Di Susun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU
METRO LAMPUNG
1444 H/ 2022 M
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur yang kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan hidayah untuk berpikir sehingga dapat menyelesaikan makalah pada
mata kuliah Perbandingan Agama.
Dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang ditulis masih sangat
jauh dari sempurna.
Atas jasanya semoga Allah SWT memberikan imbalan dan tertulisnya
laporan observasi ini dapat bermanfaat dan kami minta ma’af sebelumnya kepada
Dosen, apabila ini masih belum mencapai sempurna kami sangat berharap atas
kritik dan saran-saran nya yang sifatnya membangun tentunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
ardhi................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hassoun, Agama Bangsa Arab, http://www.alsofwah.or.id, diakses pada 28 Oktober
2022
2
Hassoun, Shabi’ah; Agama Samawi Yang Berasas Tauhid, http://islamlib.com/, diakses
pada 28 Oktober 2022
1
BAB II
PEMBAHASAN
3
Agus Hakim, Perbandingan Agama, (Bandung: Diponegoro Bakal, Raeed, 2006), hlm.
88
2
Shabiah adalah agama kuno yang telah ada sejak manusia ini ada. Ia
mengikuti ajaran-ajaran nabi pertama sekaligus nenek-moyang manusia, yaitu
Nabi Adam. Pemeluk Shabiah juga melestarikan ajaran-ajaran yang termaktub
dalam shahifah Idris, Syith, Sam bin Nuh, dan Yahya bin Zakaria yang
diyakini sebagai nabi terakhir pemeluk agama ini. Hari Ahad (Minggu)
merupakan hari suci bagi agama Shabi’ah. Hari Ahad adalah hari pembabtisan
Nabi Yahya bin Zakaria.
Sejak sebelum Masehi, agama ini tersebar di kawasan yang disebut
Bulan Sabit Subur, meliputi Palestina, Suriah, Mesir, Jordania, Jazirah Arab,
Irak, dan Iran. Namun akibat penindasan sepanjang sejarah terhadap pemeluk
agama ini, lambat laun pengikutnya semakin menyusut. Dan sekarang
pemeluk agama ini terkonsentrasi di Irak Selatan dengan jumlah pemeluknya
saat ini kurang lebih 10 ribu orang.4
4
Agus Hakim, Perbandingan Agama, hlm. 89-90
5
Hassoun, Asal Usul Agama, http://www.wordpress.com, diakses pada 28 Oktober 2022
3
suci pula. Dan memang roh-roh itu dijadikan Tuhan untuk selalu bertugas
memuji Tuhan, tidak pernah mendurhakai apa yang dititahkan Allah kepada
mereka, bahkan mereka selalu taat kepada Tuhan. 6
Ketika kaum Shabi’in ditanya oleh Rasulullah SAW kenapa mereka
menyembah berhala, mereka menjawab, “kami tidak menyembah berhala-
berhala ini, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah.”
Oleh karena itu, - kata mereka – kita wajib mensucikan diri dan jiwa
kita dari kotoran syahwat, melepaskan akhlak dari ikatan nafsu angkara-
murka, sehingga dapat mencapai suatu taraf kesucian yang sesuai dengan
kesucian rohroh itu, karena kepada roh-roh itulah kita akan memohonkan
segala hajat dan kebutuhan. Maka hendaklah segala orang tabah dan kuat
mengendalikan nafsu dan mengekang syahwatnya. Dengan demikian roh-roh
suci itu akan suka menolong kita di hadapan Tuhan Maha Pencipta. Tuhan
yang memberi rezki kepada kita dan kepada roh-roh itu.
Adapun ajaran-ajaran kebersihan dan ibadat menurut Shabi’ah, ialah:
1. Menahan nafsu
2. Berdo’a
3. Mendirikan sembahyang
4. Mengeluarkan harta (infaq dan derma)
5. Berpuasa
6. Berkurban
7. Membersihkan badan dan memakai wangi-wangian (dupa stanggi),
menyan dan sebagainya.
