1. Latar Belakang
Hospitalisasi selama kanak-kanak adalah pengalaman yang memiliki efek yang
lama, kira-kira satu dari tiga anak pernah mengalami hospitalisasi (Suryati, 2024).
Hospitalisasi menjadi stresor terbesar bagi anak dan keluarganya yang menimbulkan
ketidaknyamanan, jika koping yang biasa digunakan tidak mampu mengatasi atau
mengedalikan akan berkembang menjadi krisis. Tetapi besarnya efek tergantung pada
masing-masing anak dalam mempersepsikannya.
Hospitalisasi adalah kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya perubahan atau
gangguan fisik, psikis, sosial dan adaptasi terhadap lingkungan. Hospitalisasi terjadi
apabila dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami suatu gangguan
fisik maupun mentalnya yang memungkinkan anak untuk mendapatkan perawatan di
rumah sakit.
Hospitalisasi dapat merupakan satu penyebab stres bagi anak dan keluarganya.
Tetapi tingkat stresor terhadap panyakit dan hospitalisasi tersebut berbeda menurut anak
secara individu. Mungkin seorang anak menganggap hal itu sebagai hal yang biasa tetapi
mungkin yang lainnya menganggap hal tersebut sebagai suatu stresor. Upaya yang
dilakukan adalah meminimalkan stress sebagai pengaruh negatif dari hospitalisasi yaitu
melakukan kegiatan “Terapi Bermain”. Bermain dipercaya mampu menurunkan stress
pada anak akibat lingkungan yang baru dan tindakan invasif selama proses perawatan di
rumah sakit.
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktivitas bermain selalu dilakukan anak dan aktivitas anak selalu menunjuk kepada
kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya hubungannya. Menurut Catron
dan Allen dalam bukunya Early Childhood Curriculum A Creative-Play Model (1999)
mengatakan bahwa bermain merupakan wahana yang memungkinkan anak-anak
berkembang optimal. Bermain secara langsung mempengaruhi seluruh wilayah dan aspek
perkembangan anak. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka
sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk
berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.
Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk mengurangi
stress dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada anak. Menggambar atau
mewarnai bila sebagai suatu permainan yang “nondirective” memberikan kesempatan
anak untuk bebas berekspresi dan sangat “theurapeutic”(sebagai permainan penyembuh/
“theurapeutic play”) (Whaley, 1991). Mengekpresikan perasaan dengan menggambar/
mewarnai gambar, berarti memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa
menggunakan kata (Veltman, 2000).
Salah satu manfaat bermain bagi anak adalah untuk meningkatkan daya
kreativitas dan membebaskan anak dari stres. Kreativitas anak akan berkembang melalui
permainan. Ide-ide yang orisinil akan keluar dari pikiran mereka. Bermain juga dapat
membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari. Stres pada anak dapat
disebabkan oleh rutinitas harian selama hospitalisasi yang membosankan.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan kegiatan
terapi aktifitas bermain tentang bermain mewarnai terhadap anak balita usia 1-5 tahun di
ruangan anak RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.
2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum ( TIU)
Setelah dilakukan terapi bermain selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak
dapat terstimulasi kemampuan motorik dan kreativitasnya.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberi penyuluhan, sasaran dapat :
a. Anak dapat melakukan interaksi dan bersosialisasi dengan dengan teman
sesamanya
b. Menurunkan perasaan hospitalisasi.
c. Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat
d. Meningkatkan latihan konsentrasi
e. Mengurangi rasa takut dengan tenaga kesehatan.
f. Melanjutkan perkembangan ketrampilan motorik halus
3. Sasaran
Terapi bermain ini ditujukan untuk anak balita usia 1-5 tahun untuk meningkatkan
kreativitas dan keterampilan motorik halus di ruangan anak dengan kriteria:
Usia 1-5 tahun
5. Membalik halaman buku satu per satu untuk melihat gambar, meski masih agak
kesulitan.
b. Keuntungan Bermain
1. Terampil dalam Gerak Jari-Jemarinya
2. Koordinasi Mata dan Tangan Membaik
3. Membantu Mengendalikan Emosi dalam Beraktivitas
4. Melatih Kemandirian
5. Meningkatkan keterampilan motorik
6. Mengembangkan keterampilan sosial dan emosional
7. Merangsang kreativitas dan imajinasi
8. Meningkatkan koneksi orang tua dan anak.
9. Mengurangi stess dan kecemasan
10. Mengatasi tantangan perkembangan
5. Panitia Pelaksana
d. Menyimpulkan kegiatan
- Mencatat prilaku verbal dan non verbal tiap anak selama kegiatan berlangsung
6. Waktu dan Tempat
a. Hari/tanggal : Rabu, 3 April 2024
9. Setting Tempat
Keterangan
: Leader
: Co- Leader
: Klien
: Orang Tua Klien
: Observer
: Fasilitator
10. Proses Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1. Proposal pendidikan kesehatan yang berisi satuan acara penyuluhan kelas siap
sebelum kegiatan dimulai.
2. Kontrak waktu, tempat dan topic dengan keluarga, pasien/keluarga.
3. Tempat dan media telah siap sebelum kegiatan dimulai
4. Penyaji materi telah siap member penyuluhan atau pendidikan kesehatan.
5. Waktu dan tempat sesuai dengan yang telah ditentukan.
6. Menyiapkan pertanyaan
b. Evaluasi Proses
1. Penyuluh berperan sesuai dengan perannya.
2. Kegiatan berlangsung sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah ditentukan .
3. Adanya tanya jawab dan feedback
4. Media dapat digunakan secara efektif
5. Penyuluh mampu melakukan evaluasi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
c. Evaluasi Hasil
Yang dievaluasi dalam kegiatan ini adalah:
Persiapan
Kesiapan alat-alat permainan dan ruangan untuk bermain
Kesiapan peserta dalam mengikuti permainan
Ketepatan waktu
Proses.
Kemampuan leader memimpin permainan
Kemampuan fasilitator dalam memfasilitasi anak
Respon anak selama bermain (kontak mata, kehadiran penuh, antusiasme anak
selama bermain)
Hasil
Kesan –kesan anak setelah melakukan terapi bermain
11. Penutup
Mengetahui
A. Pengertian
Kreativitas merupakan hal yang sangat dibutuhkan pada kehidupan manusia dan
merupakan bakat yang dibawa sejak lahir. Namun kreativitas akan berkembang optimal
apabila diberikan stimulus dari lingkungan sekitar sejak anak usia dini. Stimulus yang
seharusnya diberikan guru yakni memberikan pembelajaran yang menarik serta
mengemasnya melalui permainan, memfasilitasi anak dengan alat permainan edukatif,
dan memberikan kesempatan anak untuk berkreasi dan bereksplorasi dengan kegiatan
yang anak lakukan. Menurut Barron dalam supriadi kreativitas yaitu kemampuan untuk
menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Sementara itu Hurlock mengutarakan
bahwa kreativitas ialah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru yang belum
ada sebelumnya.
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan motorik berhubungan dengan perkembangan dan keterampilan gerak yang
dapat dilakukan untuk melakukan pengendalian terhadap seluruh anggota tubuh serta
perkembangannya sesuai dengan kematangan otot dan syaraf. Perkembangan fisik
motorik terbagi menjadi 2 yaitu perkembangan motorik kasar dan perkembangan motorik
halus.
B. Manfaat
5) Dapat beradaptasi dengan efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat