Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK

PADA ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS


DI SLBN KAB.TEGAL

DI SUSUN OLEH:
1. RAGIL AMALIA C1018087
2. RETNO ANINDITA C1018088
3. RUFI AZIZATUL LAELI C1018089
4. SALIKHIN NAFI ISBAT C1018090

KELAS: 3B/S1-ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


DAN NERS
STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
JL. CUT NYAK DHIEN KALISAPU SLAWI
T.A 2020-2021
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada orang tua yang
berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermaian akan membuat menjadi malas
bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang bijaksana, karena beberapa ahli
psikolog mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan jiwa anak (noname, 2006).
Ketika masa anak sudah memasuki masa todler anak selalu membutuhkan
kesenangan pada dirinya dan anak membutuhkan suatu permainan. Aktivitas
bermain merupakan salah satu stimulus bagi perkembangan anak. Sekarang banyak
dijual macam-macam alat permainan, jika orang tua tidak selektif dan kurang
memahami fungsinya maka alat permainan yang dibelinya tidak akan berfungsi
efektif. Alat permaianan hendaknya disesuaikan dengan jenis kelamin dan usia
anak, sehingga dapat merangsang perkembangan anak dengan optimal. Dalam
kondisi sakitpun aktivitas bermaian tetap perlu dilaksanakan namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak.
Ruangan yang digunakan adalah di ruangan terapi bermain didalam
kelas. Dimana di ruang tersebut terdapat alat-alat bermain yang disesuaikan
dengan usia anak. Terapi bermaian ini bertujun untuk mempraktekkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan
merupakan suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan
keterampilan kognitif dan afektif.

B.     TUJUAN
1.      Tujuan Umum
Merangsang semua fungsi dan kemampuan anak agar berkembang optimal
2.      Tujuan khusus
Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas mengekpresikan
perasaannya, orang tua dapat mengetahui stuasi hati anak, memahami
kemampuan diri, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain, merupakan
alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara
verbal.
BAB II
DESKRIPSI KASUS

A.    Sasaran Dan Karakteristik Sasaran


  Anak usia 6 tahun. (benarkan)
B.     Analisa Kasus
4 Anak usia todler didaerah Pagiyanten yang memiliki karakter yang berbeda –
beda antara satu dan yang yang lainnya. (benarkan)
BAB III
METODOLOGI BERMAIN

A.    Judul Permainan


Terapi Bermain “menggambar”
B.     Deskripsi Permainan
Anak menggambar dengan menggunakan perlengkapan yang telah terapis sediakan.
C.     Tujuan Permainan
1.      Merangsang kemampuan visual-spatial anak.
2.      Merangsang kemandirian dan kreatifitas anak.
D.    Ketrampilan Yang Diperlukan
Anak mampu memegang pensil
E.     Jenis Permainan
Bermain Aktif
F.      Alat Yang diperlukan
1.      Buku Gambar
2.      Pensil
G.    Waktu dan tempat Pelaksananaan
Hari, tanggal : Jumat 29 Januari 2021
Waktu : Pukul 08-12 WIB
Tempat : SDLB
H.    Proses Bermain
Permainan yang dilakukan adalah menggambar dan Setiap anak diberi kertas
gambar dan pensil masing–masing satu, kemudian leader mengenalkan diri,
fasilitator, dan observer. Lalu leader memimpin perjalanan permainan dengan
menginstruksikan kepada anak-anak untuk mewarnai atau menggambar sesuai apa
yang diinginkan. Co leader, fasilitator, observer melakukan tugas masing-
masing.

