Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang


Saat ini, praktik perawat komunitas dan kebanyakan para pekerja
komunitas di seluruh dunia dilandasi oleh konsep kemitraan, kerja sama, dan
pemberdayaan. Bersama pihak terkait lainnya dalam komunitasnya, mereka
berupaya dengan sungguh-sungguh untuk mencapai sehat untuk semua.
Tujuan mereka hanya dapat dicapai manakah hak asasi semua pihak,
khususnya para wanita, anak-anak serta semua orang yang terpinggirkan dan
lemah ditingkatkan dan dilindungi. Dengan kata lain, perawat komunitas
mengarahkan upaya-upaya mereka untuk mencapai tujuan ini, perawat
komunitas sangat memahami bahwa berbagai upaya peningkatan kesehatan
seharusnya didasarkan pada konteks yang lebih luas pada aspek sosial
ekonomi untuk masyarakat setempat, regional, maupun untuk masalah dan isu
global (Elizabeth, 2006).
Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual-muntah
berlebihan dan telah menganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan
elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar 5%.
Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk pengobatan
psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan medikamentosa
khusus (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di
Pakistan dan 1,9% di Turki. Literatur juga menyebutkan bahwa perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan.
Pendidikan kesehatan dilakukan dalam berbagai upaya pelayanan
kesehatan, yaitu upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pendidikan
kesehatan merupakan proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal baik fisik, mental dan sosial, masyarakat harus

1
mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi dan memenuhi kebutuhan mereka
serta mampu mengubah dan memodifikasi lingkungan baik fisik, sosial
maupun budaya (Notoatmodjo, 2005).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bgdn
2. Ngndd
3. Gnn
4. Gnn
5. Gnth
6. Hgth
7. Defs
8. Dfsg
9. Deg
10. efdg
1.3 Tujuan
1. Dfth
2. Htddh
3. Ht
4. Retg
5. Hytj
6. Ewr
7. Trgr
8. Wedwtf
9. Ytrj
10. hytj

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Ibu Hamil


2.2 Pengkajian Masa Usia Subur
2.2.1 Kehamilan
Perawatan pascanatal setelah masa hamil adalah fokus utama
dalam praktik keperawatan. Perawat membantu ibu selama waktu
kritis ini dengan memberikan penyuluhan, mengobservasi, dan
mendukung ibu beserta keluarga melalui proses normal yang biasa
ini. Suatu kontribusi yang signifikan dari perawatan adalah
identifikasi dini risiko. Instrumen berikut akan membantu perawat
dalam mencapai tujuan ini.

Tanda kehamilan

Waktu (usia gestasi) Tanda Penyebab lain yang mungkin

Tanda presumsi

3-4 minggu Perubahan Perubahan pramenstruasi,


payudara kontrasepsi oral.

Stres, latihan fisik yang aktif,


4 minggu
menopause dini, masalah-
Amenore
masalah endokrin, mal-
nutrisi.

Virus di saluran cerna,


keracunan makanan.
4-14 minggu
Infek, tumor pada pelvis
Mual, muntah
stres, penyakit gas,
peristalsis.
6-12 minggu

3
12 minggu Sering berkemih

16-20 minggu Keletihan

Quickening Kongesti pelvis

Tanda kemungkinan Kongesti pelvis

5 minggu Kongesti pelvis

6-8 minggu Tanda goodell Mola hidatidosa,


koriokarsinoma
6-12 minggu Tanda
Chadwick Hasil positif palsu dapat
4-12 minggu
disebabkan infeksi pada
Tanda Hegar
pelvis, tumor
Tes kehamilan
6-12 minggu Mioma, tumor lain
positif (serum)
Tumor, polip servikal
Hasil positif
terhadap tes
kehamilan
16 minggu
(urine)
16-28 minggu Tidak ada penyebab lain.

Kontraksi
Tanda positif braxton hicks
ballotement
5-6 minggu

16 minggu
Visualisasi janin
melalui
6 minggu pemeriksaan
ultrasound

4
Visualisasi janin
melalui

Pemeriksaan
10-17 minggu
sinar-X

Denyut jantung
janin dideteksi
dengan
17-19 minggu
ultrasound
denyut jantung
dideteksi dengan
menggunakan
19-22 minggu ultrasound
Doppler,
Kehamilan tahap
stetoskop
lanjut
Denyut jantung
janin di deteksi
dengan
menggunakan
stetoskop janin

Gerakan janin
terpalpasi

Gerakan janin
terlihat

2.2.2 Kategiori Faktor Resiko Tinggi


1. Faktor-Faktor Biofisis.
a. Pertimbangan ginetik. Faktor-faktor genetik dapat menggangu
perkembangan normal neonatus atau janin, menyebabkan
anomali kongenital, atau menciptakan kesuliatan untuk ibu.

5
Faktor-faktor ini meliputi gen yang mengalami defek, gangguan
yang dapat diturunkan, dan anomali kromosom, kehamilan
multipel, ukuran janin yang besar, dan inkompatibilitas ABO.
b. Status nutrisi. Tanpa nutrisi yang adekuat janin tidak akan
tumbuh dan berkembang dengan normal. Nutrisi yang adekuat
merupakan salah satu determinan paling penting yang
menentukan hasil akhir kehamilan. Kondisi-kondisi yang
memengaruhi status nutrisi mencakup hal-hal berikut : umur
yang mudah; tiga kehamilan dalam dua tahun terakhir ;
penggunaan tembakau alkohol, atau penggunaan obat-obatan;
asupan makanan yang tidak adekuat akibat penyakit kronik atau
konsumsi kelebihan; dan nilai hematrokrit kurang dari 33%.
c. Gangguan medis dan obstetri. Komplikasi kehamilan saat ini dan
kehamilan terdahulu, penyakit-terkait obstretri, dan keguguran
membuat klien berisiko.

2. Faktor-faktor Psikososial
a. Merokok. Terdapat hubungan sebab akibat yang kuat dan
konsisten antara ibu merokok dan penurunan berat badan lahir.
Resiko merokok meliputi berat bayi lahir rendah, angka
mortalitas neonatus yang lebih tinggi, peningkatan aborsi
spontan, dan zpeningkatan insidensi ruptur membran yang
prematur.resiko ini di perburuk oleh status ekonomi yang
rendah, status nutrisi yang buruk, dan penggunaan alkohol pada
waktu yang bersamaan.
b. Kafein. Defek kelahiran pada manusia tidak berhubungan
dengan konsumsi kafein. Asupan kafein yang tinggi (tiga
cangkir kopi atau lebih setiap hari) berhubungan dengan sedikit
penurunan berat badan lahir.
c. Alkohol. Walaupun efek pasti pada kehamilan belum pernah
diukur dan modal kerjanya sangat sulit untuk dijelaskan, alkohol
memiliki efek yang merugikan pada janin, sehingga

6
mrnyebabkan sindrom alkohol janin, efek alkohol pada janin,
ketidakmampuan belajar, dan hiperaktivitas.
d. Obat-obatan. Janin yang sedang berkembang dapat memperoleh
dampak buruk obat-obatan melalui beberapa mekanisme. Obat-
obat ini dapat bersifat teratogenik, menyebabkan gangguan
metabolik, menimbulkan efek kimiawi, atau mengakibatkan
kesehatan atau dibeli secara bebas, juga termasuk obat-obatan
yang disalahgunakan, seperti heroin, kokain, dan mariyuana.
e. Status psikologis. Usia subur mencetus perubahan sosial,
psikologis, fisiologis yang kompleks dan besar disertai bukti
yang menunjukkan suatu hubungan antara distres emosi dan
komlikasi kelahiran. Faktor resiko ini meliputi kondisi-kondisi,
seperti gangguan intrafisik yang spesifik dan gaya hidup
ketergantungan; riwayat penganiaya an anak atau penganiayaan
pasangan; sistem pendukung yang tidak adekuat; kerusakan
atau tidak adanya solusi dalam keluarga; perubahan atau konflik
peran ibu; ketidakpatuhan terhadap norma-norma budaya;
praktik keagamaan, etni, dan budaya yang tidak aman; dan krisis
situasional.

3. Faktor-faktor sosiodemografik.
a. Pendapatan yang rendah. Kemiskinan mencetuskan banyak
faktor resiko lain dan menyebabkan tidak adekuatnya sumber-
sumber finansial untuk makanan dan perawatan pranatal,
buruknya kesehatan secara umum, meningkatnya resiko
komplikasi medis kehamilan, dan lebih tingginya prevalensi
pengaruh lingkungan yang merugikan.
b. Kekurangan perawatan prenatal. Kegagalan untuk
mendiagnosis dan mengobati komplikasi secara dini merupakan
faktor resiko utama yang muncul akibat hambatan finansial atau
akses yang kurang untuk mendapatkan perawatan;
depersonalisasi sistem yang menyebabkan lamanya waktu
tunggu, adanya kunjungan rutin, varibialitas personel perawatan

7
kesehatan, dan lingkungan fisik yang tidak menyenangkan;
kurangnya pemahaman tentang kebutuhan akan perawatan yang
dini dan bersinambungan atau keyakinan budaya yang tidak
mendukung kebutuhan tersebut; dan rasa takut akian sistem
perawatan kesehatan dan tenaga kesehatan.
c. Usia. Wanita dimasa usia subur awal dan usia subur lanjut
memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk memperoleh hasil
akhir yang buruk. Akan tetapi, usia mungkin bukanlah faktor
resiko untuk semua kasus. Baik resiko psikologis maupun resiko
fisiologis, keduanya harus di evaluasi.

Remaja-Komplikasi lebih banyak terlihat pada ibu muda (kurang


dari 15 tahun), yang memiliki angka kematian 60% lebih tinggi
daripada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun, dan pada kehamilan
yang terjadi kurang dari tiga tahun setelah menarke. Komplikasi ini
meliputi anemia, hipertensi yang diinduksi kehamilan (KIH),
persalinan yang lama, serta kontraksi pelvis dan disproporsi
sevalopelvis. Implikasi sosial jangka panjang akibat perubahan peran
menjadi ibu pada usia dini adalah status pendidikan dan pendapatan
yang lebih rendah, kebergantungan yang meningkat pada program
dukungan dari pemerintah, angka perceraian yang tinggi, dan paritas
yang lebih tinggi.

Ibu yang telah matang- Resiko yang muncul pada ibu yang
berusia lebih tua bukan hanya disebabkan oleh usia, trtapi juga oleh
pertimbangan lain, seperti jumlah kehamilan dan jarak waktu dari
kehamilan sebelumnya; disposisi genetik orang tua, riwayat medis,
gaya hidup, nutrisi, dan perawatan prenatal. Kemungkinan penyakit
kronis yang meningkat dan komplikasi-komplikasi lain yang timbul
akibat penatalaksanaan medis kehamilan dan persalinan yang lebih
invasif serta karakteristik demografik kelompok ini membuat wanita
yang berusia lebih tua beresiko mengalami hal tersebut. Wanita pada
kelompok ini memiliki kemungkinan mengalami kondisi-kondisi

8
medis, yang meliputi hipertensi dan KIH, diabetes, persalinan yang
lama, melahirkan secara sesaria, plasenta previa, abrupsio plasenta,
dan makrosomia, kelainan kromosom, malformasi kongenital, dan
mortalitas neonatus.

a) Paritas. Jumlah kehamilan terdahulu merupakan faktor resiko yang


terkait dengan usia dan melibatkan semua kehamilan pertama,
khiususnya pertama di masa usia subur awal maupun dimasa usia
subur akhir. Insidensi KIH dan distosia lebih tinggi pada kelahiran
anak yang pertama.
b) Status pernikahan. Peningkatan angka mortalitas dan morbiditas
pada wanita yang tidak menikah, termasuk lebih tingginya risiko
untuk mengalami KIH, sering kali dihubungkan dengan perawatan
pranatal yang tidak adekuat dan usia subur yang lebih muda.
c) Tempat tinggal. Ketersediaan dan kualitas perawatan pranatal
sangat bervariasi bergantung pada tempat tinggal secara geografis.
Wanita yang tinggal di daerah metropolitan lebih sering melakukan
kunjungan pranatal dibandingkan wanita yang tinggal di daerah
pedesaan, yang memiliki lebih sedikit kesempatan untuk
memperoleh perawatan khusus sehingga mereka memiliki insidensi
kematian ibu yang lebih besar. Perawatan kesehatan di pedalaman
kota, yakni daerah dengan penduduk yang biasanya lebih miskin
dan mulai memiliki anak pada usia yang lebih dini dan berlangsung
lebih lama, memiliki kualitas yang lebih rendah daripada perawatan
kesehatan di lingkungan yang lebih makmur.
d) Kesukuan. Walaupun faktor suku sendiri bukan merupakan faktor
resiko utama, ras adalah indikator faktor resiko sosiodemografis
yang lain. Wanita yang tidak berkulit putih memiliki kemungkinan
tiga kali lebih besar untuk meninggal akibat berbagai sebab terkait
dengan kehamilan. Bayi-bayi afrika-amerika memiliki angkat
prematuritas dan berat lahir rendah paling tinggi, dengan angka
mortalitas bayi di antara keturunan afrika-amerika dua kali lebih
tinggi dari angka mortalitas bayi keturunan kulit putih.

9
4. Faktor-faktor lingkungan.
Berbagai substansi lingkungan dapat memengaruhi kesuburan
dan perkembangan janin, kesempatan untuk melahirkan bayi hidup,
dan perkembangan mental dan fisik anak selanjutnya. Pengaruh
lingkungan meliputi infeksi, radiasi, zat-zat kimia, seperti petisida,
obat-obatan terapeutik, oabt-obatan terlarang, polutan industri, asap
rokok, stres, dan diet. Pajanan peternal pada agens-agens mutagenik
di tempat kerja di kaitkan dengan peningkatan resiko aborsi spontan.

2.2.3 Masalah Kehamilan Khusus Dan Faktor-Faktor Resiko Terkait.


1. Persalian prematur.
 Usia kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun.
 Status sosioekonomi yang rendah
 Berat ibu dibawa 50 kg
 Nutrisi yang buruk
 Kelahiran pematur terdahulu
 Serviks yang tidak kompeten
 Anomali uterus
 Merokok
 Kecanduan obat dan penyalahgunaan alkohol
 Pielonefritis, pneumonia
 Gestasi multipel
 Anemia
 Presentasi janin abnormal
 Ruptur membran prematur
 Kelainan plasenta
 Infeksi

2. Polihidramnion
 Diabetes melitus
 Gestasi multipel
 Anomali kongenital janin

10
 Isoimunisasi (Rh atauABO)
 Hidrops nonimun
 Presentasi janin yang abnormal

3. Restriksi pertumbuhan intrauterin (IUGR)


 Gestasi multipel
 Nutrisi buruk
 Penyakit jantung sianotik pada ibu
 Hipertensi kronik
 Hipertensi yang diinduksi kehamilan
 Hemoragi antepartum berulang
 Merokok
 Diabetes maternal disertai masalah-masalah pembuluh darah
 Infeksi janin
 Anomali kongenital pada janin
 Hemoglobinopati

4. Oligohidramnion
 Agenenis ginjal (sindrom potter)
 Ruptur membran yang lama
 Kematian janin intrauterin

5. Kehamilan pascapartum
 Anensefali
 Defisiensi sulfatase plasenta
 Hipoksia perinatal, asidosis
 Insufisiensi plasenta

6. Kelainan kromosom
Usia ibu 35 tahun atau lebih
Translokasi seimbang (ibu dan ayah)
Pedoman pengkajian pranatal

11
2.2.4 Pedoman pengkajian pranatal

1. Aspek-aspek adaptasi
 Usia
 Respons awal terhadap kehamilan
 Kehamilan yang direncanakan dan tidak direncanakan
 Perasaan tentang kehamilan
 Jumlah anak yang diinginkan
 Persepsi terhadap kehamilan yang memengaruhi aktivitas dan
tanggung jawab saat ini.
 Persepsi terhadap peran menjadi orang tua yang memengaruhi
aktivitas dan rencana di masa depan.
 Tugas perkembangan kehamilan saat ini: mekanisme koping,
fantasi tentang kehamilan, perubahan mooddan dampaknya
pada orang lain.
 Fungsi seksual selama kehamilan: perubahan, perasaan,
masalah sifat ketertarikan yang diungkapkan secara verbal
tentang diri sendiri dan janin.
 Persiapan untuk kelas pranatal (jenis, kapan selesai), tempat
melahirkan, anak-anak yang lain saat ibu tidak ada, dan
saudara kandung yang akan lahir.
 Riwayat menstruasi: masalah, periode menstruasi normal
terakhir, perkiraan tanggal kelahiran.
 Tinggi dan berat badan sebelum hamil
 Riwayat obstetrik yang lalu: tanggal, perjalanan, tanggal akhir.
 Status obstetrik saat ini: perjalanan, pengkajian abdomen,
quickening bunyi jantung janin, tekanan darah, urinalisis, berat
badan dan pola peningkatan berat badan, tanda-tanda
komplikasi utama kehamilan
 Riwayat medis yang lalu: penyakit, tanggal, pengobatan, hasil
akhir, pembedahan, penyakit pada masa kanak-kanak, status

12
imunisasi saat ini, alergi, penyakit akibat hubungan seksual,
masalah-masalah emosi
 Riwayat medis keluarga: penyakit, masalah emosional,defek
genetik (pada keluarga ibu dan ayah)
 Kehilangan orang terdekat lain tahun lalu
 Intoleransi terhadap makanan (laktosa, mual,dan muntah),
mengidam, dan pika (memakan makanan yang tidak lazim)
 Suplemen diet mineral-vitamin-besi yang digunakan
 Pola eliminasi: perubahan, masalah dengan obat-obatan yang
digunakan
 Pola istirahat, pola tidur: kesulitan, obat-obatan yang
digunakan
2. Aspek-Aspek sistem keyakinan personal dan gaya hidup
 Tanggal pertama mencari perawatan pranatal pada kehamilan
saat ini dan kehamilan sebelumnya
 Alasan mencari dan menerima perawatan pranatal
 Keyakinan tentang kehamilan dan melahirkan anak: keyakinan
budaya tentang kehamilan dan melahirkan (anterpatum,
intrapartum, pascapartum)
 Ras, kelompok etnis
 Keyakian tentang peran ayah selama kehamilan dan persalinan
dan di dalam perawatan anak
 Persepsi tentang kebutuhan janin
 Persepsi tentang kebutuhan bayi dan metode yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan ini
 Riwayat penggunaan kontrasepsi: metode yang digunakan,
kegagalan atau masalah, pengetahuan tentang metode
pengganti, kemaun untuk menggunakannya
 Pola penggunaan tembakau, alkohol, obat-obatan yang
diresepnya dan yang tidak diresepkan,obat-obatan telarang;
persepsi tentang efek obat terhadap kesehatan diri sendiri dan
janin

13
 Pola asupan nutrisi: makan yang tidak disukai, riwayat dan
metode diet
 Metode yang direncanakan dalam pemberian makanan bayi:
mengapah di pilih
 Pekerjaan: saat ini, sebelumnya, lam bekerja, syarat-syarat
dalam bekerja, rencana pekerjaan saat ini
 Aktivitas rekreasi: rencana untuk meneruskannya, penggunaan
sabuk pengaman dalam mobil, hewan peliharaan di rumah
aktivitas di komunitas
 Pengalaman sebelumnya dan persepsi tentang personel
perwatan kesehatan dan lembaga
 Tanggal pemeriksaan fisik terakhir, termasuk pemeriksaan
payudara, pap smear, film sinar-X dada, pemeriksaan gigi
 Apakah melakukan pemeriksaan payudara mandiri secara
teratur; apabila tidak, apabila tertarik untuk mempelajarinya?
3. Aspek-aspek pendukung

 Alamat : berapa lama tinggal disana, akomodasi tempat


tinggal, telepon , rencana untuk pindah (kapan, kemana,
mengapa?)
 Tingkat pendidikan dan rencana dimasa depan tentang
pendidikan
 Agama yang dipilih: keterlibatan aktif atau normal
 Status pernikahan: lama menikah
 Ayah bayi: usia, pekerjaan, tingkat pendidikan, kelompok ras
dan suku, pilihan agama
 Komposisi keluarga: anggota keluarga yang tinggal di rumah
 Pola komunikasi dengan orang terdekat lain
 Pola komunikasi dengan personel kesehatan
 Persepsi sistem pendukung (pasangan, keluarga, teman-teman,
lembaga di komunitas): kesediaan dan keinginan untuk
menggunakan sistem tersebut

14
 Persepsi tentang makna kehamilan ini bagi orang terdekat lain;
respons pasangan terhadap berita kehamilan
 Tipe layanan pranatal yang diterima dan persepsi tentang
keadekuatannya
 Transportasi yang tersedia
 Layanan sosial dan lembaga komunitas yang diikuti; berapa
lama dan siapa orang yang dapat dihubungi
 Konsep diri dan kemampuan yang disadari untuk menghadapi
situasi kehidupan
 Konsep citra tubuh: sebelum hamil dan saat ini; respons
terhadap perubahan fisiologis kehamilan
 Respons pasangan terhadap perubahan tubuh selama masa
kehamilan
 Perasaan tentang”peran menjadi ibu” yang dirasakan ketika
masih kanak-kanak; riwayat terpisah dari ibu
 Pengalaman sebelumnya dengan bayi; pengetahuan tentang
perawatan bayi
 Persaan tentang kehamilan sebelumnya, persalinan, purperium,
keterampilan menjadi seorang ibu
 Pengetahuan tentang reproduksi, persalinan dan melahirkan,
dan purperium
2.3 Evaluasi Kehamilan Normal Trimester

1. Daftar periksa trimester pertama


 Diagnosis dan perkiraan tanggal kelahiran
 Jadwal dan peristiwa yang terjadi saat kunjungan konseling untuk
perawatan diri:
 Rencana melahirkan
 Adaptasi/ ketidaknyamanan
 Perubahan payudara
 Sering berkemih
 Mual dan muntah

15
 Hidung tersumbat dan epistaksis
 Gingivitisd dan epulis
 Leukorea
 Keletihan
 Respons psikologis dan dinamika keluarga
 Latiahan fisik dan istirahat
 Relaksasi
 Nutrisi
 Seksualitas
 Variasi budaya
 Tanda peringatan dan komplikasi yang potensial
 Sumber-sumber
 Pendidikan
 Pemeriksaan gigi
 Layanan medis
 Layanan sosial
 Ruang gawat darurat
 Tes diagnostik
 Sebutkan
 Lain-lain

2. Daftar periksa trimester-kedua


 Jadwal kunjungan dan peristiwa
 Pengkajian pada ibu
 Pertumbuhan dan perkembangan janin
 Tes diagnostik
 Sebutkan
 Konseling perawatan diri
 Keluarga berencana
 Adaptasi/ketidaknyamanan

16
 Perubahan kulit
 Palpasi
 Hampir pingsan
 Distres saluran cerna
 Varises
 Distres neuromuskular skeletal
 Keamanan (sabuk pengaman dilengkapi pengaman bahu dan penopang
kepala)
 Latihan fisik dan istirahat
 Relaksasi
 Nutrisi
 Alkohol dan substansi lain
 Seksualitas
 Higiene personal
 Tanda peringatan komplikasiyang potensial
 Lain-lain

3. Daftar periksa trimester-ketiga


 Jadwal dan peristiwa dalam kunjungan
 Konseling untuk perawatan diri
 Adaptasi/ketidaknyaman
 Dispnea
 Insomnia
 Respons psikologis dan dinamika keluarga
 Gingivitis dan epulis
 Sering berkemih
 Ketidaknyamanan dan tekanan pada perineum
 Kontraksi Braxton Hicks
 Kram tungkai
 Edema pergelangan tangan
 Keaman (keseimbangan)

17
 Latihan fisik dan istirahat
 Relaksasi
 Nutrisi
 Seksualitas
 Tanda peringatan komplikasi yang potensial
 Tanda peringatan-persalinan prematur
 Pertumbuhan dan perkembangan janin
 Persiapan untuk bayi
 Metode pemberian makan
 Persiapan puting
 Persiapan persalinan
 Pengenalan: palsu versus janin
 Kelas prenatal
 Pengontrolan ketidaknyamanan
 Tur di rumah sakit
 Pembagian tugas untuk para anggota keluarga
 Persiapan untuk kembali ke rumah
 Tes diagnostik
 Sebutkan
 lain-lain

Cara Mengenali Persalinan

Karena awitan persalinan prematur tidak jelas dan sering kali sulit untuk
dikenali, penting bagi anda untuk mengetahui cara merasakan kontraksi
uterus pada abdomen anda. Anda dapat merasakan ananya kontraksi dengan
cara berikut. Sambil berbaring, letakkan ujung-ujung jari anda di puncak
uterus anda. Apabila uterus berkontraksi, anda akan benar-benar merasakan
abdomen anda menegang dan menjadi keras dan kemudian menjadi rileks
atau melunak saat kontraksi hilang.
Apabila anda berpikir bahwa anda mengalami salah satu tanda dan gejala
lain persalinan prematur, kosongkan kandung kemih anda, minum tiga sampai

18
empat gelas airuntuk hidrasi, berbaringlah dengan posisi badan anda menekuk
ke samping, dan tempatkan sebuah bantal di punggung anda sebagai
penompang.
Periksa adanya kontraksi selama satu jam. Untuk mengetahui seberapa
sering kontraksi terjadi, perikska berapa menit jarak antara awal suatu
kontraksi dan awal kontraksi berikutnya.
Merupakan hal yang normal untuk mengalami beberapa kontraksi uterus
sepanjang hari. Kontraksi-kontraksi itu muncul saat wanita mengubah
posisinya. Kontraksi ini biasanya muncul tidak teratur dan dirasakan sebagai
kontraksi ringan yang disebut kontraksi Bracton Hicks. Kontraksi ini
membantu meningkatkan tonus uterus dan perfusi uteroplasenta.
Merupakan hal yang tidak normal apabila seorang wanita sering
mengalami kontraksi uterus (setiap 10 menit atau lebih sering selama satu
jam).
Kontraksi pada persalinan berlangsung teratur, sering, dan keras.
Kontraksi ini juga dapat dirasakan sebagai abdomen dan nyeri punggung.
Tipe kontraksi ini menyebabkan serviksmenipis dan berdilatasi.
Hubungi dokter utuma anda di klinik, atau di unit bersalin atau
melahirkan, atau pergi ke rumah sakit, aapabila salh satu tanda berikut
muncul:
 Anda mengalami kontraksi setiap 10 menit atau lebih sering selama atu
jam atau
 Anda memiliki tanda-tanda dan gejala lain selama satu jam atau
 Anda mengelurkan bercak darah dan cairan dari vagina anda.

