imam, khatib, dan bilal.
Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari Kerajaan Makassar adalah keahlian masyarakatnya
membuat perahu layar yang disebut pinisi dan lambo.
Kemunduran Kerajaan Makassar
Kemunduran Kerajaan Makassar disebabkan karena permusuhannya dengan VOC yang
berlangsung sangat lama. Ditambah dengan taktik VOC yang memperalat Aru Palakka ( Raja
Bone) untuk mengalahkan Makassar. Kebetulan saat itu Kerajaan Makassar sedang bermusuhan
dengan Kerajaan Bone sehingga Raja Bone setuju bekerja sama dengan VOC.

2.2.9. Kerajaan Banjar
           Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam yang terletak di Pulau Kalimantan, tepatnya di
Klimantan Selatan. Kerajaan Banjar disebut juga Kesultanan Banjarmasin. Kata Banjarmasin
meru[pakan paduan dari dua kata, yaitu Bandar dan masih. Nama Bandar Masih diambil dari
nama Patih Masih, seorang perdana menteri Kerajaan Banjar yang cakap dan berwibawa.
Sebelum menjadi kerajaan Islam, Kerajaan Banjar telah diperintahkan oleh tujuh orang raja. Raja
pertama ialah Pangeran Surianata (1438-1460) dan raja terakhir ialah Pangeran Tumenggung
(1588-1595).
          Selama Pangeran Tumenggung memerintah, situasi politik di Kerajaan Banjar berada
dalam keadaan rawan. Pangeran Samudera yang berada di pengasingan secara diam-diam
menyusun kekuatan untuk menaklukkan Pangeran Tumenggung. Akibatnya, pada tahun 1595
terjadi perang saudara yang berakhir dengan kemenangan di pihak Pangeran Samudera
(Pangeran Suriansyah).
          Keberhasilan Pangeran Samudera tidak terlepas dari dukungan umat Islam di wilayah
Banjar serta dukungan Patih Masih dengan prajurit Kerajaan Demak. Setelah masuk Islam,
Pangeran Samudera berganti nama menjadi Pangeran Suriansyah. Kemudian ia memindahkan
pusat pemerintahan ke suatu tempat yang diberi nama Bandar Masih, sekarang Banjarmasin.
          Perpindahan pusat pemerintahan Kasultanan Banjar juga terjadi pda masa pemerintahan
sultan-sultan berikutnya. Pada akhir masa pemerintahan Sultan Hidayatullah (1650), pusat
pemerintahan dipindahkan ke Batang Mengapan, yang sekarang menjadi Muara Tambangan
dekat Martapura. Pada masa Sultan Tamjidillah (1745-1778) pusat pemerintahan dipindahkan ke
Martapura pada tahun 1766.
          Sultan terakhir yang memerintah Kesultanan Banjar ialah Pangeran Tamjidillah (1857-
1859). Pengangkatan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan oleh Belanda mendapat tantangan dari
masyarakat, sehingga menimbulkan pergolakan. Karena tidak dapat memenuhi keinginan
Belanda, ia diturunkan dari takhta. Pada tanggal 11 Juni 1860, Belanda mengahapus kesultanan.
Meskipun demikian, peperangan terus berkobar.      

2.2.10. Kerajaan Malaka
             Menurut beberapa versi, kerajaan ini didirikan oleh seorang pangeran dari Palembang
bernama Parameswara yang lari ke Malaka ketika terjadi serangan dari Majapahit. Ia mendirikan
kerajaan Malaka sekitar tahun 1400. Pada mulanya, Parameswara adalah seorang raja yhang
beragama Hindu. Setelah memeluk Islam, dia mengganti namanya dengan nama Islam,
Muhammad Syah (1400-1414). Raja pertama ini kemudian digantikan oleh Sultan Iskandar Syah
(1414-1424). Selanjutnya raja-raja yang berkuasa di Malaka adalah Sultan Muzafar Syah (1424-
1444), Sultan Mansur Syah (1444-1477), dan Sultan Mahmud Syah (1477-1511).
              Perdagangan menjadi sumber utama penghasilan kerajaan Malaka. Ciri-ciri
perdagangan di Malaka :
·         Raja dan pejabat tinggi kerajaan terlibat dalam kegiatan dagang
·         Pajak bea cukai yang dikenakan terhadap setiap barang dibedakan atas asal barang.
·         Perdagangan dijalankan dalam dua jenis. Pertama, pedagang memasukkan modal dalam
bentuk barang dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke negeri lain. Kedua,
pedagang menitipkan barang atau meminjamkan uang kepada nahkoda yang akan membagi
keuntungannya dengan pedagang pemberi modal.
·         Kerajaan mengeluarkan berbagai undang-undang yang mengatur perdagangan di Kerajaan
Malaka, agar perdagangan berjalan lancar.

