Nana Kristina KDK Pemasangan Infus
Nana Kristina KDK Pemasangan Infus
Nana Kristina KDK Pemasangan Infus
Disusun oleh :
NANA KRISTINA
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus yang berjudul “Laporan Pendahuluan Pra
ketuntasan mata KDK.Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak maka laporan kasus ini tidak dapat tersusun sebagaimana mestinya
sesuai waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, disini penulis mengucapkan
penulis miliki. Oleh karena itu penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan laporan KDK ini kedepannya. Penulis
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan ..................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
pada anak yang dirawat di rumah sakit, hal ini sesuai hasil observasi di rumah sakit,
sebagian besar anak yang dirawat di rumah sakit terpasang infus (Agustin, 2017).
setiap 72-96 jam (Hines and Best, 2016). Akan tetapi tidak semua pemasangan infus
dapat bertahan sesuai standar. Hal ini dapat disebabkan karena adanya komplikasi
yang timbul akibat pemasangan infus diantaranya adalah infiltrasi, plebitis, beban
cairan berlebihan, penda-rahan, dan infeksi (Potter & Perry, 2006). Komplikasi yang
paling sering terjadi akibat pemasangan infus adalah phlebitis (Higginson, 2011).
Phlebitis pada anak dapat dipengaruhi oleh obat dengan konsentrasi pekat dan
Jumlah pasien yang mendapatkan terapi infus di Inggris sebanyak 25 juta pasien
per tahun dan mereka telah dipasang berbagai bentuk alat akses Intra Vena (IV)
sekitar 80% pasien masuk rumah sakit mendapatkan terapi infus . Alexander (2010)
dalam standar kompetensi oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun
1
serangkaian prosedur, treatment, dan intervensi yang berada dalam lingkup praktik
Dalam dunia medis, infus merupakan alat yang paling sering digunakan. Fungsi
infus sendiri yaitu untuk memberikan cairan kepada pasien secara berkala. Infus
digunakan sebagai alat pengganti cairan tubuh yang dialirkan melalui pipa plastik
menuju aliran darah pada penderita / pasien. Seperti yang kita ketahui cara kerja infus
antara kantong infus dengan tekanan darah dalam tubuh manusia serta pengontrol
manual untuk mengatur laju aliran, sehingga cairan infus dapat masuk ke dalam
aliran darah. Oleh sebab itu, tekanan dalam kantong infus haruslah lebih tinggi dari
tekanan dalam tubuh manusia. Infus dengan sistem sederhana tersebut membutuhkan
cairan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian cairan infus yang dapat berakibat
buruk kepada pasien, juga apabila terjadi masalah seperti penyumbatan atau
kehabisan cairan jika tidak segera ditangani akan berbahaya bagi pasien. Infus yang
ada saat ini karena 2 penggunaannya masih secara manual, maka kesalahan –
kesalahan tersebut maka perlu dirancang dan dibuat sebuah perangkat yang
digunakan untuk mengatur dan memonitor tingkat aliran infus pada pasien. Perangkat
ini dapat menjadi pilihan yang menarik dalam memonitoring laju aliran infus dengan
sumber daya kesehatan (paramedis) yang minimal, dan juga dapat mengurangi beban
mengontrol ketepatan parameter laju aliran dari infus untuk memberikan sinyal-sinyal
2
Keterampilan perawat dalam melakukan pemasangan infus dipengaruhi oleh
tiga faktor. Faktor yang pertama adalah karakteristik pasien, faktor yang kedua
tingkat pengalaman dan faktor yang ketiga kompetensi perawat (Sabri et.al, 2012).
Faktor yang pertama karakteristik pasien yaitu usia pasien dan kondisi medis.
Perawat akan memerlukan waktu lama untuk melakukan pemasangan infus kepada
1.2 Tujuan
penyumbatan infus.
berdasarkan evidencebased
3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 DEFINISI
cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum kedalam sebuah pembuluh vena
dari tubuh (Siti Nur Amaliah Ni’mawati 2019). Penggunaan cairan infus
membutuhkan resep dan pengawasan yang tepat dari dokter yang bertugas.
dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah khusus untuk
2.2 INDIKASI
3. Pasien yang tidak mampu atau sulit mendapatkan asupan air secara
4
4. Pasien dengan demam tinggi, yang beresiko menyebabkan penurunan
cairan tubuh, seperti pada pasien demam berdarah, tipus yang tidak dapat
5. Kondisi umum pasie lemah, seperti pada pasien anemia, atau pasien
penyakit kronis
2.3 TUJUAN
melalui mulut.
a. Abocath (jarum infus) Abocath terdiri dari 2 bagian yaitu, pertama bagian
dalam yang isinya adalah jarum. Jarum ini lebih panjang dari bagian yang
luar, fungsi dari jarum ini adalah untuk memasukan abocth yang bagian
maka jarum bagian dalam akan dicabut dan hanya bagian luar yang ada di
5
dalam pembuluh darah. Bagian luar yang nantinya akan berfungsi sebagai
b. Infus set / Transet (selang infus). Selang infus fungsinya untuk jalan
masuk cairan. Infus digunakan untuk khusus cairan infus kalau transet
gunanya untuk tranfusi, infus set tidak bisa digunakan untuk transet dan
yaitu.
