Anda di halaman 1dari 5

Campuran merupakan suatu materi yang terdiri atas dua zat atau lebih dan memiliki sifat zat

asalnya. Campuran adalah kombinasi atau gabungan dari beberapa zat yang dapat terbentuk tanpa
melalui reaksi kimia. Campuran terbagi menjadi campuran homogen dan campuran heterogen.
Campuran dapat dipisahkan untuk mendapatkan suatu zat murni dari campuran tersebut. Campuran
dapat dipisahkan berdasarkan sifat fisik dari masing – masing komponen atau zat penyusun suatu
campuran. Metode – metode pemisahan campuran antara lain, yaitu filtrasi, dekantasi, sentrifugasi,
distilasi, sublimasi, ekstraksi, dan evaporasi. Konsep dasar dari pemisahan campuran yaitu untuk
mendapatkan suatu zat – zat murni dari penyusun campuran berdasarkan perbedaan titik didih,
ukuran partikel, pengendapan, difusi, dan adsorbsi (Ariono, 2019).

Praktikum perubahan materi dan pemisahan campuran memiliki beberapa kegiatan yang dilakukan.
Kegiatan yang pertama dilakukan yaitu pemisahan campuran. Pemisahan campuran memiliki tujuan
untuk memisahkan campuran dari naphthalene, garam dapur, dan pasir. Gelas beaker 100 mL
dengan kondisi bersih, kosong, dan kering mula – mula ditimbang, kemudian diisi dengan garam
dapur, pasir, dan naphthalene. Sampel garam dapur yang ditambahkan sebanyak 0,54 gram, pasir
sebanyak 0,57 gram, dan naphthalene sebanyak 0,52 gram. Ketiga bahan tersebut kemudian
dimasukkan dan dicampur ke dalam gelas beaker hingga rata. Gelas beaker yang berisi campuran
tersebut ditimbang kembali dan didapatkan bahwa berat gelas beaker bertambah karena adanya
tambahan berat sampel pada saat penambahan bahan – bahan sampel sebelum pemanasan. Berat
massa total beaker berisi sampel didapatkan sebesar 65,65 gram dengan berat massa sampel
sebesar 1,52 gram dan berat gelas beaker sebesar 64,13 gram. Gelas beaker berisi sampel berupa
campuran dari ketiga bahan kemudian dipanaskan di atas spiritus dan ditempatkan di atas kaki tiga
dan jaring kawat. Beaker yang dipanaskan ditutupi dish atau cawan porselen yang diisi dengan
pecahan beberapa es batu. Pembakaran tersebut harus memastikan bahwa tidak ada tetesan air di
bawah dish atau di dalam beaker. Pembakaran dilakukan selama 10 menit hingga terbentuk uap di
dalam beaker dan padatan menempek di bawah cawan porselen. Padatan yang menempel di bawah
cawan porselen adalah naphthalene atau kapur barus yang menyublim dari pada padat menjadi gas
yang kemudian mengkristal dan menjadi padat. Panas dari api bunsen pada proses pembakaran
menyebabkan zat padat dengan titik didih rendah akan meleleh dan mendidih. Es batu pada cawan
porselen menjadi faktor untuk pendinginan secara perlahan yang menyebabkan suatu padatan yang
awalnya meleleh dan mendidih akan mengalamai proses kristalisasi berlangsung. Peristiwa tersebut
dijelaskan dalam literatur pemurnian sulfur dengan proses sublimasi bahwa sublimasi adalah
perubahan wujud zat dari padat ke gas dengan partikel yang bercampur harus memiliki perbedaan
titik didih (Farras dkk, 2021). Syarat pemisahan campuran dengan sublimasi adalah partikel yang
bercampur memiliki titik didih yang besar sehingga dapat menghasilkan uap dengan tingkat
kemurnian tinggi dan dilakukan pemanasan. Pemanasan menyebabkan zat padat pada suhu ruang
menjadi meleleh kemudian mendidih pada tekanan tertentu dan zat padat yang bisa menyublim
memiliki tekanan uap yang relatif tinggi pada suhu di bawah titik lelehnya (Farras dkk, 2021). Proses
kristalisasi berlangsung bila padatan dalam campuran yang dipanaskan kemudian didinginkan secara
perlahan hingga tingkat kejenuhan tercapai dan menghasilkan sebuah padatan yang murni (Cahyono
dan Suzery, 2018). Padatan yang menempel di bawah cawan porselen adalah naphthalene dan yang
tertinggal adalah padatan dari pasir dan garam dapur. Garam dapur memiliki titik didih lebih tinggi
dibandingkan naphthalene, sehingga akan menguap atau menyublim dengan waktu yang lebih lama.
Pasir memiliki titik didih yang sangat tinggi dan ukuran partikelnya yang besar sehingga tidak bisa
menyublim atau menguap dan tetap tertinggal. Gelas beaker berisi campuran yang telah dipanaskan
kemudian didinginkan pada suhu ruang selama 5 menit dan dipanaskan kembali. Campuran pada
gelas beaker diaduk kembali agar bahan – bahan penyusunnya tercampur hingga rata sebelum
dipanaskan kedua kalinya selama sekitar 10 menit. Padatan di bawah cawan porselen setelah
dipanaskan atau hasil sublimasi kemudian didinginkan pada suhu ruang dan ditimbang yang
diperoleh massanya sebesar 0,1 gram dan massa padatan yang tersisa sebesar 0,57 gram. Massa
padatan hasil sublimasi di bawah cawan porselen memang lebih sedikit karena massa tersebut
adalah massa zat murni yang diperolah tanpa tambahan massa campuran dari zat lainnya (Bimantio,
2017).

