Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN DIAGNOSTIK KESUKARAN BELAJAR

“KESULITAN DALAM BELAJAR”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Mata Kuliah Diagnostik Kesukaran Belajar

Dosen Pengampu :

Ordiman Lasaima S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Nama : Siti Andriani Asfika

Nim : A1Q120054

Kelas :B

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR DIAGNOSTIK KESUKARAN DALAM


BELAJAR

OLEH :
Siti Andriani Asfika
A1Q120054

Telah diperiksa dan disetujui oleh :

Dosen Pembimbing Kepala Sekolah

Dodi Prayitno Silondae, S.Pd., M.Pd. Kamil Azizi, S.Pd., M.Pd.


NIP. 198809252015041004 NIP. 19710201 200701 2 005
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Diagnostik Kesukaran
Belajar ini dengan judul “Kesulitan Belajar”. Laporan ini disusun guna memenuhi Ujian Akhir
Semester Mata Kuliah Diagnostik Kesukaran Belajar. Terima kasih saya ucapkan kepada Pak
Muhammad Fadhillah, S.Pd., M.Pd. Dan Pak Ordiman Lasaima, S.Pd., M.Pd. Selaku Dosen
pengampu Mata Kuliah Diagnostik Kesukaran Belajar. Saya menyadari dari bahwa penulisan
Laporan ini, masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan dikarenakan keterbatasan
yang saya miliki, baik dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari Bapak Dosen sangat saya butuhkan dan semoga
ke depannya saya dapat membuat Laporan lebih baik lagi. Saya berharap semoga Laporan ini
dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan
peningkatan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
Lembar Penge
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesulitan belajar pada siswa akan tampak pada penurunan prestasi akademik
siswa. Menurut Dalyono (2009), kesulitan belajar merupakan suatu kondisi siswa tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya. Ciri-ciri siswa mengalami masalah kesulitan belajar
dapat dilihat dari lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar, menunjukkan
sikap-sikap yang berkelainan, seperti acuh tak acuh, menentang, menunjukkan tingkah
laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, mengganggu di dalam atau
diluar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, menunjukkan gejala emosi yang berkelainan,
seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu Djamarah (2011). Kesulitan belajar dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
Menurut (Aqib (2002), faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar bersumber
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang terdiri dari faktor biologis
dan faktor psikologis sementara faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan keluarga,
faktor lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Kesulitan belajar akan
menimbulkan suatu keadaan dimana siswa tidak dapat belajar sebgai mestinya sehingga
memiliki prestasi belajar yang rendah. Menurut Dalyono (2009) terdapat beberapa
indikator kesulitan belajar adalah sebagai berikut a) hasil belajar yang rendah, b) hasil
yang tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, c) lambat dalam mengerjakan dan
melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Menurut Sriyanti (2013), adapun faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar antara dapat dibagi menjadi empat, yaitu: (1) faktor anak
didik; (2) faktor sekolah; (3) faktor keluarga; dan (4) faktor masyarakat. Berdasarkan
teori tersebut, terlihat bahwa ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi
kesulitan belajar Peserta didik yang tidak memiliki kemampuan mengelola waktu atau
manajemen waktu dengan baik akan cenderung mengalami kesulitan belajar. Manajemen
waktu dalam belajar itu sangat perlu dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran karena
manajemen waktu hal penting yang digunakan untuk membagi waktu baik dalam belajar,
bermain, membantu orang tua, mengikuti organisasi maupun kegiatan lainnya.
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kesulitan manajemen terhadap kesulitan
belajar siswa, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “kesulitan dalam
manajemen waktu belajar siswa".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya
yaitu antara lain :
1. Apa pengertian kesulitan belajar?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan belajar?
3. Apa saja karakteristik dari kesulitan belajar?
4. Bagaimanakah cara mengatasi kesulitan belajar?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan, diantaranya :
1. Untuk mengetahui pengertian kesulitan belajar.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kesulitan belajar.
3. Untuk mengetahui apa saja karakteristik kesulitan belajar.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi kesulitan belajar.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Manajemen Waktu


Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur (mengelola).
Manajemen adalah suatu proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka
penerapan tujuan dan sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduki
jabatan manajerial untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan
melalui kegiatan-kegiatan orang lain. Secara umum, manajemen didefinisikan sebagai
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan
tertentu melalui atau dengan cara menggerakkan orang lain. Adapun secara terminologis,
definisi manajemen dikemukakan oleh para ahli dengan redaksi yang berbeda-beda.
Menurut G.R.Terry sebagaimana yang dikutip oleh jaja jahari dan amirulloh syarbini
dalam buku manajemen madrasah teori, strategi, dan implementasi, manajemen adalah
suatu proses yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan,
dan pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat
menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya (management is a distinct
process consisting of planning, organizing, actuating, and controlling, utilizing in each
both science and art, and followed in order to accomplish predetermined objectives).
Menurut Horold Koontz dan Cyril O’Donnel sebagaimana yang dikutip oleh jaja jahari
dan amirulloh syarbini dalam buku manajemen madrasah teori, strategi, dan
implementasi, manajemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan yang dilakukan
melalui dan dengan orang-orang lain (management involves getting things done thought
and with people). Dengan kata lain, manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah sebuah tindakan
yang berhubungan dengan usaha tertentu dan penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai tujuan dengan cara menggerakkan orang lain. Sedangkan waktu menurut
Taufik merupakan seluruh rangkaian proses yang sedang berlangsung atau keadaan
tertentu dalam hitungan detik, menit, dan jam.
Menurut Macan, dkk mendeskripsikan manajemen waktu sebagai pengelolaan
waktu dimana individu menetapkan terlebih dahulu kebutuhan dan keinginan kemudian
menyusunya berdasarkan segi urutan kepentingan. Maksudnya bahwa terdapat aktivitas
khusus yaitu penetapan tujuan untuk mencapai kebutuhan dan keinginan dengan
memprioritaskan tugas yang perlu diselesaikan. Tugas yang sepenuhnya penting
kemudian dicocokkan dengan waktu dan sumber yang tersedia melaluai perencanaan,
penjadwalan, pembuatan daftar pengorganisasian dan pendekatan terhadap tugas.
Menurut Atkison menjelaskan bahwa manajemen waktu ialah suatu keterampilan yang
berkaitan dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang individu yang dilakukan
secara terencana agar individu tersebut dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya.
Manajemen waktu yang baik yaitu dengan membuat data pekerjaan atau aktivitas
dan menentukan skala dari setiap aktivitas tersebut. Perlu kita ketahui bahwa setiap
aktivitas pasti semuanya penting akan tetapi dari data aktivitas pekerjaan tersebut pasti
ada yang paling penting, misalnya seperti pekerjaan yang mendesak yang umumnya
berkaitan dengan pekerjaan deadline. Letakkan-lah pekerjaan yang terpenting di daftar
data paling atas untuk segera di kerjakan baru setelah itu di ikuti dengan daftar aktivitas
pekerjaan yang lainnya. Manajemen waktu ini dapat memberikan hasil yang lebih baik
jika dilakukan dengan sungguh-sungguh tentunya dengan disiplin. Dan komitmen yang
tinggi dari individu sagat dibutuhkan untuk mematuhi dan menjalankan manajeman
waktu yang sudah di tentukan, misalnya oleh perusahaan atau tempat bekerja dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa
manajemen waktu merupakan upaya dan tindakan seseorang individu dalam mengatur
dirinya dengan menggunakan waktu seefektif dan seefesien mungkin dengan menentukan
tujuan dan prioritas, membuat perencanaan dan penjadwalan, pengontrolan terhadap
waktu, serta kesanggupan untuk terorganisasi baik dalam kehidupan profesional maupun
pribadi untuk mencapai tujuan yang jelas.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Waktu


Menurut Rahardi menjelaskan beberapa faktor yang menentukan tercapainya
proses manajemen waktu mahasiswa, antara lain sebagai berikut :
a. Faktor dalam diri yang melakukan kesalahan.
Faktor ini menjadi faktor utama Setiap manusia belajar dari kesalahan hidupnya.
Dengan manajemen, manusia meminimalisir kesalahan dimasa lampau.
b. Faktor pandangan hidup.
Faktor ini mampu memacu motivasi mahasiswa. Seperti untuk apa berkuliah,
setelah lulus apa yang akan dilakukan. Dengan pandangan hidup yang jelas,
tergambar dalam benak sebuah masa depan.
c. Faktor lingkungan kampus.
Pada dasarnya lingkungan kampus menjadi barometer kreativitas mahasiswa.
Dengan fasilitas kampus yang memadai, mahasiswa mampu menimba ilmu secara
otodidak yang kurang didapat dibangku kuliah. Hal ini mempersingkat waktu
proses belajar kognitif mahasiswa.

