Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KONSEP KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Dosen Pembimbing : Zurriyatun Toyyibah Ners,.M,Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 8

1. Ressa Sindu Dharma (037SYE21)

2. Samudra Titto Alif Ramadhan (042SYE21)

3. Sheila Dea Moza (043SYE21)

4. Sony Atmawiguna (044SYE21)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D3
TA.2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Dasar dengan judul “Konsep Kebutuhan Aktualisasi Diri”.

Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan
tentang Kebutuhan Aktualisasi Diri. Kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari
kesempurnaan.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan
saran agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami
mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para
pembaca.

Mataram, 2022

Kelompok 8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………….……………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………… ii

DAFTAR ISI…...……………………………………………………………………………….. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………………………………….

A. Latar Belakang ……………….………………………………………………………………

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………….

C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………………….

BAB 2 PEMBAHASAN …….………………………………………………………………….

2.1. Aktualisasi Diri……………………………………………………………………………..

2.2. Kepribadian Yang Sehat……………………………………………………………………

2.3. Aspek Aktualisasi Diri……………………………………………………………………..

2.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri……………………………………

BAB 3 PENUTUP …………………………………………………………………………

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………….

B. Saran ……………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

 Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri menjadi salah satu tema besar dalam kajian humanistic.Dalam
pandangan humanistic sendiri, manusia diyakini memiliki kehendak bebas atau free will.
Manusia dikenal sebagai makhluk yang aktif. Pada umumnya pula, manusia memiliki
dorongan atau keinginan untuk mewujudkan diri menjadi seseorang yang lebih baik. Maka
wajar apabila manusia memiliki kecenderungan untuk mengaktualiasasikan diri.
Kecenderungan atau tendensi aktualisasi diri pada manusia juga menggambarkan
bahwa manusia bukanlah makhluk yang statis. Manusia senantiasa mengoptimalkan
potensipotensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kehendak untuk maju.Menurut
humanistic sendiri, kecenderungan aktulisasi diri pada manusia adanya need dan dorongan-
dorongan dalam diri mereka. Dan pada akhirnya, kecenderungan aktualisasi diri manusia
akan membawa dirinya pada aktualisasi diri yang sesungguhnya.
Menurut Maslow (Privette, 2001, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), aktualisasi diri
merupakan sebuah prototype akan sehatnya kepribadian seseorang. Dalam hirarki
kebutuhan, Maslow menempatkan aktualisasi diri dalam posisi yang tinggi. Hal ini
menunjukan bahwa aktualisasi diri merupakan sebuah peristiwa yang memiliki nilai tinggi
dalam kehidupan seseorang. Aktualisasi diri merupakan sebuah proses pertumbuhan
seseorang menuju kondisi idealnya. Oleh karena itu, aktualisasi diri bukan sebuah kondisi
yang statis atau kondisi stabil pada seseorang.
Aktualisasi diri pada akhirnya akan merujuk pada peak performance dan peak
experience. Menurut privette (2001, dalam Schneider,K.J, dkk, 2001), peak performance
adalah kondisi terbaik seseorang, yaitu ketika pikiran dan tubuh bekerja secara bersamaan.
Sedangkan peak experience merupakan sebuah momen yang berharga ketika manusia
mencapai kebahagiaan yang sesungguhnya.
 Kehidupan Yang Sehat

Berbagai tingkah laku masyarakat yang beraneka ragam mendorong para ahli ilmu
jiwa untuk menyelidiki apa penyebab perbedaan tingkah laku orang-orang dalam kehidupan
bermasyarakat sekalipun dalam kondisi yang sama. Selain itu, juga menyelidiki penyebab
seseorang tidak mampu mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidupnya. Usaha
ini kemudian menimbulkan satu cabang ilmu jiwa yaitu kesehatan mental.

Dengan memahami ilmu kesehatan mental dalam arti mengerti, mau, dan mampu
mengaktualisasikan dirinya, maka seseorang tidak akan mengalami bermacam-macam
ketegangan, ketakutan, konflik batin. Selain itu, ia melakukan upaya agar jiwanya menjadi
seimbang dan kepribadiannya pun terintegrasi dengan baik. Ia juga akan mampu
memecahkan segala permasalahan hidup.