I.       Hal – Hal yang perlu diwaspadai


1.      Anak bosan dengan permainanya
2.      Anak berebut alat permaianan
3.      Anak keluar dari arena bermain
4.      Anak tidak mau bermain karena sakit yang dia rasakan
5.      Anak kurang mau berinteraksi dengan orang lain selain orang tuanya
6.      Anak takut karena fasilitator memakai baju putih – putih (pakaian
perawat)
J.       Antisipasi Meminimalkan Hambatan
1.      Pendekatan kepada anak lebih ditingkatkan
2.      Memberikan penjelasan yang mudah dimengerti orang tua, sehingga timbul
rasa percaya
3.      Membatasi waktu bermain
4.      Fasilitator menyiapkan metode permainan yang lain
5.      Menyiapkan tempat bermain yang nyaman dan menarik
K.    Pengorganisasian & Denah Bermain
1.      Leader : Salikhin nafi isbat
Tugas:
-          Membuka acara, memperkenalkan nama-nama terapis
-          Menjelaskan tujuan terapi bermain
-          Menjelaskan aturan terapi permainan
2.      Co. Leader : Retno anindita
Tugas:
-          Membantu leader dalam mengorganisir kegiatan
-          Menyampaikan jalannya kegiatan
-          Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader dan sebaliknya.
3.      Observer : Ragil amalia
Tugas:
-          Mengevaluasi jalannya kegiatan

4.      Fasilitator : Rufi azizatul laeli


Tugas:
-          Memfasilitator kegiatan yang diharapkan
-          Memotivasi peserta agar mengikuti kegiatan
-          Sebagai Role Model selama kegiatan 

Denah Bermain
L.      Kriteria Evaluasi
      1. Struktur
a.       Leader    : Salikhin nafi isbat
b.      Co Leader   : Retno anindita
c.      Observer : Ragil amalia
d. Fasilitator : Rufi azizatul laeli
e.       Peserta      : Anak
2. Peroses Jalannya Permainan
Permainan yang dilakukan adalah menggambar dan setiap anak diberi kertas
gambar dan pensil masing–masing satu, kemudian leader mengenalkan diri,
fasilitator, dan observer. Lalu leader memimpin perjalanan permainan dengan
menginstruksikan kepada anak-anak untuk mewarnai atau menggambar sesuai apa
yang diinginkan. Co leader, fasilitator, observer melakukan tugas masing-
masing.
Selama proses bermain semua peserta dapat mengikuti permainan sampai
selesai, namun dapat melakukan instruksi dengan baik hanya selama 10 menit,
keseluruhan anak menikmati dan mau melakukan kegiatan menggambar. anak–
anak cukup kooperatif dengan fasilitator .
3. Hasil
BAB IV
PELAKSANAAN BERMAIN

A. Tahap Persiapan
Proses penciptaan gambar oleh siswa autis sulit jika mereka diminta
menggambar secara langsung tanpa ada gambar sederhana yang di contohkan,
pada persiapan ini mahasiswa melakukan apresiasi pada gambar yang sebelumya
telah di buat oleh siswa siswi agar mereka dapat mengingat kembali gambar sebelumnya
untuk di nilai. Setelah melakukan apresiasi pada gambar mahasiswa
mengintruksikan kepada siswa siswi untuk tahap persiapan mempersiapkan alat-alat
dan bahan untuk proses menggambar. Alat yang di persiapkan oleh siswa siswi
umumnya adalah pensil, penghapus, buku gambar berukuran A4 dan crayon. Tahap
akhir persiapan adalah mengajak siswa siswi berinteraksi, Mahasiwa bercerita
secara naratif kemudian secara tidak langsung menjelaskan tema yang akan
digambar. Saat penelitian berlangsung juga menceritakan kancil yang berkaitan
dengan alam untuk melatih rasa cinta terhadap alam sekitar, proses bercerita guru
menggambar sederhana yang di contohkan di papan tulis sesuai apa yang diceritakan
seperti gambar kancil dan pepohonan, diharapkan siswa autis dapat mengembangkan
tema yang telah diberikan melalui cerita singkat yang di berikan oleh mahasiswa.
B. Pelaksanaan Kegiatan
Tahap persiapan berlanjut ke tahap pelaksanaan, mahasiswa memulai bercerita
dan mulai menggambar objek yang disuka, gambar mobil adalah gambar yang
umum disuka oleh anak anak sebagai perwakilan salah satu mainan mereka,
mahasiswa menggambar mobil sebagai rangsangan agar siswa dapat mencontohnya.
Di lanjut dengan gambar bunga dan rumah. Setelah diberikan contoh obyek untuk
Digambar, mampu menirukan obyek aslinya. Hasilnya beragam, mulai yang berupa
coret-coretan sampai dengan mirip contoh yang di berikan. Itu dikarenakan setiap
anak memiliki kemampuan yang berbeda dalam menangkap sebuah obyek untuk
digambar dan juga pengulangan dalam pembuatan gambar. Setelah sketsa selesai di
buat bersama-sama siswa siswi di intruksikan untuk mewarnai gambar yang sudah
mereka buat, Proses pewarnaannya sendiri mereka juga berbeda-beda. Mulai dari
melewati garis tepi sampai salah mewarnai obyek sehingga yang diwarnai tidak
sesuai dengan warna obyek aslinya. Hasil akhir dari pelaksanaan belajar menggambar di
SLB Negeri Slawi, penelitian dapat dilakukan jika siswa siswi dapat menyelesaikan
gambar yang telah dibuat oleh mereka pada hari yang sama. Banyak siswa autis
tidak dapat menyelesaikan gambarnya pada hari yang sama, saat di mulai persiapan
hingga tahap akhir.

C. Evaluasi (Struktur, Proses, Hasil)


Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah mendiskripsikan gambar
dari siswa dan siswai SLB Negeri Slawi untuk mengetahui tema yang
digambarkan, beserta unsur visual di dalam gambar tersebut. Tema yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah untukmengenalkan berbagai konsep, topik dan ide
kepada siswa dan siswi secara utuh. Jadi tema merupakan aktualisasi untuk
mengungkapkan apa yang mereka ingin ungkapkan dalam bentuk gambar.
Sedangkan unsur visual yaitu sebagai penerjemah visual yang terbagi menjadi
enam bagian yaitu; titik, garis, bidang, ruang, warna dan tekstur. Tetapi dengan
segala keterbatasan kemampuan dan mental siswa dan siswi SLB Negeri Slawi,
peneliti hanya mengambil tiga unsur terpenting dalam visualisasian yaitu; bidang , garis
dan warna. Kemudian, agar peneliti dapat mengetahui tema dan unsur visual
dalam gambar, peneliti mengunakan metode wawancara untuk mengetahui maksud
dari karya yang digambarkanya tersebut, dengan mempertanyakan sikap dan
prilaku keseharian masing-masing siswa.

D. Faktor pendukung
a. Anak berpartisipasi dengan baik jalannya kegiatan

b. Anak mampu memahami penjelasan dan berinteraksi dengan baik

c. Lingkungan cukup tenang untuk melakukan terapi bermain

d. Leader,fasiliatator,dan observer bekerjasama dengan baik

E. Hambatan

a. Anak kurang kooperatif

b. Orang tua tidak mendukung

c. Jam-jam tertentu seperti : kunjungan dokter, terapi dan waktu istirahat

d. Anak merasa bosan

e. Anak merasa takut atau asing dengan lingkungan

F. Keberhasilan

a. Anak mampu mengenal warna serta mewarnai dengan baik

b. Anak mampu bekerjasama dengan baik

c. Anak mengungkapkan rasa senang setelah melakukan permainan


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bermain adalah cara untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil akhir.
Tujuan bermain untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas mengekpresikan
perasaannya, orang tua dapat mengetahui stuasi hati anak, memahami kemampuan diri,
kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain, merupakan alat komunikasi terutama bagi anak
yang belum dapat mengatakan secara verbal.
B.     Saran
Saran kepada orang tua dan pelayanan kesehatan diharapkan orang tua lebih selektif dan
memahami fungsi dari alat permainan yang akan diberikan kepada anak dapat menyesuaikan
kepada umur anak sehingga dapat merangsang tumbuh kembang secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Andriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Ball, J., Bindler, R., Cowen, K. (2012). Principles of Pediatric Nursing: Caring for Children,

Ed.5. USA: Pearson

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Wong, L. Donna. (2009). Buku Ajar keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai