Anda di halaman 1dari 5

No absen : 5

Nama : Inna Setia Respati


Jawaban Soal 3c (Soal Hots)
1. a. Kejelasan
Komponen kejelasan ini berkaitan dengan bagaimana guru dapat menyampaikan
informasi kepada siswa mengenai isi tema yang dipelajari dengan jelas. Kejelasan ini
biasanya menyangkut hal-hal sebagai berikut.
1) Kelancaran dan kejelasan ucapan dalam berbicara
2) Susunan kalimat yang digunakan
3) Penggunaan istilah
b. Penggunaan Contoh dan Ilustrasi
Penggunaan contoh dan ilustrasi memiliki peran .g sangat menentukan kualitas suatu
penjelasan.
Mengingat pentingnya penggunaan contoh dan ilustrasi ini dalam penyampaian suatu
penjelasan maka guru perlu memiliki perbendaharaan yang banuak mengenai contoh-
contoh dan ilustrasi yang berkaitan dengan tema-tema yang akan di pelajari siswa.
Cara penyajian contoh dan ilustrasi bisa dilakukan diawal suatu penjelasan, pada saat
memberikan penjelasan, atau bisa juga dilakukan di akhir suatu penjelasan
c. Pemberian Tekanan
Pemahaman siswa terhadap apa yang dijelaskan sering dipengaruhi oleh
kekurangmampuan guru dalam menetapkan materi-materi inti dan keterkaitan dari
tema yang dibahas. Misalnya dalam memberikan penjelasan, guru berbicara panjang
lebar tentang hal-hal yang sebenarnya tidak berkaitan dengan materi inti yang
dijelaskan.
d Umpan Balik
Untuk mengetahui apakah para siswa telah memahami apa yang telah dijelaskan, guru
perlu memperoleh balikan atau umpan balik dari siswa. Untuk memperoleh balikan
tersebut, pada saat memberikan penjelasan, hendaknya meluangkan waktu untuk
senantiasa mengecek pemahaman siswa, misalnya dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang telah dijelaskan. Dengan cara seperti ini
guru akan mendapatkan balikan dari jawaban-jawaban yang disampaikan Siswa.
Selain Itu, untuk memperoleh balikan bisa juga dengan cara mengamati ekspresi
wajah siswa setelah mendengarkan penjelasan guru.

2. 1) Variasi Gaya Mengajar


Variasi ini meliputi variasi suara, gerakan anggota badan, dan variasi perpindahan
posisi guru dalam kelas. Bagi siswa, variais tersebut dilihat sebagai sesuatu yang
energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevansi dengan hasil
belajar. Perilaku guru dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan
mempertinggi komunikasi anatara guru dan anak didik, menarik perhatian anak didik,
menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memeberi stimulasi.
2) Variasi Media dan Bahan Ajaran
Tiap anak didik mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran
maupun penglihatannya, dan kemampuan berbicara. Dengan variasi penggunaan
media, kelemahan indra yang dimiliki tiap anak didik, misalnya guru dapat memulai
dengan berbicara terlebih dahulu, kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan
dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi
terhadap indra anak didik.
3) Variasi Interaksi
Menurut (Abdul Majid:2013) Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi
guru dengan anak didik dalam kegiatan belajar-mengajar sangat beraneka ragam.
Penggunaan variasi pola interkasi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan,
kejenuhan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam
mencapai tujuan.
4) Variasi dalam kegiatan pembelajaran
1. Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran.
2. Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar.
3. Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi.
4. Variasi dalam interaksi dan kegiatan peserta didik.

