Amelia Natasya Eka Puspita-203141014111030-UAS Akuntansi Manajemen
Amelia Natasya Eka Puspita-203141014111030-UAS Akuntansi Manajemen
PERTAMINA (PERSERO)
MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD
Oleh:
203141914111030
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ujian tengah
semester yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja PT. Pertamina (Persero)
Menggunakan Metode Balanced Score Card” ini tepat pada waktunya
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ujian tengah semester Ibu Fitriana Rahma Dhanias, SE., MSA., Ak pada mata
kuliah Akuntansi Manajemen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Analisis Pengukuran Kinerja PT. Pertamina
(Persero) Menggunakan Metode Balanced Score Card bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitriana Rahma Dhanias, SE.,
MSA., Ak selaku dosen mata kuliah Akuntansi Manajemen yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................3
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1 Pengertian Pengukuran..............................................................................5
2.2 Pengertian Kinerja.....................................................................................5
2.3 Balance Scorecard.....................................................................................6
2.4 Perspektif Keuangan..................................................................................7
2.5 Perspektif Pelanggan.................................................................................8
2.6 Perspektif Proses Internal Bisnis.............................................................10
2.7 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.............................................10
BAB III..................................................................................................................12
PEMBAHASAN DAN ANALISIS.......................................................................12
3.1 Profil, Visi, dan Misi PT. Pertamina (PERSERO)..................................12
3.2 Hasil Analisis Pengukuran Kinerja PT. Pertamina (Persero)..................13
BAB IV..................................................................................................................24
PENUTUP..............................................................................................................24
4.1 Evaluasi...................................................................................................24
4.2 Kesimpulan..............................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
produktivitas karyawan, kepuasan pelanggan, dan sebaganya, maka di
buatlah model pengukuran kinerja yang tidak hanya menitikberatkan pada
aspek keuangan saja namun non keuangan pula yaitu balanced scorecard.
(Panudju, Asfar, & Fuziah, 2016) mengatakan visi sebuah
perusahaan perlu dijabarkan secara terperinci dalam tujuan dan sasaran
yang ingin dicapai agar manajemen dapat mengukur kinerjanya. Ukuran
kinerja perusahaan dapat dijelaskan ke dalam masing-masing perspektif
sasaran strategi yang digunakan untuk mewujudkan visi. Dengan balanced
scorecard, pihak manajemen dapat melakukan evaluasi apakah aset yang
dimiliki oleh perusahaan disebabkan oleh faktor yang sustainable atau
hanya keberuntungan saja. Dengan balanced scorecard, kita dapat
menyatukan seluruh proses kerja perusahaan menjadi satu bagian dari
suatu sistem yang terintegrasi.
Menurut (Maselia, Katili, & Wahyuni, 2017) baik dalam sektor
swasta atau public, balanced scorecard dibuat guna memberikan kepuasan
bagi para pelanggan, yang membedakannya hanya dari tujuan dan pihak
yang berkepentingan saja. Penerapan balanced scorecard pada sector bisnis
berguna untuk meningkatkan persaingan, sedangkan pada sector publik
lebih menekankan nilai, misi dan pencapaian perusahaan, dari aspek
keuangan tentunya akan mengutamakan keuntungan, pertumbuhan, serta
pangsa pasar, sedangkan sektor publik berguna untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara maksimal.
Dengan balanced scorecard dapat memberikan indikasi peringatan
pertama dari keberhasilan ataupun kegagalan untuk perusahaan secara
menyeluruh baik dari sisi keuangan, pelanggan, proses bisnis, maupun
pembelajaran, sehingga perusahaan dapat lebih cepat dalam merespon
perubahan yang terjadi, dengan tindakan perbaikan yang lebih cepat guna
memperkecil resiko yang ada.