2.2.11. Kerajaan Ternate dan Tidore


Ternate merupakan kerajaan Islam di timur yang berdiri pada abad ke-13 dengan raja Zainal
Abidin (1486-1500). Zainal Abidin adalah murid dari Sunan Giri di Kerajaan Demak. Kerajaan
Tidore berdiri di pulau lainnya dengan Sultan Mansur sebagai raja.
Kerajaan yang terletak di Indonesia Timur menjadi incaran para pedagang karena Maluku kaya
akan rempah-rempah. Kerajaan Ternate cepat berkembang berkat hasil rempah-rempah terutama
cengkih.
Ternate dan Tidore hidup berdampingan secara damai. Namun, kedamaian itu tidak berlangsung
selamanya. Setelah Portugis dan Spanyol datang ke Maluku, kedua kerajaan berhasil diadu
domba. Akibatnya, antara kedua kerajaan tersebut terjadi persaingan. Portugis yang masuk
Maluku pada tahun 1512 menjadikan Ternate sebagai sekutunya dengan membangun benteng
Sao Paulo. Spanyol yang masuk Maluku pada tahun 1521 menjadikan Tidore sebagai sekutunya.
Dengan berkuasanya kedua bangsa Eropa itu di Tidore dan Ternate, terjadi pertikaian terus-
menerus. Hal itu terjadi karena kedua bangsa itu sama-sama ingin memonopoli hasil bumi dari
kedua kerajaan tersebut. Di lain pihak, ternyata bangsa Eropa itu bukan hanya berdagang tetapi
juga berusaha menyebarkan ajaran agama mereka. Penyebaran agama ini mendapat tantangan
dari Raja Ternate, Sultan Khairun (1550-1570). Ketika diajak berunding oleh Belanda di benteng
Sao Paulo, Sultan Khairun dibunuh oleh Portugis.
Setelah sadar bahwa mereka diadu domba, hubungan kedua kerajaan membaik kembali. Sultan
Khairun kemudian digantikan oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Pada masa pemerintahannya,
Portugis berhasil diusir dari Ternate. Keberhasilan itu tidak terlepas dari bantuan Sultan Tidore.
Sultan Khairun juga berhasil memperluas daerah kekuasaan Ternate sampai ke Filipina.
Sementara itu, Kerajaan Tidore mengalami kemajuan pada masa pemerintahan Sultan Nuku.
Sultan Nuku berhasil memperluas pengaruh Tidore sampai ke Halmahera, Seram, bahkan Kai di
selatan dan Misol di Irian.
Dengan masuknya Spanyol dan Portugis ke Maluku, kehidupan beragama dan bermasyarakat di
Maluku jadi beragam: ada Katolik, Protestan, dan Islam. Pengaruh Islam sangat terasa di Ternate
dan Tidore. Pengaruh Protestan sangat terasa di Maluku bagian tengah dan pengaruh Katolik
sangat terasa di sekitar Maluku bagian selatan.
Maluku adalah daerah penghasil rempah-rempah yang sangat terkenal bahkan sampai ke Eropa.
Itulah komoditi yang menarik orang-orang Eropa dan Asia datang ke Nusantara. Para pedagang
itu membawa barang-barangnya dan menukarkannya dengan rempah-rempah. Proses
perdagangan ini pada awalnya menguntungkan masyarakat setempat. Namun, dengan berlakunya
politik monopoli perdagangan, terjadi kemunduran di berbagai bidang, termasuk kesejahteraan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Sejarah merupakan salah satu disiplin ilmu yang penting untuk dipelajari.
2.      Meski terdapat perbedaan teori tentang masuknya Islam ke Indonesia, namun dapat diambil
kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara damai.
3.      Kerajaan Islam merupakan salah satu bukti dari perkembangan Islam di Indonesia begitu
pesat.

3.2. Saran
1.    Hendaknya kita lebih bersemangat dalam mempelajari sejarah
2.    Hendaknya kita dapat mengambil ibrah dari Sejarah Kerajaan Islam di Indonesia
Dengan mempelajari sejarah, selain wawasan kita bertambah kita juga akan lebih memahami
kebudayaan-kebudayaan tempo dulu dan mengambil setiap pelajaran dari sejarah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan. “ Kerajaan-kerajaan Bercorak Islam di Indonesia”. http:// dahlanforum.


wordpress.com/2009/ 05/02/kerajaan-kerajaan-bercorak-islam-di-indonesia/.

Firwan, Andi.  “Sejarah Perkembangan Kerajaan-kerajaan Islam di


Indonesia”.http://boyzstudent.blogspot.co.id/2012/11/sejarah-perkembangan-kerajaan-
kerajaan.html.

Informasiana. “Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia”. http://informasiana.com/sejarah-


kerajaan-islam-di-indonesia/# .

Solihin, Akhmad. “Sejarah Kerajaan-kerajaan Islam di


Indonesia”.http://visiuniversal.blogspot.co.id/2015/03/sejarah-kerajaan-kerajaan-islam-di.html.

Anda mungkin juga menyukai