Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Saat ini, praktik perawat komunitas dan kebanyakan para pekerja
komunitas di seluruh dunia dilandasi oleh konsep kemitraan, kerja sama, dan
pemberdayaan. Bersama pihak terkait lainnya dalam komunitasnya, mereka
berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai sehat untuk semua.
Tujuan mereka hanya dapat dicapai manakah hak asasi semua pihak,
khususnya para wanita, anak-anak serta semua orang yang terpinggirkan dan
lemah ditingkatkan dan dilindungi. Dengan kata lain, perawat komunitas
mengarahkan upaya-upaya mereka untuk mencapai tujuan ini, perawat
komunitas sangat memahami bahwa berbagai upaya peningkatan kesehatan
seharusnya didasarkan pada konteks yang lebih luas pada aspek sosial
ekonomi untuk masyarakat setempat, regional, maupun untuk masalah dan isu
global (Elizabeth, 2006).
Kehamilan merupakan bertemunya sel sperma dengan bertemunya sel
sperma berkembang menjadi janin, syarat terjadinya kehamilan adalah
bertemunya sel sperma dengan sel ovum (fertilisasi) terjadinya nidasi dan
tertanamnya hasil fertilisasi dilapisan endometrium, adanya plasenta atau
pembentukan plasenta dan lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40
minggu / 9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT. (Sarwono, 2006).
Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual-muntah
berlebihan dan telah menganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan
elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar 5%.
Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk pengobatan
psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan medikamentosa
khusus (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di

62
Pakistan dan 1,9% di Turki. Literatur juga menyebutkan bahwa perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan.
Pendidikan kesehatan dilakukan dalam berbagai upaya pelayanan
kesehatan, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pendidikan
kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal baik fisik, mental dan sosial, masyarakat harus
mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi dan memenuhi kebutuhan mereka
serta mampu mengubah dan memodifikasi lingkungan baik fisik, sosial
maupun budaya (Notoatmodjo, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kehamilan?
2. Bagaimana definisi kehamilan?
3. Bagaimana perubahan fisiologis kehamilan?
4. Bagaimana perubahan psikologis pada saat kehamilan?
5. Bagaimana tanda komplikasi potensial per trimester?
6. Bagainama perkembangan janin?
7. Bagainama tes laboratorium pada periode prenatal?
8. Bagaimana definisi hiperemesis gravidarum?
9. Bagaimana etiologi hiperemesis gravidarum?
10. Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum?
11. Bagaimana manifestasi klinis hiperemesis gravidarum?
12. Bagaimana epidemiologi hiperemesis gravidarum?
13. Bagaimana dampak hiperemesis gravidarum?
14. Bagaimana pemeriksaan diagnostik penatalaksanaan dan hiperemesis
gravidarum?
15. Bagaimana komplikasi dan pencegahan hiperemesis gravidarum?
16. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas ibu hamil?
17. Bagaimana pendidikan kesehatan pada kelompok ibu hamil?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kehamilan.
2 Untuk mengetahui definisi kehamilan.

62
3 Untuk mengetahui perubahan fisiologis kehamilan.
4 Untuk mengetahui perubahan psikologis pada saat kehamilan.
5 Untuk mengetahui tanda komplikasi potensial per trimester.
6 Untuk mengetahui perkembangan janin.
7 Untuk mengetahui tes laboratorium pada periode prenatal.
8 Untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum.
9 Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum.
10 Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum.
11 Untuk mengetahui manifestasi klinis hiperemesis gravidarum.
12 Untuk mengetahui epidemiologi hiperemesis gravidarum.
13 Untuk mengetahui dampak hiperemesis gravidarum.
14 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik penatalaksanaan dan
hiperemesis gravidarum.
15 Untuk mengetahui komplikasi dan pencegahan hiperemesis gravidarum.
16 Untuk mengetahui asuhan keperawatan komunitas ibu hamil hiperemesis.
17 Memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ibu hamil yg
mengalami hiperemesis gravidarum.

62
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kehamilan


2.1.1 Definisi Kehamilan
Masa kehamilan adalah masa dimana dimulainya konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari 40 minggu atau
9 bulan 7 hari dihitung dari pertama haid terakhir (Wiknyosastro, 2005).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin.Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi
3 triwulan yaitu triwulan 1 dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
triwulan II dari bulan ke 4 sampai ke 6 bulan, triwulan ke III dari bulan
ke 7 sampai ke 9 bulan. (Saifuddin, 2002).
Kehamilan merupakan bertemunya sel sperma dengan bertemunya
sel sperma berkembang menjadi janin, syarat terjadinya kehamilan
adalah bertemunya sel sperma dengan sel ovum (fertilisasi) terjadinya
nidasi dan tertanamnya hasil fertilisasi dilapisan endometrium, adanya
plasenta atau pembentukan plasenta dan lamanya kehamilan normal
adalah 280 hari (40 minggu / 9 bulan 7 hari) dihitung dari HPHT.
(Sarwono, 2006).
Dari beberapa definisi diatas penulis menarik kesimpulan bahwa
kehamilan adalah bertemunya sel sperma dan sel ovum, tertanam dalam
cavum uteri yang menjadi konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan dimana janin dilahirkan dengan spontan dalam usia aterm
tidak lebih dari 43 minggu.

Tanda kehamilan

Waktu (usia gestasi) Tanda Penyebab lain yang


mungkin
Tanda presumsi

3-4 minggu Perubahan payudara. Perubahan


pramenstruasi,

62
kontrasepsi oral.

Stres, latihan fisik yang


Amenore.
4 minggu aktif, menopause dini,
masalah-masalah
endokrin, mal-nutrisi.

Virus di saluran cerna,


4-14 minggu Mual, muntah.
keracunan makanan.

Sering berkemih. Infek, tumor pada pelvis.


6-12 minggu
Keletihan. stres, penyakit
12 minggu
Quickening. gas, peristalsis.
16-20 minggu

Tanda kemungkinan Tanda goodell. Kongesti pelvis


5 minggu Tanda Chadwick. Kongesti pelvis
6-8 minggu
Kongesti pelvis
Tanda Hegar.
6-12 minggu Mola hidatidosa,
4-12 minggu Tes kehamilan positif (serum). koriokarsinoma
Hasil positif palsu dapat
Hasil positif terhadap tes
6-12 minggu disebabkan infeksi pada
kehamilan (urine).
pelvis, tumor.
Mioma, tumor lain
16 minggu Kontraksi braxton hicks.
Tumor, polip servikal
ballotement
16-28 minggu
Tidak ada penyebab lain.
Tanda positif Visualisasi janin melalui
5-6 minggu
pemeriksaan ultrasound
Visualisasi janin melalui
16 minggu
Pemeriksaan sinar-X
Denyut jantung janin dideteksi
6 minggu
dengan ultrasound denyut
jantung dideteksi dengan
10-17 minggu
menggunakan ultrasound.
Doppler, stetoskop

62
17-19 minggu Denyut jantung janin di deteksi.
dengan menggunakan stetoskop
janin
Gerakan janin terpalpasi
19-22 minggu Gerakan janin terlihat
Kehamilan tahap lanjut

2.1.2 Perubahan Fisiologis Kehamilan


Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh system genitalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar  sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam
perkembangannya mengeluarkan hormone somatomamotropin,
estrogen dan progesterone yang menyebabkan perubahan pada :
1. Rahim atau Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi
seberat 1000 garm saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami
hyperplasia  dan hipertrofi menjadi lebi besar lunak, dan dapat
mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

Perubahan pada isthmus uteri (rahim) yang menyebabkan


isthmus menjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada
pemeriksaan dalam seolah – olah kedua jari dapat saling bersentuh.
Perlunakkan isthmus disebut dengan “ Tanda Hegar “. Hubungan
besarnya rahim dan tuanya kehamilan penting untuk diketahui
karena kemungkinan penyimpangan kehamilan seperti kehamilan
ganda, molahidatodosa, hamil dengan hidramnion yang akan teraba
lebih besar.
Sebelum bulan ketiga, fundus uteri belum dapat diraba dari luar.
a) Akhir bulan ke-3 (12 minggu), TFU 1-2 jari atas symphysis
b) Akhir bulan ke-4 (16 minggu), TFU pertengahan symphysis-
pusat

c) Akhir bulan ke-5 (20 minggu), TFU 3 jari dibawah pusat

62
d) Akhir bulan ke-6 (24 minggu), TFU setinggi pusat

e) Akhir bulan ke-7 (28 minggu), TFU 3 jari diatas pusat

f) Akhir bulan ke-8 (32 minggu), TFU pertengahan prosesus


xifoideus – pusat

g) Akhir bulan ke-9 (36 minggu), TFU 3 jari dibawah prosesus


xifoideus

h) Akhir bulan ke-10 (40 minggu), TFU pertengahan prosesus


xifoideus

2. Vagina (Liang Senggama)


Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena
pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiru- biruan
(Tanda Chadwicks).
3. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai
persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara
tidak dapat dilepaskan  dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu
estrogen, progesterone, dan somatomammotropin.
Fungsi hormone mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI.
a. Estrogen berfungi :
 Menimbulkan hipertrofi system saluran payudara
 Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam ehingga
payudara tampak makin besar
 Tekanan saraf akibat penimbunan lemak, air, dan garam
menyebabkan rasa sakit pada payudara.
b. Progesteron berfungsi :
 Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi
 Menambah jumlah sel asinus
c. Somatomammotropin berfungsi :
 Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan
laktoglobulin.

