Anda di halaman 1dari 65

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA

DENGAN DISMENORHEA PRIMER

DI PUSKESMAS BANGKALAN KAB. BANGKALAN

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan Pra nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :
Nama : DEVINA KRISTANTI
NIM : 2215901016
Kelas :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN 2022-2023
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA


DENGAN DISMENORHEA PRIMER
DI PUSKESMAS BANGKALAN KAB. BANGKALAN

Disusun Oleh :
Nama : DEVINA KRISTANTI
NIM : 2215901016
Kelas :A

Tanggal Pemberian Asuhan 09 Januari 2023

Disetujui :

Kepala Ruangan
Tanggal: 14 Januari 2023
Di: Puskesmas Bangkalan ( Sri Retno W., S.ST., Bd. )
NIP. 197005081991022001

Pembimbing Institusi
Tanggal: 14 Januari 2023
Di: Puskesmas Bangkalan ( Nor Indah H., S.Tr.Keb., M.Keb)
NIDN. 0713039006

Pembimbing Kasus
Tanggal: 14 Januari 2023
Di: Puskesmas Bangkalan ( Sri Retno W., S.ST., Bd. )
NIP. 197005081991022001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan
bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul “Asuhan
Kebidanan Pada Remaja dengan Dismenorhea Primer Di Puskesmas Bangkalan
Kabupaten Bangkalan”.
Bersama ini perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:
1. Dr. M. Hasinudin, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku Ketua STIKES Ngudia
Husada Madura.
2. Lelly Aprilia Vidayati, S. SiT. M. Kes, selaku Ketua Prodi Profesi Bidan
STIKES Ngudia Husada Madura.
3. Nor Indah Handayani, S.Tr.Keb., M. Keb, selaku dosen pembimbing praktek
profesi bidan stase asuhan kebidanan pada remaja / pra nikah.
4. Sri Retno Wahyuningsih, S.ST., Bd., selaku pembimbing klinis profesi bidan
stase asuhan kebidanan pada remaja / pra nikah di Puskesmas Bangkalan
Kabupaten Bangkalan.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan laporan asuhan
kebidanan ini.
Kami menyadari bahwa asuhan kebidanan ini jauh dari sempurna tetapi
kami berharap bisa bermanfaat bagi pembaca.

Bangkalan, 09 Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii


KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................................. 2
1.4 Manfaat .................................................................................................. 3
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan ............................................................... 3
1.4.2 Bagi Penulis .................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
2.1 Konsep Dasar Asuhan Dan Manajemen Kebidanan ................................ 4
2.2 Konsep Dasar Teori Remaja ................................................................... 4
2.3 Konsep Dasar Teori Dismenorhea ........................................................ 21
2.4 Konsep Dasar Teori Senam Dismenorhea ............................................. 21
2.5 Standar Asuhan Kebidanan Dan Model Dokumentasi ........................... 23
BAB 3 TINJAUAN KASUS .............................................................................. 29
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 35
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................. 40
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 40
5.2 Saran .................................................................................................... 40
5.2.1 Bagi tenaga kesehatan ................................................................. 40
5.2.2 Bagi pasien ................................................................................. 40
5.2.3 Bagi keluarga .............................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 42
LAMPIRAN ...................................................................................................... 43
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada pada
tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja
menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Remaja adalah anak usia 10-24
tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan
sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini
(Romauli, 2009).
Masa remaja adalah suatu tahapan antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa. Masa remaja atau juga disebut masa pubertas merupakan masa
penghubung antara masa anak-anak dan dewasa. Dalam siklus kehidupan
pubertas merupakan tahapan yang penting dalam perkembangan
seskualitasnya (Proverawati, 2009). Pubertas adalah proses kematangan dan
pertumbuhan yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan
karakteristik seks sekunder mulai muncul (Wong, et al. 2008). Pubertas
merupakan titik pencapaian dari kematangan seksual pada anak perempuan
yaitu dengan terjadinya menarche (Susanti, 2012). Ciri pubertas pada remaja
laki-laki, hormon testosteron akan mengakibatkan tumbuhnya rambut rambut
halus di sekitar ketiak, kemaluan, tumbuh janggut dan kumisi terjadi
perubahan suara; tumbuh jerawat dan mulai diproduksinya sperma yang pada
waktu waktu tertentu keluar sebagai mimpi basah (Proverawati, 2009).
Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali terjadi dalam
rentang usia 10-16 tahun (Proverawati, 2009). Menarche (menstruasi
pertama) merupakan menstruasi yang pertama kali terjadi pada dinding rahim
dan yang dikenal dengan istilah darah menstruasi, menarche adalah tanda
kesiapan biologis, dan tanda siklus masa subur telah mulai (Bobak, 2004).
Menstruasi adalah pelepasan dinding endometrium yang disertai dengan
pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulannya kecuali pada saat
kehamilan (Aulia, 2009). Lama siklus menstruasi rata-rata adalah 28 hari,
namun adanya variasi umum terjadi. Hari pertama pendarahan disebut
sebagai hari ke-1 dari siklus menstruasi, atau mens. Durasi rata-rata
terjadinya menstruasi adalah 5 hari (berkisar 1 hingga 8 hari), dan kehilangan
darah rata - rata sebanyak 50 ml berkisar 20 hingga 80 ml), namun ini semua
bervariasi. Usia wanita, status fisik dan emosional, serta lingkungan juga
memengaruhi regularitas siklus menstruasinya (Lowdermilk, 2013).
Gejala-gejala yang muncul saat menstruasi yaitu payudara terasa berat,
penuh, membesar dan nyeri tekan, nyeri punggung, merasa rongga pelvis
semakin penuh, nyeri kepala dan muncul jerawat, iritabilitas atau sensitifitas
meningkat, metabolisme meningkat dan diikiuti dengan rasa keletihan, suhu
basal tubuh meningkat 0.2-0.4ºC, servik berawan, lengket, tidak dapat
ditembus sperma, mongering dengan pola granular, ostium menutup secara
bertahap, dan kram uterus yang menimbulkan nyeri menstruasi (Bobak,
2004).
Banyak wanita yang mengalami masalah menstruasi, di antaranya
adalah nyeri saat menstruasi yang dikenal dengan dismenore. Rasa nyeri
dismenore merupakan keluhan yang paling umum dan banyak dialami oleh
wanita. Dismenore adalah nyeri selama atau sesaat sebelum menstruasi.
Banyak remaja mengalami dismenore pada tiga tahun pertama setelah
menarche. Wanita dewasa muda usia 17-24 tahun adalah yang paling sering
melaporkan menstruasi yang terasa nyeri (Lowdermilk, 2013). Dismenore
terdiri dari gejala yang kompleks berupa kram bagian bawah perut yang
menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal
dan gejala neurologis seperti kelemahan umum (Irianto, 2015). Berdasarkan
jenisnya dismenore terdiri dari dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer adalah dismenore yang mulai terasa sejak menarche
dan tidak ditemukan kelainan dari alat kandungan atau organ lainnya (Irianto,
2015). Dismenore primer adalah kondisi yang berhubungan dengan siklus
ovulasi. Penelitian menunjukan bahwa dismenore terjadi akibat pelepasan
prostaglandin selama menstruasi. Dismenore primer biasanya muncul 6-12
bulan setelah menarche ketika ovulasi dimulai (Lowdermilk, 2013). Faktor
penyebab dismenore primer adalah ketidakseimbangan hormonal dan faktor
psikogenik (Kowalak, 2011). Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi
yang terjadi umumnya setelah usia 25 tahun.
Dismenore sekunder berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti
adenomiosis, endometriosis, penyakit radang panggul, polip endometrium,
mioma, atau penggunaan alat kontrasepsi dalam kandungan (Lowdermilk,
2013).
Dalam sebuah studi epidemiologi terhadap populasi remaja (rentang
usia 12-17 tahun), dismenore memiliki prevalensi 59,7%. Dari pasien yang
melaporkan nyeri, 12% menggambarkannya sebagai berat, 37% ringan, dan
49% ringan. Dismenore menyebabkan 14% pasien sering melewatkan
sekolah. Dalam sebuah penelitian cross-sectional terhadap 311 mahasiswa
wanita di Iran (berusia 18-27 tahun), prevalensi dismenore primer adalah
89,1% (Calis, 2017).
Tidak ada angka pasti mengenai jumlah penderita dismenore di
Indonesia. Ini dikarenakan lebih banyak perempuan yang mengalami
dismenore tidak melaporkan atau berkunjung ke dokter. Rasa malu ke dokter
dan kecenderungan untuk meremehkan penyakit tertentu di Indonesia tidak
dapat di pastikan secara mutlak. Boleh dikatakan 90 % perempuan Indonesia
pernah mengalami dismenorea (Anurogo, 2011).
Dismenore dapat diatasi dengan terapi farmakologi dan non
farmakologi. Terapi farmakologi antara lain, pemberian obat analgetik, terapi
hormonal, obat nonsteroid prostaglandin, dan dilatasi kanalis servikalis
(Prawirohardjo, 2009). Untuk mengurangi nyeri dengan terapi farmakologi
bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen,
naproxen dan asam mefenamat) (Nugroho, 2014). Beberapa cara non
farmakologi untuk meredakan dismenore yaitu kompres hangat, massase,
distraksi, latihan fisik atau exercise, tidur cukup, diet rendah garam, dan
peningkatan penggunaan diuretik alami (Bobak, 2004). Apabila keluhan nyeri
dapat dihilangkan dengan cara sederhana, maka hal itu jauh lebih baik
daripada penggunaan obat-obatan karena obat-obatan akan menimbulkan
ketergantungan terhadap efek penghilang nyeri dan menimbulkan efek
samping yang tidak diinginkan. Diperbolehkan minum analgetik (penghilang
rasa sakit) asal dosisnya tidak lebih dari tiga kali sehari. Apabila penggunaan
obat-obatan analgesik tidak berhasil makadapat dilakukan terapi hormonal
sesuai anjuran dokter. (Proverawati, 2009).
Kehadiran orang tua (terutama ibu) bagi remaja sangat membantu untuk
mengatasi masalah. Bila remaja kehilangan peran dan fungsi ibu, sehingga
remaja dalam proses tumbuh kembang kehilangan haknya untuk dibina,
dibimbing, diberikan kasih sayang, perhatian dan sebagainya, remaja akan
mengalami kesulitan bila peran ibu tidak berfungsi (Hawari, 2007).
Mengatasi dismenore bisa dengan melakukan kegiatan olahraga karena
banyak bergerak akan memperlancar aliran darah dan tubuh akan terangsang
untuk memproduksi hormon endorfin yang bekerja mengurangi rasa sakit dan
menimbulkan rasa gembira (Sinaga, 2017). Olahraga untuk menurunkan nyeri
dismenore menurut Haryono (2016) bisa dilakukan dengan melakukan senam
dan yoga. Senam dismenore merupakan aktivitas fisik yang dapat digunakan
8 untuk mengurangi nyeri. Saat melakukan senam tubuh akan menghasilkan
hormone endorfin. Hormon endorfin yang semakin tinggi akan menurunkan
atau meringankan rasa nyeri yang dirasakan seseorang sehingga seseorang
menjadi lebih nyaman, gembira, dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot
(Sugani, 2010). Latihan atau senam ini tidak membutuhkan biaya yang
mahal, mudah dilakukan dan tentunya tidak menimbulkan efek samping yang
berbahaya bagi tubuh.
Dari uraian di atas penulis tertarik mengambil kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Nn. H Usia 19 tahun
Dengan Disminore Primer di Puskesmas Bangkalan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah di antaranya:
1.2.1 Bagaimanakah konsep remaja ?
1.2.2 Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan remaja ?
1.2.3 Bagaimana konsep dismenorhe pada remaja
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pada Nn. H usia 19 tahun dengan gangguan sistem reproduksi
disminorea menggunakan pendekatan tujuh langkah varney secara
komprehensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Dapat melakukan pengkajian data pada Nn. H dengan dismenorhea
Primer di Puskesmas Bangkalan.
1.3.2.2 Dapat melakukan interpretasi data pada Nn. H dengan dismenorhea
Primer di Puskesmas Bangkalan.
1.3.2.3 Dapat merumuskan diagnosa potensial dan antisipasi pada Nn. H
dengan dismenorhea Primer di Puskesmas Bangkalan.
1.3.2.4 Dapat melaksanakan tindakan segera pada Nn. H dengan
dismenorhea Primer di Puskesmas Bangkalan.
1.3.2.5 Dapat membuat rencana tindakan pada Nn. H dengan dismenorhea
Primer di Puskesmas Bangkalan.
1.3.2.6 Dapat membuat implementasi data pada Nn. H dengan
dismenorhea Primer di Puskesmas Bangkalan.
1.3.2.7 Dapat membuat evaluasi pada Nn. H dengan dismenorhea Primer
di Puskesmas Bangkalan.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan asuhan kebidanan ini dapat dijadikan acuan untuk

pengembangan keilmuan dimasa yang akan datang terutama pada pelayanan

kebidanan.

2. Bagi Penulis

Penulisan asuhan kebidanan yang dilakukan diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan reproduksi remaja.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Asuhan dan Manajeman Kebidanan


1. Pengertian Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien.

2.2. Konsep Dasar Teori Remaja


1. Pengertian Remaja
Secara etimologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi
remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah
periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai
24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services
Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-
21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun);
remaja menengah (15-17 tahun); dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi
ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yang
mencakup usia 10-24 tahun.
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu:
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12
tahun sampai 20-21 tahun.
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik
dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual;
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral,
diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.
2. Ciri-Ciri Kejiwaan dan Psikososial Remaja
A. Usia remaja muda (12-14 tahun)
1. Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup
orang tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap
orang tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan seringkali
disertai dengan menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya
pencarian identitas diri, remaja cenderung melihat kepada tokoh-
tokoh diluar lingkungan keluarganya, yaitu: guru, figur ideal yang
terdapat di film, atau tokoh idola.
2. Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang
cepat sekali. Perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus
bagi diri remaja.
3. Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterkaitan dan
kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari
kelompok senasib. Hal ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.
4. Kemampuan untuk berpikir secara abstrak
Daya kemampuan berpikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam
kepercayaan diri.
5. Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah-ubah. Pada
suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain
tampak masa bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa
cemas akan perubahan dalam dirinya. Perilaku demikian
menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik yang
memerlukan pengertian dan penanganan yang bijaksana.
B. Usia remaja penuh (16-19 tahun)
1. Kebebasan dari orang tua
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi realitas.
Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang
menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terkait
dengan orang lain melalui ikatan cinta yang stabil.
2. Ikatan terhadap pekerjaan atau tugas
Sering kali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu
yang ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan cita-
cita masa depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau
langsung bekerja untuk mencari nafkah.
3. Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyususn nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan
cita-cita.
4. Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil
menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja.
3. Masa Transisi Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa
transisi tersebut menurut gunarsa (1978) dalam disertai PKBI (2000)
adalah sebagai berikut :
1. Transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh
Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini
menyebabkan kebingungan peran, didukung pula dengan sikap
masyarakat yang kurang konsisten.
2. Transisi dalam kehidupan emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan kehidupan emosi. Remaja sering memperlihatkan
ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat
tersinggung, melamun, dan sedih, tetapi dilain sisi akan gembira,
tertawa, ataupun marah-marah.
3. Transisi dalam kehidupan sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, dimana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran
ikatan pada teman sebaya merupakan uapaya remaja untuk mandiri
(melepaskan ikatan dengan keluarga).
4. Transisi dalam nilai-nilai moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju
nilai-nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan
nilai-nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai
sendiri.
5. Transisi dalam pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
4. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst (1998), ada tugas-tugas yang harus diselesaikan
dengan baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan
adalah hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan
dipengaruhi oleh harapan sosial.
Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut.
1. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya
secara efektif.
2. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki atau
perempuan).
3. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
sejenis maupun lawan jenis.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orang tua dan orang
dewasa lainnya.
6. Mempersiapkan karir dan kemandirian secara ekonomi.
7. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi perkawinan dan
kehidupan keluarga.
8. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan atau
pekerjaan).
9. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
5. Tujuan Perkembangan Remaja
A. Perkembangan pribadi
1. Keterampilan kognitif dan nonkognitif yang dibutuhkan agar dapat
mandiri secara ekonomi maupun mandiri dalam bidang pekerjaan
tertentu.
2. Kecakapan dalam mengelola dan mengatasi masalah-masalah
pribadi secara efektif.
3. Kecakapan-kecakapan sebagai orang pengguna kekayaan kultural
dan perbadaan bangsa.
4. Kecakapan untuk dapat terikat dalam suatu keterlibatan yang intensif
pada suatu kegiatan.

B. Perkembangan sosial
1. Pengalaman bersama pribadi-pribadi yang berbeda dengan dirinya,
baik dalam kelas, sosial, subkultur, maupun usia.
2. Pengalaman dimana tindakannya dapat berpengaruh pada orang lain.
3. Kegiatan saling tergantung yang diarahkan pada tujuan-tujuan
bersama (interaksi kelompok).

C. Konsep Kedewasaan
Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi
dewasa. Secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada
penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan
kelenjar seksual. Sementara itu, secara psikologis remaja merupakan
masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek
kognitif, emosi, sosial, dan moral antara masa anak-anak menuju
dewasa.
Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda di berbagai
konteks dan remaja memandang diri berbeda jika berada teman sebaya
dibandingkan saat dengan orang tua dan guru.
Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah mencapai
nilai-nilai kedewasaan. Adapun ciri-ciri kedewasaan antara lain:
1. Emosi relatif lebih stabil (mampu mengendalikan emosi);
2. Mandiri (baik secara ekonomi, sosial, dan emosi);
3. Mampu melakukan upaya menyerahkan sumber daya dalam diri dan
lingkungan untuk memecahkan masalah.
4. Adanya interdependensi (saling ketergantungan) dalam hubungan
sosial.
5. Memiliki tanggung jawab.
6. Memiliki control diri yang adekuat (mampu menunda kepuasan,
melawan godaan, serta mengembangkan prestasi sendiri).
7. Memiliki tujuan hidup yang realistis.
8. Memiliki dan menghayati nilai-nilai keagamaan yang dianut.
9. Peka terhadap kepentingan orang lain.
10. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan (bersikap luwes),
bertindak secara tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi.
6. Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
1. Pengertian
A. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan yang menyangkut segi
kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuraan fisik
dan dapat diukur.
B. Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan yang menyangkut aspek
kualitatif dan kuantitatif. Rangkaian perubahan dapat bersifat
progresif, teratur, berkesinambungan, serta akumulatif.
2. Aspek Pertumbuhan
Fungsi fisiologis dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan gizi.
Faktor lingkungan dapat memberi pengaruh yang kuat untuk lebih
mempercepat perubahan. Perubahan dipengaruhi oleh dua organ
penting, yaitu: hipotalamus, dan hipofisis. Ketika kedua organ ini
bekerja, ada tiga kelenjar yang dirangsang, yaitu: kelenjar gondok,
kelenjar anak ginjal, dan kelenjar organ reproduksi.
Ketiga kelenjar tersebut saling bekerjasama dan berinteraksi
dengan factor genetik maupun lingkungan.
Tabel Perubahan- perubahan yang Dipengaruhi oleh Hormon
Jenis
Perempuan Laki - laki
Perubahan

Hormon Estrogen dan progesteron Testosteron

Tanda Menstruasi Mimpi basah

Perubahan  Pertambahan tinggi badan.  Tumbuh rambut di


Fisik  Tumbuh rambut di sekitar alat sekitar kemaluan, kaki,
kelamin dan ketiak. tangan, dada, ketiak
 Kulit menjadi lebih halus. dan wajah. Tampak
 Suara menjadi lebih halus dan pada anak laki – laki
tinggi. mulai berkumis,

 Payudara mulai membesar. berjambang, dan

 Pinggul semakin membesar. berbulu ketiak.

 Pahamembulat.  Suara bariton atau

 Mengalami menstruasi. bertambah besar.


 Badan lebih berotot
terutama bahu dan
dada.
 Pertambahan berat
badan dan tinggi
badan.
 Buah zakar menjadi
lebih besar dan bila
terangsang dapat
mengeluarkan sperma.
 Mengalaami mimpi
basah.