Sedangkan Menurut Srijati mengemukakan faktor-fator yang dapat


mempengaruhi manajemen waktu yaitu :
a. Adanya target yang jelas.
Dengan adanya target pencapaian maka hidup akan lebih terarah dan waktupun
dapat diatur dengan sebaik-baiknya.
b. Adanya prioritas kerrja
Individu dapat menjalankan manajemen waktu dengan baik dan mencurahkan
seluruh konsetrasi dan energinya untuk mencapai prioritas yang diinginkan.
c. Pendelegasian tugas
Pekerjaan yang dianggap tidak utama dilakukan pendelegasian kepada orang lain.
Hal ini dapat meringankan pekerjaan, waktu yang ada dapat digunakan
melaksanakan pekerjaan yang lebih berkualitas.

C. Karakteristik Kesulitan Belajar


Karakteristik anak berkesulitan belajar secara umum Menurut Clement yang
dikutip oleh Hallahan dan Kauffman ( 1991:133 ) terdapat 10 (sepuluh) gejala yang
sering dijumpai pada anak berkesulitan belajar, yaitu: (1) hiperaktif, (2) gangguan
persepsi motorik, (3) emosi yang labil, (4) kurang koordinasi, (5) gangguan perhatian, (6)
impulsif, (7) gangguan memori dan berfikir, (8) kesulitan pada akademik khusus
( membaca, matematika, dan menulis), (9) gangguan dalam berbicara dan mendengar,
dan (10) hasil electroencephalogram (EEG )tidak teratur serta tanda neurologis yang
tidak jelas.
Hallahan menjelaskan bahwa tidak semua gejala selalu ditemukan pada anak yang
mengalami kesulitan belajar, adakalanya hanya beberapa ciri yang tampak. Selanjutnya
para peneliti mengelompokkan kesepuluh ciri tersebut dengan menggabungkan hal-hal
yang dianggap sejenis. Adapun pengelompokkannya adalah sebagai berikut :
1. Masalah persepsi dan koordinasi
Hallahan (1975) mengemukakan bahwa beberapa anak berkesulitan belajar
menunjukkan gangguan dalam persepsi penglihatan dan pendengaran. Masalah ini tidak
sama dengan masalah ketajaman penglihatan dan ketajaman pendengaran, seperti yang
dialami oleh seorang tunanetra atau tunarungu. Sebagai contoh, anak yang mengalami
gangguan persepsi visual, tidak dapat membedakan huruf atau kata -kata yang bentuknya
mirip, seperti huruf "d" dengan "b" atau membedakan kata "sabit" dengan "sakit".
Kemudian anak yang mengalami masalah persepsi pendengaran mengalami kesulitan
untuk membedakan kata yang bunyinya hampir sama, seperti kata kopi dengan topi.
2. Gangguan dalam perhatian dan hiperaktif
Anak yang berkesulitan belajar mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian
dan mengalami hiperaktif. Meskipun terdapat anak yang memiliki masalah dalam
perhatian dan hiperaktif tanpa disertai kesulitan belajar, munculnya kesulitan belajar
sangat tinggi di antara anak yang mengalami masalah perhatian dan hiperaktif. Para ahli
menekankan bahwa dalam hal ini masalahnya bukan pada kelebihan geraknya akan tetapi
yang lebih mendasar adalah masalah sulitnya berkonsentrasi. Walaupun anak banyak
melakukan gerakan yang dalam batas-batas tertentu gerakannya lebih terarah, belum
tentu disebut hiperaktif.
Anak yang hiperaktif banyak bergerak,akan tetapi tidak mengarah dan tidak bisa
tenang dalam waktu yang ditetapkan, seperti menyelesaikan pekerjaan dalam waktu 2 – 3
menit. Di samping itu, anak yang hiperaktif sulit untuk melakukan kontak mata dan sulit
untuk mengkonsentrasikan perhatiannya. Nampaknya segala stimulus yang ada di
dekatnya diresponnya tanpa ada seleksi. Sebagai contoh, apabila anak diberi tugas untuk
melakukan sesuatu, ia tidak dapat menuntaskan pekerjaannya karena perhatiannya segera
beralih pada obyek lainnya, dan begitu seterusnya.
3. Mengalami gangguan dalam masalah mengingat dan berfikir
a. Masalah Mengingat
1) Anak berkesulitan belajar kurang mampu menggunakan strategi untuk
mengingat sesuatu. Contoh : kepada beberapa anak diperlihatkan suatu
daftar kata untuk diingat. Anak normal secara spontan dapat
mengkatagorikan kata-kata tersebut agar mudah diingat sedangkan anak
berkesulitan belajar tidak mampu melakukan strategi tersebut.
2) Anak berkesulitan belajar mendapat kesulitan untuk mengingat materi
secara verbal. Hal ini terjadi karena mereka mempunyai masalah dalam
pemahaman bunyi bahasa, sehingga sulit memaknai kata atau kalimat.
Apabila anak salah menangkap bunyi bahasa, maka akan menimbulkan
kesalahan dalam memaknai kata tersebut.
b. Masalah Berpikir
Berpikir meliputi kemampuan untuk memecahkan masalah sampai kepada
pembentukan konsep atau pengertian. Anak berkesulitan belajar mengalami
kelemahan dalam masalah tersebut. Contoh : bagaimana menentukan strategi
untuk menemukan kembali barang yang hilang. Contoh lain adalah bagaimana
mengungkapkan kembali suatu cerita yang telah dibacanya. Anak yang
berkesulitan belajar tidak mampu untuk menemukan strategi yang diperlukan
untuk kepentingan itu.
4. Kurang mampu menyesuaikan diri
Anak berkesulitan belajar menunjukkan gejala kurang mampu menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Pada umumnya, anak yang mengalami kesulitan belajar sering
mengalami kegagalan sesuai dengan tingkat kesulitannya. Dampak dari kegagalan
tersebut yaitu anak menjadi kurang percaya diri, merasa cemas, dan takut melakukan
kesalahan yang akan menjadi bahan cemoohan teman-temannya, sehingga ia menjadi
ragu-ragu dalam berinteraksi dengan lingkungannya atau ia mengasingkan diri.
5. Menunjukkan gejala-gejala sebagai siswa yang tidak aktif
Anak berkesulitan belajar kurang mampu melakukan strategi untuk memecahkan
masalah akademis secara spontan. Hal ini terjadi karena mereka sering mengalami
kegagalan. Contoh: Anak berkesulitan belajar tidak berani menjawab pertanyaan guru
atau menjawab soal di papan tulis secara spontan.
6. Pencapaian hasil belajar yang rendah
Sebagian anak berkesulitan belajar memiliki ketidakmampuan dalam berbagai
bidang akademik, misalnya dalam membaca, pengucapan, tulisan, berhitung dan sebagian
anak lagi hanya pada satu atau dua aspek saja.