Beaker berisi padatan yang tersisa yaitu pasir dan garam dapur, kemudian diisi dengan akuades
sebanyak 10 mL dan diaduk hingga rata selama 5 menit. Penambahan akuades pada padatan tersisa
dan diaduk bertujuan untuk melarutkan zat padatan yang tersisa pada gelas beaker yang tidak bisa
terpisah dengan proses menyublim. Garam dapur terlarut setelah penambahan akuades menjadi
larutan homogen, sedangkan pasir hanya terlarut sedikit partikelnya. Larutan air garam merupakan
larutan homogen yang dapat dipisahkan dengan metode ekstraksi yang menggunakan prinsip
perbedaan kelarutan (Biyantoro dkk, 2016). Campuran air, garam, dan pasir selanjutnya disaring
atau difiltrasi dengan kertas saring yang sudah diketahui beratnya, yaitu sebesar 0,42 gram. Filtrat
yang didapatkan adalah larutan dari air garam dengan pasir, sedangkan residu yang didapatkan
adalah pasir yang tidak terlarut dan tidak tersaring atau tetap berada di kertas penyaring. Kertas
saring berisi residu padatan pasir hasil penyaringan kemudian di oven pada suhu 105*C selama 10
menit kemudian ditimbang dan didapatkan massanya sebesar 1 gram. Pemanasan pada oven
bertujuan untuk mendapatkan residu (zat kering) yang murni dengan menguapkan zat lainnya pada
campuran selain padatan residu yang tersisa, sehingga didapatkan residu murni yaitu pasir. Residu
setelah dipanaskan pada oven ditimbang dan didapatkan massanya sebesar 1 gram. Pemanasan
dengan kata lain memisahkan residu padatan dengan zat cair pada larutan campuran dengan
menguapkan zat cair tersebut (Huriawati dkk, 2016).