3. Aspek Perkembangan Remaja


Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu Nature dan
Nurture . Konsep Nature mengungkapkan bahwa masa remaja adalah
masa badai dan tekanan. Periode perkembangan ini individu banyak
mengalami gejolak dan tekanan karena perubahan yang terjadi dalam
dirinya. Konsep Nurture menyatakan tidak semua remaja mengalami masa
badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut tergantung pada pola asuh dan
lingkungan dimana remaja itu tinggal.
A. Perkembangan Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan pola
perilaku dewasa merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja.
Remaja diharuskan dapat menyasuaikan diri dengan peran orang
dewasa dan melepaskan diri dari peran anak- anak. Remaja dituntut
untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan
keluarga dan sekolah.
B. Kuatnya Teman Sebaya
Berdasarkan ciri- ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris,
kebingungan peran dan lain- lain, maka seorang remaja mulai mencari
pengakuan dirinya di luar rumah. Pada usia remaja, seseorang
menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman sebayanya
dibandingkan bersama dengan orangtuanya, sehingga wajar saja jika
tingkah laku dan norma/aturan- aturan yang dipegang banyak
dipengaruhi oleh kelompok sebayanya.namun, meskipun tampaknya
remaja sangat bergantung pada teman sebayanya, pada remaja sendiri
terdapat sikap ambivalen. Di satu sisi ingin membuktikan
kemandiriannya dengan melepaskan diri dari orangtuanya, tetapi disisi
lain mereka masih tergantung pada orangtuanya.
Remaja akan tetap meminta pertimbangan dari orangtuanya
ketika menghadapi masalah yang berat atau harus menentukan sesuatu
yang berkaitan dengan masa depannya yang berakibat jangka panjang.
Hal ini merupakan bentuk ketergantungan remaja kepada orangtua.
Ketergantungan pada teman sebaya lebih mengarah pada hal-hal yang
berkaitan dengan relasi sosial atau penerimaan lingkungan (misalnya
tingkah laku/kebiasaan sehari- hari, kesukaan, aktivitas yang dipilih,
gaya bahasa, dan lainnya).
Diterima oleh teman sebaya merupakan sesuatu yang sangat
berarti bagi remaja, sehingga penyesuaian diri dengan kelompok,
misalnya penyesuaian dengan selera, cara berpakaian, cara berbicara
dan berperilaku sosial lainnya adalah penting ( Hurlock, 1973). Namun,
perilaku mengikuti kelompok akan semakin berkurang sesuai dengan
bertambahnya kematangan karena remaja semakin ingin menjadi
individu yang mandiri dan unik serta lebih selektif dalam memilih
sahabat.
Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam
kadar yang tidak berlebihan dan senantiasa memberikan dukungan
positif dapat membantu anak mengembangkan ikatan lain di luar
keluarga secara lebih baik. Ia mampu menentukan kapan ia harus
mengikuti kelompoknya dan kapan harus menolak ajakan dari teman
sebayanya sehingga remaja tersebut akan terbebas dari tekanan teman
sebaya untuk melakukan hal- hal negatif.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan:
1. Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar;
2. Kegiatan- kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin;
3. Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian yang
lebih baik serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja juga
mengembangkan kemampuan sosial yang mendorongnya lebih
percaya diri dan aktif dalam aktivitas sosial;
4. Berkurangnya prasangka dan diskriminasi. Mereka cenderung tidak
mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang budaya dan
pribadinya
C. Pengelompokan Sosial Baru
Kelompok remaja yang beranggotakan laki-laki biasanya lebih
besar dan tidak terlalu akrab, sedangkan kelompok remaja perempuan
membentuk kelompok yang lebih kecil dan lebih akrab. Remaja laki-
laki cenderung lebih banyak berbagi pengalaman petualangan atau
topik- topik tertentu yang menarik (olahraga , music, film,
teknologi,dan lainnya). Umumnya mereka jarang berbagi perasaan atau
emosi dengan teman sebayanya, sedangkan remaja perempuan lebih
bisa berbagi pengalaman dan perasaan.
Dalam pengelompokan sosial, akan muncul nilai- nilai baru
yang diadaptasi oleh remaja.Nilai- nilai tersebut antara lain adalah
sebagai berikut :
1. Nilai baru dalam memilih teman. Pemilihan teman berdasarkan
kesamaan minat dan nilai- nilai yang sama, yang dapat mengerti dan
memberi rasa aman, serta yang dapat berbagi masalah dan
membahas hal- hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang
dewasa.
2. Nilai baru dalam penerimaan sosial. Remaja menerima teman- teman
yang disenangi dan menolak yang tidak disenangi yaitu dimulai
dengan menggunakan standar yang sama dengan kelompoknya.
3. Nilai baru dalam memilih pemimpin. Remaja memilih pemimpin
yang berkemampuan tinggi yang akan dikagumi dan dihormati oleh
orang lain dan dapat menguntungkan mereka, bukan pada penilaian
fisik melainkan pada orang yang bersemangat, bergairah, penuh
inisiatif, bertanggung jawab, banyak ide, dan terbuka.
Jenis- jenis pengelompokkan sosial remaja antara lain:
1. Teman dekat atau sahabat karib;
2. Kelompok kecil, terdiri atas kelompok teman- teman dekat,
biasanya terdri atas jenis kelamin yang sama;
3. Kelompok besar, terdiri atas beberapa kelompok kecil dan
kelompok teman dekat, biasanya berhubungan dalam aktivitas
khusus;
4. Kelompok yang terorganisasi, dibina oleh orang dewasa, dibentuk
oleh sekolah, organisasi masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan
sosial para remaja yang tidak mempunyai kelompok kecil atau
kelompok besar;
5. Kelompok geng yang terdiri atas anak- anak yang memiliki minat
utama yang sejenis untuk menghadapi penolakan teman- teman
melalui perilaku antisosial. Pengaruh geng cenderung meningkat
selama masa remaja.
D. Perkembangan Emosi
Ciri- ciri perkembangan emosi pada tahap ini antara lain
sebagai berikut.
1. Emosi lebih mudah bergejolak dan biasanya diekspresikan secara
meledak- ledak.
2. Kondisi emosional biasanya berlangsung cukup lama sampai pada
akhirnya ke keadaan semula, yaitu keadaan sebelum munculnya
suatu keadaan emosi.
3. Jenis- jenis emosi sudah lebih bervariasi (perbedaan antara emosi
satu dengan lainnya makin tipis) bahkan ada saatnya emosi
bercampur baur sehingga sulit dikenali oleh dirinya sendiri.
Remaja juga sering bingung dengan emosinya sendiri karena
muncul emosi- emosi yang bertentangan dalam suatu waktu,
misalnya benci dan saying.
4. Mulai munculnya ketertarikan dengan lawan jenis yang
melibatkan emosi (sayang, cinta, cemburu, dan lainnya).
5. Remaja umumnya sangat peka terhadap cara orang lain
memandang mereka. Akibatnya remaja menjadi mudah
tersinggung dan merasa malu. Hal ini akan terkait dengan
perkembangan konsep dirinya.
Faktor- faktor yang menyebabkan tingginya emosi antara lain
sebagai berikut.
1. Fisik (kelenjar dan nutrisi)
2. Lingkungan dan sosial :
a. Penyesuaian terhadap lingkungan yang baru;
b. Tuntutan sosial untuk berperilaku yang lebih matang;
c. Aspirasi yang tidak realistis ( tidak sesuai dengan kondisi dan
situasi yang nyata);
d. Penyesuaian sosial terhadap teman sejenis dan lawan jenis;
e. Masalah- masalah di sekolah;
f. Masalah-masalah dengan tugas atau bidang pekerjaan;
E. Pengendalian Emosi
Pengendalian emosi bukan merupakan upaya menekan atau
menghilangkan emosi melainkan upaya belajar menghadapi situasi
dengan rasional; belajar mengenali emosi dan menghindari
penafsiran yang berlebihan terhadap situasi; serta belajar
memberikan respons terhadap situasi tersebut dengan pikiran
maupun emosi tidak berlebihan yang proporsional sesuai dengan
situasinya.
Ada tiga aturan yang harus diterapkan seseorang apabila
menghindari beban emosi.Pertama, seseorang harus menyadari dan
mampu menyadari emosi yang muncul dan sedang dicoba untuk
dikendalikan. Kedua, menempatkan aspek mental dan penilaian
kognitif dari respons emosi tersebut untuk menguji kewajaran
respons tersebut terhadap realitanya. Ketiga, seseorang perlu
belajar untuk mengemukakan emosi positif dan negatif secara
benar proporsional.
Tabel jenis emosi yang sering dihadapi oleh remaja
Ciri-ciri remaja mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan, sukses atau berhasil melakukan sesuatu sesuai
Bahagia
yang diidamkan atau terlepas dari tekanan kegelisahan.
Ciri-ciri ada kedamaian, sesuai dengan apa yang diinginkan,
Senang
ada kecocokkan dengan selera.
keadaan emosi yang relative menyenangkan, keteduhan, rasa
ingin dimiliki/memiliki dan ada rasa tak ingin kehilangan,
Sayang
ada rasa kepemilikan dan tanggung jawab.
Keadaan emosi yang relatif menyenangkan,menggetarkan
diri untuk selalu melihat dekat, rasa rindu, rasa ingin
cinta kontak/berhubungan/berkomunikasi. Kadang-kadang sifat
bisa berubah.
Emosi yang disebarkan perkembangan intelektual yang
Ingin tahu merangsang kebutuhan untuk mengetahui jawaban dari
sesuatu yang menggelisahkan. Pada remaja tumbuh rasa
ingin tahu yang besar terhadap perkembanganseksual diri
dari lawan jenis.
Keadaan emosi, dimana seseorang mengalami dan
menghadapi hambatan dalam pemenuhan keinginan dan
Frustasi
kebutuhannya. Frustasi menimbulkan rasa rendah diri,
bersifat agresif fisik, dan ucapan kasar.
Keadaan khawatir atau ketakutan yang diliputi rasa marah
pada remaja muncul karena merasa diri tidak berarti, dirinya
Cemburu
digantikan oleh orang lain dan sangat pribadi.
Bentuk emosi yang ditujukan pada orang tertentu berkaitan
dengan status, pemilikan benda, atau kemampuan tertentu
Iri hati
dari orang lain yang memiliki.
Merupakan perasaan galau, perasaan depresi yang tidak
Duka cita berat,tetapi mengganggu individu, keadaan ini terjadi bila
(grief) kehilangan sesuatu yang sangat bernilai bagi dirinya.

