Nana Kristina KDK Pemasangan Infus

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

PRA PROFESI KDK PEMASANGAN INFUS

Diajukan Sebagai Salah Satu


Syarat Untuk Meraih Gelar
Profesi Bidan

Disusun oleh :
NANA KRISTINA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, karena atas rahmat dan karunia-Nya

penulis dapat menyelesaikan Studi Kasus yang berjudul “Laporan Pendahuluan Pra

Profesi KDK Pemasangan Oksigen”.Laporan ini disusun guna memenuhi persyaratan

ketuntasan mata KDK.Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak maka laporan kasus ini tidak dapat tersusun sebagaimana mestinya

sesuai waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, disini penulis mengucapkan

terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu, pihak tersebut ialah :

1. Ibu Riyanti M. Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas


Malahayati Bandar Lampung.
2. Dainty Maternity,S.ST,Bd.,M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi Bidan
3. Ledy Oktaviani,S.ST, Bd.,M.Kes selaku pembimbing statse KDK
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan KDK ini baik secara
langsung maupun tak langsung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan stase KDK ini masih sangat

jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang

penulis miliki. Oleh karena itu penulis meminta maaf dan mengharapkan kritik dan

saran yang membangun untuk perbaikan laporan KDK ini kedepannya. Penulis

berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Bandar Lampung, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan ..................................................................................................6
1.3.1 Tujuan Umum............................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Definisi................................................................................................9
2.2 Indikasi..............................................................................................13
2.3 Tatalaksana Tindakan.......................................................................15
2.4 Patofisiologi......................................................................................40

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemasangan infus merupakan tindakan invasif yang paling banyak dilakukan

pada anak yang dirawat di rumah sakit, hal ini sesuai hasil observasi di rumah sakit,

sebagian besar anak yang dirawat di rumah sakit terpasang infus (Agustin, 2017).

Center of Disease Control (CDC) menganjurkan bahwa infus harus dipindahkan

setiap 72-96 jam (Hines and Best, 2016). Akan tetapi tidak semua pemasangan infus

dapat bertahan sesuai standar. Hal ini dapat disebabkan karena adanya komplikasi

yang timbul akibat pemasangan infus diantaranya adalah infiltrasi, plebitis, beban

cairan berlebihan, penda-rahan, dan infeksi (Potter & Perry, 2006). Komplikasi yang

paling sering terjadi akibat pemasangan infus adalah phlebitis (Higginson, 2011).

Phlebitis pada anak dapat dipengaruhi oleh obat dengan konsentrasi pekat dan

aktivitas anak yang kurang kooperatif.

Jumlah pasien yang mendapatkan terapi infus di Inggris sebanyak 25 juta pasien

per tahun dan mereka telah dipasang berbagai bentuk alat akses Intra Vena (IV)

selama perawatannya (Hampton, 2008). Pujasari dan Sumarwati (2002) mengatakan,

sekitar 80% pasien masuk rumah sakit mendapatkan terapi infus . Alexander (2010)

mengatakan perawat vokasional dan perawat profesional harus memiliki

pengetahuan, komitmen yang tinggi dan kompetensi dalam melakukan tindakan

pemasangan infus. Kompetensi perawat vokasional dan perawat profesional diatur

dalam standar kompetensi oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun

2005. Kompetensi perawat vokasional yaitu melaksanakan intervensi keperawatan

yang direncanakan sesuai dengan praktik keperawatan dibawah pengawasan perawat

teregistrasi, sedangkan kompetensi perawat profesional yaitu melaksanakan

1
serangkaian prosedur, treatment, dan intervensi yang berada dalam lingkup praktik

keperawatan bagi perawat teregistrasi dan sesuai standar praktik keperawatan.

Dalam dunia medis, infus merupakan alat yang paling sering digunakan. Fungsi

infus sendiri yaitu untuk memberikan cairan kepada pasien secara berkala. Infus

digunakan sebagai alat pengganti cairan tubuh yang dialirkan melalui pipa plastik

menuju aliran darah pada penderita / pasien. Seperti yang kita ketahui cara kerja infus

sangatlah sederhana, yaitu dengan menggunakan ketinggian dan perbedaan tekanan

antara kantong infus dengan tekanan darah dalam tubuh manusia serta pengontrol

manual untuk mengatur laju aliran, sehingga cairan infus dapat masuk ke dalam

aliran darah. Oleh sebab itu, tekanan dalam kantong infus haruslah lebih tinggi dari

tekanan dalam tubuh manusia. Infus dengan sistem sederhana tersebut membutuhkan

suatu pengecekan secara teratur untuk menghindari kelebihan ataupun kekurangan

cairan agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian cairan infus yang dapat berakibat

buruk kepada pasien, juga apabila terjadi masalah seperti penyumbatan atau

kehabisan cairan jika tidak segera ditangani akan berbahaya bagi pasien. Infus yang

ada saat ini karena 2 penggunaannya masih secara manual, maka kesalahan –

kesalahan seperti tersebut masih sering terjadi. Untuk menghindari terjadinya

kesalahan tersebut maka perlu dirancang dan dibuat sebuah perangkat yang

digunakan untuk mengatur dan memonitor tingkat aliran infus pada pasien. Perangkat

ini dapat menjadi pilihan yang menarik dalam memonitoring laju aliran infus dengan

sumber daya kesehatan (paramedis) yang minimal, dan juga dapat mengurangi beban

kerja dari paramedis. Perangkat tersebut menggunakan mikrokontroller untuk

mengontrol ketepatan parameter laju aliran dari infus untuk memberikan sinyal-sinyal

listrik dalam perubahan laju aliran infus.

2
Keterampilan perawat dalam melakukan pemasangan infus dipengaruhi oleh

tiga faktor. Faktor yang pertama adalah karakteristik pasien, faktor yang kedua

tingkat pengalaman dan faktor yang ketiga kompetensi perawat (Sabri et.al, 2012).

Faktor yang pertama karakteristik pasien yaitu usia pasien dan kondisi medis.

Perawat akan memerlukan waktu lama untuk melakukan pemasangan infus kepada

anak-anak daripada orang dewasa.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melakukan kegiatan praktik kebidanan di lahan paraktik,

mahasiswa mampu melakukan pemasangan infus dan mengurangi

penyumbatan infus.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan prati mahasiswa mampu :

1.2.2.1 Memberikan pemberian infus intrevena secara mandiri dan

berdasarkan evidencebased

1.2.2.2 Membuat laporan pelaksanaan kegiatan praktik klinik keperawatan

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah

cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum kedalam sebuah pembuluh vena

(pembuluh bilik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan

dari tubuh (Siti Nur Amaliah Ni’mawati 2019). Penggunaan cairan infus

membutuhkan resep dan pengawasan yang tepat dari dokter yang bertugas.

Pemasangan infus termasuk salah satu prosedur medis yang paling

seringdilakukan sebagai tindakan terapeutik. Pemasangan infus dilakukan

untuk memasukkanbahan-bahan larutan ke dalam tubuh secara kontinyu atau

sesaat untuk mendapatkanefek pengobatan secara cepat. Bahan yang

dimasukkan dapat berupa darah, cairan atau obat-obatan. Istilah khusus untuk

infus darah adalah transfusi darah.

2.2 INDIKASI

1. Dehidrasi, pada pasien diare atau muntah

2. Luka bakar,menunjukkan banyak cairan tubuh yang keluar akibat luka

bakar, sehingga perlu di jaga jumlah cairan tubuh

3. Pasien yang tidak mampu atau sulit mendapatkan asupan air secara

normal, seperti pasien yang tidak dapat menelan

4
4. Pasien dengan demam tinggi, yang beresiko menyebabkan penurunan

cairan tubuh, seperti pada pasien demam berdarah, tipus yang tidak dapat

diobati di rumah atau tipus dengan komplikasi. Sehingga pasien demam

perlu dipastikan penyebabnya sebelum dilakukan pemberian infus

5. Kondisi umum pasie lemah, seperti pada pasien anemia, atau pasien

penyakit kronis

2.3 TUJUAN

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh cairan elektrolit, vitamin,

protein, kalori dan nitrogen.

2. Pada klien yang tidak mampu mempertahankan masukan yang adekuat

melalui mulut.

3. Memulihkan keseimbangan asam-asam.

4. Memulihkan volume darah dan,

5. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan

2.4 BAGIAN - BAGIAN INFUS

a. Abocath (jarum infus) Abocath terdiri dari 2 bagian yaitu, pertama bagian

dalam yang isinya adalah jarum. Jarum ini lebih panjang dari bagian yang

luar, fungsi dari jarum ini adalah untuk memasukan abocth yang bagian

luar terbuat dari plastik. Setelah semuanya masuk ke pembuluh darah,

maka jarum bagian dalam akan dicabut dan hanya bagian luar yang ada di

5
dalam pembuluh darah. Bagian luar yang nantinya akan berfungsi sebagai

jalan masuknya cairan infus atau yang lain.

b. Infus set / Transet (selang infus). Selang infus fungsinya untuk jalan

masuk cairan. Infus digunakan untuk khusus cairan infus kalau transet

gunanya untuk tranfusi, infus set tidak bisa digunakan untuk transet dan

transet bisa digunakan untuk infus set, perbedaanya di saringannya kalau

transet ada saringannya kalau infus set tidak ada.

c. Cairan Infus Cairan infus ini ada bermacam-macam sesuai fungsinya

yaitu.

1. Cairan Infus Cairan infus adalah sejumlah cairan yang masuk ke dalam

tubuh melalui sebuah jarum untuk menggantikan kehilangan cairan atau

zat-zat makanan dari tubuh.

2. Menghitung Cairan Intravena (Infus) Pemberian cairan intravena yaitu

memasukkan cairan atau obat secara langsung ke dalam pembuluh

darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan

infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum

transfuse darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien

yang tidak bisa makan dan minum.