Filtrat hasil pemisahan campuran digunakan pada tahapan percobaan rekristalisasi. Filtrat tersebut
disaring kembali dengan kertas saring kemudian dipanaskan atau diuapkan di atas nyala pembakaran
spiritus. Kristal garam kemudian menempel di bawah cawan porselen. Percobaan rekristalisasi pada
praktikum pemisahan campuran dilakukan dengan menggunakan garam dapur kotor. Garam dapur
kotor sebanyak 0,5 gram dilarutkan dengan air pada gelas kimia 10 mL. campuran tersebut
kemudian di saring dan ditampung filtratnya. Filtrat tersebut diuapkan di atas pembakar spiritus dan
ditutup dengan cawan porselen. Kristal garam hasil penguapan akan menempel di bawah cawan
porselen. Kristal garam yang dihasilkan dari proses rekristalisasi berwarna putih lebih bersih atau
bening, berbentuk seperti butiran yang lebih halus dengan tekstur juga lebih halus dibandingkan
dengan garam dapur sebelum direkristalisasi. Garam dapur sebelum direkristalisasi memiliki bentuk
yang lebih besar dengan tekstur kasar dan berwarna putih kekuningan. Percobaan rekristalisasi pada
praktikum ini belum mencapai hasil yang diinginkan karena adanya pemotongan waktu. Proses
rekristalisasi yang masih berlangsung harus diberhentikan sehingga kristal garam dapur belum
terbentuk di bawah cawan porselen. Rekritaslisasi merupakan metode yang sering digunakan untuk
memurnikan senyawa dalam bentuk padatan seperti pemurnian garam dan menghasilkan garam
yang baik dengan bentuk kristal yang halus dan memiliki warna putih jernih (Maulana dkk, 2017).

Percobaan yang dilakukan selanjutnya adalah percobaan sentrifugasi dan dekantasi. Metode
sentrifugasi menggunakan alat sentrifugator. Prinsip kerja dari alat sentrifugasi yaitu dengan
memutar larutan tersebut sehingga dapat menghasilkan dua lapisan pada larutan dengan
kecepatan tinggi (Pramushinta, 2016). Prinsip metode dekantasi adalah pemisahan padatan
dan cairan yang berdasarkan bobot jenis yang diendapkan (Devy dan Widodo, 2018) . Bubuk kapur
sebanyak 2 sendok dan air sebanyak 30 ml pada gelas kimia 50 ml dicampur dan diaduk hingga rata.
Proses pengadukan memiliki tujuan untuk mempercepat terbentuknya larutan campuran dari zat
terlarut dan pelarut sehingga terbentuk larutan dari campuran air dan bubuk kapur. Pengadukan
dapat mempercepat molekul terlarut, memisah dan menyebar secara merata dalam zat pelarut.
Proses pengadukan akan mempercepat terjadinya persinggungan molekul zat yang terlarut dengan
pelarut dengan mengurangi gaya tarik antar molekul zat terlarut sehingga gaya tarik antar molekul
zat terlarut menjadi begitu kecil dan terlepas untuk berdifusi di dalam pelarut. Pengadukan yang
semakin cepat maka semakin cepat juga homogenitas larutan tercapai (Aznury dkk, 2018). Larutan
campuran bubuk kapur dan air kemudian dituangkan pada dua tabung reaksi berbeda untuk
selanjutnya dilakukan pemusingan selama 2 menit dengan alat sentrifugator. Kedua tabung reaksi
setelah pemusingan diberi perlakuan yang berbeda, yaitu tabung reaksi pertama disaring dengan
kertas saring dan yang kedua didiamkan untuk diendapkan atau mengalami proses dekantasi. Proses
dekantasi, sentrifugasi, dan filtrasi menghasilkan pemisahan filtrat dan sentrat atau residu.
Perbedaan dari ketiga proses tersebut yaitu kejernihan filtrat yang dihasilkan. Filtrat hasil
sentrifugasi bening sedikit keruh dan sentratnya berwarna jernih bening dibandingkan dengan filtrat
pada dekantasi yang lebih keruh dan sentratnya berwarna putih keruh. Filtrat hasil filtasi sangat
jernih dibandingkan hasil filtrat dari sentrifugasi dan dekantasi. Filtrat hasil filtrasi paling jernih
karena mengalami metode pemisahan dua kali yaitu sentrifugasi dan filtrasi sehingga pemisahan
filtat dan residunya juga lebih efektif. Filtrasi merupakan pemisahan campuran berdasarkan ukuran
partikelnya sehingga filtrat yang dihasilkan dari penyaringan dengan kertas saring didapatkan lebih
jernih karena partikel sentrat yang berukuran besar tidak ikut tersaring (Sidik dan Ray’onaldo, 2021).