62
 Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.
 Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan
 Sirkulasi Darah Ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor :


1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi
kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulalsi
retro-plasenter

3) Pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin meningkat

Akibat dari factor tersebut dijumpai bebrapa perubahan peredaran darah


a. Volume Darah
Volume darah makin menuingkat dimana jumlah serum darah
lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam
pengeceran darah (Hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil
32 minggu.
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat
mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel
darah tidak seimbang dengan peningkatan volum darah sehingga
terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah merah
meningkat jumlahnya, namun pertambahan volume lebih banyak dari
sel darah. Sel darah merah (Erythrocyt 3,5 juta/ml, Leucocyt 8.000-
10.00/ml).
b. Sistem Respirasi
Dalam kehamilan kegiatan paru-paru bertambah, karena selain
untuk memenuhi kebutuhan ibu, juga harus mencukupi juga kebutuhan
O2 janin. Desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar
pada  usia kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasinya ibu merasa
sesak napas pada kehamilan trimester III.
c. Traktus Urinaria

62
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi
pada hamil tua terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering buang air
kecil. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa
penuh.

d. Sistem Pencernaan.
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang
dapat menyebabkan :
 Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivalis)
 Daerah lambung terasa panas
 Terjadi mual dan sakit / pusing kepala terutama pagi hari, yang
disebut morning sickness
 Muntah yang terjadi disebut emesis grvidarum
 Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari – hari,
disebut hiperemesis gravidarum
 Progesterone menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat
menyebabkan obstipasi.
e. Perubahan Pada Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi
karena pengaruh melanhopore stimulating hormone lobus hipofisis
anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hal ini terjadi pada strie
gravidarum lividae atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea
nigra, pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi
ini akan hilang.
f. Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami
perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.
Perubahan metabolisme adalah :
 Metabolisme basal naik sebesar 15 % sampai 20 % dari semula,
terutama pada  trimester ketiga.

62
 Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq
menjadi 145 mEq perliter disebabkan hemodilusi darah dan
kebutuhan mineral yang dibutuhkan janin.
 Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan
perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan
persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar
½ gr/kg BB atau sebutir telur ayam sehari.
 Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein
 Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil
Berat badan ibu hamil bertambah, berat ibu hamil bertambah
antara 6,5 sampai 16,5 kg selama hamil atau terjadi kenaikan berat
badan sekitar ½ kg/ minggu. (Manuaba, 1998).

2.1.3 Perubahan Psikologis Pada Saat Kehamilan


1. Trimester I
Timbul rasa mual-mual pada pagi hari, lelah, banyak ibu yang
merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.
Seringkali awal kehamilan ibu berharap untuk tidak hamil. Setiap
perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan
dengan seksama dan biasanya gairah seks lebih tinggi.
2. Trimester II
Ibu merasa sehat dan nyaman karena kehamilannya, ibu sudah
merasakan gerakan bayinya. Ibu mulai merasakan kehadiran
bayinya dan ibu sudah merasa terlepas dari rasa cemas.
3. Trimester III
Ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya, ibu
merasa takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak
normal. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit saat melahirkan dan
keluarga mulai menduga-duga bayinya laki-laki atau perempuan
serta akan mirip siapa. Trimester ketiga sering disebut sebagai
periode penungguan yang waspada, karena wanita tersebut sadar
terhadap kehadiran bayinya sebagai sesuatu yang terpisah, ia

62
menjadi tidak sabar menunggu kedatangan bayinya. Terdapat rasa
gelisah bahwa bayi tersebut akan datang setiap saat.

Tanda Komplikasi Potensial Per Trimester

Trimester pertama Kemungkinan penyebab


Tanda/gejala
a. Muntah-muntah berat a. Hiperemisis gravidarum
b. Menggigil, demam b. Infeksi
c. Rasa terbakar saat berkemih c. Infeksi
d. Diare d. Infeksi
e. Kram abdomen, perdarahan e. Aborsi spontan, keguguran
pervagina
Trimester kedua dan ketiga Kemungkinan penyebab
Tanda /gajala
a. Muntah-muntah berat dan a. Hiperemisis gravidarum
persistem
b. Rabas cairan amnion dari b. Ruptur mambran
vagina
c. Perdarahan per vagina, nyeri c. Keguguran, terlepasnya plasenta
abdomen yang berat
d. Mengigil, demam, rasa terbakar d. Infeksi
saat berkemih, diare
e. Perubahan pada gerakan janin; e. Bahaya janin atau kematian janin
tidak ada gerakan janin setelah intrauterin
quickening,terdapat perubahan
pola atau jumlah gerakan yang
tidak lazim.
f. Persalinan prematur
f. Kontraksi uterus
g. Kondisi-kondisi hipertensi, KIH
g. Gangguan pengelihatan:
penglihatan kabur, penglihatan
h. Kondisi-kondisi hipertensi, KIH
ganda, atau adanya bintik
h. Wajah atau jari-jari dan daerah
i. Kondisi-kondisi hipertensi, KIH
sekitar sekrum bengkak.
j. Kondisi-kondisi hipertensi, KIH
i. Sakit kepala: berat, sering, atau
k. Kondisi-kondisi hipertensi, KIH
kontinu.
l. Diabetes melitus gestasional
j. Iribilitas atau konvulsi otot
k. Nyeri epigastrik (dipersepsikan

62
sebagai nyeri lambung yang
berat)
l. Glukosuria, hasil tes toleransi
glukosa yang positif

Perkembangan Janin
1. Perkembangan janin pada usia 13 minggu.
 Deferensiasi jaringan  Ginjal menyekresikan
komplet saat periode urine.
organogenesis berakhir  Usus halus kembali ke
 Janin tampak seperti abdomen.
manusia.  Panjang kepala adalah satu
 Jenis kelamin eksterna pertiga panjang badan
janin dapat dikenali. total.
 Rangka mengalami  Panjang badan : 9 cm
osifikasi.  Berat badan : 15 gram
 Bakal gigi membentuk.  Kerentanan janin untuk
 Kerja pernapasan terlihat mengalami malformasi
 Insulin disekresikan (sejak yang disebabkan oleh
minggu ke-8). agens-agens teratogenik
menurun setelah usia

gestasi 8-10 minggu.


2. Perkembangan janin pada usia 26 minggu
 Mampu hidup pada usia 24 halus dan verniks
minggu menutupi kulit.
 Gerakan janin terlihat jelas  Kelopak mata masi
 Denyut jantung janin menyatu.
terlihat jelas  Kelopak mata masi
 Rambut di kulit kepala, menyatu.
alis, dan bvulu mata telah  Kulit berwarna merah,
terbentuk, dan lanugo yang mengkilat, dan tipis.

62
 Wajah berkerut, tampat  Panjang badan 600 gr.
seperti “wajah orang yang  Uterus berada sejajar atau
tua”. sedikit diatas umbilikus

3. Perkembangan janin pada usia 40 minggu


 Nutrisi dan imunoglobulin  Kontur tubuh padat.
ibu disimpan.  Verniks berkurang.
 Lemak subkutan di  Panjang rambut pada kulit
simpan. kelapa 2 sampi 3 cm.
 Besi, nitrogen, dan  Tulang rawan pada hidung
kalsium disimpan dalam dan telinga terbentuk
jumlah yang berlebihan. sempurna.
 Pada pria: testes didalam  Panjang janin ialah 45-55
skrotum yang sangat cm.
keriput  Berat janin 3400 gr (rata-
 Pada wanita: labia telah rata).
terbentuk dengan  Tinggi fundus di bawah
sempurna dan menutupi xifoideus setelah ligtening
vestibula. (sensasi menu runnya
 Pada umumnya, lanugo ketegangan perut karena
telah lepas, kecuali pada turunnya uterus ke rongga
kedua bahu. pelvis)

Tes laboratorium pada periode pranatal


Tes laboratorium Tujuan

1. Hemoglobin/ hematokrit/SPD, 1. Mendeteksi anemia dan infeksi.


diferensial.
2. Hemoglobin elektroforesis. 2. Mengidentifikasi hemoglobinopati
(misalnya, anemia sel sabit,
talasemia).
3. Tipe darah, Rh, antibodi tidak 3. Mengidentifikasi janin-janin yang
teratur. beresiko mengalami eritroblastosis
fetalis atau hiperbilirubinemia pada

62
periode neonatus.

4. Titer rubela. 4. Menentukan imunitas terhadap rubela.

5. Tes kulit tuberkulin; foto dada 5. Skrining penduduk yang berisiko


setelah usia kehamilan 20 minggu tinggi terpajan tuberkulosis.
pada wanita dengan tes tuberkulin
reaktif.
6. Urinalisis, termasuk pemeriksaan 6. Mengidentifikasi individu yang
mikroskopik sedimen urine; pH, dicurigai menderita diabetes melitus,
berat jenis, warna, glikosa, penyakit ginjal, penyakit hipertensi
albumin, protein, SDM, SDP, pada kehamilan, infeksi, atau
silinder, aseton, hCG. kehamilan.
7. Kultur urine. 7. Mengidentifikasi bakteriuria
asimptomatik.
8. Tes fungsi ginjal: BUN, kreatinin, 8. Mengevaluasi tingkat kemungkinan
elektrolit, bersihan kreatinin, gangguan ginjal pada wanita yang
ekskresi protein total. memiliki riwayat diabetes, hipertensi,
atau penyakit ginjal.
9. Tes papanikolaou. 9. Skrining adanya neoplasia intraepitel
pada serviks dan virus herpes
simpleks tipe 2.
10. Smear vaginal atau rektal untuk
Neisseria gonorrhoeae, 10. Skrining penduduk yang berisiko
chlamydia, HPV, streptococcus tinggi mengidap infeksi asimptomatik.
kelompok B.
11. VDL/FTA-ABS. 11. Mengidentifikasi sifilis yang tidak
diobati.
12. Antibodi HIV, antigen permukaan 12. Skrining adanya infeksi.
hepatitisB, toksoplasmosis.
13. Toleransi glukosa satu-jam. 13. Skrining adanya deabetes kehamilan :
dilakukan pada kunjungan awal pada
wanita yang memiliki faktor resiko ;
dilakukan pada minggu ke-28 pada
semua wanita.
14. Toleransi glukosa satu-jam. 14. Skrining untuk menemukan diabetes
pada wanita yang mengalami
peningkatan kadar glukosa satu jam
setelah tes; kadar glukosa puasa harus
meningkat atau kadar glukosa harus
meningkat atau kadar glukosa harus
meningkat dalam dua kali
pemeriksaan secara berturut-turut
supaya diagnosis dapat ditegakkan.
15. Pemeriksaan jantung : EKG, film 15. Mengevaluasi fungsi jantung pada
sinar-x dada, ekokardiogram. wanita yang memiliki riwayat
hipertensi atau penyakit jantung.