8. Memakai azimat. 7
6
Agus Hakim, Perbandingan Agama, hlm. 91
7
Agus Hakim, Perbandingan Agama, hlm. 93
4
2. Shalat, yang juga disebut “al-barakha”. Ritual ini dilaksanakan dengan
cara berdiri untuk beberapa saat menghadap kiblat yaitu ke arah utara yang
diyakini sebagai jalan menuju cahaya dan surga. Lalu mengangkat kedua
tangan sebagai bentuk salam, sembari membaca doa dan permohonan
ampun atas segala dosa dan kesalahan. Dalam salat itu ada sujudnya, tapi
tidak boleh mencium atau menyentuh tanah. Sebab tanah bukanlah tempat
yang suci meski telah dibersihkan. Sujud adalah bentuk ketundukan yang
hanya diperuntukkan bagi Tuhan, bukan bumi. Dan bagi kami, kepala
manusia berisi akal-budi yang merupakan nurani-rabbani, ia tidak layak
diletakkan di atas tanah. Salat dilakukan tiga kali dalam sehari; saat terbit
matahari, siang terik, dan waktu terbenamnya matahari. Sebelum salat,
disyari’atkan juga berwudlu: mencuci muka, tangan, kaki, dan anggota
badan lainnya dari segala kotoran.
3. Puasa, yang terbagi ke dalam dua jenis: puasa kecil dan puasa besar. Puasa
kecil adalah puasa ragawi, yaitu menahan diri untuk tidak memakan
daging-daging hewan. Puasa kecil ini dilaksanakan pada hari-hari tertentu
secara terpisah. Dalam setahun, puasa kecil berjumlah 36 hari. Sedangkan
puasa besar adalah puasa jiwa, yaitu menahan jiwa dari “dosa jiwa” yang
dilarang oleh Sang Khalik dan tidak menyakiti sesama manusia.
4. Zakat (sedekah), yang disebut “zidqa”. Sedekah berasal dari golongan
yang mampu untuk golongan yang tidak mampu.
5. Sakramen pembaptisan, seperti yang telah jelaskan di atas. 8
Kitab suci Shabi’ah disebut “Kanza Raba”. Padanan kata Arabnya
adalah “al-Kanz al-A'dzam” (Harta Karun yang Agung). Kitab ini merupakan
kompilasi dari ajaran-ajaran Nabi Adam, Syith dan Sam bin Nuh yang berisi
dua bagian. Pertama, dari sisi kanan memuat sifr takwin (kitab kejadian),
kisah pertarungan antara kekuatan baik dan jahat, kekuatan cahaya dan
kegelapan, pujian-pujian untuk Tuhan, dan beberapa aturan fiqih. Kedua, dari
sisi kiri, berisi bahasan tentang jiwa manusia yang berkaitan dengan pahala
dan siksa. Selain kitab Kanza Raba, Shabiah juga memiliki kitab-kitab suci
lain: kitab Darasyia Adihiya yang berisi ajaran Nabi Yahya bin Zakaria, kitab
8
Agus Hakim, Perbandingan Agama, hlm. 93-94
5
al-Qilsita yang berisi tentang asalmuasal jiwa Adam dan manusia secara
umum, dan kitab al-Anfus yang berisi ritual dan pujian dalam acara
pernikahan.
Dalam agama Shabiah, ada lima belas hal yang diharamkan, yaitu:
1. Kufur atau menyembah selain Tuhan
2. Membunuh
3. Berzina
4. Mencuri
5. Berbohong
6. Bersumpah palsu
7. Mengkhianati janji
8. Menyembah syahwat
9. Praktik sihir dan tenung
10. Berkhitan
11. Meminum khamar
12. Mempraktekkan riba
13. Meratapi mayat
14. Makan darah dan daging hewan yang sedang hamil dan bangkai
15. Praktek selibat (membujang). 9
Orang-orang Shabi’ah mengatakan, bahwa mereka tidak mempercayai
nabi-nabi, pada mereka tidak ada ajaran kepercayaan kepada nabi-nabi dan
rasulrasul. Mereka mengatakan, bahwa antara kita dengan nabi-nabi itu sama
saja, baik dalam kejadian, bentuk dan rupa. Tabiat yang kita punyai sama saja
dengan tabiat mereka; keadaan mereka minum, kita pun minum, tidak ada
kelebihan mereka daripada kita; maka tidaklah wajib bagi kita mentaati
mereka; orang Shabi’ah berpendirian, tidak ada yang wajib ditaati
pengajarannya, hanyalah pada roh-roh itu saja.