Kematangan dan kesehatan mental berhubungan erat antara satu sama lainnya dan
saling tergantung. Apabila kita bicara tentang keduanya secara terpisah maka hanya sekadar
untuk memudahkan penganalisaannya. Karena sangat sulit untuk membanyangkan
seseorang yang matang dari segi sosial dan tidak matang dari segi kejiwaan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dari aktualisasi diri?
b. Bagaimana Kepribadian yang sehat?
c. Apa saja aspek aktualisasi diri?
d. Apa saja aspek yang mempengaruhi aktualisasi diri?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu aktualisasi diri
b. Untuk mengetahui gambaran kecenderungan aktualisasi diri pada manusia
c. Untuk mengetahui definisi kepribadian dan kepribadian sehat
BAB II
ISI

2.1. Aktualisasi Diri


2.1.1. Pengertian Aktualisasi Diri

Aktualisasi diri adalah kebutuhan alami dan naluriah yang di miliki manusia untuk
melakukan usaha terbaik yang ia bisa. Maslow (Arinato, 2009, dalam Schneider,K.J, dkk,
2001), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan
sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Proses Aktualisasi diri akan di bantu serta di
hambat oleh pengalaman dan proses belajar kita dalam masa kanak kanak. Aktualisasi diri
akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup dan pengalaman seseorang.

Aktualisasi diri juga dapat di artikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari
semua bakat, pemenuhan semua kualitas serta kapasitas yang dimiliki manusia. Aktualisasi
dapat meningkatkan pematangan serta pertumbuhan seseorang. Ketika individu makin
bertambah besar, maka "diri"nya mulai berkembang. Kemudian setelah itu, tekanan
aktualisasi pun akan beralih beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Karena bentuk
tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat perkembangan dewasa, perkembangan
selanjutnya berpusat pada kepribadian.

Menurut konsep Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow, manusia didorong oleh


kebutuhankebutuhan universal yang dibawa sejak lahir. Kebutuhan ini tersusun dalam
tingkatantingkatan dari paling terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan
paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu baru muncul kebutuhan di tingkat selanjutnya.
Kebutuhan tertinggi dalam hirarki Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Dalam hierahki
tersebut di jelaskan bahwa aktualisasi diri merupakan hal yang sangat penting dan harga
mati apabila seorang individu ingin mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Aktualisasi diri
adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada
dalam dirinya. Dimana seseorang itu sadar, mengerti dan paham akan siapa dirinya, apa
kemampuannya, apa potensinya. Dalam bukunya Hierarchy of Needs, Abraham Maslow
menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian
tertinggi manusia. Maslow menjelaskan bahwa setiap manusia dimanapun dan budaya
apapun akan mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam
kehidupannya.

Kebutuhan tersebut meliputi:

1. Kebutuhan fisiologis (physiological), ini merupakan kebutuhan dasar yang di butuhkan


manusia, yakni kebutuhan akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan
biologis
2. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), yakni kebutuhan akan keamanan,
kemerdekaan dari rasa takut atau tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang
mengancam
3. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), yakni kebutuhan untuk
berinteraksi
dengan orang lain, seperti persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan kasih
sayang
4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), ialah kebutuhan akan harga diri, status, dan
penghargaan dari orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), dalam hierarki maslow ini adalah tahap
kebutuhan tertinggi, yakni kebutuhan untu memenuhi keberadaan diri (self fulfillment)
dengan memaksimalkan penggunaaan kemampuan serta potensi diri. Seseorang akan dapat
beraktualisasi diri ketika kebutuhan-kebutuhan di bawahnya telah terpenuhi dengan baik.
Kemudian seseorang melakukan aktualisasi diri diri guna mengembangkan sifat-sifat serta
potensi yang memang dimiliki sesuai dengan keunikannya sehingga menjadi keseluruhan
kepribadian yang utuh.