2.5 CAIRAN INFUS

Pemasangan infus merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada

pasien dengan cara memasukkan cairan ke tubuh pasien melalui intra vena

( pembuluh balik) melalui Transkutan dengan an an3 tajam yang kaku seperti

6
Angiokateller atau dengan jarum yang disambungkan. dan yang dimaksud

dengan pemberian cairan intravena adalah memasukkan cairan atau obat

langsung ke dalam pembuluh darah pena dalam jumlah dan waktu tertentu

dengan menggunakan infus set (Potter, 2005). Pemasangan infus adalah salah

satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke

dalam tubuh pasien (Dermawan,2008). Sedangkan infus adalah memasukkan

cairan dalam jumlah tertentu ke dalam Vena penderita secara terus menerus

dalam jangka waktu tertentu (Azwar, 2008) Terapi intravena (IV) digunakan

untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sabar,

dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau Glukosa yang diperlukan

untuk metabolisme dan memberikan medikasi (novvi dkk, 2016 ).

a. Cairan hipotonik Cairan hipotonik adalah cairan infus yang osmoralitasnya

lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na⁺ lebih rendah

dibandingkan serum) sehingga terlarut dalam serum dan menurunkan

osmolaritas serum. maka cairan ditarik dari pembuluh darah keluar ke

jaringan sekitarnya. prinsipnya adalah ketika k cairan berpindah dari

osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi.,sampai akhirnya akan mengisi

sel-sel yang dituju. digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi,

misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada

pasien hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi dengan ketoasidosis

diabetik. komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba

cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, dapat menyebabkan koleps

7
peningkatan tekanan intrakranial dalam otak pada beberapa orang.

contohnya adalah NaCl 45% dan dekstrosa 2,5%.

b. Cairan isotonik 10 Cairan isotonik adalah cairan infus yang osmolalitas

cairannya mendekati serum sehingga terus berada di dalam pembuluh

darah. cairan ini bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi

( kekurangan cairan tubuh sehingga tekanan darah terus mengalir).

memiliki resiko terjadinya overload (kelebihan cairan) khususnya pada

penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. ceritanya adalah cairan

Ringer - Laktat(RL), Dan normal seline atau larutan garam fisiologis

(NaCl 0,9%).

c. Cairan hipertonik Cairan hipertonik adalah cairan yang osmolaritasnya lebih

tinggi dibandingkang serum sehingga dapat menarik cairan dan elektrolit

dari jaringan dan sel kedalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan

tekanan darah, meningkatkan produksi urin dan mengurangi bengkak

(edema). Penggunaan kontradiktif dengan cairan hipotonik.

2.6 CARA MENGATUR TETESAN

Pemberian cairan perinfus harus dihitung jumlah tetesan permenitnya untuk

mendapatkan kebutuhan yang dijadwalkan. Jumlah ml cairan yang masuk tiap jam

dapat digunakan rumus : ml per jam = tetesan x faktor tetesan Faktor tetesan dihitung

dengan 60 dibagi jumlah tetesan yang bisa dikeluarkan oleh infus set untuk

mengeluarkan 1 ml. Misalnya, suatu infus set dapat mengeluarkan 1 ml cairan dalam

15 tetesan, berarti faktor tetesan (60:15) = 4. Jadi bila infus set tersebut memberikan

8
cairan dengan kecepatan 25 tetes per menit berarti akan diberikan cairan sebanyak

25x4 = 100 ml perjam

2.7 TATALAKSANA TINDAKAN

Hal yang perlu diperhatikan :

1. Sterilitas :

Tindakan sterilitas dimaksudkan supaya mikroba tidak menyebabkan

infeksi local pada daerah tusukan dan supaya mikroba tidak masuk ke

dalam pembuluh darah mengakibatkan bakteremia dan sepsis. Beberapa

hal perlu diperhatikan untuk mempertahankan standard sterilitas tindakan,

yaitu:

a. Tempat tusukan harus disuci hamakan dengan pemakaian desinfektan

(golongan iodium, alkohol 70%).

b. Cairan, jarum dan infus set harus steril

c. Pelaku tindakan harus mencuci tangan sesuai teknik aseptik dan

antiseptik yang benar dan memakai sarung tangan steril yang pas di

tangan.

d. Tempat penusukan dan arah tusukan harus benar. Pemilihan tempat

juga mempertimbangkan besarnya vena. Pada orang dewasa biasanya

vena yang dipilih adalah vena superficial di lengan dan tungkai,

sedangkan anak-anak dapat juga dilakukan di daerah frontal kepala

2. Fiksasi :

9
Fiksasi bertujuan agar kanula atau jarum tidak mudah tergeser atau

tercabut. Apabila kanula mudah bergerak maka ujungnya akan menusuk

dinding vena bagian dalam sehingga terjadi hematom atau trombosis.

3. Pemilihan cairan infus :

Jenis cairan infus yang dipilih disesuaikan dengan tujuan pemberian

cairan.

4. Cara memunculkan vena:

a. Palpasi daerah yang akan dipasang infus.

b. Anjurkan pasien untuk mengepalkan tangannya (jika yang akan digunakan

lengan).

c. Pijattempat yang akan diinfus.

d. Gunakan torniket sedikitnya 5 -15 cm diatas tempatyang akan diinsersi,

kencangkan torniket.

e. Alternatif lain adalah dengan menggunakan tensimeter, pasang tensimeter

sedikit dibawah tekanan sistolik.

f. Raba vena tersebut, untuk meyakinkan keadaan vena

g. Biarkan ekstremitas tersebut selama beberapa menit.

h. Gunakan handuk hangat untuk melembabkan tempat yang akan diinsersi.

