Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Keperawatan Dasar
Disusun Oleh :
Kelompok 8
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dasar dengan judul “Konsep Kebutuhan Aktualisasi Diri”.
Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan
tentang Kebutuhan Aktualisasi Diri. Kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan
saran agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para
pembaca.
Mataram, 2022
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI…...……………………………………………………………………………….. iii
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………….
B. Saran ……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri menjadi salah satu tema besar dalam kajian humanistic.Dalam
pandangan humanistic sendiri, manusia diyakini memiliki kehendak bebas atau free will.
Manusia dikenal sebagai makhluk yang aktif. Pada umumnya pula, manusia memiliki
dorongan atau keinginan untuk mewujudkan diri menjadi seseorang yang lebih baik. Maka
wajar apabila manusia memiliki kecenderungan untuk mengaktualiasasikan diri.
Kecenderungan atau tendensi aktualisasi diri pada manusia juga menggambarkan
bahwa manusia bukanlah makhluk yang statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan
potensipotensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kehendak untuk maju.Menurut
humanistic sendiri, kecenderungan aktulisasi diri pada manusia adanya need dan dorongan-
dorongan dalam diri mereka. Dan pada akhirnya, kecenderungan aktualisasi diri manusia
akan membawa dirinya pada aktualisasi diri yang sesungguhnya.
Menurut Maslow (Privette, 2001, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), aktualisasi diri
merupakan sebuah prototype akan sehatnya kepribadian seseorang. Dalam hirarki
kebutuhan, Maslow menempatkan aktualisasi diri dalam posisi yang tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa aktualisasi diri merupakan sebuah peristiwa yang memiliki nilai tinggi
dalam kehidupan seseorang. Aktualisasi diri merupakan sebuah proses pertumbuhan
seseorang menuju kondisi idealnya. Oleh karena itu, aktualisasi diri bukan sebuah kondisi
yang statis atau kondisi stabil pada seseorang.
Aktualisasi diri pada akhirnya akan merujuk pada peak performance dan peak
experience. Menurut privette (2001, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), peak performance
adalah kondisi terbaik seseorang, yaitu ketika pikiran dan tubuh bekerja secara bersamaan.
Sedangkan peak experience merupakan sebuah momen yang berharga ketika manusia
mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya.
Kehidupan Yang Sehat
Berbagai tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli ilmu
jiwa untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-orang dalam kehidupan
bermasyarakat sekalipun dalam kondisi yang sama. Selain itu, juga menyelidiki penyebab
seseorang tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Usaha
ini kemudian menimbulkan satu cabang ilmu jiwa yaitu kesehatan mental.
Dengan memahami ilmu kesehatan mental dalam arti mengerti, mau, dan mampu
mengaktualisasikan dirinya, maka seseorang tidak akan mengalami bermacam-macam
ketegangan, ketakutan, konflik batin. Selain itu, ia melakukan upaya agar jiwanya menjadi
seimbang dan kepribadiannya pun terintegrasi dengan baik. Ia juga akan mampu
memecahkan segala permasalahan hidup.
Kematangan dan kesehatan mental berhubungan erat antara satu sama lainnya dan
saling tergantung. Apabila kita bicara tentang keduanya secara terpisah maka hanya sekadar
untuk memudahkan penganalisaannya. Karena sangat sulit untuk membanyangkan
seseorang yang matang dari segi sosial dan tidak matang dari segi kejiwaan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dari aktualisasi diri?
b. Bagaimana Kepribadian yang sehat?
c. Apa saja aspek aktualisasi diri?
d. Apa saja aspek yang mempengaruhi aktualisasi diri?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu aktualisasi diri
b. Untuk mengetahui gambaran kecenderungan aktualisasi diri pada manusia
c. Untuk mengetahui definisi kepribadian dan kepribadian sehat
BAB II
ISI
Aktualisasi diri adalah kebutuhan alami dan naluriah yang di miliki manusia untuk
melakukan usaha terbaik yang ia bisa. Maslow (Arinato, 2009, dalam Schneider,K.J, dkk,
2001), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan
sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Proses Aktualisasi diri akan di bantu serta di
hambat oleh pengalaman dan proses belajar kita dalam masa kanak kanak. Aktualisasi diri
akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup dan pengalaman seseorang.