2.1.2. Mengapa Seorang Melakukan Aktualisasi Diri

Seperti yang sudah di bahas di atas. Diantara ilmuwan yang secara aktif
memperkenalkan konsep tentang aktualisasi diri ialah Abraham Maslow (1908-1970).
Idenya tersebut dikenalkan dalam bingkai teori kepribadian. Maslow memperkenalkan
aktualisasi diri sebagai kebutuhan puncak dari diri manusia diatas kebutuhan fisiologisnya
(seperti kebutuhan seks, makan, minum, serta bernafas), kebutuhan akan rasa aman serta
ketentraman, kebutuhan untuk dicintai, mencintai dan dibutuhkan orang lain serta kebutuhan
akan penghargaan dari orang lain dan dari diri sendiri (self-respect).
Hal berikut di bawah ini akan dapat menjawab pertanyaan kita tentang mengapa
seseorang melakukan aktualisasi diri : seseorang akan mulai memasuki tahap aktualisasi diri
jika dia dapat memenuhi jenis jenis kebutuhan dibawahnya secara seimbang dan baik.
kebutuhan kebutuhan awal yang harus di penuhi tersebut adalah kebutuhan kebutuhan yang
dirasa dalam keadaan kekurangan (misalnya ketika seseorang kesepian ia merasa kurang ada
teman yang memperhatikan, akhirnya ia rendah diri kemudian kurang terampil dan kurang
mendapat apresiasi, dan seterusnya).

Oleh karenanya kebutuhan kebutuhan ini disebut D-needs, dari kata deficit needs,
kebutuhan yang harus terpenuhi agar seseorang dapat termotifasi lebih tinggi lagi. Dan jenis
kebutuhan deficit lain adalah Kebutuhan sandang pangan papan, kebutuhan mencintai dan di
cintai, kebutuhan di hargai orang lain. Semua kebutuhan ini harus di lewati dengan baik.
Setelah itu proses aktualisasi diri tersebut akan terus tumbuh. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut, sekali dia dipenuhi akan lahir kebutuhan yang lebih tinggi lagi dan disebut B-
needs, dari being needs, yang bisa disebut juga pertumbuhan motivasi. Hal ini sangat terkait
dengan keinginan sinambung untuk mewujudkan segala potensi “menjadi segala yang kita
bisa”, menjadi “sekomplit mungkin diri kita”. Dan kita akan menjadi tau siapa sebenarnya
didiri kita, apa sebenarnya yang kita mampu dan bisa, serta dapat benar benar mengenal
potensi diri kita dengan baik. Dari sinilah istilah aktualisasi diri (self-actualization) muncul.

2.1.3 Karakteristik Aktualisasi Diri

Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri memiliki kepribadian yang berbeda
dengan manusia pada umumnya. Terdapat 14 karakteristik yang menunjukkan seseorang
mencapai aktualisasi diri (Schneider,K.J, dkk, 2001), diantaranya :

A. Mampu melihat realitas secara lebih efisien.

Seseorang akan lebih objektif karena ia akan mampu mengenali kebohongan,


kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisa
secara kritis dan logis terhadap fenomena yang ada. Ia juga akan mendengarkan apa
yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang ingin diinginkan atau
ditakuti orang lain.

B. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya

Dengan aktualisasi diri seseorang akan memiliki toleransi dan kesabaran yang
tinggi dalam melihat dan menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain.
Ia juga aan membuka diri terhadap kritik, saran, atau nasihat yang diberikan orang
lain kepada dirinya.

C. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran

Karakteristik ini menunjukkan tindakan, perilaku, dan gagasan yang tidak dibuat-
buat, spontan, dan wajar. Seseorang juga mampu untuk bersikap lapang dada terhadap
kebiasaan masyarakatnya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsipnya.
Apabila hal tersebut bertentangan maka ia akan berani menentang dengan asertif.

D. Terpusat pada persoalan

Dengan aktualisasi diri maka seseorang akan memusatkan seluruh pikiran,


perilaku, dan gagasan pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia,
bukan pada persoalanpersoalan yang bersifat kepentingan diri sendiri.

E. Membutuhkan kesendirian

Seseorang akan cenderung memisahkan diri atas dasar persepsi tentang sesuatu
yang dianggapnya benar, tidak bergantung pada pikiran orang lain. Hal tersebut
membuat seseorang tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Serta mampu
mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

F. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)

Dengan karakteristik ini seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri akan
melakukan apa saja dan dimana saja tanpa pengaruh lingkungan. Ia akan mudah
beradaptasi dan mandiri terhadap persoalan yang datang.

G. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan


Dengan aktualisasi diri seseorang akan mempu merasa senang, mensyukuri,
menerima, dan tidak bosan terhadap apa yang dimilikinya meskipun hal tersebut biasa
saja.

H. Kesadaran social

Seseorang yang mencapai aktualisasi diri akan timbul kesadaran sosial untuk
bersikap empati, iba, dan ingin membantu orang lain, dan bermasyarakat.

I. Hubungan interpersonal

Dengan aktualisasi diri seseorang mampu menjalin hubungan yang baik dengan
orang lain dengan didasari oleh rasa cinta dan kasih sayang.

J. Demokratis

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini
dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain dalam bergaul
berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan
lain-lain.

K. Rasa humor yang bermakna dan etis

Seseorang dengan aktualisasi diri memiliki rasa humor yang menghormati dan
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bukan untuk menghina, merendahkan
atau menjelekkan orang lain.

L. Kreativitas

Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi


yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.

M. Independensi

Seseorang akan mampu mempertahankan gagasan dan pendiriannya tanpa


terpengaruh oleh berbagai kepentingan lain.
N. Pengalaman Puncak (Peak Experience)

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang


menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batasan antara dirinya dengan alam
semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-
sekat berupa suku, bahasa, agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh
karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan
terbuka.

Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan
yang prima (peakexperience). Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan,
orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut.

2.1.4 Langkah-langkah untuk Aktualisasi Diri

Ada beberapa langkah dan cara seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya. Yaitu :

1. A. Mengenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri

Tidak menyembunyikan bakat yang dimiliki, karena bakat diciptakan untuk


digunakan, demikianlah nasehat dari Benjamin Franklin. Oleh karena itu seseorang harus
dan wajib mengenali dan mengetahui bakat serta potensi unik yang ada dalam dirinya.
Bakat merupakan anugerah Tuhan yang tidak ternilai.Tiap orang terlahir dengan bakat
dan potensi yang luar biasa. Yang harus di lakukan adalah memahami, mendeteksi dan
mengenali bakat dan potensi apa sajakah yang di miliki agar berguna bagi dirinya sendiri.

2. B. Mengasah kemampuan unik setiap hari

Seseorang yang sukses ialah seseorang yang senantiasa mengasah kemampuan


unik yang ada dalam dirinya, yang membedakan dirinya dengan jutaan orang lain di
dunia. Di latih di pertajam setiap harinya.Agar makin berkembang, agar semakin
matang.Semua berawal dari hal kecil tersebut. Semakin lama akan semakin berkembang
dan besar. Serta bermanfaat.
3. C. Berbeda yang baik.

Menjadi bermanfaat bagi orang lain Tiap orang di ciptakan berbeda satu sama lain
oleh tuhan, mempunyai keunikan masing masing. Dengan menjadi seseorang yang
berbeda, namun tak sekedar berbeda, tapi juga unik. Menghargai diri sendiri, percaya
bahwa diri adalah alah satu maha karya terbaik ciptaan tuhan. Yang memliki manfaat bagi
orang lain. Dengan menghargai orang lain dan berbuat baik kepada orang lain.

2.2. Kepribadian Yang Sehat

A. Kepribadian Yang Sehat

Secara umum, kepribadian dipahami sebagai pola-pola yang jelas dari perilaku,
pikiran, dan perasaan yang menjadi karakteristik individu dalam penyesuaiannya untuk
memenuhi tuntutan kehidupan (Rathus dan Nevid, 2002). Sedangkan menurut Hahn dan
Payne (2003), Kepribadian Sehat (psychological wellness) merupakan keadaan individu
yang mengarah pada perkembangan yang adekuat dan kemampuan mental yang memiliki
kesesuaian fungsi, sehingga individu mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan
mentalnya secara lebih baik.

