Anda di halaman 1dari 12

A.

Batasan Perencanaan
Batasan atau pengertian perencanaan bermacam-macam sesuai dengan pendapat
para ahli manajemen. Menurut New-man (1937), planning is deciding in advance what is
to bedone, yaitu perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan
(Newman WH,1937). Sedangkan, menurut A. Allen (1958), planning is the determination
of a course of action to achieve a desired result, yaitu perencanaan adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Allen LA, 1958). Pada
dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan apa (what), siapa (who), kapan (when), dimana (where), mengapa (why) dan
bagaimana (how). Jadi, perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan
dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan (Handoko,
2003).Menurut Sutarno NS (2004), perencanaan diartikan sebagai perhitungan dan
penentuan tentang hal yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu,
dimana menyangkut tempat, oleh siapa pelaku itu atau pelaksana dan sebagaimana tata
cara mencapai itu. Cropper (1992) berpendapat bahwa planning is the basis from which
other function are spawned. Without a congruent plan, organizations usually lack a
central focus. Artinya, perencanaan adalah unsur dasar yang akan dikembangkan menjadi
seluruh fungsi berikutnya. Tanpa rencana yang tepat dan pada sebuah organisasi akan
kehilangan fokus sentral berpijak bukan sekedar daftar kegiatan yang harus dilakukan
(Cropper, 1992). Perencanaan merupakan suatu proses mempersiapkan serangkaian
pengambilan keputusan untuk dilakukannya tindakan dalam mencapai tujuan organi-sasi,
dengan dan tanpa menggunakan sumber-sumber yang ada (Sutarno NS, 2004).
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, bahwa perencanaan adalah sebagai suatu proses
atau suatu tindakan pemilihan yang terbaik atau menguntungkan dari berbagai alternatif
dalam usaha pencapaian tujuan (Ekowati, 2005). 1

B. Manfaat Perencanaan (Planning)


Beberapa manfaat dari perencanaan adalah sebagai berikut (Wiludjeng S, 2007):
1. Perencanaan dipakai sebagai alat pengawasan dan pengen-
dalian kegiatan sehari-hari perusahaan. Perencanaan yang telah disusun dengan baik
akan memudahkan para pelaksana untuk mengetahui bahwa tindakan tersebut
menyimpang atau telah sesuai dengan rencana.
2. Perencanaan dengan adanya perencanaan yang disusun (tentunya sebelum suatu
kegiatan dilakukan) dengan cermat dapatlah dipilih dan ditetapkan kegiatan-kegiatan
mana yang diperlukan dan mana yang tidak.
3. Perencanaan dengan adanya rencana, segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib
dan teratur sesuai dengan tahap-tahap yang semestinya.1