D. Cara Mengatasi Kesulitan Manajemen Waktu Belajar


Cara mengatasi kesulitan manajemen waktu belajar bagi siswa sebenarnya ada
banyak cara mengatasi kesulitan manajemen waktu belajar bagi siswa. Cara tersebut bisa
dilakukan di rumah maupun di sekolah. Berikut pembahasan lengkapnya yaitu :
1. Mengajak Siswa Untuk Aktif Saat Proses Pembelajaran
Cara pertama yang bisa digunakan untuk mengatasi kesulitan belajar adalah
dengan mengajak siswa untuk aktif saat proses pembelajaran. Dimana guru bisa
melibatkan siswa dalam berdiskusi saat sedang menerangkan materi pelajaran. Selain
itu, dorong siswa untuk mau bertanya tentang materi apa yang belum dipahami. Metode
ini bisa dibilang cukup efektif akan tetapi dalam penerapannya membutuhkan kesabaran
dan juga keuletan.
2. Menciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan
Cara mengatasi kesulitan belajar selanjutnya yaitu dengan menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan. Kesulitan yang dialami seseorang bisa terjadi karena
suasana belajar yang tidak kondusif. Maka dari itu, penting untuk menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan supaya lebih berkonsentrasi. Konsentrasi sangat dibutuhkan
saat belajar karena akan mempermudah dalam memahami materi pelajaran yang sedang
dipelajari.

3. Selalu Membuat Catatan


Selalu ingat untuk membuat catatan dalam setiap materi akademik yang kamu
pelajari, karena dengan membuat catatan kita dapat mengingat materi-materi yang
mungkin tidak sempat atau sulit kamu hafal dengan cepat. Sehingga nantinya kamu
dapat membuka catatan tersebut di lain waktu ketika kamu sedang dalam fase semangat
dalam belajar. Usahakanlah ketika kamu ingin menghafal sesuatu atau ingin
mempelajari sesuatu, kamu sedang berada di fase sangat semangat dalam belajar. Karena
ketika kita sedang berada di fase sangat semangat dalam belajar, kamu akan
meningkatkan sekitar 120% rasa minat kamu terhadap pelajaran yang tengah kamu
pelajari atau meningkatkan minat kamu terhadap materi akademik yang sedang kamu
pelajari. Sehingga nantinya kamu memiliki ketertarikan yang cukup untuk membuat
kamu merasa saya cocok dengan pelajaran yang tengah saya lakukan saat ini.
4. Menyusun Jadwal Belajar Sebaik Mungkin
Jangan lupa untuk menyusun jadwal belajar dengan sebaik mungkin. Permasalahan
belajar yang paling sering terjadi adalah dikarenakan penyusunan jadwal belajar yang
berantakan sehingga membuat kita belajar dengan berantakan dan tidak sesuai dengan
waktu yang cocok saat kita sedang open power dalam belajar. Atau saat kita sedang
semangat-semangatnya dalam belajar, jatuhnya kita belajar diwaktu kita sedang malas
dan ingin bersantai dalam hidup. Pilihlah waktu belajar yang sesuai dengan kepribadian
kamu, waktu-waktu ketika kamu bersemangat adalah waktu yang paling cocok untuk
melaksanakan pembelajaran. Jangan pilih waktu saat kamu sedang malas sekali untuk
belajar, karena di waktu tersebut kemungkinan besar kamu akan merasa sangat tersiksa
dalam belajar dan akan menurunkan tingkat minat kamu terhadap pelajaran yang sedang
kamu lakukan. Dan hal tersebut akan membuat permasalahan dalam belajar semakin
besar dan semakin terasa.
Maka dari itu pilihlah waktu ketika kamu sedang sangat semangat seperti waktu pagi
hari setelah melaksanakan shalat subuh, antara jam enam sampai dengan jam sebelas,
dan waktu-waktu selanjutnya yang memungkinkan kamu memiliki semangat yang tinggi
untuk melakukan pembelajaran dan memahami materi yang ingin kamu pahami. Atau
untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru.

5. Mengadakan Belajar Kelompok


Belajar kelompok merupakan metode belajar yang hingga saat ini masih
digunakan. Hal ini bukan tanpa alasan karena belajar kelompok bisa membuat siswa
menjadi lebih aktif dibandingkan dengan belajar sendiri. Dalam satu kelompok terdiri
dari beberapa siswa dengan karakteristik dan kemampuan yang berbeda sehingga bisa
saling melengkapi.
6. Memberikan Pujian
Ketika anak mengalami kesulitan belajar, guru ataupun orang tua sebaiknya
membantu siswa mengatasi masalah tersebut. Cara sederhana dan sangat mudah untuk
dilakukan yaitu dengan memberikan pujian kepadanya. Contoh kalimat pujian yang bisa
diberikan seperti “anak pintar”, “bagus sekali” dan sebagainya. Dengan memberikan
pujian maka siswa menjadi lebih termotivasi dan meningkatkan rasa percaya dirinya.
7. Berhenti Membandingkan Anak dengan Anak Lainnya
Siapapun itu pasti tidak akan senang saat dibandingkan dengan orang lain, tanpa
kecuali anak-anak. Orang tua yang membandingkan anaknya dengan anak lainnya akan
membuatnya menjadi tertekan. Terlebih anak yang dijadikan perbandingan merupakan
anak yang berprestasi.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis
Dalam analisis kasus mengenai Kesulitan dalam manajemen waktu belajar ada
beberapa factor dan karakteristik kesulitan belajar. Kesulitan dalam manajemen waktu
belajar sendiri merupakan tindakan seseorang individu dalam mengatur dirinya dengan
menggunakan waktu seefektif dan seefesien mungkin dengan menentukan tujuan dan
prioritas, membuat perencanaan dan penjadwalan belajar. Sedangkan pada penelitian ini
membahas mengenai kesulitan dalam manajemen waktu belajar pada anak SMP. Setelah
saya observasi klien/anak ini mengalami kesulitan dalam memanajemen waktu
belajarnya. Kesulitan belajar merupakan keadaan dimana siswa mengalami hambatan
dalam proses belajar yang muncul karena beberapa faktor. Kebiasaan belajar siswa yaitu
yang dimana belajar hanya pada waktu yang telah ditentukan oleh sekolah dan teknik
belajar yang digunakan kurang tepat seperti dengan menghafal.
Dalam analisis ini cara mengatsai kesulitan dalam manajemen waktu belajar yang
saya berikan adalah mengajak siswa untuk aktif saat proses pembelajaran, menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan kemudian membuat catatan-catatan dan menyusun
jadwal belajar sebaik mungkin serta mengadakan belajar secara berkelompok.

B. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : Defito Saputra
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Semarang, 16 Juni 2008
Umur : 14 Tahun
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Dewi Sartika, Sekaran Gunung Pati
Pendidikan : Sekolah Menegah Pertama
Tinggi Badan : 153 cm
Berat Badan : 50 kg
Hobby : Futsal

Cita-Cita : TNI Angkatan Darat


Suku/Kewarganegaraan : Jawa/Warga Negara Indonesia

2. Identitas Orang Tua


Ayah
Nama : Galih Mahardika
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Umur : 43 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Tingkat Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Wirausaha
Ibu
Nama : Erwindha
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 40 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Tingkat Pendidikan : SMA Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

3. Kondisi Fisik dan Kesehatan Klien


Bentuk Muka : Oval
Tinggi Badan : 153 cm
Berat Badan : 50 kg
Warna Kulit : Sawo Matang
Warna Rambut : Hitam
Keadaan Mata : Sehat
Keadaan Telinga : Sehat
Penyakit yang Pernah di Derita : Tidak Ada
Cacat Jasmani : Tidak Ada

C. Sintesis
Dapat disimpulkan bahwa dalam analisis studi kasus mengenai kesulitan
manajemen waktu belajar pada anak berinisial (FITO) mengalami kesulitan dalam
manajemen waktu belajar di sekolah. Banyak factor yang mempengaruhinya. Hal tersebut
menjadikan prestasi belajar si anak menurun drastis. Dalam hal ini orang tua berperan
penting dalam hal dukungan untuk mensuport anak dalam belajar. Sarana dan prasarana
juga harus mendukung. Terutama kesadaran diri dari si anak lebih penting untuk
perubahan kedepan.
D. Diagnosis
Sebelum menetapkan diagnosis masalah kesulitan dalam manajemen waktu
belajar siswa, guru sangat dianjurkan terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya
mengenal gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan
adanya kesulitan manajemen waktu belajar siswa yang melanda siswa tersebut. Upaya
seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis
kesulitan dalam manajemen waktu belajar siswa.
Dengan demikian didalam melakukan diagnosis bukan hanya sekedar
mengidentifikasi jenis atau karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan
anak dalam belajar (dengan menghimpun dan mempergunakan berbagai data atau
informasi selengkap dan seobjektif mungkin) melainkan juga mengimplikasikan suatu
upaya untuk memprediksi kemungkinan-kemungkinan dan juga menyarankan tindakan
pemecahannya.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-
langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu
yang dialami siswa. Langkah-langkah diagnosis dalam kesulitan manajemen waktu
belajar siswa ialah sebagai berikut :
1. Identifikasi (anak)
2. Menentukan prioritas
3. Menentukan potensi
4. Menentukan taraf waktu efesien
5. Menentukan gejala kesulitan manajemen waktu belajar
6. Menganalisis faktor-faktor yang terkait

E. Prognosis
Untuk penanganan sendiri bagi untuk klien/anak bisa menyusun list pembelajaran
atau list tugas. Peran orang tua juga sangat penting dalam memberikan motivasi kepada
anak. Orang tua selalu mendukung atas apa yang dilakukan si anak. Orang tua juga bisa
mengingatkan atau memberikan informasi mengenai kegiatan belajar atau menanyakan
tugas belajar si anak.