F. Kebahagiaan pada Masa Remaja


Ketidakbahagiaan remaja lebih disebabkan masalah pribadi
dari pada lingkungannya. Jika remaja berhasil mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi dan kepercayaan pada kemampuannya
mengatasi permasalah tanpa bantuan orang dewasa, maka
kebahagiaan akan semakin meningkat dan meletakkan tujuan sesuai
dengan apa yang ia mampu capai. Selain itu juga meningkatkan
kepercayaan diri serta keberhasilan yang ia peroleh dari
pengalamannya.
Faktor yang memengaruhi adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kematangan.
Kondisi fisik yang lebih matang menyebabkan tuntutan sosial
yang lebih besar pada remaja untuk dapat mengendalikan
ekspresi emosi yang wajar dan sesuai norma lingkungannya.
2. Jenis kelamin.
Kebanyakan kultur memberlakukan tuntutan bahwa laki-laki
lebih diizinkan untuk mengekspresikan emosinya, kecuali takut
dan sedih, dibandingkan perempuan yang lebih dituntut untuk
menekandan menahan perasaan emosi.
3. Kelas sosial atau budaya.
Terdapat beberapa budaya atau kelas sosial tertentu yang
mengizinkan atau tidak mengizinkan suatu ekspresi tertentu
muncul.
G. Perkembangan Kognitif
Berdasarkan teori perkembangan kognitif piaget, kemampuan
kognitif remaja berada pada tahap formal operational. Remaja harus
mampu mempertimbangkan semua kemungkinan untuk
menyelesaikan masalah dan mempertanggung jawabkannya.
Berkaitan dengan perkembangan kognitif, umumnya remaja
menampilkan tingkah laku sebagai berikut:
1. Kritis
Segala sesuatu harus rasional dan jelas, sehingga remaja
cenderung mempertanyakan kembali aturan-aturan yang
diterimanya.
2. Rasa ingin tahu yang kuat.
Perkembangan intelektual pada remaja merangsang adanya
kebutuhan/kegelisahan akan sesuatu yang harus
diketahui/dipecahkan.
3. Jalan pikiran egosentris.
Berkaitan dengan menentang pendapat yang berbeda. Cara
berpikir kritis dan egosentris, menyebabkan remaja cenderung
sulit menerima pola pikir yang berbeda dengan pola pikirnya.
4. Imagery audience.
Remaja merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat perhatian
orang lain menyebakan remaja sangat terpengaruh oleh
penampilan fisiknya dan dapat mmengaruhi konsep dirinya.
5. Personal fablas.
Remaja merasa dirinya sangat unik dan berbeda dengan orang
lain.
Tercapainya tahap perkembangan ini ditandai dengan individu
mampu:
1. Berpikir secara kontra-faktual (kontra-faktual), artinya dia
menyadari bahwa realitas dan pikiran tentang realitas bisa
berbeda, juga bisa memaknai suatu realitas sesuai kehendaknya
2. Realitas adalah kondisi nyatanya (objektif) sedangkan pikiran
tentang realitasnya adalah kondisi subjektif (persepsi).
H. Perkembangan Moral
Perubahan mendasar dalam moralitas remaja meliputi :
1. Pada masa remaja, mereka mulai “memberontak” dari nilai-nilai
orangtua dan orang dewasa lainnya serta mulai menentukan nilai-
nilainya sendiri.
2. Pandangan moral remaja semakin lama semakin menjadi lebih
abstrak dan kurang nyata.
3. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar, bukan pada
apa yang salah.
4. Penilaian moral menjadi semakin kritis sehingga remaja lebih
berani menganalisis norma sosial dan norma pribadi, serta berani
mengambil keputusan berbagai masalah moral yang dihadapinya.
5. Penilaian moral menjadi kurang egosentris, tetapi lebih
mengembangkan norma berdasarkan nilai-nilai kelompok
sosialnya.
6. Penilaian moral cenderung melibatkan beban emosi dan
menimbulkan ketegangan psikologis.
I. Perkembangan Konsep Diri (Kepribadian).
Konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran
seseorang mengenai dirinya sendiri. Gambaran pribadi remaja
terhadap dirinya meliputi penilaian diri dan penilaian sosial.
Penilaian diri berisi pandangan dirinya terhadap hal-hal, antara
lain :
1. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri.
2. Suasana hati yang sedang dihayati remaja.
3. Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuhnya.
4. Merasa orang lain selalu mengamati/memperhatikan dirinya
(kaitannya dengan perkembangan kognitif).
Remaja memiliki harapan-harapan peran dan cita-cita ideal
yang ingin dia capai yang cenderung tidak realistis.
Ciri-ciri perkembangan konsep diri remaja antara lain terdiri
atas:
1. Perubahan perkembangan fisik yang cukup drastic pada masa
remaja, kadang kadang tidak/kurang proposional.
2. Sangat terpengaruh oleh pandangan orang lain terhadap dirinya.
3. Memiliki aspirasi yang sangat tinggi tentang segala hal.
4. Memandang diri lebih rendah atau lebih tinggi dari pada kondisi
objektifnya.
5. Merasa selalu diperhatikan atau menjadi pusat perhatian.
J. Perkembangan heteroseksual.
Dalam perkembangan heteroseksual ini, remaja belajar
memerankan peran jenis kelamin yang diakui oleh lingkungannya.
Remaja perempuan menemukan adanya double standard , dimana
remaja laki-laki boleh melakukan hal yang bagi remaja perempuan
sering sekali disalahkan. Kondisi pandangan budaya tertentu
mengenai peran jenis kelamin remaja mengakibatkan munculnya
efek penggolongan dalam masyarakat, contohnya antara lain :
1. Remaja laki-laki memiliki perasaan lebih unggul yang relatif
terus menetap dan diharapkan dapat berperan sebagai pemimpin
dalam kegiatan masyarakat.
2. Prasangka jenis kelamin melahirkan kecenderungan merendahkan
prestasi perempuan meskipun prestasi itu menyamai atau bahkan
melebihi prestasi laki-laki.
3. Perempuan mengalami perasaan takut untuk sukses karena
didasarkan pada anggapan bahwa keberhasilan akan mendapatkan
dukungan sosial laki-laki dan menjadi halangan yang besar dalam
proses mencari pasangan hidup.
Beberapa ciri penting perkembangan heteroseksual remaja
secara umum antara lain:
1. Remaja mempelajari perilaku orang dewasa sesuai dengan jenis
kelaminnya untuk menarik perhatian lawan jenisnya.
2. Minat terhadap lawan jenis makin kuat disertai keinginan kuat
untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis.
3. Minat terhadap kehidupan seksual.
4. Remaja mulai mencari informasi tentang kehidupan seksual orang
dewasa, bahkan juga muncul rasa ingin tahu dan keinginan
bereksplorasi untuk melakukannya.
5. Minat dalam keintiman secara fisik. Dengan adanya dorongan
seksual dan ketertarikkan terhadap lawan jenis, perilaku remaja
mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis.
K. Masalah Umum Remaja
Berikut adalah masalah umum yang dialami remaja berkaitan
dengan tumbuhkembangnya.
1. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan rumahnya seperti
relasi dengan anggota keluarga, disiplin, dan pertentangan dengan
orang tua.
2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.
3. Kondisi fisik (kesehatan atau latihan), penampilan (berat badan,
ciri-ciri daya tarik, bau badan, jerawat, kesesuaian dengan jenis
kelamin).
4. Emosi (temperamen yang meledak ledak, suasana hati berubah
ubah).
5. Penyesuaian sosial (minder, sulit bergaul, pacaran, penerimaan
oleh teman sebaya, peran pemimpin).
6. Masalah pekerjaan (pilihan pekerjaan, pengangguran).
7. Nilai-nilai (moral, penyalahgunaan obat-obatan, dan hubungan
seksual).
8. Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis
(heteroseksual), seperti putus pacar, proses pacaran, backstreet,
sulit punya pacar, dan lain-lain.
2.3. Konsep Dasar Teori Dismenorhea
1. Definisi Dismenore
Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk
istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya
aktifitas sehari-hari (Proverawati, 2009).
Dismenore dalam bahasa Indonesia adalah nyeri menstruasi, sifat
dan derajat rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang
berat. Keadaan yang hebat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari,
sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan
atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Hampir
semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat
menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan
relaksasi. Umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun
kontraksi yang hebat dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus
terganggu sehingga timbul rasa nyeri Aulia (2009).
Dismenore, baik primer atau sekunder, merupakan salah satu
penyebab utama keluhan sistem reproduksi pada remaja perempuan yang
mengalami menstruasi serta merupakan penyebab utama hilangnya waktu
sekolah. Dismenore primer merupakan bagian adanya kontraksi
miometrium yang dirangsang oleh prostaglandin yang terasa nyeri.
Prostaglandin F2 (PGF2a) menginduksi kontraksi miometrium dan
diproduksi dalam jumlah banyak pada endometrium perempuan yang
mengalami dismenore. Sebagian besar prostaglandin dilepas dalam 2 hari
pertama siklus menstruasi, bersamaan dengan bertambahnya rasa tidak
enak. Karena berkaitan dengan siklus ovulasi, dismenore primer tidak
menjadi masalah,sampai satu tahun atau lebih setelah menarke. Dismenore
sekunder berhubungan dengan fisiologik dan patologik spesifik termasuk
infeksi pelvis (endometritis, PID) kehamilan ektopik, kehamilan
intrauterin, endometriosis, AKDR, dan kelainan anatomik (Rudolph,
2006).
2. Klasifikasi Dismenore
a. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah kondisi yang berhubungan dengan siklus
ovulasi. Penelitian menunjukan bahwa dismenore primer memiliki
dasar biokimia dan terjadi akibat pelepasan prostaglandin selama mens.
Selama fase luteal dan menstruasi berjalan prostaglandin F2alfa (PGR,
Pelepasan (PGF2a) yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan
frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme dari arteriol
uterus, menyebabkan iskemia dan perut bagian bawah. Respons
sistemik terhadap PGF2a meliputi nyeri pinggang, kelemahan,
berkeringat, gejala gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, dan diare)
dan gejala sistem saraf pusat (rasa mengantuk, sinkop, sakit kepala, dan
konsentrasi buruk). Nyeri biasanya dimulai pada saat onset menstruasi
dan berlangsung selama 8-4 jam Lentz, 2007b dalam Lowdermilk
(2013).
b. Dismonore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi belakangan
dalam kehidupan, umurnnya setelah usia 25 tahun. Hal ini berhubungan
dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis endometriosis,
penyakit radang panggul, polip endometrium, mioma submukosa atau
interstisial (fibroid uterus), atau penggunaan alat kontrasepsi dalam
kandungan. Nyeri sering kali dimulai beberapa hari sebelum mens,
namun hal ini dapat terjadi pada saat ovulasi dan berlanjut selama hari-
hari pertama menstruasi atau dimulai setelah menstruasi terjadi.
Berbeda dengan dismenore primer, nyeri pada dismenore sekunde
sering kali bersifat tumpul, menjalar dari perut bagian bawal ke arah
pinggang atau paha. Wanita sering kali mengalam perasaan
membengkak atau rasa penuh dalam panggul. (Lowdermilk, 2013).
3. Tanda dan Gejala Dismenore
Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai
kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus
ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah
(Nugroho, 2014)
Menurut Wratsongko Kowalak (2011), tanda dan gejala yang
mungkin terdapat pada dismenore meliputi rasa nyeri yang tajam, rasa
kram pada abdomen bagian bawah yang biasanya menjalar ke bagian
punggung, paha, lipat paha, serta vulva. Rasa nyeri ini secara khas dimulai
ketika keluar darah menstruasi atau sesaat sebelum keluar darah
menstruasi dan mencapai puncak dalam waktu 24 jam.
Menurut Kowalak (2011) dismenore dapat pula disertai tanda dan
gejala yang memberikan kesan kuat ke arah sindrom premenstruasi, yang
meliputi gejala sering kencing (urinary frequency), mual muntah, diare,
sakit kepala, lumbagia (nyeri pada punggung), menggigil, kembung
(bloating), payudara yang terasa nyeri, depresi, dan,iritabilitas.
4. Etiologi Dismenore
a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot
rahim yang sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan
dinding rahim yang tidak diperlukan lagi. Dismenore primer
disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh sel-sel lapisan
dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan
merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi
kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri
yang dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama
menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan
selanjutnya, lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun akan
berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar prostaglandin
(Sinaga, 2017).
b. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau
gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang
panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore sekunder
dapat diatasi hanya dengan mengobati atau menangani penyakit atau
kelainan yang menyebabkannya (Sinaga, 2017).
5. Patofisiologi Dismenore
Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin disekresi.
Pelepasan prostaglandin yang berlebihan meningkatkan frekuensi
kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga
mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik.
Respon sistemik terhadap prostaglandin meliputi nyeri punggung,
kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual,
muntah, dan diare) dan gejala system syaraf pusat meliputi: pusing,
sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk (Bobak, 2004).
6. Faktor Penyebab dan Resiko
Menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai resiko menderita
dismenore primer adalah:
a. Mengkonsumsi alkohol Alkohol merupakan racun bagi tubuh dan hati
bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi oleh
tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya konsumsi alkohol yang
terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh, akibatnya
estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan gangguan
pada pelvis.
b. Perokok Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan
meningkatkan lamanya dismenore.
c. Tidak pernah berolah raga Kejadian dismenore akan meningkat dengan
kurangnya aktifitas selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini
dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak
pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan
menyebabkan nyeri.
d. Stres Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan
otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.
Karakteristik dan faktor yang berkaitan dengan dismenore primer
(Morgan & Hamilton, 2009) adalah sebagai berikut :
a. Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah haid.
b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai usia 23- 27
tahun, lalu mulai mereda.
c. Umumnya terjadi pada wanita nulipara.
d. Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e. Kejadian ini berkaitan dengan aliran haid yang lama.
f. Jarang terjadi pada atlet.
g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki status haid tidak teratur.
7. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore
secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan. Menurut Manuaba
(2009) dismenore dibagi 3 yaitu:
a. Dismenore Ringan. Dismenore yang berlangsung beberapa saat dan
dapat melanjutkan kerja sehari- hari.
b. Dismenore Sedang. Pada dismenore sedang ini penderita memerlukan
obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore Berat. Dismenore berat membutuhkan penderita untuk
istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, nyeri pinggang,
diare dan rasa tertekan.
Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016) :
a. Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh.
b. Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas
seharihari jarang terpengaruh.
c. Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas sehari-hari
terganggu.
d. Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan analgesik,
timbul keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah dan diare.
8. Penatalaksanaan Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan
non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini
akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan
dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi (Nugroho, 2014).
Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga
bisa dikurangi dengan:
a. Istirahat yang cukup.
b. Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c. Pemijatan.
d. Yoga atau senam
e. Orgasme pada aktivitas seksual.
f. Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual,
tetapi mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.
Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga
secara teratur (Nugroho, 2014).
Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan sehari-hari,
maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan
progesteron atau diberikan medroxiprogesteron. Pemberian kedua obat
tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan
mengurangi pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan
mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka
dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya laparoskopi). Jika dismenore
sangat berat bisa dilakukan ablasio endometrium, yaitu suatu prosedur
dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan dengan alat pemanas.
Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada penyebabnya
(Nugroho, 2014).
2.4 Konsep Dasar Teori Senam Dismenore
1. Pengertian
Senam dismenore merupakan aktivitas fisik yang dapat digunakan
untuk mengurangi nyeri. Saat melakukan senam, tubuh akan menghasilkan
endorphin. Hormon endorphin yang semakin tinggi akan menurunkan atau
meringankan nyeri yang dirasakan seseorang sehingga seseorang menjadi
lebih nyaman, gembira, dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot
(Sugani, 2010).
Latihan senam dismenore mampu meningkatkan produksi endorphin
(pembunuh rasa sakit alami dalam tubuh), dan dapat meningkatkan kadar
serotonin. Latihan atau senam ini tidak membutuhkan biaya yang mahal,
mudah dilakukan dan tentunya tidak menimbulkan efek samping yang
berbahaya bagi tubuh (Sugani, 2010).
2. Tujuan Senam
a. Membantu remaja yang mengalami dismenore untuk mengurangi dan
mencegah dismenore.
b. Alternatif terapi dalam mengatasi dismenore.
c. Intervensi yang nantinya dapat diterapkan untuk memberikan pelayanan
asuhan keperawatan bagi masalah dismenore yang sering dialami remaja.
d. Memberikan pengalaman baru remaja.
3. Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Puji (2009) tentang efektivitas
senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri yang
dilakukan di SMU N 5 Semarang, senam dismenore dilakukan minimal 3
hari sebelum menstruasi, hasilnya senam dismenore efektif untuk
mengurangi dismenore pada remaja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Solihatunisa (2012), senam
dismenore dilakukan secara rutin selama 2-3 kali dalam seminggu sebelum
siklus menstruasi bulan selanjutnya atau saat menstruasi hari pertama
setelah melakukan senam, hasilnya senam dismenore efektif untuk
menurunkan intensitas skala nyeri saat dismenore.
4. Gerakan Senam Dismenore
Teknik pergerakan senam dismenore terdiri dari pemanasan, inti dan
pendinginan Puji (2009).
a. Gerakan Pemanasan
1) Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung.
Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut.
2) Kedua tangan di perut samping, tunduk dan tegakkan kepala (2x 8
hitungan)
3) Kedua tangan di perut samping, tengokkan kepala ke kanan – kiri (2 x
8 hitungan).
4) Kedua tangan di perut samping, patahkan leher ke kiri – ke kanan (2 x
8 hitungan).
5) Putar bahu bersamaan keduanya (2 x 8 hitungan)
b. Gerakan Inti
Gerak badan I
1) Berdiri dengan tangan direntangkan ke samping dan kaki diregangkan
kira-kira 30 sampai 35 cm.
2) Bungkukkan ke pinggang berputar ke arah kiri, mencoba meraba kaki
kiri dengan tangan kanan tanpa membengkokkan lutut.
3) Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri menjamah kaki kanan.
4) Ulangilah masing-masing posisi sebanyak empat kali.
Gerak badan II
1) Berdirilah dengan tangan di samping dan kaki sejajar
2) Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala. Pada waktu
yang sama tendangkan kaki kiri anda dengan kuat ke belakang.
3) Lakukan bergantian dengan kaki kanan.
4) Ulangi empat kali masing-masing kaki.
c. Gerakan Pendinginan
1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan kuat
tahan, lepaskan
2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi), tahan beberapa detik,
lepaskan
3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil nafas dada
pelan teratur lalu relaks (bayangkan hal menyenangkan).
5. Lama dan Frekuensi Senam
Menurut Anurogo (2011), senam dismenore sebaiknya dilakukan 5-7
hari sebelum haid. Menurut Brick dalam Solihatunisa (2015) frekuensi dan
lama latihan senam menggunakan pola yang sama dengan takaran olahraga
secara umum, yaitu prinsip frekuensi, intensitas dan time (FIT) yang
meliputi:
a. frekuensi latihan 2-4 kali dalam 1 minggu
b. lama latihan 20-60 menit dalam satu kali latihan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Puji (2009) tentang efektivitas
senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri yang
dilakukan di SMU N 5 Semarang, senam dismenore dilakukan minimal 3
hari sebelum menstruasi, hasilnya senam dismenore efektif untuk
mengurangi dismenore pada remaja.