62
Penyulit yang terjadi pada masa kehamilan trimester I adalah:
1. Hiperemesis gravidarum. Mual-muntah berlebihan dan telah menganggu
aktivitas sehari-hari.
2. Perdarahan nidasi. Proses nidasi blastosis ke dalam endometrium akan
menimbulkan perlukaan pada jaringan endometrium. Kadang-kadang
perlukaan tersebut menimbulkan perdarahan per vaginam (tanda Hartman).
3. Abortus. Pemeriksaan USG sangat bermanfaat pada kejadian abortus, untuk
menilai keadaan mudigah/janin, serta luasnya daerah perdarahan intrauterin.
4. Kehamilan anembrionik. Kehamilan patologik, dimana janin tidak terbentuk
sejak awal.
5. Mola hidatidosa. Pada kehamilan trimester I gambaran mola hidatidosa tidak
spesifik, pada kehamilan trimester II gambaran mola hidatidosa lebih spesifik.
Sehingga seringkali sulit dibedakan dari kehamilan anembrionik, missed
abortion, abortus inkompletus, atau mioma uteri.
6. Kehamilan ektopik. Pada kehamilan normal, struktur kantong gastasi
intrauterin dapat di deteksi mulai kehamilan 5 minggu, dimana diameternya
sudah mencapai 5-10 mm.
Penyulit pada masa kehamilan pada trimester II adalah:
1. Pre-eklamsia dan eklamsia. Pre-eklamsia: Penyakit dengan tanda-tanda
hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. E klamsia:
Timbul serangan kejang diikuti oleh koma.
2. Plasenta previa. Plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen-bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.
3. Perdarahan antepartum. Perdarahan jalan lahir karena plasenta etak rendah
atau vasa previa.
4. Hidramnion akut. Keadaan dimana banyaknya air ketuban melebihi 2000cc.
Penyulit yang terjadi pada masa kehamilan pada trimester III adalah:
1. Perdarahan plasenta previa.
2. Solusio plasenta. Terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada korpus
uteri sebelum jalan lahir.

62
3. Kehamilan lewat waktu. Meningkatnya resiko kematian dan kesakitan
perinatal.
Dilihat dari faktor penyulit maka kami akan membahas masalah hiperemesis
gravidarum yang sering terjadi pada ibu pada trimester I.

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum

1. Hiper salivasi (ptialismus) atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa.
Hipersalivasi atau ptialismus berarti pengeluaran air ludah yang berlebihan
pada ibu hamil, terutama pada trimester pertama. Keadaan ini disebabkan
oleh meningkatnya hormon esterogen dan human chorionic gonadotropin.
Selain itu, ibu hamil sulit menelan ludah karena mual dan muntah.
Pengobatannya tidak ada dan ptialismus akan menghilang dengan tuanya
kehamilan. Jika simtomatik dapat diberikan vitamin B kompleks dan
vitamin C.

2. Morning sickness. Terjadi sekitar 80-95%, paling ringan, kepala pusing saat
bangun pagi, dan terasa mual, tetapi tanpa muntah. Pengobatan: hindari
bangun tiba-tiba atau berjalan, duduk terlebih dahulu di tempat tidur
sebelum berdiri.

3. Emesis gravidarum. Terjadi sekitar 65-70%. Mungkin masih terdapat sisa


moorning sickness. Disertai muntah ringan, tetapi tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. Berobat jalan dilakukan diantaranya adalah
pengobatan psikologis agar tenang, vitamin B6, B2, dan B kompleks, serta
vitamin C, dan diberi obat penenang ringan (Vilisanbe-valium 2-5
mg/hari).

4. Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual-muntah berlebihan


dan telah menganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan
elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar
5%. Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk

62
pengobatan psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan
medikamentosa khusus (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Emesis gravidarum merupakan keluhan umum pada kehamilan muda.


Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena
terdapat peningkatan hormon esterogen, progesteron, dan pengeluaran human
chorionic gonadrotophin plasenta. Hormon-hormon inilah yang
menyebabkan emesis gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah
kepala pusing, terutama pagi hari, disertai mual-muntah sampai kehamilan
berusia 4 bulan. Emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan
(poliklinik) (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Hiperemesis gravidarum. Sebagian besar emesis gravidarum (mual-


muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat jalan, serta pemberian obat
penenang dan antimuntah. Namun, sebagian kecil wanita hamil tidak dapat
mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kegiatan
sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan serta terganggunya
keseimbangan elektrolit (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis


dipakai untuk keperluan energi sehingga pembakaran tubuh beralih pada
cadangan lemak dan protein. Oleh karena pembakaran lemak kurang
sempurna, terbentuk badan keton dalam darah yang dapat menambah
beratnya gejala klinis. Sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium,
kalium, dan kalsium, dikeluarkan melalui muntah. Penurunan kalium akan
manambah beratnya muntah sehingga makin berkurang kalium dalam
keseimbangan tubuh serta makin mengkatkan terjadinya muntah (Ida Ayu C.
M. dkk, 2009).

Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang


sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan
peredaran darah, yang berarti konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan
berkurang. Kekurangan makanan dan oksigen ke jaringan akan menimbulkan

62
kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan ibu
hamil (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah


kapiler pada lambung dan esofagus sehingga muntah bercampur darah.
Kedaan ini dapat menimbulkan kekhawatiran ibu hamil dan menakutkan
keluarganya. Sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis
gravidarum tidak banyak di jumpai, penanganannya memerlukan perhatian
yang serius (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

1.2 Etiologi Hiperemesis Gravidarum


Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Namun,
beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Faktor adaptasi dan hormonal. Pada ibu hamil yang kekuranga darah,
lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam ruang
lingkup faktor adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan
kehamilan mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu
berdaptasi terhadap hormon esterogen dan gonadrotopin korionik,
sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon
yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.

2) Faktor psikologis. Hubungan faktor psikologis dengan kejadian


hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita
yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan
dengan suami, diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis
gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit,
penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.

3) Faktor alergi. Pada kehamilan, diduga terjadi invasi jaringan vili korialis
yang masuk kedalam peredaran darah ibu sehingga faktor alergi dianggap
dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.

62
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas,
tetapi muntah yang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi
memberi petunjuk bahwa ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang
intensif (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Faktor Predisposisi

FISIOLOGI
Endokrin
Metabolik
Alergi
infeksi

SOSIOKULTURAL
PSIKOSPIRITUAL Pendapatan dan
Cemas, stres, pekerjaan.
takut. WANITA HAMIL Penyesuaian harapan
Kesadaran akan DENGAN sosial.
hidup dan HIPEREMESIS Media yang
kematian. GRAVIDARUM menggambarkan
Hal yang kehamilan.
mengguncang Keadaan yang normal
Tanggung jawab. atau perlu pengobatan.
Kehilangan Takhayul dan mitos.
kontrol LINGKUNGAN
Bau-bauan,
polutan.
Pestisida.
Bising.
Wilayah padat.

Skema 2-1. Pendekatan Holistik Terhadap Penyebab, Faktor Predisposisi, dan


Faktor yang Memperberat Terjadinya Hiperemesis Grvidarum.

62
1.3 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Patofisiologi hiperemesis gravidarum masi belum jelas (Meltzer, 2000;


Neill & Nelson, 2003; Edelman, 2004); namun peningkatan kadar
progesteron, estrogen, dan namun chorionic gonadotropin (hCG) dapat
menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga metilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat.
Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam
hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini
diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis,
spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda;
bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak
yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam
asetoasetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah dapat
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah
ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati dan terjadilah “lingkaran
setas”yang sulit dipatahkan.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan
berat badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit.

62
Pencernaan serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat
mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan
energi tubuh. Jika tidak ada kkarbohidrat maka lemak digunakan untuk
menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolisme
lemak terdapat dalam darah dan urine (terdapat atau kelebihan keton dalam
urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen,
asam urat,urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1,
B6, dan B12 mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan anemia; bahkan
pada kasus berat, kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya
wernicke enchepalopati (Manuaba, 2001; kuscu & koyancu, 2002; Neill &
Nelson, 2003); hal tersebut juga didukung oleh Friedman (1998), Manuaba
(2001), dan Wiknjosastro (2005) yang menyatakan bahwa Wernicke
ensefalopati dapat timbul sekunder akibat
Peningkatan defisiensi dan
Hcg, esterogen tiamin.
progesteron selama kehamilan
Skema 2-2, patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
Modifikasi dari: Manuaba, 2001; Kuscu & Koyancu, 2002; Neil & Nelson, 2003;
Wiknjosatro Pengaruh terhadap sistem gastrointestinal.
Penurunan motilitas lambung.
Memperlambat pengosongan
lambung.
Refluks esofagus.
Penurunan asam hidroklorida.

Faktor spiritual. Faktor psikologis.


Faktor lingkungan. Faktor sosiokultural.

Mual dan muntah berlebihan

Dehidrasi Defisiensi vitamin


B1, B6, B12

Penurunan cairan Konstipasi Pembakaran Wernicke ensefalopati


ekstrasel dan plasma KH dan lemak Neuropati perifer
Defisiensi nutrisi Anemia

Oksidasi lemak
Ketidakseimbangan Hipovolemia
tidak sempurna 62
elektrolit

Ketosis
Patwhay
Faktor alergi Faktor predisposisi Peningkatan esterogen

Emesis Penurunan
gravidarum pengosongan lambung

Penyesuaian
Komplikasi Peningkatan tekanan
gaster
Hiperemesis gravidarum

Intake nutrisi Kehilangan


menurun cairan berlebih

MK : Gangguan Pengeluaran Dehidrasi


nutrisi kebutuhan nutrisi berlebihan
tubuh

Cairan ekstra Hemokonsentrasi


seluler dan plasma
Aliran darah ke jaringan
MK : Gangguan menurun
keseimbangan
cairan dan elektrolit

Metabolisme intra sel Perfusi jaringan


menurun otak

Otot lemah Penurunan


kesadaran
Kelemahan
tubuh 62

MK : intoleransi aktivitas
1.4 Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum
Tidak ada batas jelas antara mual yang masih fisiologi dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum klien terpengaruh,
sebaiknya ini di anggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut berat
ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat di bagi ke dalam tiga
tingkatan (Manuaba, 2001; Wiknjosastro, 2005).
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi
menjadi tiga tingat berikut ini :