5. Kecepatan tetesan cairan :

- Untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh maka tekanan dari luar

ditinggikan atau menempatkan posisi cairan lebih tinggi dari tubuh.

Kantung infus dipasang ± 90 cm di atas permukaan tubuh, agar gaya

10
gravitasi aliran cukup dan tekanan cairan cukup kuat sehingga cairan

masuk ke dalam pembuluh darah.

- Kecepatan tetesan cairan dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Yang

perlu diperhatikan adalah bahwa volume tetesan tiap set infus satu

dengan yang lain tidak selalu sama dan perlu dibaca petunjuknya.

6. Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak melengkung, tidak

terlipat atau terlepas sambungannya.

7. Hindari sumbatan pada bevel jarum/kateter intravena. Hati-hati pada

penggunaan kateter intravena berukuran kecil karena lebih mudah

tersumbat.

8. Jangan memasang infus dekat persendian, pada vena yang berkelok atau

mengalami spasme.

9. Lakukan evaluasi secara periodik terhadap jalur intravena yang sudah

terpasang

Prosedur Tindakan

1. Persiapan alat :

a. Perlak dan alasnya

b. Torniquet

c. Kapas alkohol/alcohol swab

d. Plester

e. Gunting

f. Kain kasa steril

g. Set infus (macro drip set, micro drip set, transfusion set)

11
h. Jarum infus (abbocath, wing needle/butterfly)

i. Cairan infus

j. Bengkok

k. Bak Instrumen steril

l. Sarung tangan bersih

m. Standar Infus

2. Persiapan pasien

a. Memperkenalkan diri

b. Memberitahu dan menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan

c. Meminta kesediaan pasien

d. Mengatur posisi nyaman bagi pasien

3. Persiapan lingkungan

a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman

b. Menjaga privasi pasien

c. Membawa alat kedekat pasien

4. Pelaksanaan

a. Mencuci tangan, Memakai sarung tangan

b. Membuka daerah yang akan dipasang infus

c. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus

d. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril

e. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian

mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk

mengeluarkan udara dan mengisi selang infus

12
f. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya

g. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah bawah)

h. Menggantungkan selang infus pada standar infus

i. Buka abocath dari bungkusnya

j. Potong 3 lembar plester

k. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat :

pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang,

pembuluh darah tidak di area persendian

l. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan

dipasang infus dengan torniquet

m. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di dalam

genggaman

n. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus

o. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap

keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri

oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum

dan abocath

p. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk

q. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah

r. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan masukkan

ujung sela infus set ke abocath

s. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller.

Bila tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang benar

13
t. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara terbalik

di bawah selang infus, kemudian disilangkan, menutup jarum dan

tempat tusukan dengan kassa steril dan diplester

u. Mengatur/menghitung jumlah tetesan

v. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi

spalk

w. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir

x. Merapikan alat dan pasien

y. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan

5. Evaluasi

a. Aliran dan tetesan infus lancer

b. Tidak terjadi hematom

c. Infus terpasang rapi

d. Pasien nyaman

e. Lingkungan bersih

2.8 FISOLOGI

Secara umum ada beberapa tempat untuk insersi jarum infus pada

pemasangan infus yaitu:

a. Vena punctur perifer

1. vena mediana kubiti

2. vena sefalika

3. vena basilika

4. vena dorsalispedis

14
b. Vena puncturcentral

1. vena femoralis

2. vena jugularis internal svena

3. subklavia.

15
BAB III
KESIMPULAN

Pemberian pemasangan infus dan pemberian intervensi pada penyumbatan

telah di lakukan, pemberian pemasangan infus dengan posiflow dan clam

memberikan dampak yang baik pada penyumbatan infus intravena.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ariningrum, Dian, Jarot Subandono. 2018. Buku Pedoman Keterampilan Klinis


Pemasangan Infus. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.

PSIK FIKES UMM. 2011. Checklist Skill Lab IDK 1. Malang.

Kyle, T., & Carman, S. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Ed 2, Vol. 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2012). Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika.

Wulandari, D., & Erawati, M. (2016). Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
PEMASANGAN INFUS

No Aspek yang di nilai


1 Cek program terapi cairan / review keputusan pemberian terapi
cairan
2 Menanyakan keluhan utama/memeriksa ada nya tanda kegawatan
3 Cuci tangan
4 Siap kan alat -alat
5 Berikan salam,panggil klien dengan sopan
6 Jelas kan tujuan dan prosedur tindakan nya
7 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
8 Letakkan pasien pada posisi semifowler atau supine jika tidak
Memungkin kan.
9 Bebas kan lengan pasien dari lengan baju/kemeja
10 Letakkan manset 5-15 cm diatas tempat tusukkan
11 Letakkan alas plastik dibawah lengan klien
12 Periksa label pasien sesuai dengan kebutuhan cairan yang akan
diberikan.
13 Hubungkan cairan infus dengan infus set dan gantungkan.
14 Alirkan cairan infus melalui selang infus sehingga tidak ada
Udara di dalamnya.
15 Kencangkan klem sampai infus tidak menetes dan pertahankan
kesterilan.
16 Kencangkan tournikuet/manset tensimeter(tekanan dibawah tekanan sistolik).