1. Cairan Infus Cairan infus adalah sejumlah cairan yang masuk ke dalam
infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum
transfuse darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien
pasien dengan cara memasukkan cairan ke tubuh pasien melalui intra vena
( pembuluh balik) melalui Transkutan dengan an an3 tajam yang kaku seperti
6
Angiokateller atau dengan jarum yang disambungkan. dan yang dimaksud
langsung ke dalam pembuluh darah pena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infus set (Potter, 2005). Pemasangan infus adalah salah
satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke
cairan dalam jumlah tertentu ke dalam Vena penderita secara terus menerus
dalam jangka waktu tertentu (Azwar, 2008) Terapi intravena (IV) digunakan
untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sabar,
misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada
7
peningkatan tekanan intrakranial dalam otak pada beberapa orang.
(NaCl 0,9%).
mendapatkan kebutuhan yang dijadwalkan. Jumlah ml cairan yang masuk tiap jam
dapat digunakan rumus : ml per jam = tetesan x faktor tetesan Faktor tetesan dihitung
dengan 60 dibagi jumlah tetesan yang bisa dikeluarkan oleh infus set untuk
mengeluarkan 1 ml. Misalnya, suatu infus set dapat mengeluarkan 1 ml cairan dalam
15 tetesan, berarti faktor tetesan (60:15) = 4. Jadi bila infus set tersebut memberikan
8
cairan dengan kecepatan 25 tetes per menit berarti akan diberikan cairan sebanyak
1. Sterilitas :
infeksi local pada daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke
yaitu:
antiseptik yang benar dan memakai sarung tangan steril yang pas di
tangan.
2. Fiksasi :
9
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau
cairan.
lengan).
kencangkan torniket.
10
gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan cukup kuat sehingga cairan
perlu diperhatikan adalah bahwa volume tetesan tiap set infus satu
dengan yang lain tidak selalu sama dan perlu dibaca petunjuknya.
tersumbat.
8. Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau
mengalami spasme.
terpasang
Prosedur Tindakan
1. Persiapan alat :
b. Torniquet
d. Plester
e. Gunting
g. Set infus (macro drip set, micro drip set, transfusion set)
11
h. Jarum infus (abbocath, wing needle/butterfly)
i. Cairan infus
j. Bengkok
m. Standar Infus
2. Persiapan pasien
a. Memperkenalkan diri
3. Persiapan lingkungan
4. Pelaksanaan
12
f. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
g. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah bawah)
genggaman
keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri
dan abocath
13
t. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara terbalik
v. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi
spalk
5. Evaluasi
d. Pasien nyaman
e. Lingkungan bersih
2.8 FISOLOGI
Secara umum ada beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada
2. vena sefalika
3. vena basilika
4. vena dorsalispedis
14
b. Vena puncturcentral
1. vena femoralis
3. subklavia.
15
BAB III
KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Kyle, T., & Carman, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Ed 2, Vol. 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2012). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Wulandari, D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
PEMASANGAN INFUS
JUDUL : Randomized controlled trial of PosiFlow regulator with infusion clamp for
dengan menggabungkan regulator PosiFlow dan klip infus, sehingga mengurangi biaya
larutan natrium klorida 0,9% secara perlahan ke dalam spuit 1 mL dan kemudian secara
A PROFESI KDK
Periode : KDK
Pada tahun 1999, regulator PosiFlow diperkenalkan ke China. Sejak itu, dibandingkan
dengan penyegelan tabung tradisional, telah terbukti secara signifikan mengurangi
kejadian efek samping seperti koagulasi pada selang kateter IV dan partikel infus serta
polusi yang disebabkan oleh tusukan berulang pada tutup heparin. Desainnya, dengan
ruang mati hanya 0,06 mL, sangat nyaman untuk pengoperasian, sedangkan parit
pengalihan berbentuk salib memfasilitasi masukan cairan. Sebuah pusaran dihasilkan
oleh desain internal yang secara otomatis memasukkan cairan ke dalam vena, sehingga
mencegah penyumbatan yang disebabkan oleh aliran balik darah vena, mengurangi
komplikasi yang disebabkan oleh solusi penyegelan tabung dan tusukan berulang pada
tutup heparin, dan memperpanjang waktu penggunaan heparin. Kateter IV (4). Namun,
menurut Li (4), meskipun tingkat pengembalian darah secara signifikan lebih rendah
daripada sebelum menggunakan PosiFlow, kejadiannya masih tinggi. Masih perlu
mengkaji metode terbaik untuk mengurangi pengembalian darah dan memperpanjang
waktu penggunaan kateter IV dengan menggunakan teknologi yang ada. Dalam uji coba
terkontrol secara acak ini, kami memeriksa kemanjuran menggabungkan PosiFlow dan
klip infus untuk mencegah penyumbatan kateter yang disebabkan oleh aliran balik darah
vena
Volume darah kembali dihitung dengan bantuan dokter medis untuk memastikan
keamanan, akurasi, dan kelayakan. Pertama, rongga efektif kateter IV dihitung secara
eksperimental dengan menarik 1 mL larutan natrium klorida 0,9% secara perlahan ke
dalam spuit 1 mL dan kemudian secara perlahan disuntikkan ke dalam tutup heparin
sampai rongga efektif terisi. Dengan metode ini, volume rongga efektif ditentukan
menjadi 0,6 mL. Untuk perhitungan volume darah yang kembali, 1 mL larutan natrium
klorida 0,9% ditarik ke dalam jarum suntik 1 mL untuk mensimulasikan aliran balik
darah vena, dan kemudian secara perlahan disuntikkan ke ujung jarum kateter IV.