1. Hiperemesis gravidarum tingkat I


Muntah berlangsung terus, makan berkurang, berat badan menurun, kulit
dehidrasi sehingga turgor kulit berkurang, nyeri di daerah epigastrium,
nadi meningkat sekitar 100x/menit, tekanan darah sistol turun dapat
disertai peningkatan suhu tubuh, lidah kering dan mata tampak cekung
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
Penderita tampak lebih lemah dan apatis, gejala dehidrasi makin tampak,
mata cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor, tekanan
darah turun, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik, berat badan
makin menurun, mata sedikit ikterus, gejala hemokonsentrasi makin
tampak: urine berkurang dan badan aseton dalam urine meningkat,
terjadinya gangguan buang air besar, mulai tampak gejala gangguan
kesadaran, menjadi apatis, napas berbau aseton, dan dapat pula ditemukan
dalam urine.
3. Hiperemesis gravidarum tingkat III
Muntah berkurang, keadaan ibu hamil semakin menurun: tekanan darah
turun, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan suhu naik; keadaan
dehidrasi semakin jelas, gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi

62
ikterus, gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma;
komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati wernicke): nistagmus
(perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan
perubahan mental (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

1.5 Epidemiologi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di
Pakistan dan 1,9% di Turki. Literatur juga menyebutkan bahwa perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan. 5
Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa hiperemesis gravidarum
merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi. Mual dan muntah pada
kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat berubah menjadi suatu
penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum ini banyak terjadi pada orang Asia dibanding orang Amerika atau
Eropa.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada
kehamilan trimester I atau kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu. Sekitar 60%-80% primigravida dan 40%-60% multigravida
mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya
pada 1 dari 1000 kehamilan. Heperemesis gravidarum mulai terjadi pada
minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik
umumnya pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat
terus berlanjut sampai pada hamil tahap berikutnya. Gadsby,et.al (1993)
melaporkan bahwa pada hampir 10% klien hiperemesis gravidarum
ditemukan gejala menetap selama kehamilan.

1.6 Dampak Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien,
namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat
badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi baru lahir

62
(Gross, et al., 1989; Zhang dan Cai, 1991 dalam Verberg, et al., 2005; Healt
& Medicine Week, 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh Paawi, et al.
(2005) didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang
signifikan terhadap memanjangkan hari rawat bagi bayi yang dilahirkan.
Gross, et al.,1989 dalam tiran, 2004 menyatakan bahwa terjadi peningkatan
angka kejadian Intrauterine growth retardation (IUGR) pada klien
hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat badan lebih dari
5%.
Selain dampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya,
hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial,
spiritual, dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak
kecemasan, rasa bersalah, dan marah. Jika mual dan muntah menghebat,
maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara ketergantungan dan
kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti bekerja
mengakibatkan timbulnya rasa ketergantungan terhadap pasangan (Simpson,
et al, 2001).
Dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum sangat
kompleks, secara rinci dapat dilihat pada skema 2-3.

62
Skema 2-3

62
1.7 Pemeriksaan Diagnostik Hiperemesis Gravidarum

1) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan untuk mendiagnosis


penyakit kandung empedu, hidronefrosis atau mola hidatidiformis
(friedman, 1998; Manuaba, 2001; Wiknjosastro, 2005).
2) Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT, dan kadar LDH.
3) Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula
darah, elektrolit, analisis gas darah, tes fungsi ginjal.
4) Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat
dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4.
5) Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi
penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal
dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
6) Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi
dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea
nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting
dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola
hidatidosa.

1.8 Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum


Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada
beratnya gejala. Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan
perubahan diet sampai pendekatan dengan pengobatan antiemetik, rawat inap,
atau pemberian nutrisi parental. Pengobatan terdiri atas terapi secara
farmakologi dan nonfarmakologi. Tetapi farmakologi dilakukan dengan
pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan kortikosteroid. Tetapi
nonfarmakologi dilakukan dengan cara pengaturan diet, dukungan emosional,

62
akupunktur, dan jahe (Quinland, et al., 2005). Hiperemesis gravidarum lebih
sering terjadi pada kehamilan ganda dan mola hidatidiformis daripada
kehamilan tanpa komplikasi lainnya (Kuscu & Koyancu, 2002; Neill &
Nelson,2003).
Langkah awal dalam penentuan diagnosis hiperemesis gravidarum adalah
dengan menentukan frekuensi muntah serta mengkaji data mengenai diet,
stres dan dukungan secara rinci. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari
tanda- tanda keadaan patologis yang mungkin merupakan penyebab atau yang
memperberat keadaan. Perlu juga dilakukan penilai keadaan dehidrasi yaitu
turgor kulit, membran mukosa, dan riwayat oligouria yang merupakan salah
satu tanda terjadinya dehidrasi; ketoasidosis; pertumbuhan rahim; dan
keadaan janin.

Wanita hamil dengan dehidrasi dan ketonuria derajat ringan harus dicoba
lebih dahulu ditangani dengan pengobatan rawat jalan melalui hidrasi
intravena dan antiemetik. Pada hiperemesis gravidarum yang berat
memerlukan pengawasan berkala yang ketat pada kadar elektrolit,
pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, keseimbangan asam basa, dan tes fungsi
tiroid juga diindikasikan. Kematian sering terjadi karena kerusakan ginjal dan
hati.
Perawatan yang dilakukan di rumah sakit termasuk penatalaksaan agresif
untuk memperbaiki ketoasidosis, dehidrasi, dan difisiensi nutrisi. Klien
dirawat denagn penatalaksanaan terapi cairan, glikosa, elektrolit, dan vitamin
secara intavena. Intake per oral awalnya dibatasi, kemudian dilanjutkan
dengan peningkatan secara bertahap (Friedman, 1998; Manuaba, 2001;
Wiknjosastro, 2005).
a. Pengobatan Medis
Pengobatan yang dapat diberikan kepada klien dengan hiperemesis
gravidarum adalah vitamin B1, B6, C, dopamin antagonis (fenotiazin,
klorpromazin, prometazin, metoklopramid), antihistamin (doxylamine,
diphehydramine, dimenhydrinate, cyclizine, buclizine). (Wiknjosastro,
Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).

62
Apabila ditentukan kekurangan cairan dan elektrolit maka diberikan
cairan parenteral yang mengandung elektrolit, protein, dan glukosa
sebanyak 2-3 liter/24 jam dan hitung cairan yang masuk dan keluar. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam
amino secara intravena (Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).

Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umumnya


membaik dapat dicoba dengan memberikan minuman dan bila klien
mentoleransi cairan yang diberikan tambahkan cairan sedikit demi sedikit
dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.

Terapi nutrisi pada hiperemesis gravidarum pada prinsipnya bila


memungkinkan melalui saluran cerna atas. Bila ditemui hambatan peroral
maka digunakan nasogastrik tube, modifikasi diet yang diberikan adalah
makan dalam porsi kecil tapi sering, diet tinggi karbohidrat, rendah lemak
dan protein. Pemberian diet diperhitungkan berdasarkan BMI ditambah
300 kalori (Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).

Penderita sebaiknya diletakkan dalam kamar tersendiri yang tenang


dan bebas bau-bauan kalau bisa hanya dokter dan perawat saja yang
diperbolehkan masuk (Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).
Terminasi kehamilan dipertimbangkan pada keadaan yang tak bertambah
baik/mundur, diuresis tak bertambah/berkurang, asetonuria menetap, nadi
bertambah cepat, suhu meningkat (Wiknjosastro, Saifudin, dan
Rachimhadhi, 2006).

b. Terapi Psikologik
Terapi psikologik meliputi : bantu klien menyesuaika diri dengan
kehamilannya dengan memberikan dukungan emosional, informasi dan
saran serta mendeteksi gangguan psikologis, mengurangi ansietas,
meredakan stres dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
menimbulkan gangguan psikologis, tingkatkan kemampuan klien untuk
berkomunikasi secara efektif, memberikan dukungan empati, dan

62
kemampuan mendengarkan saat dibutuhkan klien (Henderson dan Jones,
2006). Meyakinkan pada klien bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan, serta
menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar
Mual dan muntah yang tidak sembuh
belakang penyakit ini (Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).
Faktor resiko penyakit organik, Hitung darah lengkap, hitung
ketegangan emosional, usia diferensial, Kadar elektrolit, kimia
kehamilan, lingkungan sosial darah Urinalisis, USG, amilase serum
Skema 2-4. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum (Sumber: Friedman, 1998)
Tentukan usia kehamilan singkirkan kehamilan ganda dan mola hidatiformis

Singkirkan : Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, riwayat


diet dan konsultasi, tentukan dukungan emosional,
Hipertiroidisme tentukan latar belakang sosial, nilailah ketegangan

Gangguan Gastrointestinal

Tentukan adanya ketonuria, dehidrasi


Hepatitis

Piolenefritis

Pankreatitis Manifestasi berat

Diabetik ketoasidosis
Gejala dan tanda klinis yang ringan sampai sedang
Penyakit system saraf pusat

alkoholisme Penatalaksanaan rawat jalan

Pemeriksaan laboratorium, hidrasi antravena jika


diindikasikan, pertimbangkan pemberian Dehidrasi, ketoasidosis,
antiemetik, hypnosis, tehnik relaksasi muntah yang berlanjut

Rawat di RS,
singkirkan penyakit
Keadaan membalik Keadaan tidak membalik
organik

Pemeriksaan psikiatri, pemeriksaan lab, cairan glukosa,


elektrolit dan vitamin IV

Perawatan dan dukungan


pranatal yang ketat Keadaan memburuk,
penurunan BB
Keadaan membalik 62

Hiperalimentasi, pertimbangan terminasikehamilan


Pengelolaan Kien Hiperemesis Gravidarum yang Dirawat di Rumah Sakit
1. Terapi cairan
Klien dengan kasus hiperemesis gravidarum dengan muntah yang sering
hingga menyebabkan dehidrasi dan turunnya berat badan harus segera
mendapat penanganan terapi cairan. Resusitasi cairan merupakan prioritas
utama untuk mencegah mekanisme kompensasi seperti vasokonstriksi dan
gangguan perfusi uterus, karena selama terjadi gangguan hemodinamik
pasokan darah berkurang ke uterus.
Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk
dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan
yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke
volume normal, osmolaritas yang efektif, dan komposisi cairan yang tepat
untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus
memperhitungkan secara cermat berdasarkan berapa jumlah cairan yang
diperlukan, defisit natrium, defisit kalium, dan ada tidaknya asidosis.