Aktualisasi diri juga dapat di artikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari
semua bakat, pemenuhan semua kualitas serta kapasitas yang dimiliki manusia. Aktualisasi
dapat meningkatkan pematangan serta pertumbuhan seseorang. Ketika individu makin
bertambah besar, maka "diri"nya mulai berkembang. Kemudian setelah itu, tekanan
aktualisasi pun akan beralih beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Karena bentuk
tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, perkembangan
selanjutnya berpusat pada kepribadian.
Seperti yang sudah di bahas di atas. Diantara ilmuwan yang secara aktif
memperkenalkan konsep tentang aktualisasi diri ialah Abraham Maslow (1908-1970).
Idenya tersebut dikenalkan dalam bingkai teori kepribadian. Maslow memperkenalkan
aktualisasi diri sebagai kebutuhan puncak dari diri manusia diatas kebutuhan fisiologisnya
(seperti kebutuhan seks, makan, minum, serta bernafas), kebutuhan akan rasa aman serta
ketentraman, kebutuhan untuk dicintai, mencintai dan dibutuhkan orang lain serta kebutuhan
akan penghargaan dari orang lain dan dari diri sendiri (self-respect).
Hal berikut di bawah ini akan dapat menjawab pertanyaan kita tentang mengapa
seseorang melakukan aktualisasi diri : seseorang akan mulai memasuki tahap aktualisasi diri
jika dia dapat memenuhi jenis jenis kebutuhan dibawahnya secara seimbang dan baik.
kebutuhan kebutuhan awal yang harus di penuhi tersebut adalah kebutuhan kebutuhan yang
dirasa dalam keadaan kekurangan (misalnya ketika seseorang kesepian ia merasa kurang ada
teman yang memperhatikan, akhirnya ia rendah diri kemudian kurang terampil dan kurang
mendapat apresiasi, dan seterusnya).
Oleh karenanya kebutuhan kebutuhan ini disebut D-needs, dari kata deficit needs,
kebutuhan yang harus terpenuhi agar seseorang dapat termotifasi lebih tinggi lagi. Dan jenis
kebutuhan deficit lain adalah Kebutuhan sandang pangan papan, kebutuhan mencintai dan di
cintai, kebutuhan di hargai orang lain. Semua kebutuhan ini harus di lewati dengan baik.
Setelah itu proses aktualisasi diri tersebut akan terus tumbuh. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut, sekali dia dipenuhi akan lahir kebutuhan yang lebih tinggi lagi dan disebut B-
needs, dari being needs, yang bisa disebut juga pertumbuhan motivasi. Hal ini sangat terkait
dengan keinginan sinambung untuk mewujudkan segala potensi “menjadi segala yang kita
bisa”, menjadi “sekomplit mungkin diri kita”. Dan kita akan menjadi tau siapa sebenarnya
didiri kita, apa sebenarnya yang kita mampu dan bisa, serta dapat benar benar mengenal
potensi diri kita dengan baik. Dari sinilah istilah aktualisasi diri (self-actualization) muncul.
Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri memiliki kepribadian yang berbeda
dengan manusia pada umumnya. Terdapat 14 karakteristik yang menunjukkan seseorang
mencapai aktualisasi diri (Schneider,K.J, dkk, 2001), diantaranya :
Dengan aktualisasi diri seseorang akan memiliki toleransi dan kesabaran yang
tinggi dalam melihat dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain.
Ia juga aan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang diberikan orang
lain kepada dirinya.
Karakteristik ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan yang tidak dibuat-
buat, spontan, dan wajar. Seseorang juga mampu untuk bersikap lapang dada terhadap
kebiasaan masyarakatnya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsipnya.
Apabila hal tersebut bertentangan maka ia akan berani menentang dengan asertif.
E. Membutuhkan kesendirian
Seseorang akan cenderung memisahkan diri atas dasar persepsi tentang sesuatu
yang dianggapnya benar, tidak bergantung pada pikiran orang lain. Hal tersebut
membuat seseorang tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Serta mampu
mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Dengan karakteristik ini seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan
melakukan apa saja dan dimana saja tanpa pengaruh lingkungan. Ia akan mudah
beradaptasi dan mandiri terhadap persoalan yang datang.
H. Kesadaran social
Seseorang yang mencapai aktualisasi diri akan timbul kesadaran sosial untuk
bersikap empati, iba, dan ingin membantu orang lain, dan bermasyarakat.