17 Anjurkan pasien untuk mengepal dan membukanya beberapa


kali,palpasi dan pastikan tekanan yang akan ditusuk
18 Bersihkan kulit dengan cermat menggunakan kapas alkohol,
Lalu diulangi dengan menggunakan kapas betadin.Arah melingkar dari dalam keluar
lokasi tusukkan.*
19 Gunakan ibu jari untuk menekan jaringan dan vena 5cm
Dibawah tusuk kan.
20 Pegang jarum pada posisi 30 derajat pada vena yang akan
ditusuk.setelah pasti masuk lalu tusuk perlahan dengan pasti.
21 Rendah kan posisi jarum sejajar pada kulit dan tarik jarum sedikit
Lalu terus kan plastik iv catheter kedalam vena
22 Tekan dengan jari ujung plastik ivcatheter
23 Tarik jarum infus keluar*
24 Sambungkan plastik ivcatheter dengan ujung selang infus.
25 Lepaskan manset
26 Buka klem infus sampai cairan mengalir lancar.
27 Oleskan dengan salep betadin diatas penusukkan,kemudian
Ditutup dengan kassa steril
28 Fiksasi posisi plastik ivcatheter dengan plester.
29 Atur tetesan infus sesuai ketentuan,pasang stiker yang sudah diberi tanggal.

30 Evaluasi hasil kegiatan


31 Beres kan alat-alat
32 Cuci tangan
33 Dokumentasi
LAMPIRAN REVEW JURNAL
PICO

NAMA : Nana Kristina

JUDUL : Randomized controlled trial of PosiFlow regulator with infusion clamp for

reducing intravenous catheter plugging

P : pasien yang membutuhkan kateterisasi infus

I : regulator PosiFlow dan klip infus.

C : tanpa klip infus

O : Penyumbatan kateter dan pengembalian darah dapat dikurangi secara signifikan

dengan menggabungkan regulator PosiFlow dan klip infus, sehingga mengurangi biaya

medis dan penderitaan pasien akibat pemasangan kembali kateter.


Metode :

Pertama, rongga efektif kateter IV dihitung secara eksperimental dengan menarik 1 mL

larutan natrium klorida 0,9% secara perlahan ke dalam spuit 1 mL dan kemudian secara

perlahan disuntikkan ke dalam tutup heparin sampai rongga efektif terisi.

FORMAT JURNAL REFLEKSI

A PROFESI KDK

Nama Mahasiswa : Nana Kristina

Tempat Praktik : Puskesmas Serupa Indah

Periode : KDK

Pembimbing Praktik : Ledy Oktaviani,S.ST, Bd.,M.Kes

Deskripsi Pengalaman (Description theexperience)


Deskripsikan situasi, kejadian atau aktivitas secara detail, apa yang dilakukan selama
kejadian berlangsung dan apa yang dilakukan selama kejadian berlangsung. Pertanyaan
acuan untuk mendiskripsikan pengalaman: apa kasus yang terjadi, dimana, siapa saja
yang terlibat, apa yang anda dan orang lain lakukan, apa hasil dari tindakananda?

Apa kasus yang terjadi,


Hasil yang di dapatkan adalah perawat melakukan pembrian infus pada terapi
penyumbatan infus pada pasien
Dimana, siapa saja yang terlibat
Di lakukan di puskesmas di ruang UGD

Apa yang anda dan orang lain lakukan


Setelah di dapatkan data subjektif dan objektif maka penulis melakukan intervensi pada
penyumbatan

Apa hasil dari tindakan anda


Setelah di lakukan intervensi di dapatkan infus tidak tersumbat lagi

Perasaan terhadap pengalaman (Feeling theexperience)


Utarakan apa yang dirasakan, emosi apa yang dirasakan baik dari sisi positif maupun sisi
negatif dan apa yang terpikirkan saat itu. Pertanyaan acuan untuk menjelaskan perasaan
anda terhadap kasus/ pengalaman yang anda hadapi: apa yang dirasakan, bagaimana
anda melihat situasi tersebut, apakah orang lain merasakan hal yang sama, mengapa
orang lain merasakan hal yang sama?
Bagaimana anda melihat situasi tersebut
Situai penyumbatan pada pemasangan infus ini sering terjadi pada pasien dengan
pemasangan infus, sehingga perlu ada nya intervensi yang sederhana dan baik mengenai
pengurangan penyumbatan

Apakah orang lain merasakan hal yang sama,


Pasien merasa senang karena infus lancar dan tidak terasa nyeri

Mengapa orang lain merasakan hal yang sama


Karena rasa nyeri dan kondisi kenyamanan pasien lebih baik

Evaluasi (Evaluating the experience)


Evaluasi atau membuat penilaian apa yang terjadi. Hal baik dan buruk serta alasan anda
memberikan penilaian tersebut.