Cara yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah cairan rehidrasi


1) Berdasarkan klinis dehidrasi. Apabila ada rasa haus dan tidak ada tanda
klinis dehidrasi, maka kehilangan cairan diperkirakan sebesar 2%,
contohnya jika berat badan klien 50 kg maka defisit air sekitar 1000 ml.
Bila terdapat rasa haus, oligouria, dan mulut kering, maka diperkirakan
terjadi defisit sebesar 6% atau 3000 ml. Bila ada tanda-tanda di atas
ditambah perubahan mental maka defisit sekitar 7-14% atau sekitas 3,5-
7 liter.

62
2) Berdasarkan pengukuran BB setiap hari. Kehilangan berat badan 4 kg
pada fase akut sama dengan defisit air 4 liter. Rencana rehidrasi
sebaiknya dikaitkan dengan jumlah cairan dengan 2000 ml. Bila klien
mau minum maka air diberikan per oral, namun bila terdapat kesulitan
maka rehidrasi diberikan per infus. Hingga saat ini terapi cairan masih
terus diperdebatkan antara penggunaan kristaloid atau koloid.
Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik,
seperti Ringer Laktat (RL) atau normal salin (Nacl). Penggunaan Nacl
harus hati-hati, jangan sampai diberikan dalam jumlah yang banyak
karena dapat menyebabkan delusional acidosis atau hyperchloremic
acidosis. Bila diperlukan dapat juga ditambahkan ion kalium. Perlu
diperhatikan bahwa pemberian cairan yang mengandung dekstrosa
harus didahului dengan pemberian tiamin (vitamin B1) untuk mencegah
terjadinya wernicke ensefalopati.
Resusitasi dikatakan adekuat bila terdapat parameter seperti
tekanan darah arteri rata-rata 70-80 mmHg, denyut jantung kurang dari
100x/ menit, ekstremitas hangat, pemberian cairan harus terus diberikan
dalam bentuk rumatan misalnya menggunakan cairan KeenMg (sering
digunakan).
Setelah tercapai rehidrasi, maka secara bertahap dapat mulai
diberikan makan dan minum dengan jumlah sedikit tapi sering. Berikan
cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, preotein dan glukosa
5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambahkan kalium dan vitamin, kususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C. Jika kekurangan protein, pemberian asam amino dapat
dilakukan melalui intravena. Perhatikan untuk membuat daftar kontrol
cairan yang masuk dan yang keluar. Urine diperiksa setiap hari untuk
mengetahui kadar protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan nadi
diperiksa setiap empat jam dan tekanan darah diukur tiga kali sehari.
Pemeriksaan hematokrit dilakukan pada permulaan, selanjutnya
dilakukan menurut keperluan. Bila selama 24 jam klien tidak muntah
dan keadaan umum bertambah baik, dapat dicoba untuk memberikan

62
minum, kemudian secara bertahap minuman dapat ditambah dengan
makanan padat. Dengan penanganan di atas, maka pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
2. Isolasi
Klien ditempatkan dalam kamar yang tenang, dengan situasi yang
cerah dan peredaran udara baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar klien sampai muntah berhenti dan klien mau
makan. Sebaiknya klien tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam.
Kadang dengan tindakan isolasi, gejala-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologis
Perlu diyakinkan kepada klien bahwa penyakit dapat disembuhkan.berikan
motivasi untuk menghilangkan ras takut karen kehamilannya,kurangi
pekerjaan,serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat
menjadi latar belakang terjadinya penyakit ini.
4. Obat-obatan
Apabila keluhan dan gejala tidak berkurang dengan cara yang telah
disebutkan diatas, maka diperlukan pengobatan untuk penanganan
klien.ingat untuk tidak memberi obat yang bersifat teratogen.sedatif yang
sering diberikan adalah fenobarbital, sedangkan vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan seperti
Dramamine atau Avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik
seperti Disiklomin, Hidroklorida, atau Klorpromazin (largaktil). Jika klien
tidak dapat menerima terapi oral maka dapat diberikan Metoklopramida
secara intravena.
5. Diet dan terapi nutrisi
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidrat
kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang
berlemak dan berminyak untuk menekan rasa mual dan muntah.sebaiknya
pemberian makan dan minum diberi jarak.
Diet hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis, dan secara berangsur akan

62
diberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat ,diantaranya
adalah sebagai berikut.
a) Karbohidrat tinggi,sebesar 75-80% dari kebutuhan energi total.
b) Lemak rendah,yaitu <10% dari kebutuhan energi total.
c) Protein sedang,yaitu 10-15% dari kebutahan energi total.
d) Makanan diberikan dalam bentuk kering.
e) Pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan klien yaitu 7-10 gelas
perhari.
f) Makanan mudah cerna,tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan dalam porsi kecil tapi sering.
g) Bila makan pagi dan siang sulit diterima,pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan pada m alam hari.
h) Pemberian makanan ditingkatkan secara bertahap dalam porsi dan
nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi klien.
Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum
a. Diet hiperemesis I
Diberikan kepada klien dengan hiperemesis gravidarum
berat.makanan hanya terdiri atas roti kering, singkong bakar atau
rebus, ubi bakar atau rebus dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya. Karena pada
diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang,maka tidak
diberikan dalam waktu lama.
b. Diet hiperemesis II
Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi .minuman tetap tidak diberikan bersama denga
nmakanan.pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan
ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis II
Diet hiperemesis III diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum

62
ringan. Diet diberikan sesuai kamampuan klien, dan minuman boleh
diberikan bersamaan dengan makanan. Makanan pada diet ini
mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I,II, dan III adalah sebagai
berikut.
a) Roti panggang,biskuit,dan krekers.
b) Buah segar dan sari buah.
c) Sirup ,kaldu tak berlemak,teh, dan kopi encer.

Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I,II dan III adalah
makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu
tajam, bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang
mengandung zat tambahan (pengawet, pewaran, dan bahan penyedap).
Pada kasus hiperemesis gravidarum, jalur pemberian nutrisi tergantung
pada derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi, dan penerimaan
penderita terhadap rencana pemberian makanan. Pada klien dengan gejala
muntah yang tidak berkurang, makanan dapat diberikan melalui NGT
terlebih dahulu. Pada prinsipnya, bila memungkinkan saluran cerna harus
digunakan, bila pemberian per-oral menemui hambatan maka dicoba untuk
menggunakan NGT.
Bila klien sudah dapat makan per-oral, modifikasi diet yang diberikan
yaitu makan dalam porsi kecil tapi sering, tinggi karbohidrat, rendah protein,
dan rendak lemak. Hindari pemberian suplemen besi untuk sementara, hindari
makanan yang emetogenik, dan berbau yang dapat menimbulkan rangasangan
muntah.
Pemberian diet diperhitungkan dengan jumlah kebutuhan basal kalori
sehari-hari ditambah dengan +300Kkal per-hari. Salah satu rumus untuk
menghitung kebtuhan basal (basal energy expenditure/BEE) berdasarkan
massa tubuh (body mass) adalah rumus Harris-Benedict berdasarkan berat,
tinggi, dan umur.

BEE=655,10+9,56W+4,85H-4,68A

62
 W =berat (kg)
 H =tinggi (cm)
 A =umur (th)
Kebutuhan metabolisme makanan dan akitivitas didapat dengan menambahkan
10% dari perhitungan diatas.

Pendekatan komplementer
Pendekatan yang bersifat holistik perlu dilakukan melihat dampak yang
ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum dapat terjadi pada berbagai aspek; yaitu
biologi, psikologi, sosial, maupun spiritual. Salah satu pendekatan keperawatan
yang bersifat holistik adalah pendekatan yang dilakukan oleh Tiran (The Tiran
Integrated Approach). Pendekatan ini mengombinasikan antara pengobatan yang
bersifat konvensional dan komplementer dengan memberikan kesempatan pada
klien untuk memilih sesuai dengan kondisinya (Tiran, 2004).

Pendekatan keperawatan dan pengobatan yang dapat diaplikasikan sesuai


dengan pendekatan yang dilakukan oleh Tiran (2004) antara lain: pemberian
nutrisi, teknik relaksasi, pitoterapi, homeoterapi, psikoterapi, hospitalisasi, terapi
manipulasi, akupnktur, farmakologi, dan perawatan yang bersifat konservatif.
Pitoterapi atau disebut juga herbal medicine merupakan pengobatan dengan
menggunakan tumbuh-tumbuhan yang dapat secara langsung dikonsumsi seperti
jahe. Homeoterapi merupakan sistem pengobatan dengan memberikan obat yang
terbuat dari tumbuhan, mineral atau subtansi dari hewan dalam dosis yang kecil,
yang dapat menyebabkan gejala-gejala yang sama dengan penyakit yang dialami
(Tiran, 2004).

Akupresur dan Akupuntur


Akupresur adalah metode pengobatan dari Tiongkok kuno yang
menggunakan stimulasi titik-titik khusus di badan dengan tusukan jarum halus.
Ilmu tersebut telah ada sejak lebih adri dua ribu tahun yang lalu. Akupuntur

62
didasarkan pada prinsip pengobatan tradisional Cina yang menyebutkan bahwa
seluruh kerja badan dikontrol oleh energy vital yang disebut Qi (baca : cii).
Agar kesehatan dapat terpelihara, aliran Qi harus mengalir dengan energy dan
kualitas tepat. Dr. Murdoch Herbert dari Auckland, Selandia Baru telah
melakukan peenlitian selama 10 tahun dalam uji coba penggunaan tusuk jarum
pada wanita hamil dengan mual dan muntah. Hasil penelitian ini ternyata sangat
memuaskan terutama apabila dibandingkan dengan penggunaan obat (JPOG, vol
18 no.6, 1992).

Muntah pada wanita hamil dalam pengobatan Cina tradisional (Traditional


Chinese Medicine/TCM) disebut Ren ShenF. Zhu yaitu karena naiknya Qi pada
lambung. Dalam TCM Qi mempunyai 4 gerakan yang di sebut Qi li, yaitu keluar,
masuk, atas, dan bawah. Gerakan Qi pada lambung adalah ke bawah dan bila
gerakan Qi ke atas, maka akan timbul gejala-gejala mual dan muntah yang sangat
mengganggu.