Sering kali sulit untuk mengidentifikasi persalinan prematur Diagnosis


yang akurat dapat di capai melalui pengkajian yang dilakukan oleh pemberi
perawatan kesehatan, biasanya di rumah sakit atau di klinik.
Tempat instruksi ini di tempat yang dapat dilihat oleh setiap orang
dikeluarga Anda.

19
Tanda Komplikasi Potensial Per Trimester

Trimester pertama

Tanda/gejala kemungkinan penyebab

a. Muntah-muntah berat a. hiperemisis gravidarum


b. Menggigil, demam b. infeksi
c. Rasa terbakar saat berkemih c. infeksi
d. Diare d. infeksi
e. Kram abdomen, perdarahan e. aborsi spontan, keguguran
pervagina

Trimester kedua dan ketiga

Tanda /gajala kemungkinan penyebab

a. Muntah-muntah berat dan a. Hiperemisis gravidarum


persistem
b. Rabas cairan amnion dari b. Ruptur mambran
vagina
c. Perdarahan per vagina, nyeri c. keguguran, terlepasnya plasenta
abdomen yang berat
d. Mengigil, demam, rasa terbakar d. infeksi
saat berkemih, diare
e. Perubahan pada gerakan janin; e. bahaya janin atau kematian janin
tidak ada gerakan janin setelah intrauterin

quickening,terdapat perubahan
pola atau jumlah gerakan yang
tidak lazim.
f. Kontraksi uterus f. persalinan prematur

20
g. Gangguan pengelihatan: g. kondisi-kondisi hipertensi, KIH
penglihatan kabur, penglihatan
ganda, atau adanya bintik h. kondisi-kondisi hipertensi, KIH
h. Wajah atau jari-jari dan daerah
sekitar sekrum bengkak i. kondisi-kondisi hipertensi, KIH
i. Sakit kepala: berat, sering, atau
kontinu j. kondisi-kondisi hipertensi, KIH
j. Iribilitas atau konvulsi otot k. kondisi-kondisi hipertensi, KIH
k. Nyeri epigastrik (dipersepsikan
sebagai nyeri lambung yang l. Diabetes melitus gestasional
berat)
l. Glukosuria, hasil tes toleransi
glukosa yang positif

Gejala-Gejala Menjelang Persalinan

Kontraksi uterus: ibu diinstruksikan untuk melaporkan frekuensi, durasi,


dan intensitas kontraksi uterus. Persalinan sejati ditandai oleh peningkatan
frekuensi, kekuatan, dan durasi kontraksi. Pada persalinan sejati, peningkatan
aktivitas mengintensifkan gejala-gejala ini. Apabila ibu mengalami persalinan
palsu, suatu peningkatan aktivitas biasanya menyebabkan gejala-gejala
hilang. Ibu nulipara biasanya dianjurkan untuk tetap tinggal di rumah sampai
kontraksi menjadi teratur dan jarak antar kontraksi lima menit. Ibu yang
sebelumnya sudah pernah melahirkan di anjurkan tetap tinggal di rumah sapai
kontraksi teratur dan jarak antara kontraksi 10 menit. Apabila ibu tinggal di
lokas yang berjarak 20 menit arau lebih dari rumah sakit atau memiliki
riwayat persalinan cepat, instruksi yang diberikan harus disesuiakan dengan
kondisi tersebut.
Reptur membran: cairan bocor atau menembur
Penampakan darah : aliran darah sedikit, berwarna merah mudah, dan lengket
(mengandung lendir).

21
Perkembangan Janin
4. Perkembangan janin pada usia 13 minggu.
 Deferensiasi jaringan komplet saat periode organogenesis berakhir

 Janin tampak seperti manusia.

 Jenis kelamin eksterna janin dapat dikenali.

 Rangka mengalami osifikasi.

 Bakal gigi membentuk.

 Kerja pernapasan terlihat

 Insulin disekresikan (sejak minggu ke-8)

 Ginjal menyekresikan urine.

 Usus halus kembali ke abdomen.

 Panjang kepala adalah satu pertiga panjang badan total.

 Panjang badan : 9 cm

 Berat badan : 15 gram

 Kerentanan janin untuk mengalami malformasi yang disebabkan oleh


agens-agens teratogenik menurun setelah usia gestasi 8-10 minggu.

5. Perkembangan janin pada usia 26 minggu

 Mampu hidup pada usia 24 minggu

 Gerakan janin terlihat jelas

 Denyut jantung janin terlihat jelas

 Rambut di kulit kepala, alis, dan bvulu mata telah terbentuk, dan lanugo
yang halus dan verniks menutupi kulit.

22
 Kelopak mata masi menyatu.

 Kulit berwarna merah, mengkilat, dan tipis.

 Wajah berkerut, tampat seperti “wajah orang yang tua”

 Panjang badan 600 gr.

 Uterus berada sejajar atau sedikit di atas umbilikus.

6. Perkembangan janin pada usia 40 minggu

 Nutrisi dan imunoglobulin ibu disimpan.

 Lemak subkutan di simpan.

 Besi, nitrogen, dan kalsium disimpan dalam jumlah yang berlebihan.

 Pada pria: testes didalam skrotum yang sangat keriput

 Pada wanita: labia telah terbentuk dengan sempurna dan menutupi


vestibula.

 Pada umumnya, lanugo telah lepas, kecuali pada kedua bahu.

 Kontur tubuh padat.

 Verniks berkurang.

 Panjang rambut pada kulit kelapa 2 sampi 3 cm.

 Tulang rawan pada hidung dan telinga terbentuk sempurna.

 Panjang janin ialah 45-55 cm.

 Berat janin 3400 gr (rata-rata).

 Tinggi fundus di bawah xifoideus setelah ligtening ( sensasi menu


runnya ketegangan perut karena turunnya uterus ke rongga pelvis).

23
Teslaboratorium pada periode pranatal

Tes laboratorium Tujuan

1. Hemoglobin/ hematokrit/SPD, 1. Agar mengetahui jumlah


diferensial Hemoglobin/ hematokrit/SPD,
2. Hemoglobin elektroforesis diferensial.
2. Agar mengetahui hasil dari
3. Tipe darah, Rh, antibodi tidak Hemoglobin elektroforesis
teratur 3. Agar mengetahui Tipe darah, Rh,
4. Titer rubela antibodi tidak teratur
5. Tes kulit tuberkulin; foto dada 4. Untuk mengetahui tentang titer
setelah usia kehamilan 20 minggu rubula dalam tubuh ibu hamil
pada wanita dengan tes tuberkulin 5. Agar mengetahui tingkatan atau
reaktif normalnya kulit tuberkulin pada ibu
6. Urinalisis, termasuk pemeriksaan hamil
mikroskopik sedimen urine; pH, 6. Agar mengetahui kadar Urinalisis,
berat jenis, warna, glikosa, termasuk pemeriksaan mikroskopik
albumin, protein, SDM, SDP, sedimen urine; pH, berat jenis,
silinder, aseton, hCG warna, glikosa, albumin, protein,
7. Tes fungsi ginjal: BUN, kreatinin, SDM, SDP, silinder, aseton, hCG di
elektrolit, bersihan kreatinin, dalam tubuh
ekskresi protein total 7. Agar mengetahui kondisi ginjal pada
8. Tes papanikolaou ibu hamil hiperemesis gravidarum.
9. Smear vaginal atau rektal untuk 8. Agar mengetahui hasil dari Tes
Neisseria gonorrhoeae, papanikolaou.
chlamydia, HPV, streptococcus 9. Untuk mengetahui fungsi dari Smear
kelompok B vaginal atau rektal untuk Neisseria
10. VDL/FTA-ABS gonorrhoeae, chlamydia, HPV,
11. Antibodi HIV, antigen permukaan streptococcus kelompok B
hepatitisB, toksoplasmosis 10. Agar mengetahui hasil dari
12. Toleransi glukosa satu-jam VDL/FTA-ABS
13. Pemeriksaan jantung : EKG, film 11. Agar mencegah virus virus dalam
sinar-x dada, ekokardiogram tubuh ,pada ibu hamil hiperemesis
12. Agar mengetahu kadar glukosa tiap
satu jam pemeriksaannya
13. Agar mengetahui kesehatan janin
pada dalam ibu hamil

Faktor-Faktor Resiko Menjadi Orang Tua Pada Usia Remaja

1) Aktivitas seksual dimulai dini

24
2) Pengguanaan alat kontrasepsi tidak konsisten atau tida menggunakannya
sama sekali
3) Pengetahuan tentang metode KB tidak benar atau kurang
4) Adanya berier nyata atau berier yang diperkirakan dalam memperoleh
layanan KB
5) Biaya penggunaan produk-produk kontrasepsi yang di jual bebas
6) Gagal dalam pendidikan sekolah akibat rasa bosan, sering bolos, dan/atau
putus sekolah
7) Harga diri rendah: sehingga berpikir bahwa memiliku seorang bayi adalah
sesuatu yang baik untuk dicapai, baik dari sudut pandang pria maupun dari
sudut pandang wanita (misalnya, dari sudut pandang pria, “saya dapat
membuat seseorang hamil”; dari wanita, “saya hamil”)
8) Status sosial ekonomi yang rendah
9) Depresi, memainkan peran seksual: dapat menjadi indikasi depresi
dan/atau penyiksaan sesual
10) Penyalahgunaan substasi: obat-obatan, alkohol
11) Pelecehan seksual, pemerkosaan, inses oleh kerabat pria atau “kekasih”
ibu si remaja
12) Kehamilan terdahulu atau pengguguran kandungan yang paksakan: remaja
mungkin memiliki keinginan untuk menggantikan penguguran tersebut
13) Keguguran spontan (remaja memerlikan konseling yang adekuat setelah
kandungannya gugur, baik direncanakan maupun tidak direncanakan,
untuk melindungi diri dari depresi dan/atau residivisme)
14) Keluarga disfungsional/kehidupan rumah yang kacau: remaja mungkin
bertanggung jawab untuk adik-adiknya dan berpikir bahwa memiliki bayi
sendiri merupakan sebuah “jalan keluar”
15) Riwayat penyakit menular seksual
16) Teman laki-laki/ pacar yang lebih tua (tekanan bagi remaja untuk
melakukan hubungan seksual)
17) Pacar baru, selama kehamilan atau setelah kelahiran bayi, dapat
menginginkan bayinya sendiri sekarng-resiko untuk kehamilan kedua
18) Individu yang memiliki keinginan tinggi dalam mencapai sesuatu

25
19) Pasangan seksual multiple

BAB II

PEMBAHASAN

3.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum

1. Hiper salivasi (ptialismus) atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa.
Hipersalivasi atau ptialismus berarti pengeluaran air ludah yang berlebihan
pada ibu hamil, terutama pada trimester pertama. Keadaan ini disebabkan
oleh meningkatnya hormon esterogen dan human chorionic gonadotropin.
Selain itu, ibu hamil sulit menelan ludah karena mual dan muntah.
Pengobatannya tidak ada dan ptialismus akan menghilang dengan tuanya
kehamilan. Jika simtomatik dapat diberikan vitamin B kompleks dan
vitamin C.

2. Morning sickness. Terjadi sekitar 80-95%, paling ringan, kepala pusing saat
bangun pagi, dan terasa mual, tetapi tanpa muntah. Pengobatan: hindari
bangun tiba-tiba atau berjalan, duduk terlebih dahulu di tempat tidur
sebelum berdiri.

3. Emesis gravidarum. Terjadi sekitar 65-70%. Mungkin masih terdapat sisa


moorning sickness. Disertai muntah ringan, tetapi tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari. Berobat jalan dilakukan diantaranya adalah
pengobatan psikologis agar tenang, vitamin B6, B2, dan B kompleks, serta
vitamin C, dan diberi obat penenang ringan (Vilisanbe-valium 2-5
mg/hari).

4. Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual-muntah berlebihan


dan telah menganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan
elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar

26
5%. Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk
pengobatan psikologis, rehidrasi tambahan cairan. Diperlukan pengobatan
medikamentosa khusus (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Emesis gravidarum merupakan keluhan umum pada kehamilan muda.


Terjadinya kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena
terdapat peningkatan hormon esterogen, prodesteron, dan pengeluaran human
chorionic gonadrotophin plasenta. Hormon-hormon inilah yang
menyebabkan emesis gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah
kepala pusing, terutama pagi hari, disertai mual-muntah sampai kehamilan
berusia 4 bulan. Emesis gravidarum dapat diatasi dengan berobat jalan
(poliklinik) (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Hiperemesis gravidarum. Sebagian besar emesis gravidarum (mual-


muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat jalan, serta pemberian obat
penenang dan antimuntah. Namun, sebagian kecil wanita hamil tidak dapat
mengatasi mual-muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kegiatan
sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan serta terganggunya
keseimbangan elektrolit (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis


dipakai untuk keperluan energi sehingga pembakaran tubuh beralih pada
cadangan lemak dan protein. Oleh karena pembakaran lemak kurang
sempurna, terbentuk badan keton dalam darah yang dapat menambah
beratnya gejala klinis. Sebagian cairan lambung serta elektrolit natrium,
kalium, dan kalsium, dikeluarkan melalui muntah. Penurunan kalium akan
manambah beratnya muntah sehingga makin berkurang kalium dalam
keseimbangan tubuh serta makin mengkatkan terjadinya muntah (Ida Ayu C.
M. dkk, 2009).

Muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh makin berkurang


sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat melambatkan
peredaran darah, yang berarti konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan
berkurang. Kekurangan makanan dan oksigen ke jaringan akan menimbulkan

27
kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan ibu
hamil (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah


kapiler pada lambung dan esofagus sehingga muntah bercampur darah.
Kedaan ini dapat menimbulkan kekhawatiran ibu hamil dan menakutkan
keluarganya. Sekalipun kejadian muntah dalam bentuk hiperemesis
gravidarum tidak banyak di jumpai, penanganannya memerlukan perhatian
yang serius (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

3.2 Etiologi

Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Namun,


beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Faktor adaptasi dan hormonal. Pada ibu hamil yang kekuranga darah,
lebih sering terjadi hiperemesis gravidarum. Yang termasuk dalam ruang
lingkup faktor adaptasi adalah ibu hamil dengan anemia, wanita
primigravida, dan overdistensi rahim pada kehamilan ganda dan
kehamilan mola hidatidosa. Sebagian kecil primigravida belum mampu
berdaptasi terhadap hormon esterogen dan gonadrotopin korionik,
sedangkan pada kehamilan ganda dan mola hidatidosa, jumlah hormon
yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya hiperemesis
gravidarum.

2) Faktor psikologis. Hubungan faktor psikologis dengan kejadian


hiperemesis gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan bahwa wanita
yang menolak hamil, takut kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan
dengan suami, diduga dpat menjadi faktor kejadian hiperemesis
gravidarum. Dengan perubahan suasana dan masuk rumah sakit,
penderitaannya dapat berkurang sampai menghilang.

3) Faktor alergi. Pada kehamilan, diduga terjadi invasi jaringan vili korialis
yang masuk kedalam peredaran darah ibu sehingga faktor alergi dianggap
dapat menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.

28
Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas,
tetapi muntah yang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan dehidrasi
memberi petunjuk bahwa ibu hamil tersebut memerlukan perawatan yang
intensif (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

Faktor Predisposisi

FISIOLOGI
Endokrin
Metabolik
Alergi
infeksi

SOSIOKULTURAL
PSIKOSPIRITUAL Pendapatan dan pekerjaan.
Cemas, stres, takut. Penyesuaian harapan
Kesadaran akan hidup WANITA HAMIL sosial.
dan kematian. DENGAN Media yang
Hal yang HIPEREMESIS menggambarkan
mengguncang GRAVIDARUM kehamilan.
Tanggung jawab. Keadaan yang normal atau
Kehilangan kontrol perlu pengobatan.
Takhayul dan mitos.

LINGKUNGAN
Bau-bauan, polutan.
Pestisida.
Bising.
Wilayah padat.

Skema 2-1. Pendekatan Holistik Terhadap Penyebab, Faktor Predisposisi, dan


Faktor yang Memperberat Terjadinya Hiperemesis Grvidarum.

29
3.3 Patofisiologi

Patofisiologi hiperemesis gravidarum masi belum jelas (Meltzer, 2000;


Neill & Nelson, 2003; Edelman, 2004); namun peningkatan kadar
progesteron, estrogen, dan namun chorionic gonadotropin (hCG) dapat
menjadi faktor pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron
menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi
sehingga metilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat.
Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam
hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini
diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis,
spiritual, lingkungan, dan sosiokultural.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda;
bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Oksidasi lemak
yang tidak sempurna menyebabkan ketosis dengan tertimbunnya asam
asetoasetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.
Kekurangan intake dan kehilangan cairan karena muntah dapat
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida dalam darah maupun dalam urine turun, selain itu
dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga menyebabkan aliran darah
ke jaringan berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah
bertambah banyak, sehingga dapat merusak hati dan terjadilah “lingkaran
setas”yang sulit dipatahkan.
Keadaan dehidrasi dan intake yang kurang mengakibatkan penurunan
berat badan yang terjadi bervariasi tergantung durasi dan beratnya penyakit.

30
Pencernaan serta absorpsi karbohidrat dan nutrisi lain yang tidak adekuat
mengakibatkan tubuh membakar lemak untuk mempertahankan panas dan
energi tubuh. Jika tidak ada kkarbohidrat maka lemak digunakan untuk
menghasilkan energi, akibatnya beberapa hasil pembakaran dari metabolisme
lemak terdapat dalam darah dan urine ( terdapat atau kelebihan keton dalam
urine).
Pada beberapa kasus berat, perubahan yang terjadi berhubungan dengan
malnutrisi dan dehidrasi yang menyebabkan terdapatnya nonprotein nitrogen,
asam urat,urea, dan penurunan klorida dalam darah. Kekurangan vitamin B1,
B6, dan B12 mengakibatkan terjadinya neuropati perifer dan anemia; bahkan
pada kasus berat, kekurangan vitamin B1 dapat mengakibatkan terjadinya
wernicke enchepalopati (Manuaba, 2001; kuscu & koyancu, 2002; Neill &
Nelson, 2003); hal tersebut juga didukung oleh Friedman (1998), Manuaba
(2001), dan Wiknjosastro (2005) yang menyatakan bahwa Wernicke
ensefalopati dapat timbul sekunder akibat defisiensi tiamin.

Skema 2-2, patofisiologi Hiperemesis Gravidarum


Modifikasi dari: Manuaba, 2001; Kuscu & Koyancu, 2002; Neil & Nelson, 2003;
Wiknjosatro
Peningkatan Hcg, esterogen dan progesteron selama kehamilan

Pengaruh terhadap sistem gastrointestinal.


Penurunan motilitas lambung.
Memperlambat pengosongan lambung.
Refluks esofagus.
Penurunan asam hidroklorida.

Faktor spiritual. Faktor spiritual.


Faktor lingkungan. Faktor lingkungan.

Mual dan muntah berlebihan

Dehidrasi Defisiensi nutrisi Defisiensi vitamin B1, B6, B12

KonstipasiPembakaran KH dan lemakWernicke ensefalopati31


Penurunan cairan ekstrasel dan plasma
Neuropati perifer
anemia
Oksidasi lemak tidak sempurna
Ketidakseimbangan elektrolit

Ketosis

Patwhay

Faktor alergi Faktor predisposisi Peningkatan esterogen

Emesis gravidarum Penurunan pengosongan lambung

Penyesuaian
Komplikasi Peningkatan tekanan gaster

Hiperemesis gravidarum

Intake nutrisi menurun Kehilangan cairan berlebih

MK : Gangguan nutrisi kebutuhan


Pengeluaran
tubuh nutrisi berlebihan Dehidrasi

Cairan ekstra seluler dan plasma Hemokonsentrasi

Aliran darah ke jaringan menurun


MK : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Metabolisme intra sel menurun Perfusi jaringan otak

Otot lemah Penurunan kesadaran

Kelemahan tubuh 32
MK : intoleransi aktivitas

3.4 Manifestasi Klinis


Tidak ada batas jelas antara mual yang masih fisiologi dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum klien terpengaruh,
sebaiknya ini di anggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut berat
ringannya gejala hiperemesis gravidarum dapat di bagi ke dalam tiga
tingkatan (Manuaba, 2001; Wiknjosastro, 2005).
Gambaran gejala hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi
menjadi tiga tingat berikut ini :

1. Hiperemesis gravidarum tingkat I


a. Muntah berlangsung terus
b. Makan berkurang
c. Berat badan menurun
d. Kulit dehidrasi sehingga turgor kulit berkurang
e. Nyeri di daerah epigastrium
f. Nadi meningkat sekitar 100x/menit
g. Tekanan darah sistol turun dapat disertai peningkatan suhu tubuh
h. Lidah kering
i. Mata tampak cekung

2. Hiperemesis gravidarum tingkat II


a. Penderita tampak lebih lemah dan apatis.
b. Gejala dehidrasi makin tampak, mata cekung, turgor kulit makin
kurang, lidah kering dan kotor.
c. Tekanan darah turun, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik.
d. Berat badan makin menurun.
e. Mata sedikit ikterus.

33
f. Gejala hemokonsentrasi makin tampak: urine berkurang dan badan
aseton dalam urine meningkat.
g. Terjadinya gangguan buang air besar.
h. Mulai tampak gejala gangguan kesadaran, menjadi apatis..
i. Napas berbau aseton, dan dapat pula ditemukan dalam urine.

3. Hiperemesis gravidarum tingkat III


a. Muntah berkurang
b. Keadaan ibu hamil semakin menurun: tekanan darah turun, nadi kecil
dan cepat, tekanan darah menurun dan suhu naik; keadaan dehidrasi
semakin jelas
c. Gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus
d. Gangguan kesadaran dalam bentuk somnolen sampai koma;
komplikasi susunan saraf pusat (ensefalopati wernicke): nistagmus
(perubahan arah bola mata), diplopia (gambar tampak ganda), dan
perubahan mental (Ida Ayu C. M. dkk, 2009).

3.5 Epidemiologi
Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian
yang beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia, 0,5% di
California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di
Pakistan dan 1,9% di Turki. Literatur juga menyebutkan bahwa perbandingan
insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan. 5
Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa hiperemesis gravidarum
merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi. Mual dan muntah pada
kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat berubah menjadi suatu
penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum ini banyak terjadi pada orang Asia dibanding orang Amerika atau
Eropa.
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering dijumpai pada
kehamilan trimester I atau kurang lebih 6 minggu setelah haid terakhir selama
10 minggu. Sekitar 60%-80% primigravida dan 40%-60% multigravida

34
mengalami mual dan muntah. Namun gejala ini menjadi lebih berat hanya
pada 1 dari 1000 kehamilan. Heperemesis gravidarum mulai terjadi pada
minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik
umumnya pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat
terus berlanjut sampai pada hamil tahap berikutnya. Gadsby,et.al (1993)
melaporkan bahwa pada hampir 10% klien hiperemesis gravidarum
ditemukan gejala menetap selama kehamilan.

3.6 Dampak
Hiperemesis gravidarum tidak hanya mengancam kehidupan klien,
namun dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat
badan lahir rendah, kelahiran prematur dan malformasi pada bayi baru lahir
(Gross, et al., 1989; Zhang dan Cai, 1991 dalam Verberg, et al., 2005; Healt
& Medicine Week, 2005). Pada penelitian yang dilakukan oleh Paawi, et al.
(2005) didapatkan bahwa hiperemesis gravidarum merupakan faktor yang
signifikan terhadap memanjangkan hari rawat bagi bayi yang dilahirkan.
Gross, et al.,1989 dalam tiran, 2004 menyatakan bahwa terjadi peningkatan
angka kejadian Intrauterine growth retardation (IUGR) pada klien
hiperemesis gravidarum yang mengalami penurunan berat badan lebih dari
5%.
Selain dampak fisiologis pada kehidupan klien dan janinnya,
hiperemesis gravidarum juga memberikan dampak secara psikologis, sosial,
spiritual, dan pekerjaan. Secara psikologis dapat menimbulkan dampak
kecemasan, rasa bersalah, dan marah. Jika mual dan muntah menghebat,
maka timbul self pity dan dapat terjadi konflik antara ketergantungan dan
kehilangan kontrol. Berkurangnya pendapatan akibat berhenti bekerja
mengakibatkan timbulnya rasa ketergantungan terhadap pasangan (Simpson,
et al, 2001).
Dampak yang ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum sangat
kompleks, secara rinci dapat dilihat pada skema 2-3.

35
Skema 2-3

36
3.7 Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan untuk mendiagnosis


penyakit kandung empedu, hidronefrosis atau mola hidatidiformis
(friedman, 1998; Manuaba, 2001; Wiknjosastro, 2005).
2) Pemeriksaan fungsi hepar : AST, ALT, dan kadar LDH.
3) Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah lengkap, urinalisis, gula
darah, elektrolit, analisis gas darah, tes fungsi ginjal.
4) Pada keadaan tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat
dilakukan pemeriksaan fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4.
5) Pada kasus hiperemesis gravidarum dengan hipertiroid 50-60% terjadi
penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi infeksi gastrointestinal
dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.
6) Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi
dan pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea
nitrogen, kreatinin dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting
dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola
hidatidosa.

3.8 P enatalaksanaan

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada


beratnya gejala. Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan
perubahan diet sampai pendekatan dengan pengobatan antiemetik, rawat inap,
atau pemberian nutrisi parental. Pengobatan terdiri atas terapi secara
farmakologi dan nonfarmakologi. Tetapi farmakologi dilakukan dengan
pemberian antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan kortikosteroid. Tetapi
nonfarmakologi dilakukan dengan cara pengaturan diet, dukungan emosional,
akupunktur, dan jahe (Quinland, et al., 2005).

37
Hiperemesis gravidarum lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dan
mola hidatidiformis daripada kehamilan tanpa komplikasi lainnya. Masalah
yang menyerupai seperti hipertiroidisme, hepatitis, ulkus peptikum atau
duodenum, kolelitiasis, obstruksi usus, pankreatitis, diabetik ketoasidosis, dan
tumor sistem saraf pusat harus disingkirkan juga dengan alkoholisme serta
gangguan emosional (Kuscu & Koyancu, 2002; Neill & Nelson,2003).
Langkah awal dalam penentuan diagnosis hiperemesis gravidarum adalah
dengan menentukan frekuensi muntah serta mengkaji data mengenai diet,
stres dan dukungan secara rinci. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari
tanda- tanda keadaan patologis yang mungkin merupakan penyebab atau yang
memperberat keadaan. Perlu juga dilakukan penilai keadaan dehidrasi yaitu
turgor kulit, membran mukosa, dan riwayat oligouria yang merupakan salah
satu tanda terjadinya dehidrasi; ketoasidosis; pertumbuhan rahim; dan
keadaan janin.

Wanita hamil dengan dehidrasi dan ketonuria derajat ringan harus dicoba
lebih dahulu ditangani dengan pengobatan rawat jalan melalui hidrasi
intravena dan antiemetik. Pada hiperemesis gravidarum yang berat
memerlukan pengawasan berkala yang ketat pada kadar elektrolit,
pemeriksaan fungsi hati dan ginjal, keseimbangan asam basa, dan tes fungsi
tiroid juga diindikasikan. Kematian sering terjadi karena kerusakan ginjal dan
hati.
Perawatan yang dilakukan di rumah sakit termasuk penatalaksaan agresif
untuk memperbaiki ketoasidosis, dehidrasi, dan difisiensi nutrisi. Klien
dirawat denagn penatalaksanaan terapi cairan, glikosa, elektrolit, dan vitamin
secara intavena. Intake per oral awalnya dibatasi, kemudian dilanjutkan
dengan peningkatan secara bertahap (Friedman, 1998; Manuaba, 2001;
Wiknjosastro, 2005).
Indikasi abortus diperlukan sebagai tindakan untuk menyelamatkan
kehidupan wanita hamil dengan hiperemesis yang tidak membaik serta tidak
berwspons terhadap regimen terapi rumah sakit yang paling agresif
(Friedman, 1998; Manuaba, 2001; Wiknjosastro, 2005). Hiperalimentasi
dicoba sebelum mempertimbangkan terminasi kehamilan.

38
a. Pengobatan Medis
Pengobatan yang dapat diberikan kepada klien dengan hiperemesis
gravidarum adalah vitamin B1, B6, C, dopamin antagonis (fenotiazin,
klorpromazin, prometazin, metoklopramid), antihistamin (doxylamine,
diphehydramine, dimenhydrinate, cyclizine, buclizine). (Wiknjosastro,
Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).
Apabila ditentukan kekurangan cairan dan elektrolit maka diberikan
cairan parenteral yang mengandung elektrolit, protein, dan glukosa
sebanyak 2-3 liter/24 jam dan hitung cairan yang masuk dan keluar. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam
amino secara intravena (Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).

Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umumnya


membaik dapat dicoba dengan memberikan minuman dan bila klien
mentoleransi cairan yang diberikan tambahkan cairan sedikit demi sedikit
dan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair.

Terapi nutrisi pada hiperemesis gravidarum pada prinsipnya bila


memungkinkan melalui saluran cerna atas. Bila ditemui hambatan peroral
maka digunakan nasogastrik tube, modifikasi diet yang diberikan adalah
makan dalam porsi kecil tapi sering, diet tinggi karbohidrat, rendah lemak
dan protein. Pemberian diet diperhitungkan berdasarkan BMI ditambah
300 kalori (Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).

Penderita sebaiknya diletakkan dalam kamar tersendiri yang tenang


dan bebas bau-bauan kalau bisa hanya dokter dan perawat saja yang
diperbolehkan masuk (Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).
Terminasi kehamilan dipertimbangkan pada keadaan yang tak bertambah
baik/mundur, diuresis tak bertambah/berkurang, asetonuria menetap, nadi
bertambah cepat, suhu meningkat (Wiknjosastro, Saifudin, dan
Rachimhadhi, 2006).

b. Terapi Psikologik

39
Terapi psikologik meliputi : bantu klien menyesuaika diri dengan
kehamilannya dengan memberikan dukungan emosional, informasi dan
saran serta mendeteksi gangguan psikologis, mengurangi ansietas,
meredakan stres dan mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
menimbulkan gangguan psikologis, tingkatkan kemampuan klien untuk
berkomunikasi secara efektif, memberikan dukungan empati, dan
kemampuan mendengarkan saat dibutuhkan klien (Henderson dan Jones,
2006). Meyakinkan pada klien bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan, serta
menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini (Wiknjosastro, Saifudin, dan Rachimhadhi, 2006).

40
Skema 2-4. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum (Sumber: Friedman, 1998)

Mual dan muntah yang tidak sembuh

Faktor resiko penyakit organik, ketegangan emosional,


Hitungusia
darah
kehamilan,
lengkap,lingkungan
hitung diferensial,
sosial Kadar elektrolit, kim

Tentukan usia kehamilan singkirkan kehamilan ganda dan mola hidatiformis

Riwayat
Singkirkan
penyakit
: dan pemeriksaan fisik, riwayat diet dan konsultasi, tentukan dukungan emosional, tentukan latar bela
Hipertiroidisme
Gangguan Gastrointestinal
Hepatitis
Piolenefritis
Pankreatitis
Diabetik ketoasidosis Tentukan adanya ketonuria, dehidrasi
Penyakit system saraf pusat
alkoholisme

Manifestasi berat

Gejala dan tanda klinis yang ringan sampai sedang

Penatalaksanaan rawat jalan

an laboratorium, hidrasi antravena jika diindikasikan, pertimbangkan pemberian antiemetik, hypnosis, tehnik relaksasi
Dehidrasi, ketoasidosis, muntah yang berl

Rawat di RS, singkirkan penyakit organik

Keadaan membalik Keadaan tidak membalik

Pemeriksaan psikiatri, pemeriksaan lab, cairan glukosa, elektrolit dan vitamin IV

41
Perawatan dan dukungan pranatal yang ketat
Keadaan memburuk, penurunan BB
Keadaan membalik

Hiperalimentasi, pertimbangan terminasikehamilan

Pengelolaan Kien Hiperemesis Gravidarum yang Dirawat di Rumah Sakit


1. Terapi cairan
Klien dengan kasus hiperemesis gravidarum dengan muntah yang sering
hingga menyebabkan dehidrasi dan turunnya berat badan harus segera
mendapat penanganan terapi cairan. Resusitasi cairan merupakan prioritas
utama untuk mencegah mekanisme kompensasi seperti vasokonstriksi dan
gangguan perfusi uterus, karena selama terjadi gangguan hemodinamik
pasokan darah berkurang ke uterus.
Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi termasuk
dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka tindakan
yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke
volume normal, osmolaritas yang efektif, dan komposisi cairan yang tepat
untuk keseimbangan asam basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus
memperhitungkan secara cermat berdasarkan berapa jumlah cairan yang
diperlukan, defisit natrium, defisit kalium, dan ada tidaknya asidosis.

Cara yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah cairan rehidrasi


1) Berdasarkan klinis dehidrasi. Apabila ada rasa haus dan tidak ada tanda
klinis dehidrasi, maka kehilangan cairan diperkirakan sebesar 2%,
contohnya jika berat badan klien 50 kg maka defisit air sekitar 1000 ml.
Bila terdapat rasa haus, oligouria, dan mulut kering, maka diperkirakan
terjadi defisit sebesar 6% atau 3000 ml. Bila ada tanda-tanda di atas
ditambah perubahan mental maka defisit sekitar 7-14% atau sekitas 3,5-
7 liter.
2) Berdasarkan pengukuran BB setiap hari. Kehilangan berat badan 4 kg
pada fase akut sama dengan defisit air 4 liter. Rencana rehidrasi
sebaiknya dikaitkan dengan jumlah cairan dengan 2000 ml. Bila klien
mau minum maka air diberikan per oral, namun bila terdapat kesulitan

42
maka rehidrasi diberikan per infus. Hingga saat ini terapi cairan masih
terus diperdebatkan antara penggunaan kristaloid atau koloid.
Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik,
seperti Ringer Laktat (RL) atau normal salin (Nacl). Penggunaan Nacl
harus hati-hati, jangan sampai diberikan dalam jumlah yang banyak
karena dapat menyebabkan delusional acidosis atau hyperchloremic
acidosis. Bila diperlukan dapat juga ditambahkan ion kalium. Perlu
diperhatikan bahwa pemberian cairan yang mengandung dekstrosa
harus didahului dengan pemberian tiamin (vitamin B1) untuk mencegah
terjadinya wernicke ensefalopati.
Resusitasi dikatakan adekuat bila terdapat parameter seperti
tekanan darah arteri rata-rata 70-80 mmHg, denyut jantung kurang dari
100x/ menit, ekstremitas hangat, pemberian cairan harus terus diberikan
dalam bentuk rumatan misalnya menggunakan cairan KeenMg (sering
digunakan).
Setelah tercapai rehidrasi, maka secara bertahap dapat mulai
diberikan makan dan minum dengan jumlah sedikit tapi sering. Berikan
cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, preotein dan glukosa
5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu
dapat ditambahkan kalium dan vitamin, kususnya vitamin B kompleks
dan vitamin C. Jika kekurangan protein, pemberian asam amino dapat
dilakukan melalui intravena. Perhatikan untuk membuat daftar kontrol
cairan yang masuk dan yang keluar. Urine diperiksa setiap hari untuk
mengetahui kadar protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu dan nadi
diperiksa setiap empat jam dan tekanan darah diukur tiga kali sehari.
Pemeriksaan hematokrit dilakukan pada permulaan, selanjutnya
dilakukan menurut keperluan. Bila selama 24 jam klien tidak muntah
dan keadaan umum bertambah baik, dapat dicoba untuk memberikan
minum, kemudian secara bertahap minuman dapat ditambah dengan
makanan padat. Dengan penanganan di atas, maka pada umumnya
gejala-gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik.
2. Isolasi

43
Klien ditempatkan dalam kamar yang tenang, dengan situasi yang
cerah dan peredaran udara baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar klien sampai muntah berhenti dan klien mau
makan. Sebaiknya klien tidak diberikan makan dan minum selama 24 jam.
Kadang dengan tindakan isolasi, gejala-gejala akan berkurang atau hilang
tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologis
Perlu diyakinkan kepada klien bahwa penyakit dapat disembuhkan.berikan
motivasi untuk menghilangkan ras takut karen kehamilannya,kurangi
pekerjaan,serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat
menjadi latar belakang terjadinya penyakit ini.
4. Obat-obatan
Apabila keluhan dan gejala tidak berkurang dengan cara yang telah
disebutkan diatas, maka diperlukan pengobatan untuk penanganan
klien.ingat untuk tidak memberi obat yang bersifat teratogen.sedatif yang
sering diberikan adalah fenobarbital, sedangkan vitamin yang dianjurkan
adalah vitamin B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan seperti
Dramamine atau Avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik
seperti Disiklomin, Hidroklorida, atau Klorpromazin (largaktil). Jika klien
tidak dapat menerima terapi oral maka dapat diberikan Metoklopramida
secara intravena.
5. Diet dan terapi nutrisi
Ciri khas diet hiperemesis adalah penekanan pemberian karbohidrat
kompleks terutama pada pagi hari,serta menghindari makanan yang
berlemak dan berminyak untuk menekan rasa mual dan muntah.sebaiknya
pemberian makan dan minum diberi jarak.
Diet hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis, dan secara berangsur akan
diberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat ,diantaranya
adalah sebagai berikut.
a) Karbohidrat tinggi,sebesar 75-80% dari kebutuhan energi total.

44
b) Lemak rendah,yaitu <10% dari kebutuhan energi total.
c) Protein sedang,yaitu 10-15% dari kebutahan energi total.
d) Makanan diberikan dalam bentuk kering.
e) Pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan klien yaitu 7-10 gelas
perhari.
f) Makanan mudah cerna,tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan dalam porsi kecil tapi sering.
g) Bila makan pagi dan siang sulit diterima,pemberian dioptimalkan pada
makan malam dan selingan pada m alam hari.
h) Pemberian makanan ditingkatkan secara bertahap dalam porsi dan
nilai gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi klien.

Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum


a. Diet hiperemesis I
Diberikan kepada klien dengan hiperemesis gravidarum
berat.makanan hanya terdiri atas roti kering,singkong bakar atau
rebus,ubi bakar atau rebus dan buah-buahan.cairan tidak diberikan
bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya.karena pada diet
ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang,maka tidak diberikan
dalam waktu lama.
b. Diet hiperemesis II
Diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang.diet diberikan
secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi .minuman tetap tidak diberikan bersama denga
nmakanan.pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya,kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis II
Diet hiperemesis III diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum
ringan.diet diberikan sesuai kamampuan klien,dan minuman boleh
diberikan bersamaan dengan makanan.makanan pada diet ini
mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi.

45
Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I,II, dan III adalah sebagai
berikut.
a) Roti panggang,biskuit,dan krekers.
b) Buah segar dan sari buah.
c) Sirup ,kaldu tak berlemak,teh, dan kopi encer.

Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I,II dan III adalah
makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu
tajam,bahan makanan yang mengandung alkohol,kopi,dan yang mengandung
zat tambahan (pengawet,pewaran,dan bahan penyedap).
Pada kasus hiperemesis gravidarum,jalur pemberian nutrisi tergantung
pada derajat muntah,berat ringannya deplesi nutrisi,dan penerimaan penderita
terhadap rencana pemberian makanan.pada klien dengan gejala muntah yang
tidak berkurang ,makanan dapat diberikan melalui NGT terlebih dahulu.pada
prinsipnya,bila memungkinkan saluran cerna harus digunakan,bila pemberian
per-oral menemui hambatan maka dicoba untuk menggunakan NGT.saluran
cerna mempunyai banyak manfaat,misalnya mengabsorpsi nutrien dan
sebagai mekanisme defensif untuk menanggulangi infeksi dan toksin.selain
itu masuknya nutrisi ke hepar melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan
homeostasis nutrisi.
Bila klien sudah dapat makan per-oral, modifikasi diet yang diberikan
yaitu makan dalam porsi kecil tapi sering, tinggi karbohidrat, rendah protein,
dan rendak lemak.hindari pemberian suplemen besi untuk sementara, hindari
makanan yang emetogenik, dan berbau yang dapat menimbulkan rangasangan
muntah.
Pemberian diet diperhitungkan dengan jumlah kebutuhan basal kalori
sehari-hari ditambah dengan +300Kkal per-hari.salah satu rumus untuk
menghitung kebtuhan basal (basal energy expenditure/BEE) berdasarkan
massa tubuh (body mass) adalah rumus Harris-Benedict berdasarkan
berat,tinggi,dan umur.

BEE=655,10+9,56W+4,85H-4,68A

46
 W =berat (kg)
 H =tinggi (cm)
 A =umur (th)
Kebutuhan metabolisme makanan dan akitivitas didapat dengan menambahkan
10% dari perhitungan diatas.
Nutrisi parenteral total (NPT) diberikan pada klien hiperemesis
gravidarum dengan derajat muntah yang hebat dan terus mengalami penurunan
berat badan atau gagal dengan terapi konservatif.nutrisi parenteral dipasang
melalui vena sentral maupun vena perifer.sebenarnya pemberian NPT memiliki
risiko yang cukup besat karena ia memotong jalur mekanisme regulasi dan
proteksi.pemberian NPT yang menggunakan kateter vena sentral dapat
menimbulkan komplikasi seperti pneumotoraks,hemotoraks,emboli udara,dan
cedera duktus toraksikus.sedangkan nutrisi parenteral yang menggunakan vena
perifer dapat menimbulkan sepsis dan komplikasi metabolik.resiko lain yang
muncunl akibat tidak digunakannya saluran cerna dalam waktu lama adalah dapat
menimbulkan atrofi mukosa,pembentukan ulkus,disfungsi barier mukosa,dan
sepsis enterogenik;oleh karena itu nutrisi parental digunakan sebagai alternatif
terakhir pemberian makanan.
Nutrisi vena sentral (NVS) merupakan alternatif yang lebih baik karena v
olume darah pada vena sentral secara cepat dapat mendilusi (mengurangi)cairan
nutrien yang hipertonik ,sehingga dapat mencegah flebitis dan trombosis.selain itu
NVS dapat bermanfaat menyalurkan nutrisi dalam jumlah yang adekuat,misal
2400 Kkal termasuk 100g asam amino dalam 2000ml cairan.NVP tidak dapat
memberikan kapasitas yang sama dengan NVS.

Pengertian (Terminasi) kehamilan


Sebagian kecil kasus hiperemesis tidak membaik bahkan mengalami
kemunduran,dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan.keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil
karena disatu sisi hal tersebut tidak boleh dilakukan terlalu cepat,tetapi disisi lain
tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.

47
Gejala-gejala untuk mempertimbangkan abortus terapeutik.
1. Ikterus.
2. Delirium atau koma
3. Nadi yang naik bertahap sampai diatas 130kali/menit.
4. Suhu meningkat diatas 38C.
5. Perdarahan diretina
6. Uremia,proteinuria,dan silinder urine yang merupakan tanda-tanda
intoksikasi.

King (dalam Manuaba,2005) menyampaikan rumus tentang penyembuhan


hiperemesis gravidarum.
1. Dasar pen gobatan
 Faktor fisik,ditandai dengan badan keton dan berat badan turun.
 Faktor psikologis,yang memegang peranan penting dalam penyembuhan.
2. Tujuan penyembuhan
 Menghilangkan faktor psikologis dengan KIE.
 Memberikan pengobatan gangguan fisik diantaranya keberadaan badan
keton (aseton) dan turunnya berat badan.
3. Rumus yang ditemukan adalah sebagai berikut.

W: waktu kehamilan,makin tua makin cepat sembuh.


P: faktor psikologis kehamilan.
T: terapi keseimbangan fisik.
 Keseimbangan cairan dengan subtitusi cairan.
 Pengobatan dengan antiemetik dan psikologi dengan sedatif.
4. Faktor Penghambat
F : faktor gangguan keseimbangan fisik dan metabolisme yang menjurus
pada pembentukan badan keton.
Ps : faktor gangguan keseimbangan psikologis yang mempengaruhi
kehamilan.

48
 Dalam memberikan terapi hiperemesis gravidarum,tidak didapatkan angka
yang dimasukkan dalam rumus.
 Pengobatan hiperemesis gravidarum merupakan pengobatan fisik dan
psikologis,yang seharusnya diberikan secara seimbang.

Pendekatan komplementer
Pendekatan yang bersifat holistik perlu dilakukan melihat dampak yang
ditimbulkan dari hiperemesis gravidarum dapat terjadi pada berbagai aspek; yaitu
biologi, psikologi, sosial, maupun spiritual. Salah satu pendekatan keperawatan
yang bersifat holistik adalah pendekatan yang dilakukan oleh Tiran (The Tiran
Integrated Approach). Pendekatan ini mengombinasikan antara pengobatan yang
bersifat konvensional dan komplementer dengan memberikan kesempatan pada
klien untuk memilih sesuai dengan kondisinya (Tiran, 2004).

Pendekatan keperawatan dan pengobatan yang dapat diaplikasikan sesuai


dengan pendekatan yang dilakukan oleh Tiran (2004) antara lain: pemberian
nutrisi, teknik relaksasi, pitoterapi, homeoterapi, psikoterapi, hospitalisasi, terapi
manipulasi, akupnktur, farmakologi,dan perawatan yang bersifat konservatif.
Pitoterapi atau disebut juga herbal medicine merupakan pengobatan dengan
menggunakan tumbuh-tumbuhan yang dapat secara langsung dikonsumsi seperti
jahe. Homeoterapi merupakan sistem pengobatan dengan memberikan obat yang
terbuat dari tumbuhan, mineral atau subtansi dari hewan dalam dosis yang kecil,
yang dapat menyebabkan gejala-gejala yang sama dengan penyakit yang dialami
(Tiran, 2004).

Akupresur dan Akupuntur


Akupresur adalah metode pengobatan dari Tiongkok kuno yang
menggunakan stimulasi titik-titik khusus di badan dengan tusukan jarum halus.
Ilmu tersebut telah ada sejak lebih adri dua ribu tahun yang lalu. Akupuntur
didasarkan pada prinsip pengobatan tradisional Cina yang menyebutkan bahwa
seluruh kerja badan dikontrol oleh energy vital yang disebut Qi (baca : cii).
Agar kesehatan dapat terpelihara, aliran Qi harus mengalir dengan energy dan
kualitas tepat. Dr. Murdoch Herbert dari Auckland, Selandia Baru telah

49
melakukan peenlitian selama 10 tahun dalam uji coba penggunaan tusuk jarum
pada wanita hamil dengan mual dan muntah. Hsil penelitian ini ternyata sangat
memuaskan terutama apabila dibandingkan dengan penggunaan obat (JPOG, vol
18 no.6, 1992).

Muntah pada wanita hamil dalam pengobatan Cina tradisional (Traditional


Chinese Medicine/TCM) disebut Ren ShenF. Zhu yaitu karena naiknya Qi pada
lambung. Dalam TCM Qi mempunyai 4 gerakan yang di sebut Qi li, yaitu keluar,
masuk, atas, dan bawah. Gerakan Qi pada lambung adalah ke bawah dan bila
gerakan Qi ke atas, maka akan timbul gejala-gejala mual dan muntah yang sangat
mengganggu.

Terdapat tiga kelompok Ren Shen E Zhu : (1) defenisi Qi pada lambung →
perut terasa sebah atau penuh sesak, mual dan bahkan langsung muntah saat
makanan masuk mulut; (2) panas pada hati → untah berupa cairan bening yang
terasa pahit atau asam, mulut terasa pahit, haus, tulang iaga atau tulang rusuk
terasa kaku dan sakit, susah buang aior besar, warna urine kuning tua; dan (3)
dahak dan lembap → muntah berupa cairan dahak, mulut terasa hambar, dada
terasa sesak, jantung berdebar, napas terengah-engah, seluruh tubuh terasa lemas
dan cenderung ingin tiduran, serta tidak mempunyai nafsu makan.

Dalam bidang akupuntur dikenal ada titik utama dan titik tambahan. Pada Ren
Shen E Zhu titik utama ada dua yaitu zhong wan (lambung bagian tengah)
terletak pada garis median perut terletak 4 inchi di atas pusar dan “Neiguan”
(pintu gerbang bagian dalam) yang terletak 2 inchi di atas pergelangan tangan.

Titik tambahan adalah bagi kelompok defenisi Qi, merupakan titik shang wan
(atas mulut lambung) yang terletak pada garis tengah perut, 5 inchi di atas pusar
dan titik gong shun (kakek dan cucu) terletak pada sebuah lekukan depan bawah
basis tulang metatarsal 1, tepat pada peruabahan warna kulit.

Titik tambahan kelompok gejala panas pada hati ditambahkan titik dai zhong
(strategis besar) pada punggung kaki. Pada kelompok gejala dahak dan lembab
ditambahkan titik yin ling quan (mata air di bawah/lekukan bukit Yin) yaitu pada

50
atas bawah dalam sebuah lekukan lutut kanan atau kiri. Feng long (Tulang kering
kaki kanan atau kiri) yang terletak 8 inchi diatas mata kaki sisi luar (malleolus,
externus) 1 jari lateral titik S38 (Tiao kou).

Sebenarnya tidak ada persyaratan khusus dalam melakukan terapi akupuntur.


Terapi lebih disarankan pada kondisi keluhan yang cenderung berulang. Sesi
akupuntur sebaiknya dilakukan 2 – 3 kali seminggu, lama pengobatan tergantung
kondisi klien yang sebagian responnya bagus. Akupresur dan akupuntur
menstimulasi system regulasi serta mengaktifkan mekanisme endokrin dan
neurologi, yang merupakan mekanisme fisiologi dalam mempertahankan
keseimbangan (homeostasis). Penekanan secara manual pada P6 “Neiguan” atau
“perikardium 6” pada daerah pergelangan tangan yaitu 3 jari di daerah distal
pergelangan tangan antara dua tendon. Dilakukan dengan cara penekanan secara
lembut selama 3 menit untuk masing-masing tangan. Dapat juga dilakukan
dengan menggunakan pergelangan akupresur band yang sering dipasarkan sebagai
“sea band”, yaitu band pergelangan tangan dengan tombol plastic yang
menempatkan tekanan pada titik p6 bagian dalam pergelangan tangan.

Jahe
Jahe dikenal baik di masyarakat Indonesia sebagai salah saut bahan rempah,
hamper semua wilayah di tanah air umumnya memanfaatkan jahe sebagai salah
satu bahan masakan penting. Dalam taksonomi tanaman, jahe (Zingiber officinale)
termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas
Monocotyledonae, ordo Zingiberales, family Zaingiberaceae, dan genus Zingiber.
Genus Zingiber sendiri terdiri atas sekitar 100 spesies yang tersebar di daratan
tropis Asia, diantaranya yang banyak memiliki manfaat adalah Zingiber officinale
atau yang kita kenal sebagai Jahe, Zingiber zerumbet (lempuyang gajah), Zingiber
aromaticum (lempuyang wangi), dan Zingiber purpureum (bangle). Jahe dalam
bahasa inggris dikenal dengan sebutan ginger; atau Bengali, jeung, ciang, atau
jiang dalam bahasa Cina; zenzero dalam bahasa Italia; dan jengibre dalam bahasa
Spanyol. Pada beberapa daerah di Indonesia juga dikenal dengan sebutan aliah
(Sumatera), jahi (Lampung), jae (Jawa, sasak), jhai (Madura), cipakan (Bali),
sipados (Kutai), dan pese (Bugis).

51
Jahe mengandung 1 – 4% minyak atsiri dan oleoresin. Komposisi minyak
yang terkandung bervariasi tergantung dari geografi tanaman berasal. Kandungan
utamanya yaitu zingiberenae, arcurcumene, sesquiphellandrene, dan bisabolene.
Secara tradisinoal jahe digunakana sebagai peluruh dahak atau obat batuk, peluruh
keringat, peluruh angina perut, diare, dan pencegah mual. Baik untuk
menghilangkan mual dan kembung karena perjalanan jauh (mabuk darat. Mabuk
udara, atau mabuk laut) bahkan pada beberapa buku teks pengobatan
menganjurkan wanita hamil agar mengonsumsi jahe untuk menghilangkan rasa
mual dan muntah selama kehamilan. Pembuktian ilmiah ini telah dilakukan di
Inggirs yang menunjukkan jahe efektif mengurangi mual bahkan mual yang
timbul setelah operasi.

