Makalah Istisnax27 PDF
Makalah Istisnax27 PDF
ISTISNA’
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
II
Dosen Pembimbing :
M. Fathor Rohman, M. Pd
Disusun Oleh :
Zulkifli Nasution
AHWAL SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ” ISTISNA’ ”.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga,
sahabat sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan
tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah
Bahasa Arab II dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan
khusus dengan tujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa menciptakan hal-
hal yang lebih bermakna.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik
Allah SWT semata.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iv
A. Pengertian Istitsna’............................................................... 5
B. Macam-macam Istitsna dan Contohnya ................................. 5
C. Ketentuan I’rabnya ................................................................. 6
A. Kesimpulan ............................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................10
3
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa Arab merupakan bahasa Al Qur’an dan Hadist Nabi, maka untuk mengkaji
keduanya itu dibutuhkan seperangkat alat atau sarana agar tidak salah dalam membaca dan
memahami teks Arab yang belum ada kharokatnya serta untuk mengetahui perubahan-
perubahan kata terutama pada Hadist Nabi, sebab apabila salah dan keliru dalam pembacaan
teks akan mengakibatkan salah dan keliru dalam pemaknaan. Untuk menghindari itu,
sarananya adalah ilmu Nahwu dan Shorof, keduanya merupakan keutuhan yang tidak boleh
diabaikan.
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Istitsna
Istitsna merupakan kata penghubung yang fungsinya menggabungkan menyatakan
pengecualian. yang dikecualikan disebut mustatsna minhu dan yang terkecualikan
disebut mustatsna. 1
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Mustatsna adalah isim yang berada setelah
adat/alat Ististna yang keadaan hukumnya berbeda dengan hokum Mustastna Minhu, yaitu
lafadz yang disebut sebelum lafadz alat ististna.
Dalam kitab. “Syarah Mukhtasir Jiddan Ala Matan Al-Jurumiyyah”. Kami temukan
bahwa Al-Ististnayaitu
2املستثىن اسم منصوب يقع بعد اداة من ادوات االستثىن ليخالف ما قبلها ىف احلكم
B. Macam-macam Istitsna
وحروف االستثىن ثنامية وهي اال وغري وسوى وسوى وسواء وخال وعدا وحشا
Begitu pun menurut kitab ilmu nahwu terjemahan matan al-ajurumiyyah dan ‘imtithy
bahwa huruf istitsna ada 8 macam yaitu sebagai berikut : 3
.1 إالاseperti contohnya : جا َء القَ ْو ُم إال ز ْيدًا
.2 غ ْي ُر
contohnya seperti : ْ يدًا اج َء القَ ْو ُم غ
ز ْي
ُّر
3. س ى
4. ى
َو
ُس
و
.5 س َوا ء
َ
.6 خل
.7 َعدَا
.8 حا َشا
5
1 Nurul Huda. 2011. Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. 1. (Sinar Grafika Offset Jakarta), h. 208
2 Fuadi nu’mah. “ Mulakhkhas Qawaidul Lughatul Arabiyah”. ( Birut: Darut Tsuqafah Al-Islamiyyah), h.78
3 Ahmad Zaini Dakhilani. “Syarah Mukhtasir Jiddan Ala Matan Al-Jurumiyyah”. (Semarang: Thaha Putra), h.
24
6
Adapun dalam kitab karangan Nurul Huda mengatakan bahwa kata penghubung ini
memiliki beberapa varian, yaitu ،س، عدَا غ إالا َوى، ،شا
َ حا
َ خلdiantara varian v ariannya ini
memiliki kegunaan dan aturan: 4 ْي،
ُر
1. إالاkata penghubung istisna ini memiliki beberapa ketentuan dalam penggunaanya yaitu:
a) Kata setelah kata penghubung ini harus mansub apabila berada setelah kalimat
sempurna positif dan bukan kalimat larangan. Contoh: ْ ي ًد ز
لَ ِم ْيjَح ض َر التpara siswa
telah hadir kecuali zaid ُز إالا
b) Kata setelah kata penghubung ini boleh mansub dan boleh juga mengikuti I’rabnya
kata sebelumnya (إالاsesuatu yang dikecualikan ), hal ini apabila berada pada
kalimat
sempurna negatif atau kalimat larangan. Contoh : ََا مةjً َحدjَن َأ ماَْ ظ ُر أsaya tidak
طseorangpun kecuali Fatimah إاال َفا melihat
c) Kata setelah kata penghubung ini ketentuan tasykil I’rabnya disesuaikan sesuai
fungsinya apabila berada kalimat yang belum sempurna. Contoh : َقام ما الا
سلَ ْي َمان tidaklah berdiri kecuali sulaiman
س َوى غ ْي ُرkata yang jatuh setelah kata penghubung ini berfungsi sebagai mudhaf ilaih,
.2 dan
sedangkan tasykil I’rabnya berada pada kata penghubung ini dan ketentuannya sama
ّ . Contoh : ِ ض ُر ة َم ِط فاَ ُر
seperti ketentuan kata yang jatuh setelah penghubung إال ما أsaya
ْي غtidak melihat seorang pun kecuali fatimah َ
أ َحدًا ْن
3. َ حا
،شا َ خل، عدَاkata yang jatuh setelah kata penghubung ini boleh manshub boleh majrur.
Apabila manshub berarti kata penghubung ini dianggap sebagai kata kerja, sedangkan
apabila setelahnya majrur maka kata penghubung ini dianggap preposisi. Contoh:
وا وا ِح ال َم خjَ ز ت مسا ِخدmasjid masjid kota telah saya kunjungi kecuali satu
„د/ِحدًا َِدي َن ِة ل ْر
C. Ketentuan ‘Irabnya
8
ما رجع- اذا كان تاما منفيااحازالنصب واالتبع
ف ح
ُضي اج َءpara tamu datang kecuali hasan
ا َس ًنا
ال ال ْو
خش ع العُلَ ما ُء ز ْ ًايد para kiai khusyu’ kecuali zaid
َ َ
إالا
َم َه َر اس ِت ْي ُز عل para guru pintar kecuali ali
ًّ ا ي اال
إال
ا
Orang-orang yang dikecualikan pada contoh-contoh diatas (hasan, said, ali) dalam
istilah gramatika bahasa arab disebut mustasna. Hukum I’rab ini harus nasab. Oleh karena itu,
I’rab hasan, zaid dan ali harus nasab karena semuanya telah mustasna. 5
Adapun menurut kitab karangan Muhammad Thalib yakni isim yang terletak
sesudah ِاال اharakatnya ada 3 macam:
.harakat 1 ستَْثنَىwajib ن َ صبapabila kalimat sebelumnya sempurna dan ) ْمثْ َب
ُم positif ( ت
ًجاَ ِم ِن ْي َن ِاالا قَ ِل ْيل ْر ِج ُع ا ْل ح
:contoh جا
.harakat 2 سَتثْنَى صب َ نatau mengikuti harakat ْ ن م ُ تَسثْ َنىapabila kalimat sebelumnya
ُمboleh ُ مjه negatif
() م ْن ِفي
contoh: َ ْ ي ا َ اِلَ ْي ِه س ِب ْيل
مست ط ْي مستَط ْيع َل ِج مس ِل „م ا ن
ج ْ
يُ َؤ لح ب /ًعا ِاالا
ِد
ّ كل
.harakat 3 م ُ ستَثْنَىsesuai dengan kedudukannya apabila ُ م ُه ْن ِم/kalilmat sebelumnya
سَتثْنَى tidak
sempurna نَا ِقص
رض َوا ِن الَله cont ال ْب ِتَغا َء ِااال ج
oh:6
9
حجا َي ْر
جو ا ْل َال
Adapun menurut kitab karangan Zakariah ketentuan ‘irabnya sebagai berikut:
1. Jika kaliomatnya موجبا تامmaka mustasnya wajib manshub.
2. Jika kalimatnya منفيا تامmaka mustasnanya boleh manshub dan boleh itba’ ( mengikuti I’rab
mustasna minhu. Jika kalimatnya ناقصا, maka mustasnanya tergantung kebutuhan.
Jika butuh fa’il dijadikan fa’il dan dibaca marfu’. Jika butuh maf’ul bih dijadikan maf’ul bih
dan dibaca manshub.
5 Nur Huda. Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. 1. Sinar Grafika Offset. Jakarta 2011
6 Aceng Zakaria. ‘Al-Muyssar Fii Ilmi An-Nahwi”. ( Garut; Ibn Azka Press, 2004 ), Cet. Ke-27, h.64.
1
a. Mustasna dengan )خال- عدا- (حاش
Adapun mustasna dengan menggunakan lafadz tersebut maka boleh manshub manshub dan
boleh majrur. Sedangka n jika dimasuki فية النا الmaka wajib manshub. contoh:
الطالب خال
علي
ّا عل „ي القوم ما عدا
ا
حسنًا خنح مرض
adapun mustasna dengan سوىdan غيرmaka selamanya harus majrur sebagai مضاف
اليهsedangkan hukum ketentuan سوى غيرadalah seperti hukum ketentuan yang berada setelah اال
تاما موجبا
تاما
منفًي
ّا
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwaIstitsna merupakan kata
penghubung yang fungsinya menggabungkan menyatakan pengecualian. yang dikecualikan
disebut mustatsna minhu dan yang terkecualikan disebut mustatsna.
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa Mustatsna adalah isim yang berada setelah
adat/alat Ististna yang keadaan hukumnya berbeda dengan hokum Mustastna Minhu, yaitu
lafadz yang disebut sebelum lafadz alat ististna.
Macam-macam istitsna diantaranya sebagai berikut:
س َوى َ حا
َ
عدا غ ْي
َ ، خل، شا
إالا، ، ُر،
B. Saran
Melalui pembahasan ini diharapkan kita dapat memahami salah satu materi Nahwu yaitu
ِء ب ِ تثَْنا ”االdan semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
س ”ِإلا
semua.
1
DAFTAR PUSTAKA
Nurul Huda. 2011. Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. 1. (Sinar Grafika Offset Jakarta), h. 208
Fuadi nu’mah. “ Mulakhkhas Qawaidul Lughatul Arabiyah”. ( Birut: Darut Tsuqafah Al-
Islamiyyah), h.78
Ahmad Zaini Dakhilani. “Syarah Mukhtasir Jiddan Ala Matan Al-Jurumiyyah”. (Semarang:
Thaha Putra), h. 24
Moch. Anwar. 2010. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Ajurumiyyah Dan ‘Imrithy. Sinar
Baru Algensindo. Bandung.h. 142
Nur Huda. Mudah Belajar Bahasa Arab. Cet. 1. Sinar Grafika Offset. Jakarta 2011
Aceng Zakaria. ‘Al-Muyssar Fii Ilmi An-Nahwi”. ( Garut; Ibn Azka Press, 2004 ), Cet. Ke-
27, h.64.