Terdapat tiga kelompok Ren Shen E Zhu : (1) defenisi Qi pada lambung →
perut terasa sebah atau penuh sesak, mual dan bahkan langsung muntah saat
makanan masuk mulut; (2) panas pada hati → untah berupa cairan bening yang
terasa pahit atau asam, mulut terasa pahit, haus, tulang iaga atau tulang rusuk
terasa kaku dan sakit, susah buang aior besar, warna urine kuning tua; dan (3)
dahak dan lembap → muntah berupa cairan dahak, mulut terasa hambar, dada
terasa sesak, jantung berdebar, napas terengah-engah, seluruh tubuh terasa lemas
dan cenderung ingin tiduran, serta tidak mempunyai nafsu makan.

Dalam bidang akupuntur dikenal ada titik utama dan titik tambahan. Pada Ren
Shen E Zhu titik utama ada dua yaitu zhong wan (lambung bagian tengah)
terletak pada garis median perut terletak 4 inchi di atas pusar dan “Neiguan”
(pintu gerbang bagian dalam) yang terletak 2 inchi di atas pergelangan tangan.

Titik tambahan adalah bagi kelompok defenisi Qi, merupakan titik shang wan
(atas mulut lambung) yang terletak pada garis tengah perut, 5 inchi di atas pusar
dan titik gong shun (kakek dan cucu) terletak pada sebuah lekukan depan bawah
basis tulang metatarsal 1, tepat pada peruabahan warna kulit.

62
Titik tambahan kelompok gejala panas pada hati ditambahkan titik dai zhong
(strategis besar) pada punggung kaki. Pada kelompok gejala dahak dan lembab
ditambahkan titik yin ling quan (mata air di bawah/lekukan bukit Yin) yaitu pada
atas bawah dalam sebuah lekukan lutut kanan atau kiri. Feng long (Tulang kering
kaki kanan atau kiri) yang terletak 8 inchi diatas mata kaki sisi luar (malleolus,
externus) 1 jari lateral titik S38 (Tiao kou).

Sebenarnya tidak ada persyaratan khusus dalam melakukan terapi akupuntur.


Terapi lebih disarankan pada kondisi keluhan yang cenderung berulang. Sesi
akupuntur sebaiknya dilakukan 2 – 3 kali seminggu, lama pengobatan tergantung
kondisi klien yang sebagian responnya bagus. Akupresur dan akupuntur
menstimulasi system regulasi serta mengaktifkan mekanisme endokrin dan
neurologi, yang merupakan mekanisme fisiologi dalam mempertahankan
keseimbangan (homeostasis). Penekanan secara manual pada P6 “Neiguan” atau
“perikardium 6” pada daerah pergelangan tangan yaitu 3 jari di daerah distal
pergelangan tangan antara dua tendon. Dilakukan dengan cara penekanan secara
lembut selama 3 menit untuk masing-masing tangan. Dapat juga dilakukan
dengan menggunakan pergelangan akupresur band yang sering dipasarkan sebagai
“sea band”, yaitu band pergelangan tangan dengan tombol plastic yang
menempatkan tekanan pada titik p6 bagian dalam pergelangan tangan.

Jahe
Jahe dikenal baik di masyarakat Indonesia sebagai salah saut bahan rempah,
hamper semua wilayah di tanah air umumnya memanfaatkan jahe sebagai salah
satu bahan masakan penting. Pada beberapa daerah di Indonesia juga dikenal
dengan sebutan aliah (Sumatera), jahi (Lampung), jae (Jawa, sasak), jhai
(Madura), cipakan (Bali), sipados (Kutai), dan pese (Bugis). Jahe mengandung 1 –
4% minyak atsiri dan oleoresin. Komposisi minyak yang terkandung bervariasi
tergantung dari geografi tanaman berasal. Kandungan utamanya yaitu
zingiberenae, arcurcumene, sesquiphellandrene, dan bisabolene.
Jahe merupakan salah satu cara meredakan mual dan muntah selama
kehamilan, setidaknya meminimalisasi gangguan ini. Menurut sebuah ulasan yang
dipublikasikan oleh Jurnal Obstetrik & Ginekologi, jahe dapat membantu para

62
wanita hamil mengatasi morning sickness tanpa menimbulkan efek samping yang
membahayakan janin di dalam kandungannya. Dari enam penelitian yang menguji
efek jahe dalam mengurangi rasa mual dan muntah pada wanita hamil, ditemukan
bahwa jahe berfungsi lebih baik dibandingkan placebo atau obat inaktif seperti
vitamin B6, yang selama ini menunjukkan fungsinya dalam mengurangi mual dan
muntah pada beberapa wanita hamil.

Pada penelitian yang terbaru, para partisipan secara acak diberikan kapsul
yang mengandung 350 mg jahe atau 25mg vitamin B6 sebanyak tig akali sehari
selama tiga minggu. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa jahe sama
efektifnya dengan vitamin B6 dalam mengatasi rasa mual dan muntah. Gejala
morning sickness dapat diatasi pada lebih dari separuh jumlah wanita dalam setiap
kelompok tersebut. Dosis yang digunakan dalam studi ini adalah satu gram jahe
per hari, diberikan selama empathari sampai tiga minggu. Jika menggunakan
ukuran rumah tangga, sama dengan setengah sendok the jahe yang direndam
dengan air panas selama lima menit, kemduian diminum empat kali sehari.

Aromaterapi
Aromaterapi adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan
dengan menggunakan minyak esensial tumbuhan dan herbal. Minyak esensial
yang digunakan dalam aromaterapi adalah tanaman minyak volatile. Bunga, daun,
batang, tunas, cabang, atau akar diekstraksi menggunakan distilasi uap-air, dan
batang penyulingan atau tekanan dingin.
Setiap minyak esensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti
antibakteri, antivirus, deuretik, vasodilator, penenang dan merangsang adrenal.
Ketika minyak esensial dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan
merangsang system limbik di otak. System limbik adalah daerah yang
mempengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait dengan adrenal,
kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut
jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan hormone, dan pernapasan.
Hal ini membuat efek langsung dari minyak atsiri dalam mewujudkan
keseimbangan emosional dan fisiologis.

62
Minyak atsiri dapat digunakan di rumah dalam bentuk uap yang dapat dihirup
atau penggunaan topical. Penghirupan uap sering digunakan untuk kondisi
pernapasan dan mengurangi mual. Inhalasi uap dilakukan dengan cara
menambahkan 2 – 3 tetes minyak esensial eucalyptus, roosemary, pohon teh, atau
minyak dalam air panas. Beberap tetes minyak esensial juga dapat ditambahkan
untuk mandi, kompres, atau minyak pijat.

Skema 2-5

62
1.9 Komplikasi
Pada mual dan muntah yang parah, lama dan sering dapat menyebabkan
tubuh mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K.
Pada defisiensi thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu
keadaan gangguan system saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan
penglihatan, ataxia dan nistagmus. Penyakit ini dapat berkembang semakin
parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan koma. Pada defisiensi vitamin
K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga disertai dengan epistaksis.
Hiperemesis juga bisa menimbulkan komplikasi: Dehidrasi berat, ikterik,
takikardia, suhu meningkat, alkalosis, kelaparan, gangguan emosional yang
berhubungan dengan kehamilan dan hubungan keluarga, menarik diri dan
depress.

1.10 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan:
1. Memberikan penjelasan bahwa kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologis pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, dan menganjurkan
klien mengobah pola makanan sehari-hari dengan makan sedikit tapi
lebih sering.

62
2. Motivasi klien untuk tidak segera turun dari tempat tidur saat bangun
pagi, tetapi usahakan makan roti kering atau biskuit dan teh hangat
terlebih dahulu.
3. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan hangat,
serta hindari makanan yang berminyak dan berlemak menghindari
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karena
itu dianjurkan makan yang banyak mengandung gula (Manuaba, 2001;
Wiknjosastro, 2005). Usahakan agar proses defekasi terutama setiap
hari.

BAB III

TINJAUAN KASUS

RW 04 berada pada wilayah Desa. Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur yang
terdiri dari 2 RT yakni RT 06 dan RT 07. Batas wilayah yang dijadikan target
pengkajian, sebelah timur dibatasi oleh kompleks perumahan RW 03 memiliki
berbagai fasilitas umum yang terdiri dari sebuah Masjid, Gereja, sebuah Sekolah,
sebuah taman dan 1 lokasi TPU. Fasilitas pelayanan kesehatan sementara yang
dimiliki RT 07 adalah satu Posyandu.

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga RT 07 meliputi, pengkajian rutin


ibu-ibu yang dilaksanakan pada hari kamis, pengkajian bapak-bapak setiap malam
sabtu. Setiap malam rabu acara bapak-bapak dan ibu-ibu melakukan kebaktian,
tiap malam minggu remaja-remaja melakukan kebaktian di Gereja, setiap hari
minggu bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak yang beragama Kristen pergi Gereja.
Setiap malam rabu anak-anak atau remaja masjid melakukan Diba’ AL-Qur’an,
setiap 1 bulan sekali remaja-remaja melakukan kegiatan rapat Karang Taruna,
kegiatan arisan ibu-ibu dilakukan pada hari senin, olahraga sepak bola, volley
bapak-bapak setiap hari minggu, dan hari-hari selebihnya diisi oleh kegiatan
olahraga remaja, Posyandu Balita dilakukan pada hari selasa minggu ke II, dan
kegiatan pengkajian anak-anak dilakukan setiap sore kecuali sabtu dan minggu.

62
RT 07 terdiri dari 125 KK dan 13 KK ibu hamil dengan 625 jiwa yang terdiri
dari, 60 anak usia balita, 120 anak usia sekolah, 125 usia remaja, 252 usia
produktif, dan 55 orang usia lansia.

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 25-26 Maret 2015 dengan tehnik
wawancara dan observasididapatkan data sbb:

A. Pengkajian
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 7-12 April 2015 maka di
dapatkan data sebagai beikut :
1. Kondisi Kesehatan Umum
a. Ibu Hamil
1) Jumlah Ibu Hamil
No. Jumlah Bumil Frekuensi (%)
1. Ya 13 16%
2. Tidak 64 84%
Total 77 100%

Berdasarkan tabel diatas 13 KK saat ini sedang hamil (16%).