3. A. Penguatan adalah segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi


tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan
informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atas responnya yang diberikan
sebagai suatu dorogan atau koreksi.
B. a. Penguatan verbal
Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan melalui kata-kata yang
diucapkan oleh guru baik kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata koreksi.
Dengan kata-kata yang diucapkan dan diberikan oleh guru itu siswa akan merasa
tersanjung dan berbesar hati serta merasakan aktualisasi dirinya diakui oleh guru dan
teman-temannya, sehingga ia akan merasa puas dan terdorong untuk lebih aktif dan
produktif dalam belajar. Penguatan verbal biasanya diutarakan dengan menggunakan
kata-kata pujian, penghargaan persetujuan,   dan sebagainya. Misalnya: "pintar
sekali", "bagus", "betul",  "seratus buat Nani".
b. Penguatan non verbal
Penguatan nonverbal merupakan penguatan yang diberikan oleh guru melalui
ungkapan bahasa isyarat dengan menggunakan bahasa tubuh. Misalnya melalui
acungan jempol tanda atau anggukan kepala tanda setuju, gerakan telapak tangan ke
kiri dan ke kanan serta gelengan kepala tanda tidak setuju, dan lain sebagainya. Selain
itu penguatan nonverbal juga bisa dilakukan dengan gerakan mendekati siswa,
melakukan sentuhan menepuk-nepuk bahu siswa atau menjabat tangan siswa setelah
siswa memberikan respons yang baik. Penguatan kepada siswa oleh guru dapat juga
dilakukan melalui pemberian kegiatan dan tugas-tugas yang menyenangkan, misalkan
siswa yang memiliki kemampuan berpidato diberi kesempatan untuk menyampaikan
kata sambutan dalam acara tertentu di sekolah. Penguatan ini meliputi beberapa hal,
seperti: 1) penguatan berupa gerakan mimik dan badan, misalnya: acungan jempol,
senyuman, kerut kening, wajah cerah. 2) penguatan dengan cara mendekati, misalnya:
guru duduk dekat siswa, berdiri di samping siswa, berjalan dl sisi siswa. 3) pengaturan
dengan kegiatan menyenangkan. dalam hal ini guru dapat menggunakan kegiatan-
kegiatan yang disenangi Oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya, apabila siswa dapat
menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta untuk membantu
teman Iainnya. 4) penguatan berupa simbol dan benda, misalnya kartu bergambar
lencana, bintang dari plastik. 5) penguatan tak penuh, yang diberikan apabila siswa
memberi jawabannya sebagian yang benar. Dalam hal ini guru tidak boleh langsung
menyalahkan siswa, tetapi sebaiknya memberikan penguatan tak penuh, misalnya ”ya,
jawabanmu sudah baik, tetapi masih dapat sempurnakan" sehingga siswa tersebut
mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapat dorongan
untuk menyempurnakannya.
c. Bentuk penguatan yang pernah saya lakukan adalah penguatan verbal dan
penguatan non verbal

4. A. Apa yang harus dilakukan seorang guru agar suasana pembelajaran aktif dan
kreatif ? jawab :
a. Guru harus konsisten dengan waktu pembelajaran
b. Berikanlah materi pelajaran sesuai dengan silabus dan RPP
c. Pemilihan metode / model pembelajaran kerja kelompok
d. Gunakan sumber belajar bisa berupa buku / alat

B. 4C Pembelajaran Abad 21: critical thinking, creativity, collaboration, dan


communication.
1. Critical Thinking (Keterampilan Berpikir Kritis)
Tujuan utama dari kemampuan berpikir kritis atau critical thinking adalah
mengarahkan anak untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving). Pola pikir
yang kritis juga perlu diterapkan agar anak dapat melatih diri untuk mencari
kebenaran dari setiap informasi yang didapatkannya.
2. Creativity (Keterampilan Berpikir Kreatif)
Creativity tidak selalu identik dengan anak yang pintar menggambar atau
merangkai kata dalam tulisan. Anak-anak yang memiliki kreativitas tinggi mampu
berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif. Hasilnya,
mereka akan berpikiran lebih terbuka dalam menyelesaikan masalah.
3. Collaboration (Keterampilan Bekerja Sama atau Berkolaborasi)
Collaboration adalah aktivitas bekerja sama dengan seseorang atau beberapa orang
dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. Aktivitas ini
penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar anak mampu dan siap untuk
bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang. Saat berkolaborasi
bersama orang lain, anak akan terlatih untuk mengembangkan solusi terbaik yang bisa
diterima oleh semua orang dalam kelompoknya.
4. Communication (Keterampilan Berkomunikasi)
Communication dimaknai sebagai kemampuan anak dalam menyampaikan ide dan
pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif. Keterampilan ini terdiri dari sejumlah sub-
skill, seperti kemampuan berbahasa yang tepat sasaran, kemampuan memahami
konteks, serta kemampuan membaca pendengar (audience) untuk memastikan
pesannya tersampaikan.