Jika dinyatakan kepada mereka, dari mana kamu peroleh ajaran-ajaran
Shabi’ah ini? Mereka menjawab: “Bahwa ajaran ini kami terima dan kami
pusakai dari „Adzimun dan Hurmus (Nabi Syits dan Idris)”. Hanya dua orang
itu sajalah nabi yang mereka percayai, lain dari kedua itu tidak.
9
Agus Hakim, Perbandingan Agama, hlm. 95
6
Teori mereka yang menyatakan: “Tidak mau mempercayai nabi-nabi
dan rasul-rasul dengan alasan bahwa nabi-nabi dan rasul-rasul masih manusia
biasa yang sama dengan kita.” Tetapi di samping itu mereka masih
mempercayai Nabi Syits dan Nabi Idris, di sini kelihatan paradoksnya pikiran
mereka.
Menurut orang-orang Shabi’ah, roh-roh itulah yang menjadikan dan
mengadakan, merobah sesuatu dari satu keadaan kepada keadaan yang lain
dengan kodrat dan kekuatan yang mereka terima daripada Tuhan Yang Maha
Suci dan Maha Tinggi. Kodrat Allah Yang Maha Tinggi ini, dilimpahkan
kepada roh-roh yang di bawahnya, dengan limpahan kodrat ini, masing-
masing roh dapat menjadikan alam; diantaranya bertugas menjadikan planet
yang tujuh, yang selalu beredar pada falaqnya. Begitulah segenap bintang-
bintang, segenap yang ada di langit dan ada roh yang mengendalikan, sampai
kepada awan, guruh, petir, dan hujan. Demikian pun yang ada di bumi, gempa,
banjir, dan sebagainya ada roh (Malaikat) yang menjadikan dan
mengendalikannya.
Dalam ajaran Shabi’ah, tidak ada kematian. Yang ada hanya
perpindahan dari alam dunia ke alam akhirat. Karena itu, meratapi mayat
sangat dilarang. Memakai seragam hitam dan adat-istiadat berkabung lainnya
karena adanya kamatian, tidak dikenal dalam agama ini. Mereka juga percaya
bahwa di akhirat kelak akan ada bentuk perhitungan (hisab) atas amal kita; ada
surga dan neraka. 10
10
Agus Hakim, Perbandingan Agama, hlm. 95-96
7
Jika ditilik akidah yang mereka anut pada masa kemudian, Shabi’ah ini
telah berubah menjadi musyrik, karena telah menuhankan sesuatu di samping
Allah. Apalagi dalam cara mereka beribadat, tegas mereka menyembah
banyak roh-roh; pemujaan yang langsung kepada Tuhan tidak ada pada
mereka. Hanya saja, ajaran akhlaknya yang mengajarkan kesucian jiwa
dengan menahan hawa nafsu, adalah amat sesuai dengan Islam. Ajaran
memakai tangkaltangkal atau „azimat adalah bertentangan dengan Islam,
karena Nabi Muhammad melarang kita membuat/memakai tamimah
(„azimat). Memakai „azimat membawa kepada kemusyrikkan. 11
Dari analisis di atas, penulis berpendapat bahwa pada mulanya shabi’ah
merupakan agama samawi. Akan tetapi, seiring dengan perubahan-perubahan
yang dibuat oleh para pemeluknya, dan membelokkan ajaran tauhid menjadi
syirik, maka kemudian shabi’ah yang ada saat ini merupakan agama ardhi.
11
Agus Hakim, Perbandingan Agama, hlm. 98
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10