2) Usia Kehamilan
No. Usia Kehamilan Frekuensi (%)
1. Trimester I 6 46%
2. Trimester II 3 23%
3. Trimester III 4 31%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar usia kehamilan adalah


Trimester I ada 6 orang (46%).
3) Frekuensi Kehamilan
No. Kehamilan keberapa Frekuensi (%)
1. 1 7 53%
2. 2 4 31%
3. 3 1 8%

62
4. >3 1 8%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar kehamilan adalah yang ke 1


ada 7 orang (53%).
4) Usia Ibu Hamil
No. Usia bumil Frekuensi (%)
1. 20-35 tahun 9 69 %
2. >35 tahun 4 31 %
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar (69%) ibu hamil yang masuk
kategori usia 20-35 tahun perlu dilakukan pengawasan pada
kehamilan secara berkala.
5) Tempat Periksa Kehamilan
No. Tempat periksa kehamilan Frekuensi (%)
1. Puskesmas 2 16 %
2. Bidan 11 84 %
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar (84%) tempat mereka


memeriksakan kehamilan adalah kebidan.
6) Frekuensi Periksa Kehamilan
No. Pemeriksaan kehamilan Frekuensi (%)
1. 2 kali 6 46%
2. 4 kali 7 54%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua ibu hamil


memeriksakan kehamilannya meskipun frekuensi ada yang 2 kali atau
4 kali.
7) Imunisasi TT

62
No. Imunisasi TT Frekuensi (%)
1. Lengkap 10 77%
2. Tidak lengkap 3 23%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar (77%) ibu hamil telah


mendapat imunisasi TT dengan lengkap.
8) Peningkatan BB ibu selama kehamilan saat ini
No Usia Kehamilan Berat Badan Frekuensi (%)
1. Trimester I < 5 kg 0 0%
5 - 5,5 kg 5 38%
> 5,5 kg 3 23%
2. Trimester II Tetap 2 16%

Menurun 0 0%
3. Trimester III < 5 kg 0 0%
5 - 5,5 kg 0 0%
> 5,5 kg 3 23%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel di atas penurunan BB ibu hamil pada trimester ke I


paling banyak 5 - 5,5 kg adalah 5 orang (38%).
9) Berapa kali ibu makan setiap hari
No Berapa kali makan dan Frekuensi (%)
jenis makanan
1. 3x Makanan pokok + 4 31%
selingan
2. < 3x Tidak selingan 5 38%
3. 3x Makanan pokok, tidak 4 31%
selingan
Total 13 100%

62
Berdasarkan tabel diatas di dapatkan ibu hamil (38%) makan < 3x
Tidak selingan, dan yang akan mengalami gangguan nutrisi sebanyak
5 orang.
10) Berapa porsi makan ibu setiap kali makan
No Porsi makan Frekuensi (%)
1. Porsi makan lebih sedikit 9 69%
dari sebelum hamil
2. 2x porsi makan dari 4 31%
sebelum hamil
Total 13 100%

Dilihat dari porsi makan ibu hamil (69%) didapatkan kebanyakan


porsi makan lebih sedikit dari sebelum adanya kehamilan yaitu 9
orang.
11) Keluhan yang dialami Ibu Hamil
No. Penyakit yang diderita Frekuensi (%)
1. Pusing 3 23%
2. Tidak selera makan 4 31%
3. Malas bergerak 1 8%
4. Mual/muntah berlebihan 5 38%
5. Tidak ada keluhan 0 0%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar keluhan yang dialami ibu


hamil adalah mual/muntah berlebihan yaitu sebanyak (38%).
12) Penyakit yang diderita ibu hamil 6 bulan terakhir
No. Penyakit yang diderita Frekuensi (%)
1. Hipotensi 2 16%
2. Anemia 3 23%
3. Bengkak 2 16%
4. Hiperemesis 5 38%
5. Varises 1 7%

62
6. Tidak ada keluhan 0 0%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar penyakit yang diderita ibu


hamil sebanyak (38%) yaitu hiperemesis selama 6 bulan terakhir.
13) Tingkat hiperemesis gravidarum
No. Tingkat hiperemesis Frekuensi (%)
1. Hiperemesis tingkat I 6 46%
2. Hiperemesis tingkat II 4 31%
3. Hiperemesis tingkat III 3 23%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas dan dilihat dari keluhan ibu yang dirasakan
sebagian besar hiperemesis yang paling sering dialami ibu hamil
sebanyak 6 orang dengan (46%) hiperemesis tingkat I.

B. Data persepsi
1. Persepsi penduduk
Keadaan Desa Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur nyaman dan tentram.
Masyarakat disana saling tolong-menolong satu sama lain dan masih menjunjung
tinggi nilai-nilai sosial dan agama yang diterapkan oleh leluhur, seperti tenggang
rasa, memperingati hari-hari islam. Kelompok ibu hamil sendiri merasa bahwa
masyarakat di Desa Margo Rukun sangatlah baik dan suka membantu ibu hamil
jika mereka mempunyai kesulitan ataupun masalah pada kehamilan mereka.
4. Persepsi perawat
Masyarakat di Desa Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur belum memiliki
fasilitas kesehatan yang cukup dikarenakan masih sedikitnya puskesmas ataupun
fasilitas kesehatan yang lain. Selain itu jumlah tenaga kesehatan yang ada pun
masih jauh dari yang dibutuhkan. Sehingga pengetahuan tentang penyakit-
penyakit yang di alami ibu hamil kurang diketahui oleh masyarakat. Tetapi Desa
Margo Rukun telah mengkoordinasikan masyarakatnya untuk mengadakan
kegiatan pusling untuk ibu hamil.

62
Dari hasil data komunitas ibu hamil diatas kami akan melakukan pengkajian
pada salah satu ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum, sbb :
A. Identitas Ibu/Suami
Nama : Ny “H” / Tn “I”
Umur : 28 tahun / 40 tahun
Nikah : 1 Kali / ± 4 tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : S1 / SMA
Pekerjaan : Guru / Wiraswasta
Alamat : Desa ketapang, Jl. Raya Bohar
1. Pengkajian data subyektif
a. Riwayat kehamilan saat ini :
 Ini kehamilan yang pertama dan tidak pernah keguguran.
 Belum ada pergerakan janin yang dirasakan.
 Ibu mengeluh mual muntah setiap kali makan sejak minggu ini.
 Ibu mengeluh kadang pusing.
b. Riwayat diet :
 Kebutuhan Nutrisi sebelum hamil
 Pola makan : Makan 3 kali sehari dengan nasi lauk
sayur.
 Frekuensi : 3 kali sehari (pagi, siang dan malam).
 Nafsu makan : Baik (setiap kali makan dihabiskan).
 Jenis makanan : Nasi padat.
 Kebutuhan minum : ± 5 gelas sehari.
 Kebutuhan Nutrisi selama hamil
 Pola makan : Tidak teratur, makan hanya sedikit, porsi
makan tidak dihabiskan karena setiap kali makan ibu muntah
kembali.
 Frekuensi : >3 kali sehari (pagi dan malam)
 Nafsu makan : Menurun (setiap makan tidak dihabiskan)

62
 Jenis makanan : Makan bubur selama ada keluhan tanpa
selingan.
 Kebutuhan minum : Banyak minum air hangat dan teh manis.
c. Pengobatan yang didapat saat ini :
 Hanya meminum obat anti mual dan muntah dan tidur di kamar.
d. Riwayat pembedahan :
 Tidak pernah dioperasi.
e. Riwayat kesehatan/ penyakit masa lalu dan sekarang.
 Tidak pernah mengalami penyakit jantung, DM, dan hipertensi.
 Tidak pernah mendapat transfusi darah dan tidak ada riwayat alergi.
 Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit tersebut.
f. Riwayat sosial :
 Pernikahan yang pertama
 Keluarganya sangat gembira dengan kehamilan ibu sekarang.
 Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.
 Tempat persalinan yang di inginkan di RSUD Sidoarjo
 Biaya persalinan di tanggung oleh suami dan keluarga.
 Tidak bisa bekerja sejak kehamilan terjadi.
 Kesehatan menurun sejak hamil.
 Memeriksakan kehamilan ke bidan.
 Imunisasi TT sudah lengkap.
g. Riwayat ginekologi :
 Tidak pernah dioperasi, tidak pernah mengalami PMS serta penyakit
gangguan reproduksi lainnya.
2. Pengkajian data subyektif :
a. Pemeriksaan fisik :
 Keadaan umum ibu tampak lemah dan pucat.
 Kesadaran komposmentis.
 Berat badan sebelum hamil 53 kg, setelah hamil turun menjadi 47 kg.
 Turgor kulit menurun.
 Nyeri pada epigastrium.

62
b. Tanda-tanda vital
 Tekanan Darah : 60 / 80 mmHg
 Nadi : 100 x/ menit
 Pernapasan : 22 x/ menit
 Suhu : 37 oC
c. Lila : 26 cm
d. Kepala :
 Rambut bersih,tidak ada ketombe dan nyeri tekan.
e. Wajah.
 Tidak ada oedema
f. Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah muda, dan sclera putih
 Hidung tidak ada secret dan polip.
 Mata cekung.
g. Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen dan tidak ada
peradangan.
h. Bibir tampak pucat/anemi, lidah kering, tidak ada caries pada gigi, serta
ada gigi yang tanggal pada geraham kanan bawah.
i. Leher :
 Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe dan kelenjar
tyroid.
j. Payudara :
 Payudara simetris kiri/kanan
 Puting susu menonjol
 Hyperpigmentasi pada areola mammae
 Tidak teraba adanya benjolan serta nyeri tekan
 Tidak ada kolostrum jika dipencet
 Abdomen
 Terdapat linea nigra dan striae albicans
 Tidak ada luka bekas operasi
 Belum dapat ditentukan bagian-bagian janin
k. Genitalia

62
 Tidak ada oedem dan varices serta tidak flour albus
l. Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan laboratorium tanggal 21 juni 2012
 Darah : Hb 10,8 gr %
 Urine : Albumin dan reduksi negativ
 Planotes : Positif.
 Pemeriksaan USG tanggal 21 Maret 2015.
 Gambaran gestasi intra uteri, gestasi 10 minggu 6 hari.
m. Diagnosa : Hiperemesis Gravidarum tingkat I
Dari hasil sampel pengkajian diatas kami akan membuat asuhan keperawatan
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil di komunitas dan pendidikan kesehatan
pada kelompok ibu hamil, sbb.