5. # Penerapan bentuk-bentuk penilaian alternatif pada ketiga ranah tersebut dapat


diuraikan sebagai berikut.
a. Penerapan Bentuk Penilaian Alternatif dalam Ranah Kognitif
Penjelasan mengenai penerapan bentuk penilaian alternatif dalam aspek kognitif ini
akan diuraikan melalui pemberian contoh pengajaran menulis sebagai berikut.
Kompetensi Dasar :
Merulis Deskripsi (untuk Kelas V SD) .
Indikator :
Siswa memahami cara menulis karangan deskripsi dengan ejaan yang benar serta
mengomunikasikan ide atau pesan secara tertulis.
Isi/Keterampilan :
Aspek kognitif (K1, K2, K3, K4, K5, K6).
Bentuk penilaian alternatif yang dapat dipilih:
1) Cuplikan Kerja
2) Observasi
3) Wawancara
4) Portofolio
5) Catatan Sekolah
6) Catatan Anekdotal
b. Penerapan Penilaian Alternatif
Dalam Ranah Afektif Dalam pengajaran Bahasa Indonesia, aspek afektif juga perlu
diperhatikan. Variabel afektif tersebut meliputi sikap (attitudes), minat, motivasi, nilai
(values), pilihan, konsep diri, dan kendali kontrol. Melakukan penilaian ranah afektif
lebih sukar karena masalahnya lebih sukar dan abstrak. Karena itu, di samping tes
hendaknya dilakukan pula dengan teknik nontes dengan menggunakan bentuk
penilaian alternatif.
c. Penerapan Penilaian Alternatif dalam Ranah Psikomotor
Psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan gerak tubuh, mulai dari yang
sederhana (gross) sampai pada gerak yang terkoordinasi (finely coordinated). Tahap-
tahap dalam aspek ini meliputi persepsi, gerakan terbimbing, terbiasa, gerakan
kompleks, penyesuaian pola gerak, dan kreativitas. Keterampilan psikomotor juga
dapat dinilai dengan teknik tes dan nontes. Bentuk penilaian alternatif yang cocok
untuk ranah ini adalah observasi, wawancara, cuplikan kerja, catatan harian, dan
angket.
# Bentuk Penilaian Konvensional
Teknik penilaian konvensional bentuk tes juga digunakan dalam penilaian
pembelajaran terpadu. Teknik ini meliputi: (1) tipe tes objektif yang mencakup tipe
pilihan berganda, benar-salah, menjodohkan, dan isian singkat.
(2) yaitu tipe tes subjektif mencakup essay,
Kedua teknik di atas mengacu pada system scoring. Istilah pengganti objective type
yang sering dipakai adalah Selected Response Assessment (SRA). Teknik ini masih
dipakai karena :
a. SRA bisa mengukur ranah kognisi tingkat awal (knowledge, memorization,
comprehension).
b. SRA lebih mudah dipakai secara masal (nasional, regional).
c. Banyak SRA yang dikembangkan oleh lembaga testing dan dijual bebas.
Namun demikian, dalam pelaksanaannya, SRA memiliki kelemahan yakni tidak
semua ranah terutama yang kompleks dan afektif dapat diukur dengan tepat oleh
SRA. Sumber kelemahan SRA ini dapat berupa salah target yang dites (content
validity), salah memilih bentuk tes, kualitas tes item rendah, dan kesalahan scoring.
Untuk menghindari hal ini, dalam penyusunannya guru disarankan mengajak siswa
untuk mempertimbangkan isi tes dan bentuk tes yang akan dipakai.

Anda mungkin juga menyukai