B. Karakteristik Kepribadian Sehat.


Individu yang memiliki kepribadian sehat seringkali dikenali sebagai mereka yang:
a. Dapat terbebas dari gangguan psikologis dan gangguan mental berat.
b. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa kehilangan identitas
c. Mampu mengembangkan potensi dan bakat
d. Memiliki keimanan pada Tuhan dan berupaya untuk hidup sesuai ajaran-ajaran agama
yang dianutnya.
Erich Fromm menjelaskan bahwa manusia yang berkepribadian sehat adalah
manusia yang produktif (berkarakter produktif), yaitu mereka yang mampu mengembangkan
potensi, memiliki cinta kasih, imaginasi, serta kesadaran diri yang baik. Sedangkan menurut
Allport, individu berkepribadian sehat diistilahkan dengan mature personality, yang
memiliki kemampuan mengembangkan dirinya, memiliki hubungan interpersonal yang baik,
realistis, memiliki filosofi hidup, serta bersikap berani dan objektif terhadap diri sendiri.
Istilah lain dari kepribadian sehat adalah self-actualize person (Maslow), serta oleh Victor
Frankl disebut sebagai The meaning of people.
C. Ciri-Ciri Kepribadian Sehat
·  Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang
kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
·  Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan
yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan
kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
·  Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang
diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau
mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan
hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan
sikap optimistik.
·  Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk
mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
·  Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri
dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
·  Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi
frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
·  Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan
dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian
(wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
·  Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki
kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel
dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan
terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban
orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
·  Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap
bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
·  Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar
dari keyakinan agama yang dianutnya.
·  Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor
achievement (prestasi) acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).
D. Ciri-Ciri Kepribadian Tidak Sehat
·       Mudah marah (tersinggung)
·       Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
·       Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
·       Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau

terhadap binatang.
·       Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
·       Kebiasaan berbohong
·       Hiperaktif
·       Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
·       Senang mengkritik/ mencemooh orang lain
·       Sulit tidur
·       Kurang memiliki rasa tanggung jawab
·       Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat
organis)
·       Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
·       Pesimis dalam menghadapi kehidupan
·       Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan

E. Konsep-konsep dalam Kepribadian Sehat


Kepribadian sehat merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dalam
kehidupan manusia, sehingga kualitasnya dapat menurun atau naik. Hal inilah yang akan
mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu tersebut.

2.3. Aspek Aktualisasi Diri

Berdasarkan dari teori aspek-aspek proses perkembangan seseorang untuk mewujudkan


aktualisasi dirinya, antara lain (Maslow,1954 dalam Motivation and personality):

a) Kreativitas (creativity)

Merupakan sikap yang diharapkan ada pada orang yang beraktualisasi diri. Sifat kreatif
nyaris memiliki arti sama dengan kesehatan, aktualisasi diri dan sifat manusiawi yang
penuh. Sifat – sifat yang dikaitkan dengan kreativitas ini adalah fleksibilitas, spontanitas,
keberanian, berani membuat kesalahan, keterbukaan dan kerendahan hati (BegheTo Kozbelt,
A & Runco 2010). Orang kreatif biasanya energik dan penuh ide, individu ini ditandai
dengan memiliki keinginan untuk tumbuh dan kemampuan untuk menjadi spontan, pemikir
yang berbeda, terbuka terhadap pengalaman baru, gigih, dan pekerja keras. Studi yang
dilakukan oleh Chavez- Eakle, Lara, dan Cruz (2006) tentang perilaku individu kreatif
menemukan bahwa orang kreatif memiliki rasa eksplorasi saat menghadapi hal baru,
bersikap optimis, toleran terhadap ketidakpastian, dan mengejar tujuan dengan intensitas
tinggi.

b) Moralitas (morality)

Merupakan kemampuan manusia melihat hidup lebih jernih, melihat hidup apa adanya
bukan menurutkan keinginan. Kemampuan melihat secara lebih efisien ,menilai secara lebih
tepat “manusiawi secara penuh” yang ternyata merembes pula ke banyak bidang kehidupan
lainnya. Menurut Shweder (1997) manusia dan tujuan regulasi moral adalah untuk
melindungi zona pilihan individu yang bebas dan untuk mempromosikan pelaksanaan
kehendak individu dalam mengejar preferensi pribadi. (Richerson & Boyd, 2005)
mengasumsikan bahwa moralitas manusia muncul dari koevolusi gen dan inovasi budaya,
bahwa budaya telah menemukan banyak cara untuk membangun potensi pikiran manusia
yang luas untuk menekan keegoisan dan membentuk komunitas.