Percobaan terakhir pada metode pemisahan campuran adalah metode destilasi. Destilasi merupakan
metode pemisahan campuran yang berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi juga digunakan
sebagai metode pemurnian dari suatu zat cair. Mekanisme dari distilasi yaitu menguapkan suatu zat
dengan titik didih terendah terlebih dahulu yang kemydian akan terpisah dengan zat lyang titik
didihnya lebih tinggi. Percobaan distilasi dilakukan dengan mengisi labu alas bulat 100 mL dengan
filtrat hasil pemisahan campuran dan 2 butir batu didih yang berguna untuk meratakan pemanasan
di dalam labu alas bulat. Labu alas bulat dihubungkan dengan selang dan set alat destilasi. Labu alas
bulat dipanaskan dengan spiritus. Uap destilat yang terbentuk akan mengalir kondensor. Kondensor
atau pendingin merupakan alat yang dapat mendinginkan uap destilat yang melewati kondensor
sehingga bisa menjadi cair. Uap yang menjadi molekul molekur air atau menjadi cair akan keluar dari
kondensor melalui selang bagian atas sehingga pendinginannya dapat maksimal. Destilat kemudian
masuk ke erlenmeyer untuk ditampung hasil distilatnya. Selang pada sel alat destilat memiliki fungsi
sebagai penghubung kondensor dengan pompa air. Suatu zat dengan titik didih rendah akan
menguap terlebih dahulu kemudian terjadi penurunan suhu ketika melewati kondensor sehingga
uap akan menjadi embun dan mengalir ke erlenmeyer. Zat yang tertinggal pada labu alat bulat jika
semua pelarutnya menguap adalah garam pekat karena air sebagai pelarut sudah menguap
sedangkan garam pekat berupa padatan yang tidak bisa menguap jika tidak larut menjadi larutan
dengan air. Perubahan fasa gas ke cair terjadi pada kondensor. Kondensor berfungsi mengubah fasa gas
dari kondisi superheat menjadi cair atau merubah fase refrigerant dari uap bertekanan tinggi menjadi cairan
bertekanan tinggi, dengan kata lain pada kondensor ini terjadi proses kondensasi (Pukoliwutang dkk. 2017).

Kesimpulan

1. Campuran merupakan kombinasi dari beberapa zat yang dapat terbentuk tanpa melalui
reaksi kimia. Campuran dapat dipisahkan untuk mendapatkan zat murni dari penyusun suatu
campuran. Pemisahan campuran dapat dilakukan dengan berdasarkan sifat fisik dari masing
– masing komponen penyusun suatu campuran.
2. Pemisahan campuran bertujuan memperoleh suatu zat murni dari suatu campuran.
Pemisahan campuran dilakukan berdasarkan sifat fisik suatu zat yang dilakukan dengan
beberapa metode pemisahan. Metode – metode pemisahan campuran antara lain yaitu
filtrasi, sublimasi, sentrifugasi, rekristalisasi dan kristalisasi, distilasi, dekantasi, evaporasi,
dan ekstraksi.
3. Distilasi merupakan metode pemisahan campuran atau pemurnian berdasarkan perbedaan
titik didih. Zat pelarut atau terlarut dengan titik didih terendah akan menguap terlebih
dahulu. Uap destilat akan berubah menjadi fasa cair pada kondensor. Fasa cair tersebut
sebagai hasil destilasi akan dialirkan dan ditampung pada erlenmeyer.