C. Analisis Data

Diagnosis Keperawatan
No. Data Subjektif Data Objektif
Komunitas

1.  Dari hasil  Perubahan nutrisi untuk ibu:


13 KK saat ini sedang
wawancara di hamil (16%). kurang dari kebutuhan tubuh di
dapat warga ibu  Penurunan BB ibu RW 04 RT 07 berada pada
hamil mengatakan wilayah Desa. Margo Rukun,
hamil pada trimester
kurangnya napsu Pacitan,
ke I paling banyak 5 Jawa Timur
makan saat berhubungan dengan mual dan
- 5,5 kg adalah 5
kehamilan muntah yang menetap sekunder
orang (38%). akibat hiperemesis.
 Menurut warga Ibu  Dari porsi makan
hamil banyak
ibu hamil (69%)
mengalami
penurunan BB didapatkan
pada trimester ke I kebanyakan porsi
 Ibu hamil makan lebih sedikit
mengatakan porsi dari sebelum adanya
makan setiap hari kehamilan yaitu 9
masih sepeti dulu orang.

2.  Ibu hamil  Dari 13 KK sebagian Kurangnya volume cairan dan


mengatakan bahwa besar penyakit yang elektrolit ibu dan janin di RW
selama hamil diderita ibu hamil 04 DR 07 berada pada wilayah
pertama belum sebanyak (38%) yaitu Desa. Margo Rukun, Pacitan,
mengetahui terkena hiperemesis selama 6 Jawa Timur berhubungan
hiperemesis. bulan terakhir. dengan kehilangan cairan
 Ibu mengatakan  Sebagian besar berlebihan melalui muntah dan
bahwa selama keluhan yang dialami

62
hamil merasakan ibu hamil adalah tidak adekuatnya intake cairan.
mual dan muntah mual/muntah yaitu
terus-menerus dan sebanyak (38%).
merasa lemah.  Dilihat dari keluhan
 Ibu hamil ibu yang dirasakan
mengatakan napsu sebagian besar
makan menurun hiperemesis yang
selama kehamilan. paling sering
dialami ibu hamil
sebanyak 6 orang
dengan (46%)
hiperemesis tingkat
I.
3.  Ibu hamil  Ibu mempunyai Intoleransi aktivitas pada ibu
mengatakan bahwa keluhan penyakit hamil di RW 04 RT 07 berada
disaat mual muntah mengeluhkan penyakit pada wilayah Desa. Margo
tidak bisa antara lain: Rukun, Pacitan, Jawa Timur
melakukan hipotensi(16%) berhubungan dengan kelemahan
aktivitas sehari- anemia(23%), karena tidak adekuatnya nutrisi
hari dan susah bengkak (16%) dan peningkatan energi yang
bangun dari tempat hiperemesis (38%), dibutuhkan selama kehamilan.
tidur. varises (8%), pusing
 Ibu hamil (23%), tidak selera
mengatakan makan (31%), malas
fasilitas kesehatan bergerak (8%) mual
didesanya kurang muntah(38%). Jenis
memadai. penyakit yang banyak
 Ibu hamil di derita pada ibu
mengatakan hamil yaitu adalah
pemeriksaan hiperemesis.
kandungan sudah  Sebagian besar
pernah dilakukan. keluhan yang
dialami ibu hamil
adalah mual/muntah
berlebihan yaitu
sebanyak (38%).
 Sebagian besar
kehamilan adalah
yang ke 1 ada 7
orang (53%).
 Sebagian besar
(69%) ibu hamil
yang masuk kategori
usia 20-35 tahun
perlu dilakukan
pengawasan pada
kehamilan secara
berkala.

62
D. Skoring

62
DIAGNOSIS ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNTAS IBU HAMIL DI
RW 04 BERADA PADA WILAYAH DESA. MARGO RUKUN, PACITAN,
JAWA TIMUR

No.
Diagnosis keperawatan Jumlah
prioritas

1. Perubahan nutrisi untuk ibu: kurang dari kebutuhan tubuh di RW 04 RT


07 berada pada wilayah Desa. Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur 47
berhubungan dengan mual dan muntah yang menetap sekunder akibat
hiperemesis.
2 Kurangnya volume cairan dan elektrolit ibu dan janin di RW 04 RT 07
berada pada wilayah Desa. Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur 45
berhubungan dengan kehilangan cairan berlebihan melalui muntah dan
tidak adekuatnya intake cairan.
3. Intoleransi aktivitas pada ibu hamil di RW 04 RT 07 berada pada
wilayah Desa. Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur berhubungan dengan
40
kelemahan karena tidak adekuatnya nutrisi dan peningkatan energi yang
dibutuhkan selama kehamilan.

62
E. Rencana

62
F. Implementasi

62
G. Evaluasi

62
4.1 Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Ibu Hamil
A. Keperawatan pada ibu hamil di komunitas
Perawatan pada ibu hamil bersifat preventif care untuk mencegah
terjadinya masalah kurang baik bagi ibu maupun janin agar dapat melalui
persalinan dengan sehat dan aman, di perlukan kesiapan fisik dan mental
ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal karena
dengan keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan janin yang dikandungnya (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Tujuan pelayanan pada ibu hamil adalah:
a. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan
tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental serta
sosial ibu dan bayi.
c. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama kehamilan.
d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat baik ibu
maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI Eksklusif
berjalan normal.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam
memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

62
B. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil di komunitas
Pelayanan kelompok khusus di masyarakat, dilakukan melalui
kelompok-kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan diantara kelompok
tersebut, yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas.
Selain itu, pembinaan pada kelompok ibu hamil dapat dilakukan melalui
Posyandu.
Perawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative maupun
resosialitatif.
1) Upaya promotif, untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dengan
melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
2) Upaya preventif, untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan terhadap ibu hamil melalui puskesmas dan kunjungan
rumah, perawatan rumah sakit sebagai tindak lanjut dari puskesmas
atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis,
perawatan payudara, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir.
3) Upaya rehabilitative, atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat di
rumah atau kelompok-kelompok ibu hamil yang menderita penyakit
tertentu seperti Hiperemesis Gravidarum, TBC, kusta dan cacat fisik
lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita.
4) Upaya resosiatif, adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat yang karena penyakitnya di kucilkan oleh masyarakat
seperti penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila (Effendy 1998).

C. Peran perawat dalam kelompok ibu hamil


a. Melakukan promosi kesehatan meliputi edukasi dan konseling untuk
meningkatkan perilaku sehat, untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kehamilan, hiperemesis gravidarum dan untuk meningkatkan

62
kenyamanan individu dan kemampuan dalam berdiskusi tentang
kesehatan dan sistem perawatan medis.
b. Promosi pemberian diet makanan untuk ibu hiperemesis dan
penyediaan pemberian intervensi edukasi.
c. Melakukan pembinaan terkait hiperemesis kepada kelompok sasaran
yaitu ibu hamil, ibu bersalin, keluarga, tokoh masyarakat setempat.
d. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga
yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan
rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat
yang tidak mampu atau dapat mengadakan tabungan ibu bersalin pada
ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya persalinannya nanti,
melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta mencari calon
pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam
persalinan ibu terjadi perdaharan sehingga tidak sampai terjadi
kematian ibu (Hari, 2011).

62
BAB IV
PENUTUP

5.1 Simpulan
1. Dari beberapa definisi diatas penulis menarik kesimpulan bahwa
kehamilan adalah bertemunya sel sperma dan sel ovum, tertanam dalam
cavum uteri yang menjadi konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan dimana janin dilahirkan dengan spontan dalam usia aterm tidak
lebih dari 43 minggu.
2. Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh system genitalia wanita
mengalami perubahan yang mendasar  sehingga dapat menunjang
perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.
3. Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual-muntah berlebihan
dan telah menganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan
elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar
5%. Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk
pengobatan psikologis, rehidrasi tambahan cairan.
4. Insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan.
5 Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa hiperemesis gravidarum
merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi.

62
5. Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum bisa dilakukan dengan cara
mengatur pola makan, diet dan terapi nutrisi, menghindari aktivitas yang
memberatkan, dan sering periksa kehamilan.
5.2 Saran
1. Untuk ibu yang menderita hiperemesis gravidariu: agar lebih
memperhatikan pola makan dan keadaan fisik ibu.
2. Untuk petugas kesehatan : agar dapat memberikan asuhan dan pandangan
tentang hiperemesis gravidarium dengan cara menginformasikannya
kepada masyarakat atau seorang ibu dengan baik, agar kedepannya
seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidak lagi menjadi penderita
hiperemesis gravidarium.
3. Perawat kesehatan komunitas kiranya dapat bekerja sama dengan
komunitas dan populasi untuk memperbaiki kembali kesehatan, dapat
memperhatikan standar evaluasi atau penilaian dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas dan dapat terlibat dalam koordinasi dan organisasi
dalam merespons isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan.

62
DAFTAR PUSTAKA

Stanhope Marcia, Ruth N. Knollmueller. (2007). Buku Saku Keperawatan


Komunitas Pengkajian, Intervensi & Penyuluhan. Ed. 3. Jakarta : EGC

www.scribd.com/doc/216274810 (Diakses pada tanggal 10-Maret-2015, pukul


19.35 WIB).

http://elibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.00.10854.pdf (Diakses pada tanggal 16-


April-2015, pukul 10.22 WIB).

Komang Ayu, H. A. (2011). Teori & Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas.


Jakarta : EGC

Anderson Elizabeth T, Judith McFarlane. (2006). Buku Ajar Keperawatan


Komunitas Teori dan Praktik. Ed. 3. Jakarta : EGC

Mubarak Iqbal W., (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta : SS


(Sagung Seto)

Tamher Sayuti, Mia Fatma Ekasari. (2009). Pengkajian Pada Individu, Keluarga,
dan Komunitas. Jakarta : TIM (Trans Info Media)

Ida Ayu. C. M. dkk, (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta : EGC

Ida Bagus G. M. dkk, (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

62
Sukowati Umi, dkk. (2010). Model Konsep & Teori Keperawatan Aplikasi Pada
Kasus Obstetri Ginekologi. Bandung : PT. Refika Aditama

Runiari Nengah, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis


Gravidarum. Jakarta : Salemba Medika

Hanifah Wiknjosastro, (2002). Ilmu Kebidanan. Ed. 3, Cet. 6, Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

62

Anda mungkin juga menyukai