Jahe merupakan salah satu cara meredakan mual dan muntah selama
kehamilan, setidaknya meminimalisasi gangguan ini. Menurut sebuah ulasan yang
dipublikasikan oleh Jurnal Obstetrik & Ginekologi, jahe dapat membantu para
wanita hamil mengatasi morning sickness tanpa menimbulkan efek samping yang
membahayakan janin di dalam kandungannya. Dari enam penelitian yang menguji
efek jahe dalam mengurangi rasa mual dan muntah pada wanita hamil, ditemukan
bahwa jahe berfungsi lebih baik dibandingkan placebo atau obat inaktif seperti
vitamin B6, yang selama ini menunjukkan fungsinya dalam mengurangi mual dan
muntah pada beberapa wanita hamil.

Wanita hamil yang mengonsumsi jahe tidak mengalami gangguan dalam


kehamilannya, para peneliti di dalam jurnal tersebut melaporkan bahwa jahe bias
menjadi terapi yang efektif untuk mengatasi rasa mual dan muntah pada
kehamilan, namun mereka memperingatkan bahwa data ini masih bersifat awald
an masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengkonformasi bahwa jahe
benar-benar aman untuk wanita hamil.

Borelli, dkk. mengulas beberapa literature medis untuk mempelajari jahe,


mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada 675 wanita yang
mengalami rasa mual selama hamil. Dalam empat penelitian yang meibatkan 246
wanita, jahe selalu mengungguli placebo dalam mengatasi mual dan muntah,

52
bahkan pada wanita yang mengalami morning sickness berat yang disebut
hyperemesis gravidarum.

Pada penelitian yang terbaru, para partisipan secara acak diberikan kapsul
yang mengandung 350 mg jahe atau 25mg vitamin B6 sebanyak tig akali sehari
selama tiga minggu. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa jahe sama
efektifnya dengan vitamin B6 dalam mengatasi rasa mual dan muntah. Gejala
morning sickness dapat diatasi pada lebih dari separuh jumlah wanita dalam setiap
kelompok tersebut.

Penelitian diatas cukup umum bagi praktisi kesehatan untuk


merekomendasikan jahe sebagai obat untuk morning sickness. Empat double-
blind dan uji klinis acak mendukung rekomendasi ini. Dosis yang digunakan
dalam studi ini adalah satu gram jahe per hari, diberikan selama empathari sampai
tiga minggu. Jika menggunakan ukuran rumah tangga, sama dengan setengah
sendok the jahe yang direndam dengan air panas selama lima menit, kemduian
diminum empat kali sehari.

Aromaterapi
Aromaterapi adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan
dengan menggunakan minyak esensial tumbuhan dan herbal. Penggunaan minyak
esensial sejak zaman dahulu telah digunakan di Mesir, Italia, India dan Cina.
Kimiawan Prancis Rene Maurice Gattefose menyebutnya dengan istilah
aromaterapi pada tahun 1937, ketika ia menyaksikan kekuatan penyembuhan
minyak lavender pada kulit dengan luka bakar.
Saat ini, aromaterapi secara luas dipraktikkan di Amerika Utara dan Eropa.
Hal ini sering diintegritasikan pada perawatan holistic dan digunakan dalam
perawatan spa dan prosuk-produk seperti lilin, minyak pijat dan produk-produk
relaksasi. Minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi adalah tanaman
minyak volatile. Bunga, daun, batang, tunas, cabang, atau akar diekstraksi
menggunakan distilasi uap-air, dan batang penyulingan atau tekanan dingin.

Setiap minyak esensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti


antibakteri, antivirus, deuretik, vasodilator, penenang dan merangsang adrenal.

53
Ketika minyak esensial dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan
merangsang system limbik di otak. System limbik adalah daerah yang
mempengaruhi emosi dan memori serta secara langsung terkait dengan adrenal,
kelenjar hipofisis, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut
jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan hormone, dan pernapasan.
Hal ini mmebuat efek langsung dari minyak atsiri dalam mewujudkan
keseimbangan emosional dan fisiologis.

Minyak atsiri dapat digunakan di rumah dalam bentuk uap yang dapat dihirup
atau penggunaan topical. Penghirupan uap sering digunakan untuk kondisi
pernapasan dan mengurangi mual. Inhalasi uap dilakukan dengan cara
menambahkan 2 – 3 tetes minyak esensial eucalyptus, roosemary, pohon teh, atau
minyak dalam air panas. Beberap tetes minyak esensial juga dapat ditambahkan
untuk mandi, kompres, atau minyak pijat.

54
Skema 2-5

55
3.9 Komplikasi

Pada mual dan muntah yang parah, lama dan serig dapat menyebabkan
tubuh mengalami defisensi 2 vitamin penting yaitu thiamin dan vitamin K.
Pada defisiensi thiamin, dapat terjadi Wernicke encephalopathy, yaitu suatu
keadaan gangguan system saraf pusat yang ditandai dengan pusing, gangguan
penglihatan, ataxia dan nistagmus. Penyakit ini dapat berkembang semakin
parah dan menyebabkan kebutaan, kejang dan koma. Pada defisiensi vitamin
K, terjadi gangguan koagulasi darah dan juga disertai dengan epistaksis.

3.10 Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan
dengan:
1. Memberikan penjelasan bahwa kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses fisiologis, memberikan keyakinan bahwa mual dan
kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologis pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, dan menganjurkan
klien mengobah pola makanan sehari-hari dengan makan sedikit tapi
lebih sering.
2. Motivasi klien untuk tidak segera turun dari tempat tidur saat bangun
pagi, tetapi usahakan makan roti kering atau biskuit dan teh hangat
terlebih dahulu.
3. Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan hangat,
serta hindari makanan yang berminyak dan berlemak menghindari
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karena
itu dianjurkan makan yang banyak mengandung gula (Manuaba, 2001;
Wiknjosastro, 2005). Usahakan agar proses defekasi terutama setiap
hari.

56
BAB III

TINJAUAN KASUS

RW 04 berada pada wilayah Desa. Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur yang
terdiri dari 2 RT yakni RT 06 dan RT 07. Batas wilayah yang dijadikan target
pengkajian, sebelah timur dibatasi oleh kompleks perumahan RW 03 memiliki
berbagai fasilitas umum yang terdiri dari sebuah Masjid, Gereja, sebuah Sekolah,
sebuah taman dan 1 lokasi TPU. Fasilitas pelayanan kesehatan sementara yang
dimiliki RW 04 adalah satu Posyandu.

Kegiatan rutin yang dilakukan oleh warga RW 04 meliputi, pengkajian rutin


ibu-ibu yang dilaksanakan pada hari kamis, pengkajian bapak-bapak setiap malam
sabtu. Setiap malam rabu acara bapak-bapak dan ibu-ibu melakukan kebaktian,
tiap malam minggu remaja-remaja melakukan kebaktian di Gereja, setiap hari
minggu bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak yang beragama Kristen pergi Gereja.
Setiap malam rabu anak-anak atau remaja masjid melakukan Diba’ AL-Qur’an,
setiap 1 bulan sekali remaja-remaja melakukan kegiatan rapat Karang Taruna,
kegiatan arisan ibu-ibu dilakukan pada hari senin, olahraga sepak bola, volley
bapak-bapak setiap hari minggu, dan hari-hari selebihnya diisi oleh kegiatan
olahraga remaja, Posyandu Balita dilakukan pada hari selasa minggu ke II, dan
kegiatan pengkajian anak-anak dilakukan setiap sore kecuali sabtu dan minggu.

RT 06 dan RT 07 terdiri dari 125 KK dengan 625 jiwa yang terdiri dari 60
anak usia balita, 120 anak usia sekolah, 125 usia remaja, 265 usia produktif, dan
55 orang usia lansia.

Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 6-7 Desember 2014 dengan


tehnik wawancara dan observasi didapatkan data sbb:

A. Pengkajian

57
Setelah dilakukan pengkajian pada tanggal 19-25 Desember 2014 maka di
dapatkan data sebagai beikut :
1) Distribusi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin

Jenis Kelamin
No. Umur Laki- (%) Perempuan (%) Total (%)
laki
1. 0-5 40 13,11% 20 6,25% 60 9,6%
2. 6-12 50 16,4% 70 21,87 120 19,2%
%
3. 13-18 70 22,3% 55 17,18 125 20%
%
4. 19-35 80 26,2% 100 31,25 180 28,8%
%
5. 36-54 40 13,11% 45 14,10 85 13,6%
%
6. >55 25 8,2% 30 9,37% 55 8,8%
Total 305 100% 320 100% 625 100%

Berdasarkan tabel diatas, umur penduduk terbanyak laki-laki adalah 19-


35 tahun yaitu 80 orang (26,2%). Sedangkan untuk perempuan terbanyak
pada umur 19-35 tahun yaitu 100 orang (31,25%). Hal ini menunjukkan
bahwa penduduk di wilayah RT 06 dan RT 07 RW 04 Ds. Margo Rukun
yang terbanyak adalah usia produktif, sehingga memudahkan untuk
mencari tenaga/sumberdaya Manusia yang potensial.

2) Distribusi penduduk berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi (%)


1. Belum Sekolah 20 3,2%
2. Tidak Sekolah 15 2,4%
3. TK 50 8%
4. SD 210 33,6%

58
5. SMP 125 20%
6. SMA 170 27,2%
7. Perguruan Tinggi 35 5,65%
Total 625 100%

Berdasarkan tabel di atas, distribusi penduduk yang paling banyak yang


berpendidikan Tingkat Sekolah Dasar 210 orang (33,6%). Sedangkan
penduduk yang tidak sekolah menempati jumlah yang terkecil yaitu 15
orang (2,4%).

3) Distribusi penduduk berdasarkan pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi (%)


1. Pelajar 305 48,8%
2. Tidak Bekerja 32 5,12%
3. PNS 103 16,96%
4. TNI/POLRI 20 3,2%
5. Swasta 125 20%
6. Pensiunan 40 6,4%
Total 625 100%

Berdasarkan tabel di atas mayoritas penduduk paling banyak yaitu Pelajar


205 orang (48,8%). Sedangkan pekerjaan penduduk yang paling sedikit
yaitu sebagai TNI/POLRI 32 orang (3,2%). Ini menunjukkan bahwa tingkat
resiko pengangguran dan pekerja dimasa depan masih tinggi.

4) Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama


No. Agama yang dianut Frekuensi (%)
1. Islam 375 60%
2. Kristen 250 40%
3. Hindu 0 -
4. Budha 0 -

59
5. Konghuchu 0 -
Total 625 100%

Berdasarkan tabel di atas mayoritas agama yang dianut oleh penduduk RT


06 dan RT 07 RW 04, Ds. Margo Rukun Islam yaitu 375 jiwa (60%).

B. Kondisi Kesehatan Umum


a. Ibu Hamil
1) Jumlah Ibu Hamil
No. Jumlah Bmil Frekuensi (%)
1. Ya 13 16%
2. Tidak 64 84%
77 100%

Berdasarkan tabel diatas 13 KK saat ini sedang hamil (16%).

2) Usia Kehamilan
No. Usia Kehamilan Frekuensi (%)
1. Trimester I 3 23%
2. Trimester II 6 46%
3. Trimester III 4 31%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar usia kehamilan adalah


Trimester II ada 6 orang (47%).

3) Frekuensi Kehamilan
No. Kehamilan keberapa Frekuensi (%)
1. 1 7 53%
2. 2 4 31%

60
3. 3 1 8%
4. >3 1 8%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar kehamilan adalah yang ke 1


ada 7 orang (54%).

4) Usia Ibu Hamil


No. Usia bumil Frekuensi (%)
1. 20-35 tahun 9 69 %
2. >35 tahun 4 31 %
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar (69%) ibu hamil yang masuk
kategori beresiko untuk proses persalinan sehingga harus dilakukan
pengawasan pada kehamilan secara berkala.

5) Tempat Periksa Kehamilan


No. Tempat periksa kehamilan Frekuensi (%)
1. Puskesmas 2 16 %
2. Bidan 11 84 %
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar (84%) tempat mereka


memeriksakan kehamilan adalah kebidan praktik.

6) Frekuensi Periksa Kehamilan


No. Pemeriksaan kehamilan Frekuensi (%)
1. 2 kali 6 46%

61
2. 4 kali 7 54%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa semua ibu hamil


memeriksakan kehamilannya meskipun frekuensi ada yang 2 kali atau
4 kali.

7) Imunisasi TT
No. Imunisasi TT Frekuensi (%)
1. Lengkap 10 77%
2. Tidak lengkap 3 23%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar (76,92%) ibu hamil telah


mendapat imunisasi TT dengan lengkap.