I. Hubungan interpersonal
Dengan aktualisasi diri seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan
orang lain dengan didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang.
J. Demokratis
Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini
dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain dalam bergaul
berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan
lain-lain.
Seseorang dengan aktualisasi diri memiliki rasa humor yang menghormati dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bukan untuk menghina, merendahkan
atau menjelekkan orang lain.
L. Kreativitas
M. Independensi
Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan
yang prima (peakexperience). Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan,
orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut.
Ada beberapa langkah dan cara seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Yaitu :
Menjadi bermanfaat bagi orang lain Tiap orang di ciptakan berbeda satu sama lain
oleh tuhan, mempunyai keunikan masing masing. Dengan menjadi seseorang yang
berbeda, namun tak sekedar berbeda, tapi juga unik. Menghargai diri sendiri, percaya
bahwa diri adalah alah satu maha karya terbaik ciptaan tuhan. Yang memliki manfaat bagi
orang lain. Dengan menghargai orang lain dan berbuat baik kepada orang lain.
Secara umum, kepribadian dipahami sebagai pola-pola yang jelas dari perilaku,
pikiran, dan perasaan yang menjadi karakteristik individu dalam penyesuaiannya untuk
memenuhi tuntutan kehidupan (Rathus dan Nevid, 2002). Sedangkan menurut Hahn dan
Payne (2003), Kepribadian Sehat (psychological wellness) merupakan keadaan individu
yang mengarah pada perkembangan yang adekuat dan kemampuan mental yang memiliki
kesesuaian fungsi, sehingga individu mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan
mentalnya secara lebih baik.
terhadap binatang.
· Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
· Kebiasaan berbohong
· Hiperaktif
· Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
· Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
· Sulit tidur
· Kurang memiliki rasa tanggung jawab
· Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
· Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
· Pesimis dalam menghadapi kehidupan
· Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
a) Kreativitas (creativity)
Merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang beraktualisasi diri. Sifat kreatif
nyaris memiliki arti sama dengan kesehatan, aktualisasi diri dan sifat manusiawi yang
penuh. Sifat – sifat yang dikaitkan dengan kreativitas ini adalah fleksibilitas, spontanitas,
keberanian, berani membuat kesalahan, keterbukaan dan kerendahan hati (BegheTo Kozbelt,
A & Runco 2010). Orang kreatif biasanya energik dan penuh ide, individu ini ditandai
dengan memiliki keinginan untuk tumbuh dan kemampuan untuk menjadi spontan, pemikir
yang berbeda, terbuka terhadap pengalaman baru, gigih, dan pekerja keras. Studi yang
dilakukan oleh Chavez- Eakle, Lara, dan Cruz (2006) tentang perilaku individu kreatif
menemukan bahwa orang kreatif memiliki rasa eksplorasi saat menghadapi hal baru,
bersikap optimis, toleran terhadap ketidakpastian, dan mengejar tujuan dengan intensitas
tinggi.
b) Moralitas (morality)
Merupakan kemampuan manusia melihat hidup lebih jernih, melihat hidup apa adanya
bukan menurutkan keinginan. Kemampuan melihat secara lebih efisien ,menilai secara lebih
tepat “manusiawi secara penuh” yang ternyata merembes pula ke banyak bidang kehidupan
lainnya. Menurut Shweder (1997) manusia dan tujuan regulasi moral adalah untuk
melindungi zona pilihan individu yang bebas dan untuk mempromosikan pelaksanaan
kehendak individu dalam mengejar preferensi pribadi. (Richerson & Boyd, 2005)
mengasumsikan bahwa moralitas manusia muncul dari koevolusi gen dan inovasi budaya,
bahwa budaya telah menemukan banyak cara untuk membangun potensi pikiran manusia
yang luas untuk menekan keegoisan dan membentuk komunitas.
Banyak kualitas pribadi yang dapat dirasakan di permukaan yang tampak bervariasi dan
tidak berhubungan kemudian dapat dipahami sebagai manifestasi atau turunan dari sikap
yang lebih mendasar yaitu relatif kurangnya rasa bersalah, melumpuhkan rasa malu dan
kecemasan dalam kategori berat. Manusia yang sehat dirasa mungkin untuk menerima diri
sendiri dan alam diri sendiri tanpa kekecewaan atau keluhan dalam hal ini bahkan tanpa
berpikir tentang hal ini sangat banyak. Individu bisa menerima sifat manusia dengan semua
kekurangan, serta semua perbedaan dari citra ideal tanpa merasa kekhawatiran dalam
kehidupan nyata.