Panjang kembalinya kemudian diukur sebagai 0,1 mL normal saline selama 2,8 cm
tabung, 0,2 mL lebih dari 8,9 cm, dan 0,3 mL lebih dari 13,6cm. Rongga efektif tutup
heparin adalah 0,17 mL bila diisi dengan larutan natrium klorida 0,9%. Dari nilai-nilai
ini, volume darah kembali dihitung untuk masing-masing peserta. Kami kemudian
mengevaluasi hubungan antara volume darah kembali dan penyumbatan kateter.
Penggunaan PosiFlow dengan klip infus akan mengurangi biaya material dan
tenaga kerja serta waktu staf
Jika terdapat kasus yang sama dengan saat ini, dapat di lakukan kembali proses
intervensi Penggunaan PosiFlow dengan klip infus karena akan mengurangi
biaya material dan tenaga kerja serta waktu staf
(Bagian A)
Apakah studi tersebut secara
(Bagian C)
penilaian.
kunjungi https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/
Program Keterampilan Penilaian Kritis (CASP) bagian dari Oxford Centre for
BagianA: Apakah desain studi dasar valid untuk uji coba terkontrol
secara acak?
1. Apakah penelitian ini menjawab Ya
pertanyaan penelitian yang terfokus
dengan jelas? √
MEMPERTIMBANGKAN:
Apakah penelitian dirancang untuk
menilai hasil intervensi?
• Pembanding dipilih
Tanpa perlakuan
• Hasil diukur?
Penyumbatan intravena
2. Apakah penugasan peserta untuk Ya tidak
intervensi diacak? √ tahu
MEMPERTIMBANGKAN:
• Bagaimana pengacakan dilakukan? .
4. Ya
Apakah peserta 'buta' terhadap
intervensi yang diberikan? .
Ya , Pengumpulan data dilakukan oleh
asisten peneliti yang buta terhadap
tugas kelompok
Ya . perawat
Ya
Ya
• Apakah ada data yang hilang atau
tidak lengkap?
Tidak
• Apakah ada perbedaan drop-out antara
kelompok belajar yang dapat
mempengaruhi hasil?
Tidak
Ya,
Ya,
9. Apakah manfaat dari intervensi Ya Tidak
eksperimental lebih besar daripada kerugian √
dan biayanya?
MEMPERTIMBANGKAN: .
Berapa ukuran intervensi atau efek
pengobatan?
Tidak
Ya
Bagian D: Apakah hasilnya akan membantu secara lokal?
Ya, dapat
RINGKASAN PENILAIAN: Catat poin-poin penting dari penilaian kritis Anda dalam kotak ini.
Apa kesimpulan Anda tentang makalah tersebut? Apakah Anda akan menggunakannya untuk
mengubah praktik Anda atau untuk merekomendasikan perubahan perawatan/intervensi yang
digunakan oleh organisasi Anda? Bisakah Anda menerapkan intervensi ini dengan bijaksana
tanpa penundaan
Catat poin-poin penting dari penilaian kritis Anda di kotak ini.
Apa kesimpulan Anda tentang makalah ini?
Kesimpulan pada makalah ini adalah memberikan terapi sesuai dengan EBM pada pasien
dengan tepat dan mendapatkan hasil yang baik
Apakah Anda akan menggunakannya untuk mengubah praktik Anda atau untuk
merekomendasikan perubahan pada perawatan / intervensi yang digunakan oleh organisasi
Anda?
Ya, terapi ini akan saya gunakan jika saya mendapatkan pasien dengan keluhan yang sama
bisakah Anda menerapkan intervensi ini dengan bijaksana tanpa tertunda-tunda?
Ya, karena intervensi yang harus diterapkan tidak sulit dan tidak memberikan alat dan bahan
yang banyak serta mudah di fahami