2.5. Standar asuhan kebidanan dan Model Pendokumentasian


2.5.1 Langkah- langkah asuhan kebidaanan menurut varney:
1) Pengumpulan data dasar secara lengkap
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan secara lengkap dan akurat
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien secara
keseluruhan. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
a. Data subjektif / anamnesa
Nama : Untuk membedakan pasien satu dengan yang lain.
Umur : untuk memastikan usia dan sebagai identitas.
Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat istiadat sehingga
mempermudah dalam melaksanakan tindakan kebidanan.
Agama : Untuk memperoleh informasi tentang agama yang dianut
Pendidikan : Untuk memudahkan bidan memperoleh keterangan atau
dalam memberikan informasi mengenai suatu hal dengan
menggunakan cara yang sesuai dengan pendidikan .
Pekerjaan : Untuk mengetahui apakah remaja terlalu lelah dalam
pekerjaan yang berhubungan dengan keseimbangan tubuh.
b. Data objektif
1) Keadaan Umum : Bagaimana keadaan pasien dengan dismenore.
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Untuk mengetahui tekanan darah pasien dengan
dismenore.
Nadi : Untuk mengetahui nadi pasien dengan dismenore.
Respirasi : Untuk mengetahui respirasi pasien dengan dismenore.
Suhu : Untuk mengetahui suhu pasien dengan dismenore.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala : untuk mengetahui warna dan kebersihan kepala.
Muka : untuk mengetahui adanya pembengkakan pada wajah.
Mata : untuk melihat sklera dan konjungtiva.
Hidung : untuk mengetahui adanya pengeluaran sekret dan kelainan
di hidung.
Telinga : untuk mengetahui adanya pengeluaran serumen.
Mulut : untuk mengetahui gigi, gusi, dan bibir dalam keadaan normal.
Leher : untuk mengetahui adanya pembengkakan kelenjar
tiroid, limfe dan vena jugularis.
Payudara: untuk mengetahui bentuk, ukuran, keadaan putting.
Abdoment: untuk mengetahui pembesaran abdomen abnormal
Genetalia : untuk mengetahui adanya varices, tanda-tanda infeksi dan
pengeluaran pada vagina.
Anus : untuk mengetahui adanya hemoroid.
Ekstremitas : untuk mengetahui reflek patella dan adanya varices.
d. Pemeriksaan penunjang laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan jika perlu atau jika ada terdapat
kelainan saat pemeriksaan.
2) Interpretasi data dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien, berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diidentifikasikan sehingga ditemukan masalah atau
masalah yang spefisik.Interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan,
diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan. Interpretasi data pada remaja
dengan anemia adalah :
a) Diagnosa kebidanan
Merupakan diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.Dasar diagnosa tersebut adalah data subjektif berupa
pernyataan pasien tentang sering lelah, lesu, lemas, lunglai.
Hasil data objektif meliputi pemeriksaan umum, fisik, dan
ginekologi serta hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa kebidanan
ditulis dengan lengkap berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik,
dan data penunjang.
b) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang ditemukan dari
hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis.Masalah dapat muncul
tapi dapat pula tidak.Hal ini muncul berdasarkan sudut pandang klien
dengan keadaan yang dialami apakah menimbulkan masalah terhadap
klien atau tidak.
c) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan
dengan melakukan analisis data. Kebutuhan yang muncul setelah
dilakukan pengkajian. Ditemukan hal- hal yang membutuhkan asuhan,
dalam hal ini klien tidak menyadari.
3). Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
Diagnosa potensial ditegakkan berdasarkan diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi. Bidan dituntut untuk tidak hanya
merumuskan masalah tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini
merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Diagnosa potensial pada remaja dengan anemia adalah meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Dan jika
berdampak pada jangka panjang, kelak akan mempengaruhi saat hamil
dan persalinan. Oleh karena perlu adanya tindakan yang dapat
dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan.
4). Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera
Menentukan kebutuhan klien terhadap tindakan yang segera
dilakukan oleh bidan atau untuk konsultasi, kolaborasi serta melakukan
rujukan terhadap penyimpangan abnormal.
5). Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Merupakan pengembangan rencana asuhan yang menyeluruh dan
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana harus mencakup setiap hal
yang berkaitan dengan semua aspek kesehatan dan disetujui oleh kedua
belah pihak (bidan dan klien).
Rencana yang diberikan pada dismenorhea adalah :
a. Konseling psikologis, sosial, budaya, dan spiritual
b. Medikamentosa, meliputi pemberian tablet fe, vitamin, dan
analgesik.
6). Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana asuhan secara
efisien dan aman. Langkah ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau anggota tim kesehatan lainnya. Selama melakukan tindakan
intervensi, bidan menganalisa dan memonitor keadaan kesehatan
pasiennya.
7). Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengkaji keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan.Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
efektif sedangkan sebagian belum efektif. Proses evaluasi ini
dilaksanakan untuk menilai mengapa proses penatalaksanaan efektif /
tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan
tersebut.
Evaluasi yang diharapkan pada dismenorhea adalah:
a. Pasien mengerti tentang penjelasan yang disampaikan oleh bidan
terkait menstruasi dan dismenorhea
b. Pasien dan keluarga bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan
oleh bidan
2.5.2 Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)
1) Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis sebagai langkah pertama.
2) Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan uji diagnostic lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai langkah kedua.
3) Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:
a) Diagnosis atau masalah
b) Antisipasi diagnosis / masalah potensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi /
kolaborasi dan / atau rujukan sebagai langkah II, III,dan IV
4) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera,
tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi,
evaluasi/follow up dari rujukan.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
GANGGUAN REPRODUKSI PADA NN. H USIA 19 TAHUN
DENGAN DISMINORHEA PRIMER
DI PUSKESMAS BANGKALAN

PENGKAJIAN
Hari : Senin
Tanggal : 09 Januari 2023
Tempat : Ruang KIA Puskesmas Bangkalan
Jam : 09.00 WIB
Pemberi Asuhan : Devina Kristanti, S.Tr.Keb.

IDENTITAS PASIEN :
Identitas Pasien Penanggungjawab
Nama : Nn. H Nama : Ny. H
Umur : 19 tahun Umur : 48 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/bangsa : Madura/Indonesia Suku/bangsa : Madura/Indonesia
Alamat : Kelurahan Kraton Alamat : Kelurahan Kraton

I. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama :
Saat menstruasi mengalami nyeri perut di perut bagian bawah, pusing,
bahkan bisa mual pada hari pertama dan kedua. tidak ada riwayat
penyakit endometriosis, kista, myoma dan kelainan rahim, nafsu makan
menurun saat menstruasi, istirahat terganggu, tidur tidak nyenyak karena
nyeri perut, dan olah raga jarang dilakukan.
2. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat kesehatan terdahulu
Tidak pernah merasakan nyeri dada sebelah kiri, tidak berdebar-debar
serta tidak pernah berkeringat pada telapak tangan, tidak pernah
merasakan sesak napas, tidak pernah batuk dalam waktu yang lama
dan tidak berkeringat dimalam hari, tidak pernah sakit pada pinggang
kanan maupun kiri, tidak pernah menderita penyakit diabetes mellitus,
tidak pernah menderita penyakit malaria, dan tidak pernah menderita
penyakit HIV.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat ini tidak merasakan nyeri dada sebelah kiri, tidak berdebar-debar
serta tidak pernah berkeringat pada telapak tangan, tidak pernah sesak
napas, tidak pernah batuk dalam waktu yang lama dan tidak
berkeringat dimalam hari, tidak pernah sakit pada pinggang kanan
maupun kiri, minum banyak dimalam hari, tidak cepat lapar dan tidak
sering kencing, tidak pernah menderita penyakit malaria, dan tidak
mempunyai penyakit HIV.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung, tidak ada
yang menderita penyakit asma, tidak ada yang menderita penyakit
TBC, tidak ada yang menderita penyakit ginjal, tidak ada yang
menderita penyakit diabetes mellitus, tidak ada yang menderita
penyakit malaria, dan tidak ada yang menderita penyakit HIV.
3. Riwayat menstruasi
Menarche usia 14 tahun, siklus haid teratur yaitu 28 hari, lama 7 hari,
ganti pembalut sebanyak 2 kali sehari, bau khas darah, warna merah
gelap, konsistensi cair disertai sedikit gumpalan darah, keluhan hari
pertama dan kedua haid dirasakan nyeri perut bagian bawah, ada
keputihan berwarna bening.
4. Aktifitas sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan 3x sehari dengan porsi sedang dan minum 6-7 gelas per hari
b. Personal hygine
Mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x sehari,
keramas 2x seminggu
5. Keadaan Psiko, Sosio dan Spiritual
a. Tanggapan dan dukungan keluarga tentang keluhannya
Cemas dan khawatir akan keluhannya sehingga ibunya menyuruh
untuk memeriksakan diri ke puskesmas
b. Ketaatan beribadah
Selalu shalat 5 waktu.

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD=130/70, N=80x/m, R=20x/m, S=370 C
d. BB : 55 Kg TB : 155,5 cm IMT : 22,7
e. Lila : 26 cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe dan rambut tidak mudah rontok.
b. Muka : tidak ada oedema
c. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Hidung : tidak ada benjolan, simetris kanan dan kiri
e. Dada : tidak ada wheezing
f. Payudara : tidak ada benjolan
g. Ketiak : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
h. Abdomen : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
i. Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan

III. ANALISA DATA


Nn. ”H” remaja usia 19 tahun dengan dismenorhea primer.
IV. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 09 Januari 2023 Jam : 10.00 WIB
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien.
- Pasien mengerti dengan penjelasan dari bidan.
2. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang dismenorea
Dismenorhea Primer penyebabnya tidak jelas tetapi yang pasti selalu
berhubungan dengan pelepasan sel telur (ovulasi) dan kelenjar indung
telur (ovarium) sehingga dianggap berhubungan dengan keseimbangan
hormon.
- Pasien mengerti dengan penjelasan dari bidan.
3. Menganjurkan pasien untuk minum air putih hangat yang banyak (± 8
gelas /hari).
- Pasien bersedia mengikuti anjuran dari bidan.
4. Menjelaskan kepada pasien tentang manfaat senam dismenore yaitu
membantu remaja yang mengalami dismenore untuk mengurangi dan
mencegah dismenore serta sebagai alternatif terapi dalam mengatasi
dismenore
- Pasien mengerti dengan penjelasan dari bidan.
5. Menganjurkan pasien untuk melakukan senam dismenorhea minimal 3
hari sebelum menstruasi pada pagi hari dan atau sore hari atau frekuensi
latihan 2-4 kali dalam 1 minggu sebelum haid dan lama latihan 20-60
menit dalam satu kali latihan. Adapun teknik pergerakan senam
dismenore terdiri dari pemanasan, inti dan pendinginan :
a. Gerakan Pemanasan
1) Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung.
Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut.
2) Kedua tangan di perut samping, tunduk dan tegakkan kepala (2x 8
hitungan)
3) Kedua tangan di perut samping, tengokkan kepala ke kanan – kiri
(2 x 8 hitungan).
4) Kedua tangan di perut samping, patahkan leher ke kiri – ke kanan
(2 x 8 hitungan).
5) Putar bahu bersamaan keduanya (2 x 8 hitungan)
b. Gerakan Inti
Gerak badan I
1) Berdiri dengan tangan direntangkan ke samping dan kaki
diregangkan kira-kira 30 sampai 35 cm.
2) Bungkukkan ke pinggang berputar ke arah kiri, mencoba meraba
kaki kiri dengan tangan kanan tanpa membengkokkan lutut.
3) Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri menjamah kaki kanan.
4) Ulangilah masing-masing posisi sebanyak empat kali.
Gerak badan II
1) Berdirilah dengan tangan di samping dan kaki sejajar
2) Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala. Pada waktu
yang sama tendangkan kaki kiri anda dengan kuat ke belakang.
3) Lakukan bergantian dengan kaki kanan.
4) Ulangi empat kali masing-masing kaki.
c. Gerakan Pendinginan
1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan kuat
tahan, lepaskan
2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi), tahan beberapa
detik, lepaskan
3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil nafas
dada pelan teratur lalu relaks (bayangkan hal menyenangkan).
- Pasien mengerti dan bersedia mengikuti anjuran dari bidan.
6. Menganjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.
- Pasien bersedia mengikuti anjuran dari bidan .
7. Mengajarkan pada pasien tentang cara mengurangi nyeri:
a. Mengompres dengan air hangat pada perut bagian bawah.
b. Melakukan massase pada pinggang.
- Pasien mengerti dan bersedia mengikuti anjuran dari bidan.
8. Memberikan terapi pada pasien
a. Asam mefenamat 3x500 mg selama 2-3 hari
b.Vitamin C 3x50 mg selama haid berlangsung
c. Fe 1x1 selama haid berlangsung
- Terapi sudah diberikan dan pasien bersedia meminumnya di rumah.
9. Menganjurkan pasien kontrol lagi apabila terjadi nyeri hebat
- Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang.
10. Melakukan pendokumentasian.
- Telah dilakukan pendokumentasian.

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien: No. RM Ruang: Poli


Nn. H KIA
Umur: 19 tahun Tanggal: 09 Januari 2023
Tanggal/Jam: Catatan Perkembangan Nama dan
09 Januari 2023 (SOAP) Paraf
Jam 11.00 WIB
S= Nn. H mengatakan sudah mengetahui
tentang hasil pemeriksaan.
O= Tensi:130/70 mmhg, Nadi:80x/menit
Respirasi:20x/ menit, Suhu:370C
A= Nn. “H” remaja usia 19 tahun dengan
dismenorhea primer.
P= -Melanjutkan konsumsi tablet FE dan
vitamin C
- Melanjutkan obat penghilang nyeri
asam mefenamat bila masih nyeri
- Menganjurkan untuk Mengompres
dengan air hangat pada perut bagian
bawah dan melakukan massase pada
pinggang bila masih nyeri.
- Menganjurkan pasien untuk minum air
putih hangat yang banyak (± 8 gelas
/hari).
- Menganjurkan pasien untuk melakukan
senam disminore minimal 3 hari
sebelum dismenorhea pada pagi hari
dan atau sore hari atau frekuensi latihan
2-4 kali dalam 1 minggu sebelum haid
dan lama latihan 20-60 menit dalam
satu kali latihan.
- Menganjurkan pasien untuk istirahat
yang cukup.
- Menganjurkan pasien kontrol lagi
apabila terjadi nyeri hebat
- Melakukan pendokumentasian.

Bangkalan, 09 Januari 2023

Praktikan

(Devina Kristanti)

Mengetahui,

Pembimbing Prodi Pembimbing Klinis

(Nor Indah Handayani, S.Tr.Keb., M. Keb) (Sri Retno W., S.ST., Bd.)
NIDN. 0713039006 NIP.197005081991022001
BAB IV
PEMBAHASAN

Masa remaja merupakan masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada
umur 11 - 20 tahun. Pada masa peralihan tersebut individu matang secara
fisiologik, psikologik, mental, emosional, dan sosial. Masa remaja ditandai
dengan munculnya karakteristik seks primer, hal tersebut dipengaruhi oleh mulai
bekerjanya kelenjar reproduksi. Kejadian yang muncul saat pubertas adalah
pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke,
dan perubahan psikis. Pada wanita, pubertas ditandai dengan terjadinya haid atau
menstruasi.

Haid merupakan proses keluarnya darah dari rahim melalui vagina setiap
bulan selama masa usia subur. Haid (menstruasi) merupakan proses pengeluaran
darah dari uterus disertai serpihan selaput dinding uterus pada wanita dewasa
yang terjadi secara periodic. Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram
rahim yang terjadi selama haid. Rasa nyeri timbul bersamaan dengan permulaan
haid dan berlangsung beberapa jam hingga beberapa hari hingga mencapai puncak
nyeri. Dismenore terbagi menjadi dismenore primer dan sekunder.

Dismenore primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi


patologis, sedangkan dismenore sekunder merupakan nyeri haid yang didasari
dengan kondisi patologis seperti ditemukannya endometriosis atau kista ovarium.
Onset awal dismenore primer biasanya terjadi dalam waktu 6 sampai 12 bulan
setelah menarke dengan durasi nyeri umumnya 8 sampai 72 jam. Dismenore
primer berkaitan dengan kontraksi otot uterus (miometrium) dan sekresi
prostaglandin, sedangkan dismenore sekunder disebabkan adanya masalah
patologis di rongga panggul. Dismenore primer terjadi karena peningkatan
prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu siklooksigenase (COX-2) yang
mengakibatkan hipertonus dan vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi
iskemia dan nyeri pada bagian bawah perut. Adanya kontraksi yang kuat dan lama
pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang tinggi dan pelebaran dinding
rahim saat mengeluarkan darah haid sehingga terjadilah nyeri saat haid. Bentuk
dismenore yang banyak dialami oleh remaja adalah kekakuan atau kejang di
bagian bawah perut. Rasanya sangat tidak nyaman sehingga menyebabkan mudah
marah, gampang tersinggung, mual, muntah, kenaikan berat badan, perut
kembung, punggung terasa nyeri, sakit kepala, timbul jerawat, tegang, lesu, dan
depresi. Gejala ini datang sehari sebelum haid dan berlangsung 2 hari sampai
berakhirnya masa haid.

Pada saat dan sebelum haid (menstruasi), seringkali wanita mengalami


rasa tidak nyaman di perut bagian bawah. Akan tetapi jika rasa tidak nyaman itu
sampai mengganggu sehingga harus meninggalkan pekerjaannya dan
memaksanya harus beristirahat atau mencari pengobatan keadaan ini disebut
sebagai nyeri haid (dismenorea). Ada dua jenis dismenorea, yaitu primer dan
sekunder. Pada masa puber ini biasanya dismenorea yang Untuk mengatasi
nyeri haid (dismenorea) dapat dilakukan dengan terapi farmakologi Dan non
farmakologi. Terapi farmakologi antara lain, pemberian obat analgetik, terapi
hormonal, obat nonsteroid prostaglandin, dan dilatasi kanalis servikalis
(Saifuddin, et al.2008). Untuk terapi nonfarmakologi dilakukan dengan antara
lain kompres hangat, olahraga, terapi mozart, dan relaksasi, dan minum
minuman herbal (Saifudin, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 28 Maret 2009


sampai dengan tanggal 16 April 2009 di SMU N 5 Semarang, dalam waktu
tersebut telah didapatkan 15 responden remaja putri yang mengalami dismenore.
Responden-responden tersebut telah memenuhi kriteria inklusi dan telah
melakukan senam dismenore untuk mengetahui kefektifan senam tersebut dalam
mengatasi maupun mengurangi nyeri haid/dismenore. Berdasarkan distribusi
frekuensi tingkatan skala nyeri sebelum melakukan senam dismenore pada remaja
di SMU N 5 Semarang bulan Maret-April 2009 menunujukkan tingkatan nyeri
sebelum melakukan senam dismenore terbanyak adalah siswa dengan skala nyeri
sedang sejumlah 8 siswa (53%), untuk skala nyeri ringan sejumlah 1 orang siswa
(7%) dan skala nyeri berat sebanyak 6 orang siswa (40%). Selanjutnya,
berdasarkan distribusi frekuensi tingkatan skala nyeri setelah melakukan senam
dismenore pada remaja di SMU N 5 Semarang bulan Maret-April 2009
menunjukkan perubahan skala nyeri setelah melakukan senam dismenore dengan
skala nyeri ringan sebanyak 11 orang siswa (73,33%) dan skala nyeri sedang
sebanyak 4 orang siswa (26,67%). Hasil Uji Paired Sample Test efektivitas senam
dismenore dalam mengurangi dismenore di SMU N 5 Semarang pada bulan
Maret-April 2009 n = 15 didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,000 yang nilainya
lebih kecil dari taraf kesalahan (α) 0,05 atau dengan signifikansi 95 % dan nilai
mean 3,733, standart deviasi 3,195, standart error mean 0,825. Nilai t tabel adalah
1,761, maka daerah penerimaan Ho antara -1,761 sampai dengan 1,761. Pada
penelitian ini, nilai t hitung 4,525, maka nilai di luar daerah penerimaan Ho,
artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diputuskan bahwa hipotesis
efektifitas senam dismenore dalam mengurangi nyeri haid/dismenore pada remaja
diterima.

Siswa yang mengalami dismenore menyatakan mereka minum obat atau


jamu untuk mengatasi nyeri saat haid/dismenore. Untuk itu perlu adanya alternatif
lain yang bersifat preventif untuk mengatasi dismenore. Setelah melakukan senam
dismenore terbukti sebagian besar siswa melaporkan adanya perubahan dalam
rasa nyeri yang mereka rasakan.

Olahraga atau senam dismenore ini merupakan salah satu teknik relaksasi.
Olahraga atau latihan fisik dapat menghasilkan hormon endorphin. Endorphin
adalah neuropeptide yang dihasilkan tubuh pada saat relaks/tenang. Endorphin
dihasilkan di otak dan susunan syaraf tulang belakang. Hormon ini dapat
berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa
nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa
nyeri pada saat kontraksi. Olahraga terbukti dapat meningkatkan kadar b-
endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga, semakin banyak
melakukan senam/olahraga maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin.
Ketika seseorang melakukan olahraga/senam, maka b-endorphin akan keluar dan
ditangkap oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi
untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat
dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan,
kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Harry,2007). Sehingga
olahraga atau senam akan efektif dalam mengurangi masalah nyeri terutama nyeri
dismenore.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengkajian asuhan kebidanan gangguan reproduksi
pada Nn. H usia 19 tahun dengan dismenorea primer di Puskesmas
Bangkalan, penulis dapat mengambil kesimpulan :
5.1.1 Dengan manajement varney dapat meningkatkan keterampilan dan
sikap yangan harus dilakukan bidan dalam memberikan asuhan secara
tepat, cermat, menyeluruh
5.1.2 Dengan manajement varney dapat meningkatkan kemampuan bidan
dalam hal pengetahuan didapatkan hasil pengkajian pada Nn. H umur
19 tahun dengan dimenorea primer: Alasan data nyeri pada perut
bagian bawah pada saat datang bulan. Keadaan umum : Baik,
Kesadaran : composmentis, TD : 130/70 mmHg, N : 80x/menit, R :
24x/menit, S : 37oC, tidak ada riwayat penyakit yang membahayakan,
pasien sudah tau apa yang terjadi dengan dirinya. Asuhan Kebidanan
yang diberikan yaitu memberikan informasi tentang dismenorhea
primer, mengajarkan teknik/cara mengurangi nyeri, menganjurkan
pasien untuk melakukan senam disminore dan istirahat yang cukup,
pasien mau minum air putih ± 8 gelas perhari, pasien sudah
mendapatkan terapi, dan pasien bersedia kembali bila belum sembuh
atau terjadi nyeri yang hebat.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi tenaga kesehatan
Bagi tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan kebidanan
pelayanan dan penyuluhan kepada masyarakat sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan khususnya pada remaja putri dengan dismenore
primer.
5.2.2 Bagi pasien
Setelah diberikan asuhan kebidanan, pasien diharapkan memahami
cara mengurangi nyeri pada dismenore primer.
5.2.3 Untuk Keluarga
Hendaknya memberikan dukungan kepada pasien baik mental maupun
spiritual.
DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, D & Wulandari, A 2011, Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid, Andi,
Yogyakarta.
Aulia 2009, Kupas Tuntas Menstruasi, Milestone, Yogyakarta.
Badiad, A. 2002. Endokrin. Jakarta: Media Aeskulapius.
Bobak, L. J 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4, EGC, Jakarta.
Calis, K. A 2017, Dysmenorrhea.https://emedicine.medscape.com/article/253812-
overview
Harry. Mekanisme endorphin dalam tubuh. 2007. Available at
Http:/klikharry.files.wordpress.com/2007/02/1.doc + endorphin + dalam +
tubuh. Diposkan tanggal 10 Januari 2009

Handrawan.H. 2008. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.