Orang yang mengaktualisasikan diri cenderung baik, hangat dan menikmati diri sendiri
tanpa penyesalan,rasa malu atau permintaan maaf. Menurut Maslow (1954) bahwa individu
yang teraktualisasikan sendiri dapat mencatat dan mengamati apa yang terjadi, tanpa
memperdebatkan masalah atau menuntut hal itu sebaliknya demikian juga orang yang
aktualisasi diri cenderung memandang manusia, alam di dalam dirinya dan orang lain.
d) Spontanitas(Spontaneity)
Aktualisasi diri manusia dapat digambarkan sebagai relatif spontan pada perilaku dan
jauh lebih spontan daripada di kehidupan batin, pikiran, impuls, dan lain lain, perilaku ini
ditandai dengan kesederhanaan, kealamian dengan kurangnya kesemuan ini tidak selalu
berarti perilaku konsisten yang tidak konvensional. Moreno (1955) menjelaskan bahwa
Spontanitas merupakan tingkat variabel respon yang memadai terhadap situasi tingkat
variabel dan, perilaku yang baru bukanlah ukuran spontanitas yang harus memenuhi syarat
dari hal tersebut misalnya, tentang perilaku psikotik ekstrem dengan tingkat yang
sedemikian tidak koheren sehingga individu tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah
konkret atau memecahkan masalah pemikiran. Menurut Haidt (2008) spontanitas dalam
kehidupan batin, pikiran dan dorongan hati individu, yang tidak terganggu oleh konvensi,
etika dari individu tersebut berupa sebuah otonom, manusia adalah individu yang
termotivasi untuk terus berkembang.
Yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya,
Dengan beberapa pengecualian dapat dikatakan bahwa objek biasanya bersangkutan dengan
isu-isu dasar dan pertanyaan dari jenis yang telah dipelajari secara filosofis atau etika. Orang
yang mengaktualisasikan diri berorientasi pada masalah-masalah yang melampaui
kebutuhan-kebutuhan. Dedikasi terhadap tugas-tugas atau pekerjaan merupakan bagian dari
misi hidup. Manusia hidup untuk bekerja dan bukan bekerja untuk hidup. pekerjaan manusia
bersifat alami secara subjektif dan bersifat non personal. (Koeswara 1991).
Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memahami aktualisasi diri. Maslow
(1987) menyebutkan bahwa faktor-faktor aktualisasi secara universal dari manusia ini
adalah:
a. Kemampuan untuk melihat kehidupan secara jernih, manusia yang melihat hidup
secara sederhana bukan untuk menurutkan keinginan, lebih bersikap objektif terhadap hasil
– hasil yang diamati, memiliki sifat rendah hati. Dalam hal ini manusia bersifat alami serta
mampu mengetahui
1. Pemeliharaan (maintenance)
Kebutuhan yang timbul dalam rangka memuaskan kebutuhan dasar makan, udara dan
keamanan, serta kecenderungan untuk menolak perubahan dan mempertahankan keadaan
sekarang. Pemeliharaan bersifat konservatif, dalam bentuk keinginan untuk
mempertahankan konsep diri yang dirasa nyaman.
Walaupun ada keinginan yang kuat untuk mempertahankan keadaan tetap seperti adanya,
orang ingin tetap belajar dan berubah.
Penerimaan diri ini merupakan akibat dari pengalaman kepuasaan, dimana seseorang
akan mampu menerima kelemahan dirinya namun tetap berusaha melakukan yang terbaik.
Penerimaan positif dari diri sendiri merupakan bagian dari dimensi harga diri. Anari (dalam
Putri, 2007) menyebutkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah:
Orang yang mengaktualisasikan diri mampu melepaskan diri dari kebergantungan yang
berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasaan motif – motif pertumbuhan
dating dari dalam diri sendiri melalui pemanfaatan penuh bakat dan potensinya (Goble, 1987
dalam Matthew & Hergenhahm, 2013)
b. Transendensi
Anari ( dalam Putri,2007) individu lebih tinggi, unggul, agung, melampui superlative arti
yang lain tidak tergantung dengan orang lain. Individu yang beraktualisasi diri akan
berusahah menjadi yang terbaik. Seseorang yang mengaktualisasikan dirinya berarti mampu
menjadi dirinya sendiri dan tidak terpengaruh oleh perkataan orang lain.
