I. Tema
Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 menyebutkan, “Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dari bunyi pasal tersebut, dapat kita lihat bahwa
UUD NRI 1945 memberikan kekuasaan kepada negara untuk memanfaatkan bumi dan
kekayaan alam Indonesia dengan mengutamakan kemakmuran atau kesejahteraan rakyat.
Artinya, negara atau dalam hal ini pemerintah selaku pemangku kekuasaan diberikan
kewenangan untuk melakukan penguasaan. Bagaimana kemudian wujud dari penguasaan
tersebut? Mahkamah Konstitusi dalam beberapa putusannya menafsirkan kembali pasal
tersebut dengan menyebutkan bahwa penguasaan atau hak menguasai negara tersebut
dilakukan dengan merumuskan kebijakan (beleid), melakukan pengaturan (regelendaad),
melakukan pengelolaan (beheerdaad), dan melakukan pengawasan. Merujuk hal tersebut,
maka yang akan diangkat dalam produk jurnal LPM Gema Keadilan 2022 adalah hak
menguasai negara untuk merumuskan kebijakan dan melakukan pengaturan—dalam
wujud peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kewajiban negara, yakni
memajukan kesejahteraan umum.
Dengan demikian, dapatlah kita mengerti bersama bahwa seharusnya kebijakan
dan peraturan perundang-undangan haruslah dibuat dengan memperhatikan kewajiban
negara untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Kemudian, bagaimana dengan realita
yang ada? Apakah peraturan perundang-undangan yang ada dan setiap kebijakan yang
diambil pemerintah (negara) telah relevan dengan kesejahteraan masyarakat? Inilah
pertanyaan utama yang kami ajukan kepada para penulis sekalian untuk kemudian
dituangkan dalam suatu karya artikel jurnal yang akan diterbitkan. Harapan kami, penulis
dapat menangkap kegelisahan kami mengenai mulai tidak sejalannya instrumen hukum
yang ada, khususnya peraturan perundang-undangan dan kebijakan dengan kesejahteraan
masyarakat. Melalui artikel-artikel jurnal yang dibuat nantinya, kami ingin mengungkap
sekaligus menginventarisasi mengenai instrumen hukum apa saja yang menyejahterakan
masyarakat begitupun sebaliknya, instrumen hukum mana saja yang tidak
menyejahterakan masyarakat. Namun demikian, kami tetap membebaskan para penulis
untuk mengambil topik dari sudut pandang yang berbeda dengan yang dikemukakan
abstraksi ini selama masih dalam satu lingkup tema besar kita yakni “Relevansi
Kebijakan dan Peraturan Perundang-Undangan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat”.
1. Timeline
EDISI 1 (April-Mei)
Waktu Kegiatan
20 - 26 Maret 2022 Gelombang 1 Pengumpulan
27 Maret – 2 April 2022 Penyuntingan Gelombang 1
27 Maret – 2 April 2022 Gelombang 2 Pengumpulan
3 – 9 April 2022 Penyuntingan Gelombang 2
3 – 9 April 2022 Gelombang 3 Pengumpulan
10 – 16 April 2022 Penyuntingan Gelombang 3
17 April – 7 Mei 2022 Penerbitan Jurnal
EDISI 2 (Juni-Juli)
Waktu Kegiatan
22 – 28 Mei 2022 Gelombang 1 Pengumpulan
22 – 28 Mei 2022 Penyuntingan Gelombang 1
29 Mei – 4 Juni 2022 Gelombang 2 Pengumpulan
22 – 28 Mei 2022 Penyuntingan Gelombang 2
5 – 11 Juni 2022 Gelombang 3 Pengumpulan
12 – 18 Juni 2022 Penyuntingan Gelombang 3
19 Juni – 9 Juli 2022 Penerbitan Jurnal
EDISI 3 (September-Oktober)
Waktu Kegiatan
21 – 27 Agustus 2022 Gelombang 1 Pengumpulan
21 – 27 Agustus 2022 Penyuntingan Gelombang 1
28 Agustus – 3 September 2022 Gelombang 2 Pengumpulan
28 Agustus – 3 September 2022 Penyuntingan Gelombang 2
4 – 10 September 2022 Gelombang 3 Pengumpulan
11 – 17 September 2022 Penyuntingan Gelombang 3
18 September – 8 Oktober 2022 Penerbitan Jurnal
2. Alur Penerbitan
III. Pedoman Penulisan
8. Penutup
- Meliputi simpulan dan saran (jika ada)
- Kesimpulan mencakup jawaban dari permasalahan yang dikemukakan, bukan
merupakan pembahasan lagi
- Tidak menghasilkan suatu argumen atau pembahasan baru
- Disampaikan secara logis dan jujur berdasarkan fakta yang diperoleh
Catatan:
- Perlu dipahami bahwa karya ilmiah berbeda dengan artikel jurnal. Karya ilmiah
memuat pemahaman secara menyeluruh tentang suatu tema, mengantarkan kepada
pembaca dari pemahaman paling dasar, sedangkan artikel jurnal membahas mengenai
tema tertentu
dalam bahasan yang spesifik. Oleh karena itu, pemahaman-pemahaman tentang definisi
tidak perlu dituangkan, karena pembaca artikel jurnal adalah orang yang berkehendak
untuk meng-update ilmu pengetahuan.
- Dalam menulis artikel jurnal wajib memperhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) yang baik dan benar.
- Untuk menambah validitas tiap pernyataan yang dikemukakan, harap mendukungnya
dengan fakta sosial, pendapat ahli, teori, regulasi hukum, maupun sumber-sumber dan
sarana yang dapat dipercaya.
Lampiran 2. Contoh Struktur Jurnal
Semarang
widyani1331@gmail.com
Abstract
You can write your abstract in English here. Remember, you must pay attention to the English
Grammar. Please, don't copy-paste from google translate or another digital translator without
checking it twice. Last, make sure that it has the same meaning as your abstract in Indonesian.
Abstrak
Abstrak merupakan bagian pertama yang akan orang lain baca dari tulisan Anda sehingga
buatlah abstrak sebaik mungkin. Abstrak yang baik akan membuat orang tertarik membaca
tulisan
Anda secara keseluruhan. Tuliskan abstrak secara singkat, lugas, dan menarik. Anda dapat
menuliskan abstrak dalam 125-150 kata saja.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Dst….
Daftar Pustaka
Buku-buku:
Pustaka, Daftar. 2022. Aturan Penulisan Daftar Pustaka. Semarang: Lembaga Pers Mahasiswa
Gema Keadilan (LPM Gema Keadilan).
Jurnal Ilmiah:
Pustaka, Daftar. 2022. “Aturan Penulisan Daftar Pustaka”. Jurnal LPM Gema Keadilan. Volume
13. Nomor 3. 2021.
Skripsi/Tesis/Disertasi/Pidato Ilmiah:
Pustaka, Daftar. 2022. Aturan Penulisan Daftar Pustaka. Semarang: Tesis Magister Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro. 2021.
Internet:
Pustaka, Daftar. 2022. Aturan Penulisan Daftar Pustaka. Diakses pada 2 Februari 2022 melalui
https://www.daftarpustaka.com/12345
Lampiran 3. Aturan Penulisan Daftar Pustaka
Catatan:
Daftar pustaka adalah daftar rujukan dari semua kutipan yang digunakan di dalam karya ilmiah.
Perlu diperhatikan, bahwa penulisan daftar pustaka dibuat menggantung (line special: hanging)
Contoh:
Kalau digunakan buku lain dari penulis yang sama, maka cukup diberi garis saja
pada nama penulis.
Contoh:
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Hukum. Jakarta: UI-Press.
, 1981. Mengenal Sosiologi Hukum. Bandung: Alumni.
Susunan harus menurut abjad nama penulis, dan tidak perlu diberi nomor urut.
3. Buku terjemahan
Contoh:
Iver Mac R.M. 1965. Negara Modern, diterjemahkan oleh Moertono. Jakarta:
Ichtiar
Contoh:
Budihardjo, Miriam. “Menuju Suatu DPR yang Bagaimana.” Kompas, 12
November 1998, halaman IV, kolom 5.
5. Buku Asing
Contoh:
Alberty, Horarld. 1953. Reorganizing the High School Curriculum 2nd ed, Vol. 2,
New York: The Macmillan Company.
6. Disertasi
Contoh:
Muladi. 1985. Lembaga Pidana Bersyarat, disertasi doktor. Bandung: Alumni.
Lampiran 4. Aturan Penulisan Catatan Kaki (Footnote)
Kutipan dari sumber dapat berupa kutipan langsung ataupun kutipan tidak langsung
(paraphrasa). Kutipan langsung ialah kutipan yang dilakukan persis dengan sumbernya,
sedangkan kutipan tidak langsung menggunakan kalimat sendiri tanpa mengurangi atau
mengubah isi/arti sumber yang dikutip. Pada umumnya kutipan harus sama dengan aslinya, baik
mengenai kata- katanya, ejaannya maupun mengenai tanda bacanya.
1. Syarat Umum
Syarat-syarat umum pembuatan catatan kaki adalah sebagai berikut :
a. Catatan kaki ditulis pada bagian bawah dari halaman naskah, berbentuk
“footnote” bukan “inside note”.
b. Setiap catatan kaki diberi nomor angka Arab, yakni nomor 1, 2, 3 dan seterusnya.
Di dalam setiap bab, penomoran dimulai dengan nomor 1 lagi, atau dilanjutkan
nomor selanjutnya sampai bab terakhir.
b. Buku Asing
Bentuk catatan kaki dari buku asing sama dengan bentuk catatan kaki pada buku
Indonesia.
Contoh: Horarld Alberty, Reorganizing the High School Curriculum, (New York:
The Macmillan Company, 1953), hal. 78.
c. Buku Terjemahan
Contoh: Karl Barth, The Doctrin of The World of God, Terjemahan oleh
Soekanto, (New York: The Macmillan Company, 1936), hal. 23.
h. Wawancara
Contoh: Mudjono, Wawancara, Mahkamah Agung, (Jakarta: 18 Desember, 1980).
i. Surat
Contoh: Bambang Sunarto, Surat Pribadi, 14 Maret 1976.
j. Ceramah
Contoh:
Soerjono, Soekanto, Ceramah : “Hukum Lingkungan Suatu Penjajagan”, Fakultas
Hukum Universitas Lampung, (Tanjung Karang, 27 November, 1981), hal. 7.
k. Beberapa Penulis
Contoh: Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Pidana,
(Bandung; Alumni, 1984), hal. 10.
l. Surat Kabar
1) Kompas, 26 Desember 1981, hal. IV.
2) Satjipto Rahardjo,”Kejahatan Sebagai Penyakit Sosial”, (Kompas, 8 Maret
1983), hal. IV.
3. Penghematan/Penyingkatan
Penulisan catatan kaki mengenal penghematan dengan menggunakan istilah Ibid, Op.cit.,
dan Loc.cit.
Ibid, merupakan singkatan dari ibidem, yang artinya di tempat yang sama. Jika suatu
pustaka atau sumber yang baru saja dikutip (belum diselang/belum diselingi
karangan atau sumber pustaka lain) akan dikutip lagi, maka cukup menggunakan
ibid, hal. 100 dengan pengertian bahwa halaman 100 itu bukanlah halaman yang
telah dirujuk pula oleh catatan kaki sebelumnya. Jika ibid, itu merujuk halaman
yang sama dengan karangan yang sebelumnya itu, maka ibid harus diganti dengn
Loc.cit. Ibid, ditulis dengan huruf kursif/miring atau digarisbawahi.
Loc.cit, merupakan singkatan dari Loco citato, yang artinya dikutip dari tempat yang
sama. Bila hendak mengutip halaman yang sama dari karangan atau sumber yang
baru saja dikutip (belum diselang oleh karangan atau sumber lain) maka catatan
kaki cukup disingkat Loc.cit. Loc.cit. ditulis dengan huruf kursif/miring atau
digarisbawahi.
Op.cit, merupakan singkatan dari Opere citato, artinya telah dikutip. Jika suatu pustaka
atau sumber telah dikutip dalam catatan kaki dan telah diselang/diselingi oleh satu
atau beberapa pustaka/sumber lain hendak dikutip lagi, maka penulisan catatan
kakinya dapat disingkat dengan hanya menuliskan pengarangnya saja diikuti
op.cit. ditulis dengan huruf kursif/miring atau digarisbawahi.
Contoh:
1. Richard Nixon, 1980, The Real War, New York: Waener Books Inc, hal. 22.
2. Ibid, hal. 49.
3. Sritua Arif, 1982, The Petroleum Industry and the Indonesian Economy: An
Impact Study, East Bolmain: Resecons, hal. 15.
4. Loc.cit.
5. Richard Nixon, Op.cit., hal. 100.
6. Sritua Arif, Loc.cit.
Catatan kaki 2), ditulis Ibid, hal. 49 artinya merujuk buku sebelumnya (tanpa selang)
yaitu karangan Richard Nixon pada catatan kaki 1).
Catatan kaki 4), ditulis Loc.cit, artinya merujuk buku yang sama dan halaman yang sama
dari catatan kaki sebelumnya, yaitu buku catatan kaki 3). karangan Sritua Arif.
Catatan kaki 5), ditulis Richard Nixon, Op.cit., halaman 100 artinya mengutip kembali
buku yang sama karangan Richard Nixon, dengan merujuk halaman yang sama
atau halaman yang lain (dalam contoh di atas dirujuk halaman yang lain yaitu
halaman 100). Catatan: buku Richard Nixon telah diselang oleh buku karangan
Sritua Arif.
Catatan kaki 6), diselingi penulis lain harus disebutkan nama penulis.
Jika dari penulis yang sama digunakan lebih dari satu buku dan pernah disebutkan
sebelumnya, diselang oleh pengarang sama dengan judul lain, maka cukup ditulis nama
pengarang (kalau ada atau hanya nama keluarga), Op.cit. dan halaman.
Contoh:
1. Oemar Seno Adji, 1973, Hukum (Acara) Pidana Dalam Prospeksi, Jakarta:
Penerbit Erlangga.
2. Oemar Seno Adji, 1972, Hukum Hakim Pidana, Jakarta: Penerbit Erlangga
3. Oemar Seno Adji, Op.cit. hal. 10
1.
Lampiran 5. Biodata Penulis (doc/pdf)
BIODATA
A. Identitas Diri
Pas foto
1. Nama lengkap :
terakhir
2. Tempat, tanggal lahir :
(3x4)
3. Alamat :
:
:
4. No. telp/hp :
5. Email :
6. Profesi, Instansi :
:
B. Riwayat Pendidikan
(dimulai dari SD-Pendidikan terakhir/on going)
Tahun Jenjang Tempat
SD/sederajat
SMP/sederajat
…
Kota, Tanggal
ttd
(Nama terang)
Lampiran 6. Klirens Etik Publikasi Ilmiah
Tempat, Tanggal
Kepada Yth.
Keadilan di-tempat.
Sehubungan dengan pengajuan artikel atas nama saya untuk diterbitkan di Jurnal LPM Gema
Keadilan Volume 9 Edisi …, dengan ini saya:
Nama :
Unit/lembaga :
Alamat :
Menyatakan bahwa:
Demikian pernyataan ini saya buat dengan jujur dan penuh tanggung jawab.
Penulis,
Materai
10.000
(Nama terang)