c) Penerimaan diri (self acceptance)

Banyak kualitas pribadi yang dapat dirasakan di permukaan yang tampak bervariasi dan
tidak berhubungan kemudian dapat dipahami sebagai manifestasi atau turunan dari sikap
yang lebih mendasar yaitu relatif kurangnya rasa bersalah, melumpuhkan rasa malu dan
kecemasan dalam kategori berat. Manusia yang sehat dirasa mungkin untuk menerima diri
sendiri dan alam diri sendiri tanpa kekecewaan atau keluhan dalam hal ini bahkan tanpa
berpikir tentang hal ini sangat banyak. Individu bisa menerima sifat manusia dengan semua
kekurangan, serta semua perbedaan dari citra ideal tanpa merasa kekhawatiran dalam
kehidupan nyata.

Orang yang mengaktualisasikan diri cenderung baik, hangat dan menikmati diri sendiri
tanpa penyesalan,rasa malu atau permintaan maaf. Menurut Maslow (1954) bahwa individu
yang teraktualisasikan sendiri dapat mencatat dan mengamati apa yang terjadi, tanpa
memperdebatkan masalah atau menuntut hal itu sebaliknya demikian juga orang yang
aktualisasi diri cenderung memandang manusia, alam di dalam dirinya dan orang lain.

d) Spontanitas(Spontaneity)

Aktualisasi diri manusia dapat digambarkan sebagai relatif spontan pada perilaku dan
jauh lebih spontan daripada di kehidupan batin, pikiran, impuls, dan lain lain, perilaku ini
ditandai dengan kesederhanaan, kealamian dengan kurangnya kesemuan ini tidak selalu
berarti perilaku konsisten yang tidak konvensional. Moreno (1955) menjelaskan bahwa
Spontanitas merupakan tingkat variabel respon yang memadai terhadap situasi tingkat
variabel dan, perilaku yang baru bukanlah ukuran spontanitas yang harus memenuhi syarat
dari hal tersebut misalnya, tentang perilaku psikotik ekstrem dengan tingkat yang
sedemikian tidak koheren sehingga individu tersebut tidak dapat menyelesaikan masalah
konkret atau memecahkan masalah pemikiran. Menurut Haidt (2008) spontanitas dalam
kehidupan batin, pikiran dan dorongan hati individu, yang tidak terganggu oleh konvensi,
etika dari individu tersebut berupa sebuah otonom, manusia adalah individu yang
termotivasi untuk terus berkembang.

e) Pemecahan masalah (Problem Solving)

Yaitu individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain dalam lingkungannya,
Dengan beberapa pengecualian dapat dikatakan bahwa objek biasanya bersangkutan dengan
isu-isu dasar dan pertanyaan dari jenis yang telah dipelajari secara filosofis atau etika. Orang
yang mengaktualisasikan diri berorientasi pada masalah-masalah yang melampaui
kebutuhan-kebutuhan. Dedikasi terhadap tugas-tugas atau pekerjaan merupakan bagian dari
misi hidup. Manusia hidup untuk bekerja dan bukan bekerja untuk hidup. pekerjaan manusia
bersifat alami secara subjektif dan bersifat non personal. (Koeswara 1991).

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri

Banyak faktor yang mempengaruhi individu dalam memahami aktualisasi diri. Maslow
(1987) menyebutkan bahwa faktor-faktor aktualisasi secara universal dari manusia ini
adalah:

a. Kemampuan untuk melihat kehidupan secara jernih, manusia yang melihat hidup
secara sederhana bukan untuk menurutkan keinginan, lebih bersikap objektif terhadap hasil
– hasil yang diamati, memiliki sifat rendah hati. Dalam hal ini manusia bersifat alami serta
mampu mengetahui

b. Kemampuan untuk membuktikan hidup pada pekerjaan,tugas,dan kewajiban.