F. Tratment
Treatment atau perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada
anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan manajemen waktu belajar) sesuai
dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang
mungkin dapat diberikan contohnya bimbingan belajar kelompok, bimbingan belajar
individual dan lain-lain. Kemudian evaluasi, evaluasi disini untuk mengetahui apakah
treatment yang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan atau
bahkan gagal sama sekali. Jika ternyata treatment yang diberikan tidak berhasil, maka
diadakan pengecekan kembali. Kemungkinan cara mengatasi kesulitan manajemen waktu
belajar sesuai dengan sifat-sifat permasalahannya.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari laporan studi kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen adalah
suatu proses penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam rangka penerapan tujuan dan
sebagai kemampuan atau keterampilan orang yang menduduki jabatan manajerial untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan
orang lain yang dimana jika di artikan secara umum, manajemen ini didefinisikan sebagai
kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh hasil dalam rangka mencapai tujuan
tertentu melalui atau dengan cara menggerakkan orang lain. Selanjutnya dari kasus diatas
dapat kita lihat bahwa seorang anak yang berinisial Fito ini sedang mengalami kesulitan
dalam manajemen waktu belajarnya di sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhinya
sehingga hal tersebut menjadikan prestasi belajar si anak menurun drastis.
Dalam hal ini orang tua berperan penting dalam hal dukungan untuk mensuport
anak dalam belajar. Kemudian sebelum menetapkan diagnosis, guru sangat dianjurkan
terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenal gejala dengan cermat) terhadap
fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan manajemen waktu belajar
siswa yang melanda siswa tersebut. Selanjutnya dilakukannyalah prognosis untuk
penanganan bagi klien/anak bisa menyusun list pembelajaran atau list tugas serta peran
orang tua juga sangat penting dalam memberikan motivasi kepada anak dan selalu
mendukung atas apa yang dilakukan si anak, juga bisa mengingatkan atau memberikan
informasi mengenai kegiatan belajar atau menanyakan tugas belajar si anak.

B. Saran – Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan, yaitu
utamanya bagi pihak sekolah atau guru yang dimana guru perlu memberikan perhatian
penuh kepada siswanya yang bermasalah baik dalam masalah kesulitan manajemen
waktu belajar maupun masalah siswa yang lainnya. Kemudian bagi siswanya sendiri
hindarilah kegiatan-kegiatan atau aktivitas yang kurang bermanfaat bagi diri siswa
sehinga dalam memanajemen waktu belajarnya dapat teratur atau terstruktur dengan baik.
Disamping itu siswa juga harus bisa membuat jadwal harian atau list-list mengenai tugas-
tugas sekolah dan siswa juga harus konsisten dalam melaksanakan jadwal yang sudah
dibuat dan yang paling terpenting orang tua juga berperan penting dalam hal memberikan
motivasi kepada anaknya maupun mengingatkan mengenai tugas-tugas sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Rofifah, Dianah, ‘HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN PRESTASI


BELAJAR SISWA ATLET : Studi Korelasional Di SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran
2018/2019’, HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN PRESTASI
BELAJAR SISWA ATLET : Studi Korelasional Di SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran
2018/2019, 2020, 12–26

Andri Feriyanto & Endang Shyta Triana, Pengantar Manajemen (3 IN 1), (Yogyakarta :

Mediatera, 2015), h. 4

Popi Sopiatin, Manajemen Belajar Berbasis Kepuasan Siswa, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2010),

h. 25
Jaja Jahari dan Amirullah Syarbini, Manajemen Madrasah Teori, Strategi, Dan Implementasi

(Bandung : Alfabeta, 2013), h. 1-2.

Macan, dkk. Time Manajemen ; Testop Proses Model, American journal of Terhealth Studies,

(American: Proquest Reserch library, 2000), hlm. 41

Taufiqurrohman. 2015. Manajemen Waktu Belajar . Pusat Ilmu

Linda. (2017). Pengantar rancangan modul pelatihan manajemen waktu pada himpunan

mahasiswa program studi psikologi Universitas “X”. Jurnal Psikologi Psibernetika, 10

(1). 1-8.

Anda mungkin juga menyukai