Anda di halaman 1dari 22

Mata Kuliah : Pengembangan Media Pembelajaran Kimia

Dosen : Dr. Ajat Sudrajat, M.Si

LINGKUNGAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA

Oleh :

Santhy Ardelina V Br Pinem (8216142001)


Eva Theresia Patrisia Marbun (8216142008)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan menarik jika didukung
oleh media pembelajaran yang memadai. Namun peran seorang guru menjadi tetap
menjadi faktor utama dalam keberhasilan sebuah proses pembelajaran, karena seorang
guru yang ahli dapat membuat pembelajaran menjadi menarik meskipun dengan media
seadanya. Seorang guru harus cakap dalam memanfaatkan media pembelajaran. Media
sebagai alat bantu hendaknya digunakan secara proporsional dan profesional.
Proporsional dalam arti media digunakan sesuai dengan fungsi dan materi yang
dipelajari. Sedangkan profesional yaitu mampu mengoperasikannya dengan baik.
Media sebagai alat bantu tidak selamanya bersifat materi seperti papan tulis,
LCD Proyektor, dan sebagainya. Namun media dapat juga berupa alam sekitar kita,
yaitu lingkungan. Lingkungan dapat dijadikan media pembelajaran dikarenakan
lingkungan adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi
antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan menyediakan
rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons
terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri
individu berupa perubahan tingkah laku, karena pada hakikatnya belajar merupakan
interaksi individu dengan lingkungannya.
Pembelajaran merupakan interaksi edukatif antara guru dan murid. Dengan
membawa peserta didik berinteraksi langsung terhadap lingkungannya peserta didik
dapat merasakan manfaat secara langsung dari apa yang dipelajarinya, sehingga
pembelajaran di kelas menyatu dengan lingkungan, oleh karena itulah lingkungan
merupakan media yang sangat penting untuk digunakan, selama digunakan secara
proporsional dan profesional serta dengan perencanaan yang matang. Dalam makahalh
ini akan dibahas mengenai lingkungan sebagai media dalam pembelajaran kimia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam mini riset ini sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan media?
2. Apa yang dimaksud dengan lingkungan?
3. Apa saja jenis lingkungan sebagai media pembelajaran?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan menggunakan lingkungan sebagai media
pembelajaran?
5. Bagaimana cara memanfaatkan lingkungan sebagai sarana praktikum?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan media
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan lingkungan
3. Untuk mengetahui apa saja jenis lingkungan sebagai media pembelajaran
4. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahan menggunakan lingkungan
sebagai media pembelajaran
5. Untuk mengetahui bagaimana cara memanfaatkan lingkungan sebagai sarana
praktikum
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Media


Media merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara
harfiah berarti „tengah‟, „perantara‟ atau „pengantar‟, kata media berasal dari bahasa
latin bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari suatu sumber kepada penerimanya. Media pembelajaran pada hakekatnya
hanya merupakan alat yang digunakan untuk memvisualisasikan konsep tertentu
(Jauhari, 2018). Media adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan dipegang yang
berfungsi sebagai perantara atau alat untuk proses komunikasi dalam proses
pembelajaran. Media yang digunakan untuk memperlancar komunikasi belajar mengajar
dalam proses pembelajaran disebut dengan media pembelajaran. Media pembelajaran
merupakan suatu alat bantu yang membantu kemudahan dan kelancaran serta
berhasilnya suatu proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Media
merupakan salah satu alat komunikasi dalam menyampaikan pesan tentunya sangat
bermanfaat jika diimplementasikan ke dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran juga sebagai wahana untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari sumber pesan dari sumber pesan untuk diteruskan kepada penerima
pesan.
Pesan atau bahan ajar yang disampaikan adalah materi pembelajaran sehingga dalam
prosesnya memerlukan media sebagai subsistem pembelajaran untuk mencapai tujuan
dan kompetensi pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala alat atau perangkat
yang digunakan pendidik untuk memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu juga untuk
memperjelas keterangan pendidik mengenai makna atau pemikiran, melatih peserta
didik untuk mencapai kemampuan tertentu dan menumbuhkan minat dalam diri peserta
didik (Nurhidayati, 2019)
Dalam pembelajaran, media pembelajaran bisa menggunakan banyak benda,
terutama benda-benda yang berada di sekeliling peserta didik atau sekolah yang bisa
digunakan media untuk menyampaikan materi. Media ini bisa berwujud media dari
alam maupun buatan. Media buatan berarti media yang dibuat oleh pendidik atau hasil
buatan manusia. Media alam adalah benda-benda alam yang bisa langsung digunakan
sebagai media belajar.Pemanfaatan media tidak hanya ada di dalam kelas, akan tetapi
juga ada yang di luar kelas. Dengan semakin menariknya media pembelajaran yang
digunakan oleh pendidik, maka akan semakin tinggi pula tingkat minat belajar peserta
didik.
Media merupakan segala alat yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
peserta didik untuk belajar. Media sangat membantu aktivitas pembelajaran dan
membantu meningkatkan prestasi belajar peserta didik (Hidayah, dkk., 2017).
Penggunaan media pembelajaran dapat membuat kondisi pembelajaran lebih efektif,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Eli & Sari, 2018). Dari
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan salah satu
alat untuk smenciptakan kondisi kelas yang mampu mengembangkan ranah sikap,
pengetahuan dan keterampilan dari peserta didik. Serta dapat membantu pendidik dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik sehingga mereka paham dan
tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Secara umum tujuan penggunaan media pembelajaran adalah membantu guru
dalam menyampaikan pesan-pesan atau materi pelajaran kepada siswanya, agar pesan
lebih mudah dimengerti, lebih menarik, dan lebih menyenangkan kepada siswa.
Sedangkan secara khusus media pembelajaran digunakan dengan tujuan:
 Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga
merangsang minat siswa untuk belajar.
 Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam bidang teknologi
 Menciptakan situasi belajar yang tidak mudah dilupakan oleh siswa
 Untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif
 Untuk memberikan motivasi belajar kepada siswa