Memberikan kegembiraan dan kenikmatan pada setiap pekerjaan serta memiliki rasa
bertanggung jawab yang besar atas suatu tugas,hal ini menuntut kerja keras dan disiplin

c. Kemerdekaan psikologis, manusia yang mengaktualisasikan diri memiliki


kemerdekaan psikologis. Manusia mampu mengambil keputusan – kepetusan secara mandiri
sekalipun melawan pendapat khalayak ramai.
Faktor kedua dalam aktualisasi diri adalah tentang kebutuhan – kebuthan yang timbul
dari dalam diri individu. Menurut Rogers ( 1995 dalam Ginting, 2011) faktor – faktor yang
mempengaruhi aktualisasi diri antara lain:

1. Pemeliharaan (maintenance)

Kebutuhan yang timbul dalam rangka memuaskan kebutuhan dasar makan, udara dan
keamanan, serta kecenderungan untuk menolak perubahan dan mempertahankan keadaan
sekarang. Pemeliharaan bersifat konservatif, dalam bentuk keinginan untuk
mempertahankan konsep diri yang dirasa nyaman.

2. Peningkatan diri (enhancement)

Walaupun ada keinginan yang kuat untuk mempertahankan keadaan tetap seperti adanya,
orang ingin tetap belajar dan berubah.

3. Penerimaan positif dari diri sendiri (self regard)

Penerimaan diri ini merupakan akibat dari pengalaman kepuasaan, dimana seseorang
akan mampu menerima kelemahan dirinya namun tetap berusaha melakukan yang terbaik.
Penerimaan positif dari diri sendiri merupakan bagian dari dimensi harga diri. Anari (dalam
Putri, 2007) menyebutkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri adalah:

a. Berfungsi Secara Otonom Terhadap Lingkungan

Orang yang mengaktualisasikan diri mampu melepaskan diri dari kebergantungan yang
berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasaan motif – motif pertumbuhan
dating dari dalam diri sendiri melalui pemanfaatan penuh bakat dan potensinya (Goble, 1987
dalam Matthew & Hergenhahm, 2013)

b. Transendensi
Anari ( dalam Putri,2007) individu lebih tinggi, unggul, agung, melampui superlative arti
yang lain tidak tergantung dengan orang lain. Individu yang beraktualisasi diri akan
berusahah menjadi yang terbaik. Seseorang yang mengaktualisasikan dirinya berarti mampu
menjadi dirinya sendiri dan tidak terpengaruh oleh perkataan orang lain.

c. Demokratis

Menurut Anari (dalam Putri,2007) orang yang mempunyai aktualisasi diri selalu
menjalin komunikasi dengan berbagai pihak. Meski individu menyadari bahwa ada
perbedaan – perbedaan dengan orang lain tetapi individu dapat menerima semua orang tanpa
memperhatikan tingkat pendidikan dan kelas sosial. Maslow (Jaenudin, 2015) seseorang
yang mempunyai aktualisasi diri memiliki karakter demokrasi yang baik. Individu mampu
belajar dari siapa saja yang bisa mengajar tanpa memandang adanya perbedaan.

d. Hubungan Sosial

Anari (2007) menjelaskan bahwa individu akan lebih menghargai keberadaan orang lain
dalam lingkungannya. Seseorang yang mengaktualisasikan diri berarti mampu menjalin
hubungan yang baik dengan orang yang berada di sekitarnya. Individu merasa senang dan
nyaman dalam melakukan interaksi dengan banyak orang. Seseorang yang mempunyai
aktualisasi diri mempunyai haSat yang tulus untuk membantu orang lain (Matthew,2013).