- Penyumbatan kateter dan pengembalian darah dapat dikurangi secara signifikan


dengan menggabungkan regulator PosiFlow dan klip infus, sehingga mengurangi
biaya medis dan penderitaan pasien akibat pemasangan kembali kateter.
Analisis (Analysis the experience)
Telaah dan fahami faktor yang berpengaruh dalam pengalaman yang di refleksikan dan
mengekplorasi berbagai cara untuk memperbaikinya dan mengembangkannya agar lebih
baik lagi; uraikan kejadian, ide atau teori dalam memahami situasi tersebut, pendekatan
yang dilakukan, membandingkan dengan literatur (teori, jurnal, buku panduan dll)
maupun pengalaman.

Pada tahun 1999, regulator PosiFlow diperkenalkan ke China. Sejak itu, dibandingkan
dengan penyegelan tabung tradisional, telah terbukti secara signifikan mengurangi
kejadian efek samping seperti koagulasi pada selang kateter IV dan partikel infus serta
polusi yang disebabkan oleh tusukan berulang pada tutup heparin. Desainnya, dengan
ruang mati hanya 0,06 mL, sangat nyaman untuk pengoperasian, sedangkan parit
pengalihan berbentuk salib memfasilitasi masukan cairan. Sebuah pusaran dihasilkan
oleh desain internal yang secara otomatis memasukkan cairan ke dalam vena, sehingga
mencegah penyumbatan yang disebabkan oleh aliran balik darah vena, mengurangi
komplikasi yang disebabkan oleh solusi penyegelan tabung dan tusukan berulang pada
tutup heparin, dan memperpanjang waktu penggunaan heparin. Kateter IV (4). Namun,
menurut Li (4), meskipun tingkat pengembalian darah secara signifikan lebih rendah
daripada sebelum menggunakan PosiFlow, kejadiannya masih tinggi. Masih perlu
mengkaji metode terbaik untuk mengurangi pengembalian darah dan memperpanjang
waktu penggunaan kateter IV dengan menggunakan teknologi yang ada. Dalam uji coba
terkontrol secara acak ini, kami memeriksa kemanjuran menggabungkan PosiFlow dan
klip infus untuk mencegah penyumbatan kateter yang disebabkan oleh aliran balik darah
vena
Volume darah kembali dihitung dengan bantuan dokter medis untuk memastikan
keamanan, akurasi, dan kelayakan. Pertama, rongga efektif kateter IV dihitung secara
eksperimental dengan menarik 1 mL larutan natrium klorida 0,9% secara perlahan ke
dalam spuit 1 mL dan kemudian secara perlahan disuntikkan ke dalam tutup heparin
sampai rongga efektif terisi. Dengan metode ini, volume rongga efektif ditentukan
menjadi 0,6 mL. Untuk perhitungan volume darah yang kembali, 1 mL larutan natrium
klorida 0,9% ditarik ke dalam jarum suntik 1 mL untuk mensimulasikan aliran balik
darah vena, dan kemudian secara perlahan disuntikkan ke ujung jarum kateter IV.
Panjang kembalinya kemudian diukur sebagai 0,1 mL normal saline selama 2,8 cm
tabung, 0,2 mL lebih dari 8,9 cm, dan 0,3 mL lebih dari 13,6cm. Rongga efektif tutup
heparin adalah 0,17 mL bila diisi dengan larutan natrium klorida 0,9%. Dari nilai-nilai
ini, volume darah kembali dihitung untuk masing-masing peserta. Kami kemudian
mengevaluasi hubungan antara volume darah kembali dan penyumbatan kateter.

Kesimpulan (Conclusion about theexperience)


Uraikan apa yang Anda pelajari dari pengalaman ini, uraikan aspek positif dan negatif
yang dapat anda ambil. Uraikan tindakan anda untuk mencegah aspek negatif terulang
jika pegalaman tersebut terjadi kembali dimasa yang akan datang

Penggunaan PosiFlow dengan klip infus akan mengurangi biaya material dan
tenaga kerja serta waktu staf

Rencana Tindak Lanjut (Actionpla)


Uraikan beberapa hal; apa yang dapat anda lakukan apabila menghadapi kejadian
serupa dimasa yang akan datang, apakah anda melakukan hal yang sama ataukah
berbeda, adakah yang penting yang perlu anda pelajari (pelatihan, nasihat
pembimbing).

Jika terdapat kasus yang sama dengan saat ini, dapat di lakukan kembali proses
intervensi Penggunaan PosiFlow dengan klip infus karena akan mengurangi
biaya material dan tenaga kerja serta waktu staf

CASP AcakDaftar Periksa Standar Uji Coba Terkendali:

11 pertanyaan untuk membantu Anda memahami uji coba

terkontrol secara acak (RCT)

Masalah utama untuk dipertimbangkan: Beberapa aspek perlu

dipertimbangkan ketika menilai uji coba terkontrol secara acak:

Apakah desain studi

dasar valid untuk uji coba

terkontrol secara acak?

(Bagian A)
Apakah studi tersebut secara

metodologis masuk akal?

(Bagian B) Apa hasilnya?

(Bagian C)

Apakah hasilnya akan membantu secara lokal? (Bagian D)

11 pertanyaan dalam daftar periksa dirancang untuk membantu Anda

memikirkan aspek-aspek ini secara sistematis.

Cara menggunakan alat penilaian ini: Tiga pertanyaan pertama (Bagian

A) adalah pertanyaan saringan tentang validitas desain studi dasar dan

dapat dijawab dengan cepat. Jika, berdasarkan tanggapan Anda

terhadap Bagian A, menurut Anda desain penelitian ini valid, lanjutkan

ke Bagian B untuk menilai apakah penelitian ini secara metodologis

masuk akal dan apakah layak untuk melanjutkan penilaian dengan

menjawab pertanyaan yang tersisa di Bagian C dan D .

Catat 'Ya', 'Tidak' atau 'Tidak tahu' dalam menanggapi pertanyaan.

Anjuran di bawah semua kecuali satu pertanyaan menyoroti masalah

yang penting untuk dipertimbangkan. Catat alasan jawaban Anda pada

tempat yang tersedia. Karena daftar periksa CASP dirancang untuk

digunakan sebagai alat pendidikan/pengajaran dalam pengaturan

lokakarya, kami tidak merekomendasikan penggunaan sistem

penilaian.

Tentang Daftar Periksa CASP: Daftar periksa CASP RCT awalnya

didasarkan pada panduan Pengguna JAMA untukliteratur medis 1994


(diadaptasi dari Guyatt GH, Sackett DL dan Cook DJ), dan diujicobakan

dengan praktisi kesehatan. Versi ini telah diperbarui dengan

mempertimbangkan pedoman CONSORT 2010 (http://www.consort-

statement.org/consort-2010,diakses 16 September 2020).

Kutipan: CASP merekomendasikan menggunakan gaya Harvard, yaitu

Program Keterampilan Penilaian Kritis (2020). CASP (masukkan nama

checklist yaitu Randomized Controlled Trial) Checklist. [online]

Tersedia di: masukkan URL. Diakses: masukkan tanggal diakses.

©CASP karya ini dilisensikan di bawah Atribusi Creative Commons –

Non-Komersial- Bagikan Suka. Untuk melihat salinan lisensi ini,

kunjungi https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/

Program Keterampilan Penilaian Kritis (CASP) bagian dari Oxford Centre for

Triple Value Healthcare Ltdwww.casp-uk.net

BagianA: Apakah desain studi dasar valid untuk uji coba terkontrol
secara acak?
1. Apakah penelitian ini menjawab Ya
pertanyaan penelitian yang terfokus
dengan jelas? √
MEMPERTIMBANGKAN:
 Apakah penelitian dirancang untuk
menilai hasil intervensi?

 Apakah pertanyaan penelitian 'terfokus'


dalam hal:
• Populasi dipelajari
Ya, populasi adalah perawat

• Intervensi yang diberikan

Penggunaan posiflow dan clam

• Pembanding dipilih
Tanpa perlakuan

• Hasil diukur?
Penyumbatan intravena
2. Apakah penugasan peserta untuk Ya tidak
intervensi diacak? √ tahu
MEMPERTIMBANGKAN:
• Bagaimana pengacakan dilakukan? .

• Apakah metodenya sesuai?


Ya

• Apakah pengacakan cukup untuk


menghilangkan bias sistematis?
Pengacakan di lakukan secara
komputerisasi, sehingga menghilangkan
bias, dan menggunakan pemilihan
kriteria

• Apakah urutan alokasi disembunyikan


dari peneliti dan peserta?
versi online perangkat lunak G*Power
(Jerman, versi, 3.1.1) digunakan untuk
memperkirakan ukuran sampel
3. Apakah semua peserta yang memasuki Ya tidak
penelitian?diperhitungkan pada √ tahu
kesimpulannya?
MEMPERTIMBANGKAN:
• Apakah mangkir dan eksklusi setelah
pengacakan diperhitungkan?
Tidak

• Apakah peserta dianalisis dalam


kelompok studi yang diacak (analisis
niat-untuk-mengobati)?
Tidak

• Apakah penelitian dihentikan lebih


awal? Jika demikian, apa alasannya?
Iya , wanita yang tidak memiliki
komplikasi kebidanan dengan gambar
detak jantung janin (FHR) kategori I
pada kala satu dan persalinan normal
pada awal kala dua

Bagian B: Apakah penelitian ini secara


metodologis baik?

4. Ya
 Apakah peserta 'buta' terhadap
intervensi yang diberikan? .
Ya , Pengumpulan data dilakukan oleh
asisten peneliti yang buta terhadap
tugas kelompok

 Apakah para peneliti 'buta' terhadap


intervensi yang mereka berikan
kepada peserta?
Ya

 Apakah orang-orang menilai/menganalisis?


hasil/s 'buta'?
ya
5. Apakah kelompok studi serupa pada awal uji Ya
coba terkontrol secara acak? √
MEMPERTIMBANGKAN:
 Apakah karakteristik dasar dari setiap
kelompok studi (misalnya usia, jenis
kelamin, kelompok sosial ekonomi)
ditetapkan dengan jelas?

Ya . perawat

 Apakah ada perbedaan antara


kelompok studi yang dapat
mempengaruhi hasil?
Tidak
6. Terlepas dari intervensi eksperimental, Ya
apakah setiap kelompok studi menerima √
tingkat perawatan yang sama (yaitu, apakah
mereka diperlakukan sama)?
MEMPERTIMBANGKAN:
 Apakah ada protokol penelitian yang jelas?

 Jika ada intervensi tambahan yang


diberikan (misalnya tes atau perawatan),
apakah mereka serupa antara kelompok
studi?

Ya

 Apakah interval tindak lanjut sama


untuk setiap kelompok studi?
Ya

Bagian C: Apa hasilnya?

7. Apakah efek intervensi dilaporkan secara Ya


komprehensif? √
MEMPERTIMBANGKAN:
• Apakah perhitungan kekuatan dilakukan?
Hasil apa yang diukur, dan apakah
ditentukan dengan jelas?

Ya, hasil ada tidaknya penyumbatan

• Bagaimana hasilnya diungkapkan?


Untuk hasil biner, apakah efek
relatif dan absolut dilaporkan?
Ya

• Apakah hasil dilaporkan untuk


setiap hasil di setiap kelompok studi
pada setiap interval tindak lanjut?

Ya
• Apakah ada data yang hilang atau
tidak lengkap?
Tidak
• Apakah ada perbedaan drop-out antara
kelompok belajar yang dapat
mempengaruhi hasil?

Tidak

• Uji statistik apa yang digunakan?

Mandirituji;b2;cTes eksak Fisher. VAS:


Skala analog visual. sebuahTes Mann-
Whitney U.

• Apakah nilai p dilaporkan?

Ya,

8. Apakah ketepatan estimasi intervensi atau Ya tidak


efek pengobatan dilaporkan? √ tahu
MEMPERTIMBANGKAN: 

• Apakah interval kepercayaan (CI) 

dilaporkan? 

Ya,
9. Apakah manfaat dari intervensi Ya Tidak
eksperimental lebih besar daripada kerugian √ 
dan biayanya? 
MEMPERTIMBANGKAN: . 
 Berapa ukuran intervensi atau efek 
pengobatan?

 Apakah bahaya atau efek yang


tidak diinginkan dilaporkan
untuk setiap kelompok studi?

Tidak

 Apakah analisis efektivitas biaya


dilakukan? (Analisis efektivitas biaya
memungkinkan perbandingan dibuat
antara berbagai intervensi yang
digunakan dalam perawatan kondisi
atau masalah yang sama.)

Ya
Bagian D: Apakah hasilnya akan membantu secara lokal?

10. Dapatkah hasilnya diterapkan pada Ya


populasi lokal Anda/dalam konteks √
Anda?
MEMPERTIMBANGKAN:
• Apakah peserta penelitian serupa
dengan orang-orang dalam perawatan
Anda?

Ya , sama yaitu perawat

• Apakah ada perbedaan antara populasi


Anda dan peserta penelitian yang
mengubah hasil yang dilaporkan dalam
penelitian?

Hasil penelitian tidak ada perbedaan

• Apakah hasilnya penting bagi


populasi Anda?

Ya, karena dapat efektif dalam


mengurangi penyumbatan

• Apakah ada hasil yang Anda inginkan


informasinya yang belum dipelajari atau
dilaporkan?

Tidak ada, semua di rasa cukup atau
lengkap

• Apakah ada batasan penelitian yang


akan mempengaruhi keputusan Anda?

Batasan jumlah populasi dan sampel


11. Akankah intervensi eksperimental Ya
memberikan nilai yang lebih besar kepada √
orang-orang dalam perawatan Anda daripada
intervensi apa pun yang ada?
MEMPERTIMBANGKAN:
 Sumber daya apa yang diperlukan untuk
memperkenalkan intervensi ini dengan
mempertimbangkan waktu, keuangan, dan
pengembangan keterampilan atau
kebutuhan pelatihan?
Sumberdaya tersedia dan mampu
melakukan

 Apakah Anda dapat mengeluarkan


sumber daya dalam satu atau lebih
intervensi yang ada agar dapat
menginvestasikan kembali dalam
intervensi baru?

Ya, dapat

RINGKASAN PENILAIAN: Catat poin-poin penting dari penilaian kritis Anda dalam kotak ini.
Apa kesimpulan Anda tentang makalah tersebut? Apakah Anda akan menggunakannya untuk
mengubah praktik Anda atau untuk merekomendasikan perubahan perawatan/intervensi yang
digunakan oleh organisasi Anda? Bisakah Anda menerapkan intervensi ini dengan bijaksana
tanpa penundaan
Catat poin-poin penting dari penilaian kritis Anda di kotak ini.
Apa kesimpulan Anda tentang makalah ini?
Kesimpulan pada makalah ini adalah memberikan terapi sesuai dengan EBM pada pasien
dengan tepat dan mendapatkan hasil yang baik
Apakah Anda akan menggunakannya untuk mengubah praktik Anda atau untuk
merekomendasikan perubahan pada perawatan / intervensi yang digunakan oleh organisasi
Anda?
Ya, terapi ini akan saya gunakan jika saya mendapatkan pasien dengan keluhan yang sama
bisakah Anda menerapkan intervensi ini dengan bijaksana tanpa tertunda-tunda?
Ya, karena intervensi yang harus diterapkan tidak sulit dan tidak memberikan alat dan bahan
yang banyak serta mudah di fahami

Anda mungkin juga menyukai