Anda di halaman 1dari 3

PRAKTIKUM KRITERIA PASIEN AMBULATORY ANESTESI

KELOMPOK 3 :

1. DIDA LISNAWATI NUR AIDAH NIM 191FI03018


2. RAMDHANI DWI LESTARI NIM 191FI03019
3. TRESA PRATIWI NIM 191FI03020
4. SEKAR CHANDRIKA PUTRI NIM 191FI03021
5. MUHAMMAD ARYA WIGUNA NIM 191FI03022
6. MOHAMAD TARMIDZI ARSA W. NIM 191FI03023
7. MUHAMMAD HAEKAL NAFIZ NIM 191FI03024
8. DEA FITRIANA NIM 191FI03025

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
TAHUN 2021
Identifikasi kriteria pasien yang boleh dilakukan ambulatory anestesi berdasarkan pembahasan
kasus yang telah diberikan!

1. Seorang laki-laki umur 45 tahun dengan diagnosis appendiktomy perforasi. Hasil


pemeriksaan TTV TD 160/80 mmHg. Nadi 120x/menit. Respirasi 16x/menit. Suhu 39°C.
Kondisi menuju sepsis shock. Saturasi oksigen 89%.
Jawab:
Pada kasus tersebut, Menurut kami pasien tidak dapat dilakukan ambulatory anestesi
karena appendiktomy perlu dilakukan perawatan selama beberapa hari, dan apalagi seperti
kasus di atas pasien sudah menuju sepsis shock dan pasien juga perforasi hal ini juga tidak
memungkinkan pasien dapat dilakukan ambulatory anestesi. Selain itu dilihat dari hasil TTV
pasien yang tidak stabil sehingga tidak bisa dilakukan ambulatory anestesi.

2. Seorang perempuan umur 34 tahun G₄P₂A₁ Abortus inkomplet, rencana kuretase dengan
TIVA. Hasil anamnesis pasien sedang dalam pengobatan ginjal. Pasien didapatkan hasil
pemeriksaan TD 140/90 mmHg. Nadi 80 x/menit. Respirasi 22x/menit. SpO₂ 90%
Jawab:
Pada kasus tersebut, pasien tidak dapat dilakukan ambulatory anestesi karena pasien
mengalami abortus inkomplet yang artinya salah satu jenis keguguran yang terjadi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu. Ketika ini terjadi, jaringan janin yang telah mati tidak
keluar sepenuhnya dari rahim dan menyebabkan perdarahan terus berlanjut. Pasien dengan
pendarahan banyak termasuk dalam kontraindikasi dari rawat jalan. Dengan dilakukannya
TIVA kepada pasien, yang dimana semua obat anestesi ekresinya di ginjal, apabila sistem
ekresi terganggu bisa terjadi prolong (perpanjangan) efek obat anestesi. kemudian balance
cairannya juga bisa terganggu karna gangguan fungsi ginjal. Selain itu di lihat dari TTV
pasien yang tidak stabil maka harus dilakukan observasi secara ketat, akibatnya pasien tidak
memungkinkan untuk dilakukan rawat jalan atau ambulatory anestesi.
3. Seorang perempuan umur 35 tahun diagnosis kista bartholin, akan dilakukan eksisi. Hasil
pemeriksaan TTV TD 120/80 mmHg. Nadi 90x/menit. Respirasi 24x/menit. Suhu 37,5°C
Jawab:
Pada kasus tersebut, pasien bisa dilakukan ambulatory anestesi karena kista bartholin
termasuk bedah minor dan berlangsung kurang dari 120 menit. Selain itu dilihat dari hasil
TTV yang normal juga bisa dilakukan ambulatory anestesi dan pasien termasuk ke dalam
ASA 1.

Anda mungkin juga menyukai