8) Peningkatan BB ibu selama kehamilan saat ini


No Usia Kehamilan Berat Badan Frekuensi (%)
4. Trimester I Tetap 3 23%
Menurun 0 0%
5. Trimester II < 5 kg 5 38%
5-5,5 kg 2 16%
> 5,5 kg 0 0%
6. Trimester III < 5 kg 0 0%
5-5,5 kg 0 0%
> 5,5 kg 3 23%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel di atas penurunan BB ibu hamil pada trimester ke II


paling banyak < 5 kg adalah 5 orang (38%).

62
9) Berapa kali ibu makan setiap hari
No Berapa kali makan dan Frekuensi (%)
jenis makanan
1. 3x Makanan pokok + 4 31%
selingan
2. < 3x Tidak selingan 5 38%
3. 3x Makanan pokok, tidak 4 31%
selingan
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas di dapatkan ibu hamil (38%) makan < 3x


Tidak selingan, dan yang akan mengalami gangguan nutrisi sebanyak
5 orang.

10) Berapa porsi makan ibu setiap kali makan


No Porsi makan Frekuensi (%)
1. Porsi makan biasa seperti 9 69%
sebelum hamil
2. 2x porsi makan dari 4 31%
sebelum hamil
Total 13 100%

Dilihat dari porsi makan ibu hamil (69%) didapatkan kebanyakan


masih seperti sebelum adanya kehamilan yaitu 9 orang.

11) Penyakit yang diderita ibu hamil 6 bulan terakhir


No. Penyakit yang diderita Frekuensi (%)
1. Hipotensi 2 16%
2. Anemia 3 23%
3. Bengkak 2 16%
4. Hiperemesis 5 38%
5. Varises 1 8%
6. Tidak ada keluhan 0 0%
Total 13 100%

63
Berdasarkan tabel diatas sebagian besar penyakit yang diderita ibu
hamil sebanyak (38%) yaitu hiperemesis selama 6 bulan terakhir.

12) Keluhan yang dialami Ibu Hamil


No. Penyakit yang diderita Frekuensi (%)
1. Pusing 3 23%
2. Tidak selera makan 4 31%
3. Malas bergerak 1 8%
4. Mual/muntah 5 38%
5. Tidak ada keluhan 0 0%
Total 13 100%

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar keluhan yang dialami ibu


hamil adalah mual/muntah yaitu sebanyak (38%).

C. Analisis Data

Diagnosis Keperawatan
No. Data Subjektif Data Objektif
Komunitas

1.  Dari hasil wawancara  13 KK saat ini sedang Gangguan nutrisi pada ibu hamil
di dapat warga ibu hamil (16%). kurang dari kebutuhan tubuh akibat
hamil mengatakan  Penurunan BB ibu ketidak patuhan diet hiperemesis
kurangnya napsu hamil pada trimester gravidarum di RW 04 berada pada
makan saat kehamilan ke II paling banyak < wilayah Desa. Margo Rukun,
 Menurut warga Ibu 5 kg adalah 5 orang Pacitan, Jawa Timur berhubungan
hamil banyak (38%). dengan kurangnya pengetahuan
mengalami penurunan  Dari 13 KK Porsi pada ibu hamil tentang diet
BB pada trimester ke makan ibu hamil hiperemesis gravidarum
II (69%) didapatkan
 Ibu hamil mengatakan kebanyakan masih
porsi makan setiap seperti sebelum
hari masih sepeti dulu adanya kehamilan
yaitu 9 orang.
2.  Ibu hamil mengatakan  Dari 13 KK sebagian Gangguan keseimbangan cairan
bahwa selama hamil besar penyakit yang dan elektrolit ibu hamil di RW 04
pertama belum diderita ibu hamil berada pada wilayah Desa. Margo
mengetahui terkena sebanyak (38%) yaitu Rukun, Pacitan, Jawa Timur
hiperemesis. hiperemesis selama 6 berhubungan dengan kurangnya
 Ibu mengatakan bulan terakhir. pengetahuan pada ibu hamil
bahwa selama hamil  Sebagian besar tentang penyebab dari hiperemesis

64
merasakan mual dan keluhan yang dialami gravidarum.
muntah. ibu hamil adalah
mual/muntah yaitu
sebanyak (38%).
3.  Ibu hamil mengatakan  Ibu mempunyai Resiko terjadinya konstipasi pada
bahwa disaat mual keluhan penyakit ibu hamil di RW 04 berada pada
muntah memeriksakan mengeluhkan penyakit wilayah Desa. Margo Rukun,
kesehatan nya jika antara Pacitan, Jawa Timur berhubungan
sakit. lain:hipotensi(16%) dengan defisiensi nutrisi pada ibu
 Ibu hamil mengatakan anemia(23%), hamil.
fasilitas kesehatan bengkak (16%)
didesanya kurang hiperemesis
memadai. (38%),varises
 Ibu hamil mengatakan (8%),pusing
senam hamil dan (23%),tidak selera
pemeriksaan makan (31%),malas
kandungan tidak bergerak (8%) mual
pernah dilakukan. muntah(38%). Jenis
penyakit yang banyak
di derita pada ibu
hamil yaitu adalah
hiperemesis.
 Dari 13 KK (16%) ibu
hamil mengatakan
tidak ada fasilitas
kesehtan yang kurang
memadai di desanya.
 Penggunaan waktu
senggang hanya di
gunakan untuk
bekerja.

65
D. Skoring

66
E. Diagnosa

No.
Diagnosis keperawatan Jumlah
prioritas

1. Gangguan nutrisi pada ibu hamil kurang dari kebutuhan tubuh


akibat ketidak patuhan diet hiperemesis gravidarum di RW 04
berada pada wilayah Desa. Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur 47

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pada ibu hamil


tentang diet hiperemesis gravidarum
2 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit ibu hamil di RW
04 berada pada wilayah Desa. Margo Rukun, Pacitan, Jawa 45
Timur berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pada ibu
hamil tentang penyebab dari hiperemesis gravidarum. 
3. Resiko terjadinya konstipasi pada ibu hamil di RW 04 berada pada
wilayah Desa. Margo Rukun, Pacitan, Jawa Timur berhubungan 40
dengan defisiensi nutrisi pada ibu hamil. 

67
F. Rencana

68
69
70
71
72
G. Implementasi

73
74
75
H. Evaluasi

76
77
78
79
80
4.1 Pendidikan Kesehatan Pada Kelompok Ibu Hamil
A. Keperawatan pada ibu hamil di komunitas
Perawatan pada ibu hamil bersifat preventif care untuk mencegah
terjadinya masalah kurang baik bagi ibu maupun janin agar dapat melalui
persalinan dengan sehat dan aman, di perlukan kesiapan fisik dan mental
ibu sehingga ibu dalam keadaan status kesehatan yang optimal karena
dengan keadaan kesehatan ibu yang optimal sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan janin yang dikandungnya (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Tujuan pelayanan pada ibu hamil adalah:
a. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan
tumbuh kembang janin.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental serta
sosial ibu dan bayi.
c. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama kehamilan.
d. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat baik ibu
maupun bayi, dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI Eksklusif
berjalan normal.
f. Mempersiapkan ibu dan keluarga dapat berperan dengan baik dalam
memelihara bayi agar dapat tumbuh dan berkembang secara normal.

B. Pelayanan kesehatan pada ibu hamil di komunitas


Pelayanan kelompok khusus di masyarakat, dilakukan melalui
kelompok-kelompok yang terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif
masyarakat, melalui pembentukan kader kesehatan diantara kelompok

81
tersebut, yang telah mendapat pendidikan dan pelatihan oleh puskesmas.
Selain itu, pembinaan pada kelompok ibu hamil dapat dilakukan melalui
Posyandu.
Perawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative maupun
resosialitatif.
1) Upaya promotif, untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil dengan
melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
2) Upaya preventif, untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan
kesehatan terhadap ibu hamil melalui puskesmas dan kunjungan
rumah, perawatan rumah sakit sebagai tindak lanjut dari puskesmas
atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis,
perawatan payudara, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir.
3) Upaya rehabilitative, atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat di
rumah atau kelompok-kelompok ibu hamil yang menderita penyakit
tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan
latihan fisik pada penderita.
4) Upaya resosiatif, adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat yang karena penyakitnya di kucilkan oleh masyarakat
seperti penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila (Effendy 1998).

C. Peran perawat dalam kelompok ibu hamil


a. Melakukan promosi kesehatan meliputi edukasi dan konseling untuk
meningkatkan perilaku sehat, untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kehamilan dan untuk meningkatkan kenyamanan individu dan
kemampuan dalam berdiskusi tentang kesehatan dan sistem perawatan
medis.
b. Promosi pemberian ASI dan penyediaan pemberian intervensi edukasi.
c. Melakukan pembinaan kepada kelompok sasaran yaitu ibu hamil, ibu
bersalin, keluarga, tokoh masyarakat stempat.

82
d. Bekerja sama dengan tokoh masyarakat untuk mengadakan desa siaga
yang meliputi pengaturan transportasi setempat yang siap melakukan
rujukan kedaruratan, mengadakan pengaturan biaya bagi masyarakat
yang tidak mampu atau dapat mengadakan tabungan ibu bersalin pada
ibu hamil sebagai persiapan untuk biaya persalinannya nanti,
melakukan pengorganisasian donor darah berjalan serta mencari calon
pendonor bagi ibu bersalin nanti sebagai antisipasi jika dalam
persalinan ibu terjadi perdaharan sehingga tidak sampai terjadi
kematian ibu (Hari, 2011).

83
BAB IV
PENUTUP

5.1 Simpulan
1. Perawatan pascanatal setelah masa hamil adalah fokus utama dalam
praktik keperawatan. Perawat membantu ibu selama waktu kritis ini
dengan memberikan penyuluhan, mengobservasi, dan mendukung ibu
beserta keluarga melalui proses normal yang biasa ini.
2. Hiper salivasi (ptialismus) atau pengeluaran air liur berlebihan dari biasa.
Hipersalivasi atau ptialismus berarti pengeluaran air ludah yang berlebihan
pada ibu hamil, terutama pada trimester pertama. Keadaan ini disebabkan
oleh meningkatnya hormon esterogen dan human chorionic gonadotropin.
Selain itu, ibu hamil sulit menelan ludah karena mual dan muntah.
3. Morning sickness. Terjadi sekitar 80-95%, paling ringan, kepala pusing
saat bangun pagi, dan terasa mual, tetapi tanpa muntah. Pengobatan:
hindari bangun tiba-tiba atau berjalan, duduk terlebih dahulu di tempat
tidur sebelum berdiri.
4. Hiperemesis gravidarum. Terjadi sekitar 10-15%. Mual-muntah berlebihan
dan telah menganggu aktivitas sehari-hari. Sudah terjadi gangguan
elektrolit ketosis, terdapat dehidrasi, dan menurunnya berat badan sebesar
5%. Terdapat berbagai tingkat dan memerlukan hospitalisasi untuk
pengobatan psikologis, rehidrasi tambahan cairan.
5. Faktor adaptasi dan hormonal, Faktor psikologis, Faktor alergi.
6. insidensi hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4:1000 kehamilan.
5 Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa hiperemesis gravidarum
merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi. Mual dan muntah pada

84
kehamilan adalah peristiwa normal yang dapat berubah menjadi suatu
penyakit yang lebih serius yaitu hiperemesis gravidarum.
7. Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jelas memberikan peranan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda
dan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering.

5.2 Saran
1. Untuk ibu yang menderita hiperemesis gravidariu: agar lebih
memperhatikan pola makan dan keadaan fisik ibu.
2. Untuk petugas kesehatan : agar dapat memberikan asuhan dan pandangan
tentang hiperemesis gravidarium dengan cara menginformasikannya
kepada masyarakat atau seorang ibu dengan baik, agar kedepannya
seorang ibu dapat menjadi ibu yang tidak lagi menjadi penderita
hiperemesis gravidarium

85
DAFTAR PUSTAKA

Stanhope Marcia, Ruth N. Knollmueller. (2007). Buku Saku Keperawatan


Komunitas Pengkajian, Intervensi & Penyuluhan. Ed. 3. Jakarta : EGC

www.scribd.com/doc/216274810 (Diakses pada tanggal 10-Maret-2015, pukul


19.35 WIB).

http://elibrary.unisba.ac.id/files2/Skr.12.00.10854.pdf (Diakses pada tanggal 16-


April-2015, pukul 10.22 WIB).

Komang Ayu, H. A. (2011). Teori & Praktik Asuhan Keperawatan Komunitas.


Jakarta : EGC

Anderson Elizabeth T, Judith McFarlane. (2006). Buku Ajar Keperawatan


Komunitas Teori dan Praktik. Ed. 3. Jakarta : EGC

Mubarak Iqbal W., (2005). Pengantar Keperawatan Komunitas 1. Jakarta : SS


(Sagung Seto)

Tamher Sayuti, Mia Fatma Ekasari. (2009). Pengkajian Pada Individu, Keluarga,
dan Komunitas. Jakarta : TIM (Trans Info Media)

Ida Ayu. C. M. dkk, (2009). Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta : EGC

Ida Bagus G. M. dkk, (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC

Sukowati Umi, dkk. (2010). Model Konsep & Teori Keperawatan Aplikasi Pada
Kasus Obstetri Ginekologi. Bandung : PT. Refika Aditama

Runiari Nengah, (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Hiperemesis


Gravidarum. Jakarta : Salemba Medika

86
87

Anda mungkin juga menyukai