Saran

Praktikan diharapkan dapat memahami petunjuk – petunjuk kerja percobaan untuk


praktikum perubahan materi dan pemisahan campuran yang ada pada modul. Praktikan diharapkan
memahami mekanisme kerja dari setiap metode pemisahan campuran. Praktikan diharapkan
mampu melakukan metode – metode pemisahan campuran pada praktikum setelah membaca
modul yang diberikan. Praktikan diharapkan mengikuti instruksi dari asisten saat praktikum.
Ariono, D. 2019. Pengembangan Teknologi Pemisahan Difusional. Makalah Orasi Ilmiah. Bandung:
Sidang Terbuka Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung. 21 September.

Aznury, M., Purnamasari, I., Anggraini, S., dan Fatimah, Y.K. 2018. Produksi Biogas dari Air Limbah
Industri Minyak Kelapa Sawit Menggunakan Digester Anaerobik Modifikasi dengan
Penambahan Pengadukan. Jurnal Hasil Penelitian dan Ulasan Ilmiah. 9(3):12-16.

Bimantio, M. P. 2017. Pengaruh Ukuran Butir dan Waktu Aktivasi Zeolit terhadap Adsorpsi dan
Desorpsi NH4OH dan KCl Sebagai Model Campuran Pupuk-Zeolit. Jurnal KONVERSI. 6(2):57-
64.

Biyantoro, D., Isyuniarto., dan Masrukan. 2016. Pemisahan Zr-HF secara Sinambung Menggunakan
Mixer Settler. Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar Nuklir.22(3):155-165.

Cahyono, B., dan Suzery, M. 2018. Metode Pemisahan Bahan Alam. Jakarta Pusat: PT Kompas Ilmu.

Devy, A., dan Widodo, W. 2018. Keefektifan Perangkat Pembelajaran Salinitas Salt Water Berbasis
Model Guided Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. PENSA: Pendidikan Sains.
6(2): 144-150.

Diantari jurnal

Farras, H. M., dan Santuri, F. V. Pemurnian Sulfur dengan Proses Sumblimasi. Prosiding Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia #2. 11 Desember 2021. FMIPA Universitas Negeri
Medan:89-92.

Hidayanti jurnal

Huriawati, F., Yuhanna, W.L., dan Mayasari, T. 2016. Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap
Kualitas Serbuk Seresah Enhalus acoroides dari Pantai Tawang Pacitan. Bioeksperimen:
Jurnal Penelitian Biologi. 2(1):35-43.

Lusiani jurnal

Maulana, K. D., Jamil, M. M., Putra, P.E.M., Rohmawati, B., dan Rahmawati. Peningkatan Kualitas
Garam Bledug Kuwu Melalui Proses Rekristalisasi dengan Pengikat Pengotor CaO, Ba(OH)2,
dan (NH4)2CO3. Journal of Creativity Student. 2(1):42-46.

Mustiadi jurnal

Pramushinta, I.A.K. 2016. Pembuatan Minyak Biji Bunga Matahari Menggunakan Metode
Sentrifugasi. STIGMA: Jurnal Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIPA. 9(2):8-11.

Pukoliwutang, R., Sompie, S., dan Allo, E.K. 2017. Pengaturan Pendinginan pada Kondensor untuk
Alat Destilasi Asap Cair. E-Journal Teknik Elektro dan Komputer. 6(1):27-32.

Ratnawati jurnal

Sidik, M., dan Ray’onaldo, C.2021. monitoring dan Filtrasi Udara dalam Ruangan dengan Teknologi
Plasma di Masa New Normal. MEANS: Media Informasi Analisa dan Sistem. 6(2):111-116.

Tim penyusun. 2022. Perubahan Materi dan Pemisahan Campuran. Jember: Universitas Jember.

Umam jurnal

Wibowo jurnal

Anda mungkin juga menyukai