PT. Pertamina (Persero) dalam melakukan pengukuran kinerja
menggunakan pengukuran dengan metode Balance scorecard, dimana
perusahaan hanya melakukan pengukuran kinerja keuangan yang
berdasarkan dengan perspektif keuangan, hal ini tentu cukup lemah dalam
2
pengukuran kinerja, dimana perusahaan hanya melihat tingkat
keberhasilan atas perusahaan hanya berdasarkan dengan laporan keuangan,
tanpa melihat dari kinerja pegawai dan tingkat kepuasan pelanggan yang
dapat diukur dengan menggunakan perspektif pelanggan, perspektif bisnis
internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
3
perkuliahan ke dalam praktik sebenarnya dan diharapkan dapat
menjadi referensi bagi penulis lain yang tertarik untuk meneliti
kajian yang sama untuk waktu yang akan datang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
organisasi pada suatu periode seiring dengan referensi pada sejumlah
standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan suatu dasar
efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan
semacamnya (Mulyadi, 2011)
Menurut (Horngren, Datar, & Foster, 2010) menyatakan bahwa:
“Kinerja adalah suatu tingkat keberhasilan yang dicapai seorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepadanya yang diasaskan atas
pengalaman dan kesungguhan”. Menurut (Hani, 2015) menilai
keberhasilan perusahaan tidak cukup hanya melihat kondisi internal,
karena lingkungan eksternal juga sangat mempengaruhi kelangsungan
usaha, sehingga manajemen perusahaan perlu membuat perbandingan
keberhasilan usaha dengan pihak lain seperti pesaing kelompok industri
atau standart tertentu yang dapat menilai atau mengukur kinerja
perusahaan tersebut dalam kondisi yang baik, sehat atau sebaliknya.
6
keuangan seperti pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan
pertumbuhan.
Tidak hanya untuk mencapai tujuan khusus seperti menghasilkan
laba sekian milyar rupiah, namun menurut (Sari & Furqani, 2020) dalam
balanced scorecard juga lebih ditekankan pada perbaikan
berkesinambungan (continuous improvement). Karena apabila sebuah
perusahaan tidak melakukan perbaikan secara berkesinambungan, yang
terjadi akan mengakibatkan perusahaan tersebut akan kalah bersaing
dengan perusahaan sejenis.
Menurut (Suhartini & Ahrori, 2017) manajer harus secara berhati –
hati dalam memilih tolak ukur kinerja yang akan digunakan untuk
menghitung balanced scorecard perusahaan. Seperti tolak ukur kinerja
yang sejalan dengan strategi perusahaan, maka scorecard seharusnya tidak
memiliki terlalu banyak tolak ukur kinerja karena itu akan menyulitkan
dalam proses pengukuran. Jika perusahaan sudah mempunyai balanced
scorecard secara menyeluruh, maka
setiap individu atau karyawan yang bertanggung jawab pada bidangnya
akan memiliki scorecard nya masing – masing.
Keunggulan dari balanced scorecard dalam sistem perencanaan
strategik yaitu mampu menghasilkan rencana strategis yang memiliki
karakteristik, komprehensif, koheren, berimbang dan terukur. Menurut
(Hidayat, 2016) balanced scorecard memiliki banyak manfaat yaitu,
mengklasifikasi serta dapat menghasilkan konsensus mengenai strategi
perusahaan, mengkomunikasikan strategi perusahaan ke seluruh karyawan,
melaksanakan peninjauan ulang strategi perusahaan secara periodik dan
sistematis, mengidentifikasikan serta menyelaraskan berbagai inisiatif
strategis, menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan
strategi perusahaan, mengkaitkan berbagai tujuan strategis dengan jangka
panjang dan anggaran tahunan, sehingga akan mendapatkan umpan balik
yang akan dibutuhkan untuk mempelajari dan memperbaiki strategi.
7
Balanced Scorecard menggunakan perspektif keuangan karena
penilaiankinerja merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomis yang telah
dilakukan. Menurut (Wardana, 2013) menyatakan bahwa ukuran financial
yaitu ukuran yang menjadi fokus dari berbagai tujuan strategis yang
menjadi bagian dari keterkaitan hubungan sebab akibat yang memuncak
dipeningkatan kinerja financial seperti profitabilitas, nilai saham, rasio-
rasio keuangan dan lain sebagainya.
Laporan keuangan dapat memberikan gambaran umum untuk
menganalisis dan membandingkan kinerja perusahaan dengan periode
sebelumnya. Keuangan perusahaan merupakan ikhtisar dari konsekuensi
ekonomi yang telah terjadi dan disebabkan oleh tindakan manajemen yang
menunjukan berapa hasil yang didapat secara maksimal. Menurut (Sari &
Arwinda, 2015) perspektif keuangan merupakan perhitungan data
keuangan dari perusahaan setiap periodenya, untuk mengetahui dan
meningkatkan pendapatan dan keuntungan yang didapatkan di setiap
periode. Perspektif keuangan juga menunjukan seberapa baik kinerja
perusahaan kepada kreditur, pemegang saham, dan pihak – pihak lain yang
berkepentingan.
Menurut (Kasmir, 2017) ada lima indikator yang dapat digunakan
dalam perspektif keuangan, pertama Return on Equity merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas atau kemampuan
perusahaan dalam memberikan keuntungan berdasarkan modal
perusahaan. Kedua Return on Assets merupakan tingkat profitabilitas
berdasarkan aset perusahaan yang manunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba. Ketiga Operating Income, untuk mengetahui
seberapa banyak atau besar sumbangan penjualan terhadap laba
operasional perusahaan. Keempat Efficiency Cost, berguna untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola biaya yang
dikeluarkan sehingga keuntungan perusahaan tetap terjaga dan terus
meningkat. Kelima Total Asset Turnover, biasa digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan dari
aktiva yang telah dimiliki, dan memperhatikan apakah perusahaan tersebut
8
telah melakukan modernisasi peralatan atau tidak, karena hal tersebut akan
mempengaruhi besarnya rasio
9
tersebut. Sales Return, bertujuan guna meningkatkan kualitas barang atau
jasa yang telah dihasilkan perusahaan, jika barang yang sudah dibeli
konsumen dikembalikan lagi karena tidak sesuai dengan apa yang sudah
dispesifikasikan, maka kualitas barang yang telah dihasilkan perusahaan
patut dipertanyakan kualitasnya. Akuisisi Pelanggan, diuji dengan
membandingkan jumlah pelanggan baru dengan seluruh pelanggan lama
yang telah dimiliki. Sedangkan profitabilitas pelanggan rasio yang
menunjukan keuntungan yang diberikan pelanggan, sehingga pelanggan
yang memberi keuntungan yang besar harus dijaga dengan baik agar tidak
beralih ke perusahaan lain.
10
2.7 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan lebih fokus pada
kemampuan manusia, tolak ukurnya yaitu kepuasan karyawan, retensi
karyawan, serta produktivitas karyawan. Suatu perusahaan yang ideal dan
berkembang tidak hanya mempertahankan kinerja perusahaan yang sudah
ada, namun juga melakukan perbaikan secara terus menerus tanpa henti
dan proses ini hanya akan tercapai jika perusahaan melibatkan seluruh
karyawannya dalam proses bisnis internal.
Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) disebut juga human capital,
sehingga kemampuan karyawan harus ditingkatkan melalui pendidikan
dan pelatihan yang telah difasilitasi perusahaan, serta kesejahteraan
karyawan melalui imbalan yang telah diberikan agar semua kebutuhan
baik sandang, pangan, ataupun kesehatan dapat terpenuhi. Produktivitas
kerja karyawan dapat diukur melalui dua sisi yaitu, nilai penjualan dibagi
dengan jumlah pekerja atau laba bersih dibagi dengan jumlah pekerja.
Namun pada dasarnya, pendapatan perusahaan atau laba bersih perusahaan
yang meningkat tidak lepas dari usaha para pekerja di perusahaan tersebut,
karena tidak akan ada artinya jika tanpa adanya karyawan, modal dan alat
kerja.
11
BAB III
12
Perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi
berserta hasil olahan dan turunannya.
b. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang
ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi
dan berhasil menjadi milik perseroan
c. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural
Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.
d. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau
menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam huruf
a,b,c diatas
1. Melakukan usaha dalam bidang energi dan petrokimia serta usaha lain
yang menunjang bisnis Pertamina.
2. Menjalankan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif
dan berorientasi laba.
3. Memberikan nilai tambah lebih bagi pemegang saham, pelanggan,
pekerja, dan masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi
nasional
13
3.2 Hasil Analisis Pengukuran Kinerja PT. Pertamina (Persero)
Analisa laporan keuangan merupakan suatu proses yang dilakukan
untuk untuk membedakan laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya, dan
juga menelaah masing-masing dari unsur tersebut dan hubungan masing-
masing unsur dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman yang baik dan
tepat atas laporan keuangan itu sendiri.
14
Dalam peneliti ini, penulis menggunakan Surat Keputusan Menteri
BUMN Nomor KEP- 100/MBU/2002, dengan menggunakan 8 rasio
yaitu, Rasio ROE (Return On equity), ROI (Return On Investment),
Rasio Kas (Cash Ratio), dan Rasio Lancar (Current Ratio).
a. Return on Equity (ROE)
ROE adalah ukuran yang mewakili harapan dari
shareholder. Sebab tingkat pengembalian atas modal yang
ditanamkan dapat langsung diketahui dan menggambarkan
keefektifan atas investasi yang dilakukan oleh shareholder,
Perhitungan rasio Return on Equity perusahaan PT. Pertamina
(Persero) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2. Rasio ROE
15
perusahaan tidak mampu dalam mencapai tujuannya untuk
meningkatkan keuntungan setinggi-tingginya.
Hasil pengembalian ekuitas dilakukan untuk mengukur laba
bersih sesudah pajak terhadap modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin
tinggi tingkat hasil pengembalian ekuitas, maka semakin baik
kondisi perusahaan, yang artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat pula. Sebaliknya jika tingkat hasil pengembalian
ekuitas semakin menurun, maka semakin buruk kondisi
perusahaan, yang artinya posisi pemilik perusahaan semakin
lemah.Standar BUMNKEP-100/MBU/2002, dimana
standarnya sebesar 15%.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa untuk Return on Equity
yang terjadi pada PT Pertamina (Persero) untuk tahun 2014
sampai tahun 2018masih berada dibawah dari standar BUMN.
Kondisi yang kurang baik bagi perusahaan karena ROE masih
jauh dibawah Standar BUMNNo : KEP-100/MBU/2002,
sebesar 15%, yang artinya posisi pemilik perusahaan akan
semakin lemah, pada modal yang dimiliki oleh perusahaan,
karena modal perusahaan banyak dibiayai dari utang
perusahaan.
b. Return on Investment (ROI)
Analisis Return on Investement (ROI) menggambarkan
perbaikan atas kinerja operasi dan mengukur efisiensi dari
penggunaan total aktiva untuk menghasilkan profit.Perhitungan
rasio Return on Investement perusahaan PT Pertamina
(Persero)dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3. Rasio ROI
16
2015 3.026.539 45.518.903 6,6% >18%
2016 4.927.335 47.233.206 10,5% >18%
2017 3.859.387 57.439.375 6,8% >18%
2018 5.757.941 64.718.452 8,9% >18%
17
Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Perhitungan rasio ini dapat diukur dari kas ditambah bank
dibandingkan dengan utang lancar. Perhitungan rasio kas pada
perusahaan PT Pertamina (Persero)dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4. Rasio Kas
18
dan telah berada dibawah diatas Standar BUMN No: KEP-
100/MBU/2002, dimana standarnya sebesar 35%.
Rasio kas dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk
membayar utang. Semakin tinggi rasio kas pada perusahaan
berarti perusahaan mampu dalam memenuhi utang jangka
pendeknya, sebaliknya Semakin rendah rasio kas pada
perusahaan berarti perusahaan tidak mampu dalam memenuhi
utang jangka pendeknya.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa rasio kas yang terjadi
pada PT Pertamina (Persero) untuk tahun 2014 sampai tahun
2018mengalami peningkatan dan berada diatas standar BUMN,
hal ini menunjukkan kondisi yang cukup baik bagi perusahaan
dikarenakan ketersediaan kas perusahaan mampu dalam
memuhi kewajiban jangka pendeknya.
d. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara
keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar
yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang
segera jatuh tempo. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan
membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang
lancar. Perhitungan rasio lancar perusahaan PT. Pertamina
(Persero) dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5. Rasio Lancar
19
2017 19.156.608 9.837.044 194,7% 125%
2018 23.154.204 13.972.882 165,7% 125%
20
Sasaran dari pada strategi customer perspektif pada PT Pertamina
(Persero) adalah untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan
kepercayaan pelanggan. Adapun pengukuran kinerja yang digunakan
adalah customer retention, customer acquisition. Sebelum dilakukan
analisis kinerja dengan perspektif pelanggan, terlebih dahulu akan
disajikan data pelanggan yang diperoleh dari PT Pertamina (Persero)
sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Pelanggan PT. Pertamina (Persero)
Pelanggan Pelanggan
Tahun Lama Baru Selisih
2014 13 14 1
2015 14 14 -
2016 14 12 (2)
2017 12 15 3
2018 15 13 (2)
21
Produk dengan
Produk Inovasi Baru
Tahun
dengan
Inovasi
Lama
2014 3 Kali 0 Kali
2015 3 Kali 1 Kali
2016 4 Kali 3 Kali
2017 7 Kali 0 Kali
2018 7 Kali 2 Kali
22
Tingkat perputaran karyawan dilakukan untuk memantau kinerja
setiap karyawan. Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
pekerja terbaiknya untuk terus berada dalam organisasinya. Perusahaan
yang telah melakukan investasi dalam sumber daya manusia akan sia-
sia apabila tidak mempertahankan karyawannya untuk terus berada
dalam perusahaannya. Mengukur seberapa besar perputaran karyawan
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4. Jumlah Karyawan PT. Pertamina (Persero)
Karyaw
an Awal Karyaw
Tahun an Selisih
Masuk
Akhir
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Evaluasi
Setelah memperhatikan kinerja PT Pertamina (Persero)
berdasarkan empat perspektif Balanced Scorecard, penulis ingin
memberikan beberapa masukan perihal yang perlu diperhatikan oleh pihak
manajemen PT. Pertamina (Persero):
1. Sebaiknya PT. Pertamina (Persero)menerapkan konsep Balanced
Scorecard sebagai alternatif pengukuran kinerjanya, agar mampu
bersaing dalam persaingan bisnis yang kian ketat.
2. Dalam membangun konsep Balanced Scorecard, sebaiknya PT.
Pertamina (Persero) lebih banyak melibatkan para karyawannya dalam
pengambilan keputusan yang akan diambil, karena karyawanlah yang
banyak mengetahui masalah-masalah yang terdapat di lapangan.
24
4.2 Kesimpulan
Dari hasil analisis data berdasarkan penilaian kinerja keuangan
dengan pendekatan Balanced Scorecard cenderung mengalami penurunan,
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hutang perusahaan PT. Pertamina (Persero) untuk tahun 2014 sampai
tahun 2018 mengalami peningkatan, tetapi melebihi modal perusahaan.
Hutang perusahaan yang besar terjadi dikarenakan besarnya kebutuhan
atas biaya operasional perusahaan, serta penggunaan atas hutang
peusahaan digunakan untuk penambahan atas asset tetap perusahaan
yang dibiayai juga dengan menggunakan hutang perusahaan,
sedangkan modal yang dimiliki perusahaan tidak mampu dalam
membiayai kegiatan operasional perusahaan, meningkatnya hutang
perusahaan juga dapat berdampak dengan keuntungan perusahaan,
dimana perusahaan harus berusaha untuk dapat membayar hutang-
hutang nya dengan menggunakan keuntungan yang dimiliki
perusahaan.
2. Jumlah pelanggan dan karyawan diketahui bahwa kinerja PT
Pertamina (Persero) cenderung mengalami penurunan yang dinilai
tidak cukup, dan dapat dikatagorikan belum begitu baik.
3. Pengukuran kinerja perusahaan PT Pertamina (Persero) berdasarkan
pendekatan dengan Balanced Scorecard cenderung mengalami
penurunan yang diukur dengan menggunakan perpektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perpektif
pembelajaran dan pertumbuhan mengalami penurunan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I., & Lestari. (2015). Analisis Rasio Solvabilitas dan Aktivitas untuk
Menilai Kinerja Keuangan pada PT. Aneka Gas Industri. Jurnal Ilmu
Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 14(2), 182–190.
Christina, N. P. Y., & Sudana, I. P. (2013). Penilaian Kinerja Pada Pt. Adhi
Karya Dengan Pendekatan Balanced Scorecard. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 5(3), 516–529.
26
Wardana, A. (2013). Usulan Rencana Pengukuran Kinerja Strategi Bisnis
Dengan Menggunakan Kerangka The Balanced Scorecard pada PT
Pertamina Gas (Persero). Jurnal Kebangsaan, 2(4), 37–42
27