C. Aspek-aspek Perencanaan
Definisi perencanaan tersebut menjelaskan bahwa peren- canaan merupakan suatu
proses untuk mencapai tujuan peru- sahaan secara menyeluruh. Definisi perencanaan
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan menggunakan
beberapa aspek yakni (Erly S, 2003):
1. Penentuan tujuan yang akan dicapai.
2. Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar
alternatif yang dipilih.
3. Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan atas dasar
alternative yang dipilih. Selain aspek tersebut, perencanaan juga mempunyai
manfaat bagi perusahaan sebagai berikut (Erly S, 2003) 1:
1) Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan kegiatan dapat diusahakan
dengan efektif dan efisien.
2) Dapat mengatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan tersebut, dapat dicapai dan
dapat dilakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan yang timbul seawal
mungkin.
3) Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dengan mengatasi
hambatan dan ancaman.
4) Dapat menghindari adanya kegiatan pertumbuhan dan perubahan yang tidak
terarah dan terkontrol.
D. Macam-macam Perencanaan dalam Organisasi
Menurut Marwan Asri dan John Suprihanto (1986) bahwa perencanaan dapat dipecah
menjadi beberapa macam (Marwan A, 1991)1:
1. Menurut jangka waktunya Menurut jangka waktunya, perencanaan dapat dikelom-
pokkan menjadi:
1) Perencanaan menengah: jangka waktu 1-2 tahun.
2) Perencanaan jangka pendek: jangka waktu 1 tahun atau kurang.
3) Perencanaan jangka panjang. jangka waktu 5 tahun atau lebih
2. Menurut ruang lingkupnya Menurut ruang lingkupnya, Perencanaan dapat dibagi
menjadi 3 macam:
1) Perencanaan fisik.
2) Perencanaan fungsional.
3) Perencanaan menyeluruh.
3. Melihat tingkat hirarkis, ada tiga jenis perencanaan: perencanaan strategis, taktis, dan
operasional (Wiludjeng S, 2007):
1) Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis dianggap oleh organisasi secara
keseluruhan dan dihasilkan oleh tingkat hirarki yang lebih tinggi dari sebuah
organisasi. Berkaitan dengan tujuan jangka panjang dan strategi dan tindakan
untuk mencapainya. Perencanaan ini merupakan proses dimana eksekutif/top
manajer meramal arah jangka panjang dari suatu entitas dengan menetapkan
target
spesifik pada kinerja, dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal
untuk melakukan tindakan perencanaan yang dipilih (Wiludjeng S, 2007).
Hal ini biasanya dilakukan dalam organisasi pada ting-
kat manajerial, atau tingkat tertinggi perintah, yang dilaku-
kan dengan cara taktik dan prosedur yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu atau diberikan perencanaan jangka
panjang lebih dari 5 tahun. Perencanaan strategis juga merupa-
kan suatu hal untuk merencanakan strategi dalam segala hal
atau dalam kehidupan sehari-hari setiap orang (Wiludjeng S,
2007).
2) Perencanaan Taktis/Taktik
Pada tingkat kedua dari perencanaan, taktis, kinerja berada
dalam setiap area fungsional bisnis, termasuk sumber daya tertentu.
Perkembangannya terjadi oleh tingkat organisasi menengah, bertujuan untuk
efisiensi penggunaan sumber daya yang tersedia untuk jangka menengah
proyeksi. Dalam perusahaan besar dengan mudah mengidentifikasi tingkat
perencanaan, yang diberikan oleh setiap kepala bagian. Bagian taktis merupakan
proses yang berkelanjutan dan pengambilan keputusan untuk menentukan
tindakan (Wiludjeng S, 2007). Bagian ini dilakukan secara sistemik karena
merupakan totalitas yang dibentuk oleh sistem dan subsistem, seperti yang
terlihat dari sudut pandang sistemik. Teknik ini memungkinkan pengukuran
siklus dan evaluasi sebagai dijalankan yang secara dinamis dan interaktif
dilakukan dengan orang lain dan merupakan teknik yang mengkoordinasikan
berbagai kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari efisiensi
(Wiludjeng S, 2007).
3) Perencanaan Operasional
Ketidakpastian yang disebabkan oleh tekanan dan pengaruh lingkungan
harus berasimilasi pada pertengahan atau taktik yang harus mengkonversi dan
menafsirkan keputusan strategis dan membuat rencana yang akan dilakukan,
kemudian menjadi rencana operasional dan rincian yang akan dijalankan
pada tingkat operasional. Langkah pada tingkat operasional
sesuai dengan perencanaan taktis, yaitu mengidentifikasi
prosedur spesifik dan proses yang diperlukan di tingkat bawah
organisasi, menyajikan rencana aksi atau rencana operasional.
Hal ini dihasilkan oleh tingkat organisasi yang lebih rendah,
dengan fokus pada kegiatan rutin perusahaan. Oleh karena itu,
rencana dikembangkan untuk waktu yang singkat. Perencanaan
operasional ini dilakukan pada karyawan di tingkat terendah
dari organisasi (Wiludjeng S, 2007).
4) Perencanaan Normatif
Perencanaan normatif mengacu pada standar, kebijakan
serta peraturan yang ditetapkan untuk operasi organisasi.Hal ini bergantung pada
pembentukan standar, metodologi, dan metode untuk berfungsinya kegiatan yang
direncanakan. Standar-standar tentang pendirian aturan dan atau undang-
undang dan atau kebijakan dalam setiap kelompok atau organisasi, terutama
untuk menjaga pengendalian, pemantauan dan pengembangan perencanaan dan
pengembangan standar dan kebijakan (Wiludjeng S, 2007).

E. Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan yang baik harus dapat menjawab 6 pertanyaan yang disebut sebagai unsur-
unsur perencanaan, yaitu (Manullang M, 2001)1:
1. Tindakan apa yang harus dilakukan.
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan.
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan.
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan.
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut.
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa suatu rencana harus mengandung unsur-unsur
(Manullang M, 2001):
1. Tujuan: menerangkan tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan yang dilakukan.
Tujuan ini dapat bersifat material maupun bersifat moral.
2. Politik: merupakan peraturan-peraturan yang digariskan bagi tindakan-tindakan
organisasi yang dihubugnkan dengan tujuan yang akan dicapai.
3. Prosedur: urutan-urutan pelaksanaan yang akan dilalui dan harus diikuti oleh karyawan
atau orang yang melaksanakan suatu kegiatan atau tindakan dalam mencapai tujuan.
4. Budget: ikhtisar dari masukan yang diharapkan akan diperoleh yang dikaitkan dengan
output yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
5. Program: serangkaian tindakan yang akan dilakukan diwaktu yang akan datang, terdiri
atas penggabungan dari politik, prosedur, dan budget.
Menurut Louis A. Allen (1958) kegiatan-kegiatan fungsi perencanaan yaitu
(Allen LA, 1958):
1. Forecasting, yaitu memperkirakan pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan pada saat
yang akan datang yang akan dilakukan oleh manajer. Kegiatan yang dilakukan oleh
manajer ini atas dasar sistematis dan kontinuitas pekerjaan serta berdasarkan dimana ia
bekerja.
2. Establising ojective, yaitu menentukan tujuan akhir yang akan dicapai dari apa yang
telah direncanakan keselu-ruhannya baik tujuan tiap pekerjaan maupun tujuan
globalnya.
3. Programming, yaitu dibuat suatu progam yang terdiri dari serangkaian tindakan
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan pada prioritas pelaksanaan.
4. Sceduling, yaitu membuat jadwal pekerjaan sehingga dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
5. Budgeting, yaitu penyusunan anggaran untuk mengap- likasikan sumber-sumber yang
ada atas dasar efisiensi dan efektifitas, anggaran belanja ini dinyatkan dalam bentuk
uang.
6. Develoving prosedur, yaitu menentukan cara yang tepat dalam penyelenggaraan
pekerjaan di dlaam rangka adanya efisiensi, efktivitas, dan keseragaman pekerjaan.
7. Establising dan interpreting policy, yaitu manajer harus dapat
menafsirkan kebijakan yang akan diambil agar terjamin keselarasan dan keseragaman
kegiatan serta tindakan yang akan dilakukan.
Menurut Syamsi (1983) untuk membuat suatu rencana tertentu yang cukup
lengkap, kiranya unsur-unsur di bawah ini perlu dipenuhi. Unsur-unsur perencanaan ini
merupakan 6 pertanyaan yang harus dijawab. Rumusannya terkenal dengan istilah 5 W +
1 H, yaitu :
a. What (Apa) : apa yang dilakukan sehingga perlu direncanakan
b. Why (Mengapa) : apa alasannya hal itu perlu dilakukan atau perlu
diprioritaskan pelaksanaannya.
c. Who and Who : Siapa (obyek) dan siapa (subyek) pelaksanaannya.
d. Where (Di mana) : mencari tempat yang strategis untuk melaksanakan suatu
kegiatan
e. When (Kapan) : pelaksanaannya yang tepat. Ini berarti menentukan timing
yang
tepat untuk pelaksanaannya