Bermacam peralatan dapat digunakan oleh guru untuk menyampaikan pesan


ajaran kepada siswa melalui penglihatan dan pendegaran untuk menghindari verbalisme
yang masih mungkin terjadi kalau hanya digunakan alat bantu visual semata. Dalam
usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu Edgar Dale dalam (Hafid, 2011)
mengadakan klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkret ke yang
paling abstrak. Klasifikasi tersebut dikenal dengan nama krucut pengalaman (cone of
experience) .
Gambar 1 Kerucut Edgar Dale

Kerucut Edgar Dale (1969) merupakan suatu acuan dalam pemilihan media
untuk sumber dan sarana belajar bagi siswa dengan tetap mengacu pada karakteristik
serta tugas
perkembangan siswa sehingga penggunaan dan pemanfaatan media dalam pembelajaran
dapat memperoleh hasil optimal dengan maksud media membantu dan mempermudah
proses pembelajaran siswa bukan sebaliknya media malah mempersulit proses
pembelajaran siswa (Dale, 1969).
Tabel 1. Penjabaran Kerucut Edgar Dale (1969)

Berdasarkan kerucut pengalaman jelas media lingkungan terdapat didalamnya,


seperti halnya lingkungan sosial, lingkungan Alam, lingkungan Buatan, ketiga jenis
lingkungan ini akan sangat membantu dalam proses pembelajaran baik yang dituangkan
dalam audio visual maupun secara langsung dengan agenda wisata yang nantinya siswa
mampu mengobservasi sendiri, apa yang diamatinnya dan siswa memperoleh
pengalaman langsung sebagai ilmu yang diaplikasikannya dari teori ke penerapan.

2.2 Pengertian Lingkungan


Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lingkungan diartikan
sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari) (Indonesia, 2008). Pengertian lainnya
yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris
peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area,
surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya hampir sama,
berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik
(makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan adalah sesuatu
gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi antara faktor biotik
(hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus)
terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan.
Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan
tingkah laku.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan.
Slameto (2003) menjelaskan ”Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”, hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sangat penting pengaruhnya
terhadap siswa untuk memproses pelajaran yang sedang dipelajarinya. Selanjutnya
Hamalik (2011) menjelaskan bahwa media pendidikan sangat penting untuk menunjang
pencapaian tujuan pendidikan. Dalam teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa
pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan peserta didik. Oemar Hamalik
(2011) juga menyebutkan bahwa lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran
adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan
faktor belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan
sebagai sumber belajar. Lingkungan meliputi: Masyarakat disekeliling sekolah;
Lingkungan fisik disekitar sekolah, bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai, bahan-
bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu dalam
belajar, serta peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Jadi, media
pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah laku tertentu
dari objek atau pengamatan ilmiah terhadap sesuatu yang ada di sekitar sebagai bahan
pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari sekolah dengan membawa
pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di lingkungan mereka.

2.3 Jenis Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran


Semua lingkungan yang ada disekitar kita bisa digunakan sebagai media
pembelajaran. Dari semua lingkungan yang dapat digunakan dalam proses pendidikan
dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan
belajar yakni lingkungan sosial, lingkungan alam dan lingkungan buatan (Sudjana,
2010).

2.3.1 Lingkungan Sosial


Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi manusia
dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat dan kebiasaan, mata
pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur pemerintahan, agama
dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk mempelajari ilmu ilmu sosial
dan kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran penggunaan lingkungan sosial sebagai
media dan sumber belajar hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling dekat, seperti
keluarga, tetangga, rukun tetangga, rukun warga, kampung, desa, kecamatan dan
seterusnya. Hal ini disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tingkat
perkembangan anak didik.
Contoh: Dalam pelajaran Ilmu Bumi dan Kependudukan siswa diberi tugas
untuk mempelajari aspek kependudukan di rukun tetangganya. Siswa diminta untuk
mempelajari jumlah penduduknya, jumlah keluarga, komposisi penduduk menurut
umur, agama, mata pencaharian, tingkat pendidikan, peserta KB, pertambahan
penduduk dari tahun ke tahun dan lain-lain. Dalam studi ini siswa menghubungi ketua
RT dan bertanya kepadanya, disamping melihat sendiri keadaan penduduk di RT
tersebut. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk dipelajari lebih lanjut.
Melalui kegiatan belajar seperti itu, siswa dapat lebih aktif dan lebih produktif sebab ia
mengerahkan usahanya untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dari sumber-
sumber yang nyata dan faktual.

2.3.2 Lingkungan Alam


Lingkungan Alam adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah seperti keadaan
geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora (tumbuhan), fauna (hewan),
sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan dan lain-lain). Aspek-aspek
lingkungan alam tersebut dapat dipelajari secara langsung oleh para siswa melalui cara-
cara tertentu. Mengingat sifat-sifat dari gejala alam relatif tetap tidak seperti dalam
lingkungan sosial, maka akan lebih mudah dipelajari para siswa. Siswa dapat
mengamati dan mencatatnya secara pasti, dapat mengamati perubahan-perubahan yang
terjadi termasuk prosesnya dan sebagainya. Gejala lain yang dapat dipelajari adalah
kerusakan-kerusakan lingkungan alam termasuk faktor penyebabnya seperti erosi,
penggundulan hutan, pencemaran air, tanah, udara, dan sebagainya. Dengan
mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa dapat lebih memahami materi
pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan cinta alam, kesadaran untuk menjaga
dan memelihara lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan
pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian kemampuan sumber daya alam
bagi kehidupan manusia.
Contoh: dalam pelajaran IPA, siswa diminta mempelajari lingkungan alam di
tempat tinggalnya. Siswa diminta mencatat dan mempelajari suhu udara, jenis
tumbuhan, hewan, batu-batuan, kerusakan lingkungan, pencemaran dan lain-lain. Baik
secara individual maupun kelompok para siswa akam melakukan kegiatan belajar
seperti mengamati, bertanya kepada orang lain, membuktikan sendiri atau mencobanya
(Arief, 2009). Dari kegiatan tersebut siswa akan mendapatkan pelajaran yang tidak
diperolehnya di sekolah sehari-hari.

2.3.3 Lingkungan Buatan


Lingkungan yang ketiga adalah lingkungan buatan. Kalau lingkungan alam
bersifat alami, sedangkan lingkungan buatan adalah lingkungan yang sengaja diciptakan
atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Lingkungan buatan antara lain adalah irigasi atau pengairan, bendungan,
pertamanan, kebun binatang, perkebunan, penghijauan, dan pembangkit tenaga listrik.
Siswa dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya,
pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang
berkenaan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada
umumnya. Lingkungan buatan dapat dikaitkan dengan kepentingan berbagai bidang
studi yang diberikan di sekolah (Sudjana, 2010).

Ketiga lingkungan tersebut dapat dimanfaatkan sekolah dalam proses belajar-


mengajar melalui perencanaaan seksama oleh para guru bidang studi di luar jam
pelajaran dalam bentuk penugasan kepada siswa atau dalam waaktu khusus yang
sengaja disiapkan
pada akhir semester atau pertengahan semester. Ketika lingkungan ditempatkan sebagai
media atau sumber pada bidang studi yang relevan, maka akan memperkaya materi
pengajaran, memperjelas prinsip dan konsep yang dipelajari dalam bidang studi dan
bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar para siswa.

2.4 Teknik Penggunaan Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran


Segala hal yang ada disekitar kita bisa dijadikan sebagai media pembelajaran.
Hanya saja, tidak semua pengajar mengetahui bagaimana cara memanfaatkan
lingkungan yang tersedia sebagai media dalam pengajaran bidang studi (Hardianto,
2005). Ada beberapa cara atau teknik bagaimana mempelajari lingkungan sebagai
media dan sumber belajar, antara lain:
A. Survey
Survei adalah kegiatan mengunjungi lingkungan seperti mayarakat setempat
untuk mempelajari proses sosial, budaya, ekonomi, kependudukan, dan lain-lain
(Dhalyana & Adiwibowo, 2013). Kegiatan belajar dilakukan siswa melalui observasi,
wawancara dengan beberapa pihak yang dipandang perlu, mempelajari data atau
dokumen yang ada, dan lain-lain. Hasilnya dicatat dan dilaporkan di sekolah untuk
dibahas Bersama dan disimpulkan oleh guru dan siswa untuk melengkapi bahan
pengajaran. Pengajaran yang dapat dilakukan untuk kegiatan survey terutama bidang
studi ilmu sosial dan kemasyarakatan, seperti ekonomi, sejarah, kependudukan,
sosiologi, antropologi, dan kesenian.

B. Kamping atau Berkemah


Kemah membutuhkan waktu yang cukup, sebab siswa harus dapat menghayati
bagaimana kehidupan alam seperti suhu, iklim, suasana, dan lain-lain. Kemah cocok
untuk mempelajari ilmu pengetahuan alam, ekologi, biologi, kimia, dan fisika. Siswa
dituntut merekam apa yang ia alami, rasakan, lihat dan kerjakan selama kemah
berlangsung. Hasilnya dibawa ke sekolah untuk dibahas dan dipelajari bersama-sama.

C. Field trip atau karyawisata


Karyawisata adalah kunjungan siswa keluar kelass untuk mempelajari objek
tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikuler di sekolah. Sebelum karyawisata
dilakukan siswa, sebaiknya direncankan terlebih dahulu objek apa yang akan akan
dipelajari dan cara mempelajarinya serta kapan sebaiknya dipelajari. Objek karyawisata
harus relevan dengan bahan pengajaran. Misalnya musium untuk pelajaran sejarah,
kebun binatang untuk pelajaran biologi, taman mini untuk pelajaran ilmu bumi dan
kebudayaan, peneropongan bintang di Lembang untuk fisika dan astronomi.
Karyawisata sebaiknya dilakukan pada akhir semester atau tengah semester dan
dikaitkan dengan keperluan pengajaran dari berbagai bidang studi.

D. Praktek lapangan
Praktek lapangan dilakukan oleh para siswa untuk memperoleh keterampilan dan
kecakapan khusus (Musfah, 2012). Misalnya Mahasiswa FKIP diterjunkan ke sekolah
untuk melatih kemampuan sebagai guru di sekolah. Siswa SMK dikirim ke perusahaan
maupun instansi yang sesuai dengan jurusan untuk mempelajari dan mempraktekkan
alat berat, pembukuan, akuntansi, dan lain-lain. Dengan demikian praktek lapangan
berkenaan dengan keterampilan tertentu sehingga lebih tepat untuk sekolah-sekolah
kejuruan.

E. Mengundang Nara Sumber


Jika cara sebelumnya kelas dibawa ke masyarakat, pada cara ini narasumber
yang diundang ke sekolah untuk memberikan penjelasan mengenai keahliannyadi
hadapan para siswa. Misalnya mengundang penyuluh pertanian untuk menjelaskan cara
bercocok tanam, dan lain-lain. Narasumber yang diundang harus relevan dengan
kebutuhan belajar siswa.

F. Proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat


Cara ini dilakukan apabila sekolah (guru dan siswa secara bersama-sama
melakukan kegiatan dengan memberikan bantuan kepada masyarakat seperti pelayanan,
penyuluhan, partisipasin dalam kegiatan masyarakat, dan kegiatan lain yang
diperlukan). Proyek pelayanan pada masyarakat memberi manfaat yang baik bagi para
siswa maupun bagi masyarakat.

2.5 Kelebihan dan Kelemahan Menggunakan Lingkungan Sebagai Media


Pembelajaran
Membawa kelas atau para siswa keluar kelas dalam rangka kegiatan belajar tidak
terbatas waktu. Artinya tidak selalu memakan waktu yang lama, tapi bisa saja dalam
satu atau dua jam pelajaran bergantung kepada apa yang akan dipelajari dan bagaimana
cara mempelajarinya. Pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran lebih
bermakna disebabkan para siswa dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan
yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya
dapat dipertanggung jawabkan.
Kelebihan yang dapat diperoleh dari penggunaan lingkungan sebagai media
pembelajaran, antara lain:
1.      Lingkungan Adalah Sumber Belajar Riil, Bukan Tiruan Ataupun Rekayasa
        Bila pendidik memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, ini berarti
pendidik telah menggunakan sumber belajar riil (sesungguhnya), bukan berupa tiruan
atau rekayasa. Tentu, apabila menggunakan sumber belajar yang riil maka kualitasnya
lebih baik bila dibandingkan menggunakan model atau tiruan yang tentu memiliki
keterbatasan-keterbatasan.

2.      Pembelajaran Menjadi Lebih Menarik


        Peserta didik  akan lebih tertarik dengan sesuatu yang bersifat nyata dan asli
dibanding tiruan atau model. Lingkungan sebagai sumber belajar adalah objek yang
menarik untuk  dipelajari. Dengan menariknya sumber belajar, maka peserta didik tentu
akan lebih bersemangat dan termotivasi.

3.      Lingkungan memberikan pembelajaran bermakna


       Sebagai sumber belajar riil dan menarik, lingkungan akan memberikan
pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Pembelajaran bermakna amat penting bagi
mereka sehingga tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan akan dapat
mereka capai dengan baik.

4.      Mengaktifkan Belajar Peserta Didik


       Belajar dengan menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran akan
membuat peserta didik aktif. Ini dikarenakan mereka akan lebih mudah berinteraksi
dengan lingkungan. Adanya interaksi dalam pembelajaran akan memberikan kontribusi
yang positif pada proses pembelajaran. Peserta didik yang mungkin pasif selama
pembelajaran reguler di kelas biasanya akan lebih terlibat dalam pembelajaran saat
terjun ke lingkungan secara langsung.

5.      Memperkaya Sumber Belajar Di Kelas


       Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar bagi peserta didik tentu saja akan
menambah ragam dan memperkaya sumber belajar lain di kelas. Peserta didik  menjadi
tidak hanya duduk-duduk di kelas dan belajar seperti biasa. Banyak variasi yang dapat
dilakukan pendidik bila menggunakan sumber belajar berupa lingkungan. Ini akan
membantu peserta didik mengatasi kebosanan belajar di kelas.
6.      Menumbuhkan Rasa Cinta Terhadap Lingkungan
        Bila peserta didik berhasil memaknai lingkungan yang mereka pelajari, maka akan
muncul dampak pengiring yang amat penting, yaitu rasa cinta terhadap lingkungan
sekitar. Suatu contoh, ketika siswa diajak mempelajari bagaimana pola pikir masyarakat
di sekitar sekolah tentang sampah dan kebersihan, maka mereka akan dapat
menumbuhkan rasa cinta terhadap kebersihan di lingkungan sekolah mereka sendiri
atau di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri dan mereka bisa menerapkan sebuah
hadits yang menerangkan tentang kebersihan adalah sebagian daripada iman. Dalam hal
ini secara tidak langsung akan membentuk karakter peserta didik yang peduli terhadap
lingkungannya dimanapun kelak ia akan tinggal.

Kelemahan dari penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran antara


lain:
1. Tidak seperti pelajaran dalam kelas, pelajaran diluar kelas harus disiapkan secara
matang karena jika kurang persiapan sebelumnya akan menyebabkan ada kesan
main-main ketika pelajaran berlangsung
2. Adanya anggapan belajar dengan lingkungan memerlukan waktu yang relatif lama,
padahal pelajaran cukup dilakukan selama beberapa menit saja kemudian dilanjutkan
dikelas.
3. Banyak guru yang masih berpandangan sempit bahwa belajar hanya dilakukan
didalam kelas.

2.6 Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sarana Praktikum


Sesuai dengan anjuran Kurikulum yang sekarang dianut oleh dunia pendidikan
di
negara kita, bahwasanya diharapkan siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran tetapi
juga sebagai subjek pembelajaran, maka keberadaan praktikum sebagai metode
pembela-jaran bidang studi sains / IPA merupakan suatu keharusan. Melalui praktikum
siswa belajar menemukan konsep sendiri bersama-sama dengan teman sekerjanya
dalam kelompok, sekaligus membantu pemahaman konsep yang diajarkan di kelas.
Kekurangan atau tidak tersedianya berbagai bahan dan alat kimia
seringkali
menjadi kendala tidak berlangsungnya suatu topik praktikum. Menghadapi kendala
seperti ini, sudah saatnya bagi kita yang berkecimpung di dunia pendidikan terutama
mereka yang terkait dalam proses pembelajaran, yaitu guru dan siswa memikirkan jalan
keluarnya. Seperti diketahui, bahwa “dunia kita adalah dunia kimia”, artinya segala
yang
ada di dunia ini tidak terlepas dari aspek kimiawi. Hal ini memberikan inspirasi bagi
kita
bahwa lingkungan sekitar sebenarnya merupakan sarana untuk belajar kimia dan untuk
menunjukkan fenomena-fenomena kimiawi seperti yang tertulis dalam materi pelajaran
kimia yang diajarkan di kelas.
Berikut ini akan diberikan contoh berbagai bahan kimia yang dengan mudah
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, tetapi kita tidak tahu atau tidak menyadari bahwa
bahan tersebut dapat digunakan sebagai bahan praktikum sederhana.

1. Struktur Atom dan Ikatan Kimia


Untuk membuktikan bahwa dalam atom terdapat partikel penyusun atom yang
dapat bergerak, yaitu elektron dapat dilakukan percobaan sederhana. Kertas adalah
contoh sebuah materi yang terdiri dari atom-atom. Tiap atom memiliki inti atom
yang bermuatan positif dan elektron yang mengelilinginya yang bermuatan negatif.
Dengan menggosokkan balon / penggaris mika / plastik ke rambut, maka elektron pada
rambut akan terlepas, sehingga menyebabkan benda yang digosokkan tersebut
terkena
pengaruh muatan negatif elektron, sehingga ketika didekatkan pada potongan kertas,
muatan positif kertas akan tertarik balon. Gaya tarik antara muatan negatif dan positif
ini mampu mengatasi gravitasi bumi sehingga potongan kertas melompat ke atas dan
menempel pada benda. Percobaan ini sekaligus dapat menunjukkan pada kita bahwa
yang dapat bergerak dan berikatan dengan atom lain adalah elektron, bukan proton
maupun neutron. Banyak modifikasi menarik yang dapat dilakukan dengan percobaan
ini, seperti membentuk kertas seperti ular yang nantinya akan bergerak-gerak hidup,
mendekatkan balon pada baju wol sehingga menempel, dan sebagainya.

2. Keberadaan Molekul
Untuk mengetahui bahwa air terdiri dari molekul-molekul air, maka dapat
dilakukan percobaan sederhana : letakkan 2 tusuk gigi secara berhadapan di atas
permukaan air dalam sebuah mangkuk. Celupkan tusuk gigi yang lain dalam larutan
sabun, lalu celupkan diantara dua tusuk gigi yang berhadapan tadi. Tusuk gigi yang
ujungnya dicelupkan ke dalam cairan sabun mampu mematahkan gaya tarik-
menarik antar molekul air, sehingga molekul-molekul air satu sama lain saling
menjauh. Gerakan
saling menjauh ini akibat tali ikatan antar molekul air putus. Percobaan ini
membuktikan
bahwa meskipun molekul tidak dapat dilihat tetapi keberadaannya dapat diamati dari
gejala yang ditimbulkan. Sama halnya dengan percobaan atom, maka percobaan ini
banyak sekali modifikasinya, tinggal bagaimana kita menangkap prinsip dari
percobaan ini dan mencobanya dengan kemasan yang berbeda.

3. Ciri-ciri Reaksi Kimia


Untuk menunjukkan ciri-ciri reaksi kimia, yang meliputi : terbentuknya
gas,
terbentuknya endapan, terjadinya perubahan warna, terjadinya perubahan suhu, maka
dapat dilakukan percobaan-percobaan sbb :
a. Pembentukan gas : mereaksikan asam cuka dengan soda kue, cangkang telur
dengan asam cuka. Dapat juga mereaksikan deterjen dan pemutih lalu
dimasukkan ke dalam air yang berisi ikan, ikan akan segera mati karena
keracunan gas klorin.
b. Pembentukan endapan : mereaksikan uang logam dengan asam cuka, garam
inggris dengan ammonium hidroksida (dapat dibeli di apotik).
c. Perubahan warna : daging apel dengan oksigen di udara, roti tawar dengan
larutan iodin, kertas dengan larutan iodin (tulisan ajaib).
d. Perubahan suhu : melarutkan deterjen dalam air, garam dapur dalam air, asam sitrat
dengan soda kue.

4. Titrasi Asam-Basa (Asidi – Alkalimetri)


Untuk melakukan titrasi asam-basa, terkadang kita tidak memilii indikator pp,
maka dapat dilakukan dengan mengunakan indikator alami, seperti daun kubis ungu,
rhoeo discolor, kunyit, secang, dsbnya. Indikator ini (terutama daun kubis ungu)
memberikan perubahan warna yang tegas ketika titik akhir titrasi tercapai, sehingga
akan memberikan akurasi data yang sama ketika menggunakan indicator pp. Siswa
dapat melakukan titrasi alkali-metri yaitu menentukan kadar asam cuka di pasaran
dengan pentiter NaOH.

5. Tekanan Osmosis
Untuk mengetahui terjadinya tekanan osmosis pada materi sifat koligatif
larutan, maka dapat dilakukan percobaan sbb : sediakan dua gelas, gelas yang satu diisi
air sedangkan yang satunya diisi air garam. Masukkan ke dalam kedua gelas wortel
yang
masih segar dengan ukuran sama. Setelah 24 jam ukur volum dari kedua gelas
tersebut. Berdasarkan percobaan sederhana ini siswa kita ajak menyimpulkan sendiri.

6. Penurunan Titik Beku


Adanya zat terlarut yang non volatil menyebabkan larutan mengalami penurunan
titik beku, hal ini dapat ditunjukkan dengan cara meletakkan es batu dalam kaleng lalu
menambahkan sedikit air dan garam. Dengan menggunakan termometer akan Nampak
bahwa suhu sebelum dan sesudah ditambah garam akan mengalami penurunan.

7. Udara Mengandung Uap Air


Ketika membahas tentang korosi, kita mengatakan bahwa terjadinya korosi pada
besi diakibatkan teroksidasi oksigen di udara. Namun sebenarnya tanpa adanya uap air
di udara yang menyebabkan udara menjadi lembab, proses korosi tidak akan terjadi.
Untuk membuktikan bahwa udara mengandung uap air adalah : isi kaleng dengan es
batu, tambahkan secangkir air. Setelah permukaan luar kaleng mengembun,
tambahkan 3 sendok garam ke dalam air es tersebut. Diamkan selama 5 – 10 menit.
Nampak bahwa embun di luar kaleng itu membeku. Udara mengandung molekul air
dalam bentuk gas, dan akan mendingin ketika bersentuhan dengan kaleng, sehingga
berubah menjadi air (embun). Garam menurunkan suhu air es yang berakibat suhu
kaleng turun dan membekukan embun yang ada di sekeliling kaleng.

8. Keberadaan Zat Besi pada Buah-buahan


Untuk mengetahui adanya zat besi pada beberapa buah-buahan, seperti anggur,
nanas, apel, arbei, dapat dilakukan percobaan : siapkan jus buah-buahan yang akan
diteliti, lalu tuangkan sedikit pada gelas bening. Tambahkan sejumlah yang sama teh
kental yang telah didiamkan kira-kira 1 jam. Aduk dan biarkan sekitar 20 menit. Angkat
dan lihat di dasar gelas, apakah ada endapan. Bila belum ada, biarkan lagi beberapa saat,
dan lihat kembali dasar gelas. Endapan yang terbentuk merupakan zat besi yang
terkandung dalam buah yang bereaksi dengan zat kimia dalam teh. Jumlah dan
kecepatan terbentuknya endapan menandakan banyaknya zat besi di dalam buah
tersebut. Sebelum percobaan ini dilakukan, sebaiknya siswa diminta untuk mendata
buah-buahan yang memiliki kadar zat besi dari berbagai buah, sehingga dapat
dipilih buah yang memiliki kadar zat besi dari yang sedikit sampai yang banyak.

9. Koloid
Koloid merupakan campuran antara zat terdispersi dan zat pendispersi, dimana
ukuran partikel terdispersinya lebih kecil dari suspensi tetapi lebih besar dari
larutan.
Percobaan tentang koloud dapat dilakukan : isi gelas dengan susu segar, tambahkan 2
sendok makan cuka dan aduk. Biarkan 2 – 3 menit. Susu merupakan contoh koloid,
adanya cuka yang ditambahkan ke dalamnya menyebabkan partikel terdispersi
melekat satu sama lain membentuk benda padat yang disebut dadih yang berwarna
putih, sehingga cairannya menjadi bening.

10. Pelarut Organik Melarutkan Senyawa Organik


Alkohol adalah salah satu contoh pelarut organik (non polar) yang banyak
digunakan untuk mengekstraksi senyawa organik (non polar) di laboratorium.
Untuk
membuktikan bahwa sifat pelarut non polar melarutkan senyawa non polar juga, dapat
dilakukan : letakkan sekitar 15 buah cengkeh ke dalam gelas, lalu tuangi dengan
alkohol sampai merendam seluruh cengkeh. Tutup rapat, diamkan selama 7 hari.
Setelah itu cobalah mengoleskan campuran tersebut di atas punggung tangan, biarkan
sebentar, maka akan tercium bau wangi. Bau tersebut merupakan hasil pelarutan
minyak berbau harum yang terkandung dalam cengkeh.