c. Demokratis
Menurut Anari (dalam Putri,2007) orang yang mempunyai aktualisasi diri selalu
menjalin komunikasi dengan berbagai pihak. Meski individu menyadari bahwa ada
perbedaan – perbedaan dengan orang lain tetapi individu dapat menerima semua orang tanpa
memperhatikan tingkat pendidikan dan kelas sosial. Maslow (Jaenudin, 2015) seseorang
yang mempunyai aktualisasi diri memiliki karakter demokrasi yang baik. Individu mampu
belajar dari siapa saja yang bisa mengajar tanpa memandang adanya perbedaan.
d. Hubungan Sosial
Anari (2007) menjelaskan bahwa individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain
dalam lingkungannya. Seseorang yang mengaktualisasikan diri berarti mampu menjalin
hubungan yang baik dengan orang yang berada di sekitarnya. Individu merasa senang dan
nyaman dalam melakukan interaksi dengan banyak orang. Seseorang yang mempunyai
aktualisasi diri mempunyai haSat yang tulus untuk membantu orang lain (Matthew,2013).
Dari penjabaran faktor- faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri di atas dapat
disimpulkan bahwa seseorang memaknai aktualisasi diri dapat dipengaruhi kemampuan
diri,kebutuhan diri, dan nilai dilingkungan sosial yang dimiliki individu terhadap aktualisasi
dirinya. Terakhir, aktualisasi diri juga erat kaitannya dengan hubungan di lingkungan sosial.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Aktualisasi diri juga merupakan salah satu kebutuhan yang diharapkan dapat terpenuhi
oleh setiap orang. Aktualisasi diri dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah
kepercayaan diri.Maslow (Sobur, 2009:278) mengungkapkan kembali bahwa kebutuhan
aktualisasi diri sebagai hasrat untuk menjadi diri sendiri sepenuhnya bagi seseorang,
menjadi apa saja menurut kemampuan yang melekat pada dirinya. Setiap manusia memiliki
hakikat intrinsik yang baik. Itu memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan secara
utuh dan masksimal. Perkembangan yang sehat terjadi jika manusia dapat mengatualisasikan
diri dan mewujudkan segenap potensinya.
Individu berkepribadian sehat diistilahkan dengan mature personality, yang memiliki
kemampuan mengembangkan dirinya, memiliki hubungan interpersonal yang baik, realistis,
memiliki filosofi hidup, bersikap berani dan objektif terhadap diri sendiri serta kesadaran
diri yang baik. Jika keperibadiannya bagus, maka akan bagus pula tingkah laku yang
dimiliki oleh orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika keperibadian orang tesebut buruk
maka otomatis akan di ikuti oleh perilakunya yang buruk tersebut.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan mahasiswa dapat terus mempertahankan dan
meningkatkan self compassion yang ada dalam diri dengan cara terus mengasah
keterampilan dengan berani terbuka terhadap pengalaman baru, serta sadar akan kondisi
bahwa setiap orang memiliki proses yang sama saat mengalami kegagalan, kesuksesan,
kebahagiaan, serta individu tidak sendirian dalam menghadapi hambatan maupun kegagalan.
Sehingga hal tersebut dapat membantu meningkatkan aktualisasi diri pada mahasiswa.
Sebagai Konselor kita seharusnya memiliki kepribadian yang sehat agar dapat menjadi
konselor yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Ardi Al Maqqassary (2012). Pengertian Aktualisasi diri. Diakses pada 10 April 2014 dari,
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-aktualisasi-diri.html
Adi Jujunan Musa (2012). Orang yang melakukan Aktualisasi Diri. Diakses pada 11 April 2014, dari,
http://reina93.mhs.unimus.ac.id/2012/10/21/orang-yang-melakukan-aktualisasidiri/
Ardi Al Maqqassary (2012).Cara Mengaktualisasi Diri. Diakses pada 10 April 2014 dari,
http://www.psychologymania.com/2012/12/cara-mengaktualisasikan-diri.html
Schneider,K.J., dkk. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology. California : Sage Publication.inc
KONSEP
KEBUTUHAN
AKTUALISASI DIRI
Maslow (Arinato, 2009, dalam Schneider, b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan c. Spontanitas, kesederhaan dan