F. Langkah–Langkah Perencanaan
Langkah awal untuk menyusun perencanaan dapat dimulai dengan sebuah gagasan atau
cita-cita yang terfokus pada situasi tertentu. Sebagai suatu proses, perencanaan kesehatan
mempunyai beberapa langkah. langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan
sebuah perencanaan (Muninjaya, 2004) :
1. Analisis Situasi
Analisis situasi adalah langkah pertama proses penyusunan perencanaan. Langkah
ini dilakukan dengan analisis data laporan yang dimiliki oleh organisasi (data primer)
atau mengkaji laporan lembaga lain (data sekunder) yang datanya dibutuhkan,
observasi dan wawancara.
Analisis situasi merupakan langkah awal perencanaan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah. Langkah analisis situasi bertujuan untuk mengumpulkan
berbagai jenis data atau fakta yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat
yang dijadikan dasar penyusunan perencanaan. Data yang diperlukan untuk
menyusun perencanaan kesehatan terdiri dari :
1) Data tentang penyakit dan kejadian sakit.
2) Data kependudukan
3) Data potensi organisasi kesehatan
4) Keadaan lingkungan dan geografi
5) Data sarana dan prasarana
Semua data yang diperoleh dari hasil analisis situasi diolah dan dijadikan
informasi. Semua informasi yang terkait akan menjadi pengetahuan bersama yang
sangat berharga untuk menyusun perencanaan kesehatan terpadu.
2. Mengidentifikasi Masalah
Identifikasi masalah mulai dari langkah awal untuk mengkaji berbagai masalah
kesehatan yang berkembang di wilayah kerja Puskesmas (analisis 10 penyakit
terbesar) potensi Puskesmas untuk mengatasinya, sejauh mana bantuan yang
diperoleh. Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dari berbagai cara
antara lain :
1) Laporan-laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada.
2) surveilans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit
3) survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan
perencanaan kesehatan.
4) Hasil kunjungan lapangan supervisi, dan sebagainya
3. Menetapkan Prioritas
Masalah kegiatan identifikasi masalah menghasilkan segudang masalah kesehatan
yang menunggu untuk ditangani. Oleh karena keterbatasan sumber daya baik biaya,
tenaga dan teknologi maka tidak semua masalah tersebut dapat dipecahkan sekaligus
(direncanakan pemecahannya). Untuk itu harus dipilih masalah mana yang feasible
untuk dipecahkan. Proses memilih masalah ini disebut memilih atau menetapkan
prioritas masalah. Pemilihan prioritas dapat dilakukan melalui 2 cara yakni :
1) Teknik skoring
Tekni memberikan nilai ( scor ) terhadap masalah tersebut dengan menggunakan
ukuran( parameter ) antara lain :
 Prevalensi penyakit ( prevalence) atau besarnya masalah.
 Berat ringannya akibat yang ditimbulkan oleh masalah tersebut ( severity).
 Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate increase).
 Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of
unmeet need
 Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi ( social benefit
).
 Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical feasiblity).
 Sumber daya yang tersedia yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah(resources availability) termasuk tenaga kesehatan.
Masing-masing ukuran tersebut diberi nilai berdasarkan justifikasi kita, bila
masalahnya besar diberi ' paling tinggi dan bila sangat kecil diberi nilai rendah.
Kemudian nilai-nilai tersebut dijumlahkan. Masalah yang memperoleh nilai tertinggi
(terbesar) adalah yang diprioritaskan,masalah yang memperoleh nilai terbesar kedua
memperoleh prioritas kedua dan selanjutnya.
2) Teknin Non Skoring
Dengan menggunakan teknik ini masalah dinilai melalui diskusi kelompok, oleh
sebab itu juga disebut nominal group tecnique (NGT), ada 2 :
 Delphi Technique
Yaitu masalah-masalah didiskusikan oleh sekelompok orang yang
mempunyai keahlianyang sama. Melalui diskusi tersebut akan
menghasilkan prioritas masalah yang disepakati bersama
 Delbeq Technique
Menetapkan prioritas masalah menggunakan teknik ini adalah juga melalui
diskusikelompok namun peserta diskusi terdiri dari para peserta yang tidak
sama keahliannya makasebelumnya dijelaskan dulu sehingga mereka
mempunyai persepsi yang sama terhadapmasalah-masalah yang akan
dibahas. 9asil diskusi ini adalah prioritas masalah yangdisepakati bersama.
4. Menentukan tujuan program
Setelah prioritas masalah kesehatan diterapkan, manajer program
menetapkan tujuan program. Semakin jelas rumusan masalah kesehatan
masyarakat dengan menggunakan kriteria di atas akan semakin mudah
menyusun tujuan program. Hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tujuan
program: Tujuan adalah hasil akhir dari sebuah kegiatan.
1) Tujuan harus sesuai dengan masalah, terget ditetapkan sesuai dengan
kemampuan organisasi, dan dapat diukur.
2) Tujuan operasional basanya ditetapkan dengan batas waktu (batas
pencapaiannya) dan hasil akhir yang ingi dicapai pada akhir kegiatan program
(dead line).
3) Berbagai macam kegiatan altrnatif dipilih untuk mencapai tujuan.
4) Masalah, faktor penyebab masalah, dan dampak masalah yang telah dan akan
mungkin terjadi dimsa depan sebaiknya dikaji terlebih dahulu.

5. Menyusun Penyebab Masalah dan Alternatif Pemecahan Masalah


Untuk menyusun alternatif jalan keluar, biasanya digunakan berpikir kreatif teknik
berpikir kreatif. namun, apabila masih belum menemukan alternatif jalan keluar,
dapat menggunakan langkah sebagai berikut:
1) Menentukan berbagai penyebab masalah
Untuk menetukan penyebab masalah, dilakukan curah pendapat (Brain
Storming) dengan membahas data yang telah dikumpulkan. Dapat digunakan alat
bantu diagram hubungan sebab akibat (cause-effect diagram ) atau populer pula
dengan sebutandiagram tulang ikan ( fish bone diagram).Selanjutnya, adalah
memilih prioritas jalan keluar (solusi masalah). /erbagai macamalternatif yang
tersedia haruslah dianalisis secara seksama sebelum keputusan terhadap alternatif
yang terpilih diambil. Analisis terhadap alternatif yang tersedia sebaiknya
memperhatikan hal-hal berikut ini:
 Tidak Terdapat relevansi antara hasil alternatif dengan tujuan pemecahan
masalah yang dilakukan artinya dapat membantu mengurangi atau
mengatasi masalah yang ada.
 Efektifitas
 Relatif cost, dalam hal ini berapa besar biaya dari masing-masing alternatif,
pilihlahalternatif dengan biaya relatif murah namun tidak mengurangi
efektifitasnya.
 Technical feasibility, apakah secara teknik suatu alternatif dapat dijalankan.
 Ketersediaan sumber daya untuk menjalankan alternati=e yang dipilih.
 Keuntungan yang dimiliki oleh suatu alternati dibandingkan dengan
alternatif lainnya.
 Kerugian yang mungkin timbul akibat pemilihan suatu alternatif.
Untuk memilihnya, dapat memakai kriteria matriks: melalui efektititas jalan
keluar danefisiensi jalan keluar. Prioritas jalan keluar adalah nilai efektifitasnya
paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan keluar, dipergunakan kriteria
tambahan seperti, besarnya masalah yang dapat diselesaikan (magnitude),
pentingnya jalan keluar (importancy),sensitisitas jalan keluar (vulnerability).
Untuk nilai efisien, biasanya dikaitkan dengan biaya(cost ) yang diperlukan untuk
melaksanakan jalan keluar.
6. Menyusun rencana kegiatan
Rencana kegiatan adalah uraian tentang kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Pada umumnya
kegiatan mencakup 3 kegiatan pokok, yakni:
1) Kegiatan ada tahap persiapan, yakni kegiatan-kegiatan yang di lakukan
sebelum kegiatan pokok dilaksanakan. Misalnya: perizinan, rapat koordinasi.
2) Kegiatan pada tahap pelaksanaan yakni kegiatan pokok program yang
bersangkutan.
3) Kegiatan pada tahap penilaian yakni kegiatan untuk mengevaluasi seluruh
kegiatan dalam rangka pencapaian program tersebut.

Langkah-langkah sebelum menetapkan rencana kegiatan:

1) Alasan utama disusun rencana kegiatan.


2) Tujuan yang ingin dicapai.
3) Kegiatan program (bagaimana cara mengerjakannya).
4) Pelaksana dan sasarannya (siapa yang akan mengerjakan dan siapa sasaran
kegiatan).
5) Sumber daya pendukung.
6) Tempat (dimana kegiatan akan dilaksanakan).
7) Waktu pelaksanaan (kapan kegiatan akan dikerjakan).
DAFTAR PUSTAKA

1
. Arifin, S., Rahman, F., Wulandari, A. & Anhar, V. Y. Buku Dasar-dasar Manajemen
Kesehatan. J. Chem. Inf. Model. 53, 1689–1699 (2013).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni.Jakarta. PT Rineka Cipta.
Akses http://kesmas-id.com/buku-kesehatan-masyarakat-ilmu-seni-ed-revisi-2011-
soekidjo-notoatmodjo/

Muninjaya, A.A.G., 2004, Manajemen Kesehatan, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
akses http://eprints.ulm.ac.id/1149/1/Buku_Ajar_DD_Mankes_fix.pdf

Syamsi, I., 1994, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta.
akses https://onesearch.id/Record/IOS5876.INLIS000000000018961

https://www.academia.edu/28563574/
MAKALAH_Perencanaan_Program_Kesehatan_Masyarakat_berdasarkan_PROBLEM_
SOLV_CYCLE

https://123dok.com/document/4zp0droq-hubungan-sumberdaya-organisasi-penerapan-informasi-
manajemen-puskesmas-kabupaten.html

Anda mungkin juga menyukai