11. pH Buffer
Untuk membuktikan fungsi ion fosfat dalam berbagai minuman bersoda sebagai
buffer, maka dapat dilakukan dengan cara percobaan sederhana, yaitu mengukur pH
minuman bersoda tersebut sebelum dan sesudah ditambah sedikit asam, basa, maupun
pengen-ceran. Jika benar bahwa minuman bersoda mengandung buffer fosfat, maka
ketika ditambah sedikit asam, basa (hanya 1 mL), atau diencerkan (hanya 10 kali), maka
harusnya tidak mengalami perubahan pH. Pengukuran pH awal / mula-mula dari buffer
fosfat dilakukan setelah busa minuman tersebut hilang, sebab adanya busa menunjukkan
bahwa asam karbonat (H2CO3) yang ada dalam minuman berubah menjadi H2O
dan CO2. Hal ini karena asam karbonat merupakan jenis asam tak stabil (mudah
terurai), sehingga gas CO2 terlepas ke udara dan H2O tetap tinggal di minuman.
Jadi, habisnya busa menunjukkan bahwa dalam minuman bersoda tersebut tinggal ada
buffer fosfat.

12. Ksp
Kelarutan suatu garam dapat diuji dengan cara yang sangat mudah dan
sederhana.
Gunakan garam dapur (NaCl) / garam Inggris (MgSO4). Mula-mula ambil setengah
gelas air, lalu masukkan satu sendok teh garam tersebut, lalu aduk. Lakukan
berulang-ulang hingga garam yang ditambahkan tidak dapat larut, meskipun sudah
dilakukan pengadukan. Melalui percobaan ini kita dapat menentukan berapa sendok
yang dapat dilarutkan, berapa sendok saat garam mulai tidak dapat larut, sampai pada
sendokan ke berapa terjadi pengendapan yang nantinya digolongkan larutan tak
jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh.

13. Uji Amilum


Untuk mengetahui ada tidaknya amilum dalam berbagai jenis makanan,
dapat
dilakukan dengan menggunakan larutan iodin atau lugol. Jika dihasilkan warna biru
/ungu berarti sampel mengandung amilum.

14. Penurunan Tekanan Uap


Untuk membandingkan penguapan larutan garam dengan air dapat
dilakukan
percobaan sederhana, yaitu memasukkan garam ke salah satu gelas yang berisi air dan
dibandingkan terhadap gelas yang hanya berisi air. Masukkan ke dalam wadah tertutup
dan simpan selama 1 hari lalu ukur volum yang ada, maka akan didapatkan penurunan
volum yang berbeda antara kedua gelas.

Demikianlah beberapa contoh praktikum yang berbasis penggunaan


berbagai
bahan dan alat yang ada di lingkungan, sehingga memungkinkan untuk dilakukan di
sekolah dengan kondisi yang minim sekalipun.

BAB III
KESIMPULAN
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pemanfaatan lingkungan
sebagai media pembelajaran lebih bermakna disebabkan para siswa dihadapkan
langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih
nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan. Disamping itu,
guru juga berharap siswa akan lebih akrab dengan lingkungan sehingga menumbuhkan
rasa cinta akan lingkungan sekitarnya
Lingkungan sebagai media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu
lingkungan sosial, lingkungan alam, dan lingkungan buatan. Dengan cara yang tepat
dan persiapan yang matang, semua jenis lingkungan bisa dimanfaatkan secara
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, S. (2009). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya.


Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Dale, E. (1969). Audio Visual Methods in Teaching. Nueva York: Holt, Rinehart &
Winston
Hafid, A. (2011). Sumber dan Media Pembelajaran. Sulesana: Jurnal Wawasan
Keislaman 6(2), 69–78.
Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar (Teaching and learning process). Bumi
Aksara.
Indonesia, K. B. B. (2008). Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Moh. Irmawan Jauhari, “Peran Media Pembelajaran dalam Pendidikan Islam”.Jurnal
Piwulang, Vol. 1 No. 1(Agustus 2018), h. 69-70.
Nuhidayati dkk, “Pembuatan Media Pembelajaran Berbasis Powerpoint dan
Pemanfaatan Aplikasi Android untuk Guru Bahasa Arab”. Jurnal Tadris, Vol.
2 No. 3 (September 2019), h. 182.
Rohaeni Nur Eli, Sari, “Pembelajaran Sistem Koloid Melalui Media Animasi Untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa”. Jurnal Tadris, Vol. 3 No. 2
(Desember 2018), h. 137.
Rusly Hidayah, Suprianto, Alis Rahmawati, “Permainan Kimia Kotak Katik Sebagai
Media Pembelajaran Pada Materi Sistem Periodik Unsur”. Jurnal Tadris Vol. 2
No. 1 (Juni 2017), h. 92.
Slameto, B. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Cetakan IV).
Rineka Cipta.
Sudjana, N. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai