Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Rumah
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh
Disusun Oleh:
Pembimbing:
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, akhirnya Kami dapat menyelesaikan laporan
kasus ini tepat pada waktunya dan sebaik-sebaiknya dalam rangka melengkapi
persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD
meuraxa dengan judul “HIPERTENSI STAGE II DAN ANEMIA”.
Dalam penyusun laporan kasus ini, saya mendapat banyak masukan, bantuan
dan juga bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak baik dalam bentuk moril
serta materiil. Untuk itu dalam kesempatan ini Kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Erlida, Sp.PD selaku pembimbing yang telah
memberikan banyak bimbingan kepada saya selama penulis melaksanakan KKS di
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.
Penyusun
22174004
DAFTAR ISI
i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset
menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak
atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau
minum kopi. Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih
dari 140/90 mmHg. Menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation
and Treatment of High Blood Pressure (JNC- VII) dikatakan hipertensi derajat 2 bila
didapatkan tekanan darah sistolik > 160 mmHg, dan tekanan diastolik > 100, oleh
karena itu pasien pada laporan kasus ini dapat didiagnosis menderita Hiperetnsi
derajat 2.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur,
jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres,
obesitas dan nutrisi. Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui
dengan pasti. Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus.
Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder
disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal,
gangguan obat tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun
1
penyebab paling umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang
tidak terobati. Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi
2
BAB II
STATUS PASIEN
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
I. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh secara alloanamnesis pada:
B. Keluhan Tambahan
Penurunan Kesadaran.
3
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa dengan keluhan badan
lemas sejak 2 hari yang lalu sampai dengan hari ini. Pasien sempat tidak
sadarkan diri tadi sore namum kini kesadaran sudah membaik seteladapat
di diberikan air gula. Anggota gerak sebelah kiri tidak dapat di gerakkan
lagi. BAK tertunda sejak 2 hari yang lalu namun sudah keluar sendiri dan
BAK bercampur darah mengumpal. Pasien mempunyai riwayat DM,
Hipertensi, serta stroke. Saat ini seluruh badan pasien mulai bengkak
sejak 2 minggu lalu.
1. Riwayat perawatan
2. Riwayat pembedahan
Pasien tidak memiliki riwayat operasi atau pembedahan.
3. Riwayat pengobatan
Pasien ada riwayat mengkonsumsi obat DM dan Hipertensi.
4. Riwayat alergi
Menurut pasien, pasien tidak memiliki riwayat alergi.
E. Riwayat Keluarga
Disangkal
F. Riwayat Kebiasaan
Disangkal
4
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Tanda Vital
- Suhu Tubuh : 36oC (per axilla)
- Tekanan Darah : 150/90 mmHg
- Nadi : 104 x/menit, regular
- Laju Nafas : 22 x/menit, reguler
B. Status Internus
- Kepala/leher : Normosefali, deformitas (-), bengkak (-)
: Pembesaran KGB -/-
: Pembesaran kelenjar tiroid -/-
- Mata : Re flek cahaya +/+
: Konjungtiva anemis -/-
: Sklera ikterik -/-
: Pupil isokor, 3mm/3mm
- Hidung : Deformitas (-), nyeri (-), sekret (-)
: Septum nasi ditengah, nafas cuping hidung (-)
- Telinga : Nyeri tekan tragus (-), Sekret (-)
: penurunan fungsi pendengaran (-/-)
- Mulut/faring : Mukosa tidak pucat, hiperemis (-)
: Tonsil T1/T1
: Uvula ditengah
- Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, barrel chest (-)
5
Auskultasi : vesikuler (+/+), whezzing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Abdomen
C. Status Neurologis
Kesadaran :
GCS : E1 M6 V5
Saraf otonom
- Miksi : Normal
-Defekasi : Normal
-Sekresi keringat : Normal
6
- Feel : Nyeri Tekan (-), AVN distal (-)
- Movement : ROM terbatas nyeri (-)
III. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Meuraxa dengan keluhan badan lemas sejak 2
hari yang lalu sampai dengan hari ini. Pasien sempat tidak sadarkan diri tadi sore
namum kini kesadaran sudah membaik seteladapat di diberikan air gula. Anggota
gerak sebelah kiri tidak dapat di gerakkan lagi. BAK tertunda sejak 2 hari yang lalu
namun sudah keluar sendiri dan BAK bercampur darah mengumpal. Pasien
mempunyai riwayat DM, Hipertensi, serta stroke. Saat ini seluruh badan pasien
mulai bengkak sejak 2 minggu lalu. Pada pemeriksaan fisik tidak ada di jumpakan
kelainan dan tanda vital TD: 150/90 mmHg, Nadi: 104x/i, RR: 22x/i, Suhu: 36C
(axilla). pemeriksaan laboratorium darah lengkap di dapatkan kesan Anemia
Normositer Normokrom.
2. Hipertensi Stage II
3. Edema Anasarka
V. DIAGNOSIS KERJA
1. Hipertensi Stage II + Anemia
VI. TATALAKSANA
Non farmakologi
1. Istirahat.
2. Pantau tanda vital dan kadar gula darah.
3. Pantau cairan elektrolit.
4.
7
Farmakologi
IVFD Nacl 20gtt/i
1. Inj. Furosemid 2 amp/8jam
2. Inj. Omeprazole /12jam
3. Cilostazol 1x100mg
4. Adalat oros 1x30mg
5. KSR 2x1
6. Asam folat 1x1
VII. PLANNING
1. Foto Thorax
2. Cek darah rutin
3. GDS
4. Elektrolit
RDW-SD 39,2 fl
RDW-CV 13,7 %
8
Leukosit 7,2 103ul
HITUNG JENIS
Basofil 0,4 %
Elektrolit
9
Pemeriksaan Darah Lengkap (30 0ktober 2022)
MCV 81,8 fl
RDW-SD 40,4 fl
RDW-CV 13,5 %
HITUNG JENIS
Basofil 0,4 %
Monosit 3,1 %
10
Kesan : Anemia Normositi Normokrom
SGOT 16 u/l
SGPT 4 u/l
Elektrolit
11
IX. FOLLOW UP
Tanggal/Hari Analisa Penatalaksanaan
Rawatan
Hari ke 1
IVFD Nacl 3% 7 tpm
O/ KU: sakit berat
Inj Omz Iv/12 jam
TD : 140/66 mmHg
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
HR: 104 x/menit
Inj. Citicolin 500 mg/12 jam
RR: 21 x/menit Sp. Furosemide 1cc/jam
Nefedipine 1x30mg
A/ - Pneumonia Asam Folat 2x1
-. Hipertensi stage II +
Anemia
Hari ke 2
O/ Ku : Sakit Berat
IVFD Nacl 3% 7 tpm
TD : 135/69 mmHg Inj Omz Iv/12 jam
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
HR : 107 x/i
Inj. Citicolin 500 mg/12 jam
RR : 13x/i Sp. Furosemide 1cc/jam
Nefedipine 1x30mg
A/ Pneumonia
Asam Folat 2x1
-. Stroke Attack
Atorvastatin 1x20mg
-. Hipertensi stage II +
Anemia
12
Planning : Cek Elektrolit
00mg
S/ mual (-), muntah (-), puing
(-), batuk berdahak (+),
28-10-2022 Th/ Bedrest
lemas (-)
Hari ke 3
O/ KU : sakit berat IVFD Nacl 3% 7 tpm
Inj. Omeprazole Iv/12 jam
TD : 153/90
Inj. Ceftriaxone 1 gr/12jam
HR : 113 x/i Inj. Citicolin 500mg
Sp. Furosemide 1cc/jam-2
RR : 20x/i
amp/8jam
A/ pneumonia Nefedipine 1x20mg
Asam folat 2x1
-. Stroke attack
-. Hipertensi Stage II +
Anemia
13
29-10-2022 S/ Mual (-), muntah (-), Th/ Bed Rest
pusing (+), batuk (+), demam
Hari ke 4 Inj. Omeprazole Iv/12gr
(-)
Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
O/ KU: sakit sedang Inj. Citicoline 500mg
Furosemide 1cc/g – 2 amp
TD : 178/90 mmHg
Nefedipine 1x20gm
HR: 103 x/menit Asam Folat 2x1
RR: 20 x/menit
ACC PBJ
-. Stroke Attack
-. Hipertensi Stage II +
Anemia
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset
menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak
atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau
minum kopi.1
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi
esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk
membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang
diketahui. Menurut The Seventh Report of The Point National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII)
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,
prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.2
3.2 Etiologi
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat
tertentu, stress akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling
umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko
relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.4
15
16
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur,
jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres,
obesitas dan nutrisi.2
a. Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi.1 Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi
esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.5
b. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau
sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi
pada orang yang bertambah usianya.6 Hipertensi merupakan penyakit
multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan
bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45
tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan
zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai
dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai decade
kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan
umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah
yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang,
sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus menurun.7
c. Jenis Kelamin
16
17
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.8 Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol
HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya
proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita
mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.7
d. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk
wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar
internasional).8 Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya
resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem
renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi
energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial
menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan darah
secara terus menerus.8
e. Pola Asupan Garam Dalam Diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari. 9
17
18
f. Merokok
18
19
3.3 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi
gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit
jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit
ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di
Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia 3
. Semakin
meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah 2. Diperkirakan sekitar 80 % kenaikan
kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639
juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan
penduduk saat ini.3
19
20
3.5 Klafikasi
3.6 Patofisiologi
20
21
21
22
22
3.8 Penatalaksanaan
23
24
mmHg untuk pasien dengan penyakit ginjal kronik dan diabetes, dan < 125/75
mmHg untuk pasien dengan > 1 g proteinuria.2
24
25
risiko penyakit jantung secara keseluruhan. Meskipun dampak intervensi gaya hidup
pada tekanan darah akan lebih terlihat pada orang dengan hipertensi, dalam
percobaan jangka pendek, penurunan berat badan dan pengurangan NaCl diet juga
telah ditunjukkan untuk mencegah perkembangan hipertensi. Pada penderita
hipertensi, bahkan jika intervensi tersebut tidak menghasilkan penurunan tekanan
darah yang cukup untuk menghindari terapi obat, jumlah obat atau dosis yang
dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah dapat dikurangi. Modifikasi diet yang
efektif menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan, mengurangi
asupan NaCl, meningkatkan asupan kalium, mengurangi konsumsi alkohol, dan pola
diet yang sehat secara keseluruhan.2
Mencegah dan mengatasi obesitas sangat penting untuk menurunkan tekanan
darah dan risiko penyakit kardiovaskular. Rata-rata penurunan tekanan darah 6,3/3,1
mmHg diobseravsi setelah penurunan berat badan sebanyak 9,2 kg. Berolah raga
teratur selama 30 menit seperti berjalan, 6-7 perhari dalam seminggu, dapat
menurunkan tekanan darah. Ada variabilitas individu dalam hal sensitivitas tekanan
darah terhadap NaCl, dan variabilitas ini mungkin memiliki dasar genetik.
Berdasarkan hasil meta-analisis, menurunkan tekanan darah dengan membatasi
asupan setiap hari untuk 4,4-7,4 g NaCl (75-125 meq) menyebabkan penurunan
tekanan darah 3.7-4.9/0.9-2.9 mmHg pada hipertensi dan penurunan lebih rendah
pada orang darah normal. Konsumsi alkohol pada orang yang mengkonsumsi tiga
atau lebih minuman per hari (minuman standar berisi ~ 14 g etanol) berhubungan
dengan tekanan darah tinggi, dan penurunan konsumsi alkohol dikaitkan dengan
penurunan tekanan darah. Begitu pula dengan DASH (Dietary Approaches to Stop
Hypertension) meliputi diet kaya akan buah-buahan, sayuran, dan makanan rendah
lemak efektif dalam menurunkan tekanan darah.2
25
26
26
27
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap, dan
target tekanan darah tercapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan
untuk menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang
memberikan efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan apakah memulai
terapi dengan satu jenis obat antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung pada
tekanan darah awal dan ada tidaknya komplikasi. Jika terapi dimulai dengan satu
jenis obat dan dalam dosis rendah, dan kemudian tekanan darah belum mencapai
target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis obat tersebut, atau
berpindah ke antihipertensif lain dengan dosis rendah. Efek samping umumnya bisa
dihindari dengan menggunakan dosis rendah, baik tunggal maupun kombinasi.
Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai
target tekanan darah, tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan
dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang harus diminum
bertambah.3
Kombinasi obat yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien adalah:
a. CCB dan BB
b. CCB dan ACEI atau ARB
c. CCB dan diuretika
d. AB dan BB
e. Kadang diperlukan tiga atau empat kombinasi obat
27
28
28
29
29
30
3.9 Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.19
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang
sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal
ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi, yaitu: 20
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal,
jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat
mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
30
31
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika
kadar sel darah merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung hemoglobin,
yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat menyebabkan berbagai
komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada organ tubuh. Anemia sebenarnya
adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan penyakit itu sendiri. Anemia sering
disebut kurang darah yaitu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari normal (<12gr/dL) yang berakibat pada daya tahan tubuh, kemampuan dan
konsentrasi belajar, kebugaran tubuh, menghambat tumbuh kembang dan akan
membahayakan kehamilan pada wanita.
31
32
Anemia dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, karena jumlah sel
darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen ke
setiap jaringan dalam tubuh. Anemia ringan biasanya tidak menimbulkan gejala
apapun, tetapi anemia secara perlahan terus-menerus (kronis), tubuh dapat
beradaptasi dan mengimbangi perubahan dalam hal ini mungkin tidak ada gejala
apapun sampai anemia menjadi lebih berat.
1. Kelelahan
2. Penurunan energi
3. Kelemahan
4. Sesak nafas
5. Tampak pucat
B. Anemia Berat
1. Perubahan warna tinja termasuk tinja hitam dan lengket dan berbau
busuk, berwarna merah atau tampak berdarah jika anemia karena
kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
32
33
7. Kesemutan
C. Penyebab Anemia
Kebutuhan besi pada sumsum tulang untuk membuat sel-sel darah merah.
Iron memainkan peranan penting dalam struktur yang tepat dari molekul
hemoglobin. Jika asupan bsei terbatas atau tiak memadai karena asupan diet
yang buruk, anemia dapat terjadi hal ini disebut anemia kekurangan zat besi.
33
34
34
35
BAB IV
ANALISIS KASUS
35
36
36
37
37
38
BAB V
38
39
KESIMPULAN
39
DAFTAR PUSTAKA
40
41
41
42
19. Susalit E, Kapojos EJ, Lubis HR. Hipertensi Primer Dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Edisi III, Jilid II, Jakarta: Balai Penerbit FKUI. [Accesed On
November 2022]
20. Ridjab DA. Pengaruh Aktifitas Fisik Terhadap Tekanan Darah. Majalah
Kedokteran Atmajaya, Volume 4, Nomor 2 2010. hal.73. [Accesed On
November 2022]
42