Dari penjabaran faktor- faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri di atas dapat
disimpulkan bahwa seseorang memaknai aktualisasi diri dapat dipengaruhi kemampuan
diri,kebutuhan diri, dan nilai dilingkungan sosial yang dimiliki individu terhadap aktualisasi
dirinya. Terakhir, aktualisasi diri juga erat kaitannya dengan hubungan di lingkungan sosial.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aktualisasi diri juga merupakan salah satu kebutuhan yang diharapkan dapat terpenuhi
oleh setiap orang. Aktualisasi diri dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah
kepercayaan diri.Maslow (Sobur, 2009:278) mengungkapkan kembali bahwa kebutuhan
aktualisasi diri sebagai hasrat untuk menjadi diri sendiri sepenuhnya bagi seseorang,
menjadi apa saja menurut kemampuan yang melekat pada dirinya. Setiap manusia memiliki
hakikat  intrinsik yang baik. Itu memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan secara
utuh dan masksimal. Perkembangan yang sehat terjadi jika manusia dapat mengatualisasikan
diri dan mewujudkan segenap potensinya.
Individu berkepribadian sehat diistilahkan dengan mature personality, yang memiliki
kemampuan mengembangkan dirinya, memiliki hubungan interpersonal yang baik, realistis,
memiliki filosofi hidup, bersikap berani dan objektif terhadap diri sendiri serta kesadaran
diri yang baik. Jika keperibadiannya bagus, maka akan bagus pula tingkah laku yang
dimiliki oleh orang tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika keperibadian orang tesebut buruk
maka otomatis akan di ikuti oleh perilakunya yang buruk tersebut.

B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan mahasiswa dapat terus mempertahankan dan
meningkatkan self compassion yang ada dalam diri dengan cara terus mengasah
keterampilan dengan berani terbuka terhadap pengalaman baru, serta sadar akan kondisi
bahwa setiap orang memiliki proses yang sama saat mengalami kegagalan, kesuksesan,
kebahagiaan, serta individu tidak sendirian dalam menghadapi hambatan maupun kegagalan.
Sehingga hal tersebut dapat membantu meningkatkan aktualisasi diri pada mahasiswa.
Sebagai Konselor kita seharusnya memiliki kepribadian yang sehat agar dapat menjadi
konselor yang profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Ardi Al Maqqassary (2012). Pengertian Aktualisasi diri. Diakses pada 10 April 2014 dari,
http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-aktualisasi-diri.html

Adi Jujunan Musa (2012). Orang yang melakukan Aktualisasi Diri. Diakses pada 11 April 2014, dari,
http://reina93.mhs.unimus.ac.id/2012/10/21/orang-yang-melakukan-aktualisasidiri/

Ardi Al Maqqassary (2012).Cara Mengaktualisasi Diri. Diakses pada 10 April 2014 dari,
http://www.psychologymania.com/2012/12/cara-mengaktualisasikan-diri.html

Broadley, Barbara Temaner. The Actualizing Tendency Concept in Client-Centered Theory.


Chicago: Illinois School

Schneider,K.J., dkk. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology. California : Sage Publication.inc
KONSEP
KEBUTUHAN
AKTUALISASI DIRI

1. PENGERTIAN AKTUALISASI DIRI


2. KARAKTERISTIK AKTUALISASI DIRI
Aktualisasi diri adalah kebutuhan alami
dan naluriah yang di miliki manusia untuk a. Mampu melihat realitas secara lebih

melakukan usaha terbaik yang ia bisa. efisien.

Maslow (Arinato, 2009, dalam Schneider, b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan

K.J, dkk, 2001), menyatakan aktualisasi orang lain apa adanya

diri adalah proses menjadi diri sendiri dan c. Spontanitas, kesederhaan dan

mengembangkan sifat-sifat dan potensi kewajaran


3. LANGKAH LANGKAH
psikologis yang unik. Proses Aktualisasi d. Terpusat pada persoalan AKTUALISASI DIRI
diri akan di bantu serta di hambat oleh e. Membutuhkan kesendirian a. Mengenali potensi dan bakat
f. Kesadaran social unik yang ada dalam diri
pengalaman dan proses belajar kita dalam
b. Mengasah kemampuan unik
masa kanak kanak. Aktualisasi diri akan g. Kreativitas dan Demokrasi
setiap hari
berubah sejalan dengan perkembangan c. Berbeda yang baik

hidup dan pengalaman seseorang.

4. ASPEK-ASPEK AKTUALISASI DIRI


a. Kreativitas
b. Moralitas
c. Penerimaan diri
d. Spontanitas
e. Pemecahan masalah

5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


AKTUALISASI DIRI

a. Kemampuan untuk melihat kehidupan secara jernih


b. Kemampuan untuk membuktikan hidup pada
pekerjaan dan kewajiban
c. Kemerdekaan psikologis

Anda mungkin juga menyukai