https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=+penanganan+dys
minore+pada+remaja&btnG=
Hawari, D 2007, ‘Our Children OurFuture, Dimensi Psikoreligi Pada Tumbuh
Kembang Anak Dan Remaja’, Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Hendrik, 2006, Problema Haid: Tinjauan Syariat Islam Dan Medis, PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, Solo.
Irianto, K 2015, Kesehatan Reproduksi, Alfabeta, Bandung.
Kowalak, J 2011, Buku Ajar Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Lowdermilk, D, Shannon, P, Mary, C.C, 2013, Keperawatan Maternitas, Ed. 8.
Elsevier, Singapura.
Mansjoer A, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Asculapins.
Manuaba, Ida Bagus. 1999. Memahami Kesehatan reproduksi Wanita.
Manuaba, I. A. C, 2009, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, edisi 2, EGC,
Jakarta.
Morgan & Hamilton 2009, Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik, EGC,
Jakarta.
Nugroho, Taufan, Bobby Indra Utama 2014, Masalah Kesehatan Reproduksi
Wanita, Nuha Medika, Yogyakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono . 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta : YBP-SP.
Proverawati & Misaroh 2009, Menarch, Nuha Medika, Yogyakarta.
Puji, I 2009, ‘Efektifitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore
Remaja Putri Di SMUN 5 Semarang’ Artikel thesis, Semarang: Program
Studi Ilmu Keperawatan: Universitas Diponegoro.
Romauli, 2009, Kesehatan Reproduksi, Nuha Medika, Yogyakarta.
Rudolph, A. M, Julien I.E. Hoffman, Colin D 2006, Buku Ajar Pediatri, EGC,
Jakarta.
Sastro, Sukiman. 1981. Ginekologi. Bandung. Unpad.
Sinaga, E 2017, Manajemen Kesehatan Menstruasi, Iwwash, Jakarta.
Solihatunnisa, Ica. 2012. Pengaruh Senam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Saat Dismenore Pada Mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatulloh. Skripsi. Jakarta: UIN syarif Hidayatulloh.
Sugani & Priandarini, 2010, Cara cerdas untuk sehat : Rahasia hidup sehat tanpa
dokter, Transmedia, Jakarta.
Winkjosastro, H. 2002. Ilmu Kedokteran. Jakarta : Yayayan bina pustaka.
Wong, dkk. 2008, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. (Vol 1). EGC, Jakarta.
LAMPIRAN

JURNAL REFLEKSI KRITIS


PEMBELAJARAN PRAKTIK KEBIDANAN REMAJA DAN PRA NIKAH
DENGAN DISMENORHEA PRIMER DI PUSKESMAS BANGKALAN
KABUPATEN BANGKALAN

Nama Mahasiswa : DEVINA KRISTANTI


Tempat Praktek : 2215901016
Periode :1
Pembimbing Prodi : NOR INDAH HANDAYANI, S.Tr.Keb., M.Keb.
A. Harapan akan Proses Pembelajaran Klinik

Kenapa saya mempelajari materi ini ?

Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dari senam dismenore pada


remaja putri terhadap penurunan skala nyeri haid

Apa yang saya siapkan dalam mempelajari topik ini?

Mempersiapkan pasien alat- alat, dan bahan yang di butuhkan sesuai SOP

Apa yang saya harapkan dalam mempelajari topik ini ?

Dengan adanya penelitian ini saya berharap kejadian dismenore pada


remaja putri dapat berkurang sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas
mereka sehari-hari

Apa yang perlu saya perhatikan dalam mempelajari topik ini ? Bagaimana
perencanaannya ?

-Senam dismenorea

- Mengajarkan senam dismenorea kepada remaja putri sesuai dengan SOP


sehingga nyeri dapat berkurang saat menstruasi
B. Refleksi Kritis dari Materi yang Dipelajari

Sebutkan Learning outcome yang tertera pada panduan:

1. Mampu menerapkan secara professional efektifitas senam dismenore


dalam mengurangi nyeri disminorhea
2. Mampu menerapkan secara evidence based midwifery dalam upaya
penanganan dismenore pada remaja
3. Mampu berkontribusi dalam memberikan pelayanan kesehatan secara
komprehensip khususnya memberikan kenyamanan pada pada remaja
4. Melakukan penelitian dasar, klinik dan komunitas dengan keunggulan
midwifery critical care, menggunakan metode ilmiah yang tepat dan
teruji

Bagi saya, satu hal yang paling penting dalam learning outcome tersebut adalah:

Senam dismenore sangat dibutuhkan untuk mengurangi nyeri saat


menstruasi

Saya mengidentifikasi sumber informasi menarik dalam topik pembelajaran ini


adalah:

Pengurangan skala nyeri pada saat sebelum dan sesudah dilakukan senam
dismenore sangat signifikan

Learning outcome yang paling saya butuhkan untuk terus saya kerjakan adalah :

Pembelajaran tentang pentingnya senam dismenore pada remaja putri

Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dalam
satu kelompok (one group pre test – post test design)
Saya akan mengembangkan pembelajaran saya di bidang ini melalui :

Quasi eksperimen dalam satu kelompok (one group pre test – post test
design)

Selama pembelajaran klinik, masalah-masalah yang menghalangi proses


pembelajaran saya adalah:

Remaja putri yang sebagian menolak untuk melakukan senam dismenore


karena dirasa tidak akan berpengaruh pada nyeri menstruasi

Masalah-masalah yang saya temui selama proses pembelajaran klinik pada topik
ini adalah, dan Saya berencana untuk membahasnya melalui:

Penyuluhan kepada remaja putri tentang senam dismenore

C. Refleksi Kritis pada Pembelajaran melalui Literatur dengan menggunakan


Lembar Kerja EBM (Evidence Based Medicine) Terapi
1. Apakah hasil penelitian valid?

Apakah pasien pada penelitian Ya


dirandomisasi?
Apakah cara melakukan randomisasi Ya
dirahasiakan?
Apakah follow-up kepada pasien cukup Ya
panjang dan lengkap?
Apakah pasien dianalisis di dalam grup Ya
di mana mereka dirandomisasi?
Apakah pasien, klinisi, dan peneliti Ya
blind terhadap terapi?
Apakah grup pasien diperlakukan Ya
sama, selain dari terapi yang
diberikan?
Apakah karakteristik grup pasien sama Ya
pada awal penelitian, selain dari terapi
yang diberikan?

2. Apakah hasil penelitian penting?

Seberapa penting hasil penelitian ini? Sangat penting


Seberapa tepat estimasi dari efek terapi? Cukup tepat

Senam dismenorea Ada efek Tidak ada efek


Senam 15 0
Tidak senam 0 15

Control event rate (CER) = c/ c+d=0

Experimental event rate (EER) = a/ a+b=1

Relative Risk Absolute Risk Number Needed


Reduction (RRR) Reduction to Treat (NNT)
(ARR)
CER EER CER-EER/ CER CER-EER 1/ARR
0 1 0 0 1
95% CI

95% CI = +/- 1,96 √[CER x (1-CER)/ #pasien kontrol + EER x (1-EER)/ #


pasien eksperimen]

3. Apakah hasil penelitian yang valid dan penting tersebut applicable (dapat
diterapkan) dalam praktek sehari-hari?

Apakah hasilnya dapat diterapkan kepada pasien kita?


Apakah karakteristik pasien kita Tidak
sangat berbeda dibandingkan pasien
pada penelitian sehingga hasilnya
tidak dapat diterapkan?
Apakah hasilnya mungkin dikerjakan Ya
di tempat kerja kita?
Apa kemungkinan benefit dan harm dari terapi tersebut?
Metode I: f Risiko terhadap pasien kita, relatif
terhadap pasien pada penelitian

Diekspresikan dalam bentuk


desimal: 0,5

NNT/f =1/0,5 = 2

(NNT bagi pasien kita)


Metode II: 1/ (PEERxRRR) PEER (patient’s expected event rate)
adalah event rate dari pasien kita
bila mereka menerima kontrol pada
penelitian tersebut = 0,5

1/ (PEERxRRR) = 1/0 = 1

(NNT bagi pasien kita)


Apakah value dan preferensi pasien dipenuhi dengan terapi ini?
Apakah kita dan pasien kita Ya
mempunyai penilaian yang jelas dan
tepat akan value dan preferensi pasien
kita?
Apakah value dan preferensi pasien Ya
kita dipenuhi dengan terapi yang akan
kita berikan?
f adalah faktor dorongan. f merupakan perkiraan berapa tinggi atau rendahnya
risiko kematian pasien kita dibandingkan pasien pada penelitian. Bila pasien
kita kemungkinan meninggalnya 2 kali lebih besar dibandingkan pasien pada
penelitian, maka besar f adalah 2. Bila pasien kita kemungkinan meninggalnya
2 kali lebih kecil dibandingkan pasien pada penelitian, maka besar f adalah 0,5.

D. Evaluasi Pembelajaran

Topik: Senam Dismenore Tanggal: 09 Januari 2023

Jenis pemeriksaan, dan lingkup tindakan/asuhan :

Penerapan senam dismenore untuk mengurangi nyeri saat menstruasi.


Melakukan pemantauan nyeri saat menstruasi setelah dilakukan senam
dismenore

Informasi/ keterampilan yang baru bagi saya

Senam dismenore memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam


menurunkan nyeri saat menstruasi

Bagaimana hal ini bisa berguna ?

Hal ini bisa berguna bagi remaja putri, dengan kurangnya rasa nyeri
saat menstruasi maka aktivitas keseharian remaja tidak akan terganggu.

Sesi pembelajaran ini membuat saya berfikir tentang:

Pentingnya penerapan senam dismenore bagi semua remaja putri

Kontribusi saya dalam pembelajaran ini adalah:

Dapat membantu memberikan penyuluhan kepada remaja putri tentang


pentingnya senam dismenore
Pertanyaan yang diajukan selama sesi diskusi

Berapa kali senam dismenore dilakukan untuk bisa mengurangi nyeri


menstruasi

Tindak lanjut yang akan saya lakukan adalah :

Melakukan penelitian tentang berapa kali senam dismenore dilakukan


untuk mengurangi nyeri menstruasi
LEMBAR BIMBINGAN

NAMA : DEVINA KRISTANTI

NIM : 2215901016

RUANGAN : POLI KIA

PKM/ RS : PUSKESMAS BANGKALAN

NO HARI/TANGGAL NAMA MASUKAN TTD


PEMBIMBING PEMBIMBING

1 Sabtu / 14 Januari Sri Retno Dalam keadaan


2023 Wahyuningsih, darurat, terapi
S.ST., Bd. perlu di tambah
dengan
antispasmodik
tetapi harus atas
perintah dari
dokter.

2 Selasa / 17 Januari Nor Indah - Pada Bab III di


2023 Handayani, penatalaksanaan
S.Tr.Keb., nomor 4, untuk
M.Keb. senam
dismenore lebih
didetailkan lagi
pemberian
intervensinya.
- Pada Bab II
ditambahkan
konsep teori
senam
dismenore.
- Pada lampiran,
dilampirkan
jurnal penelitian
tentang senam
dismenore yang
dibahas
DAFTAR PRESENSI MAHASISWA

NAMA : DEVINA KRISTANTI

NIM : 2215901016

RUANGAN : POLI KIA

PKM/ RS : PUSKESMAS BANGKALAN

NO RUANGAN HARI/TGL DATANG PULANG PARAF PARAF


MHS CI
1. POLI KIA SENIN /  
09-01-2023
2. POLI KIA SELASA /  
10-01-2023
3. POLI KIA RABU /  
10-01-2023
4. POLI KIA KAMIS /  
11-01-2023
5. POLI KIA JUMAT /  
12-01-2023
6. POLI KIA SABTU /  
13-01-2023
7. POLI KIA SENIN /  
15-01-2023
8. POLI KIA SELASA /  
16-01-2023
9. POLI KIA RABU /  
17-01-2023
10. POLI KIA KAMIS /  
18-01-2023
11. POLI KIA JUMAT /  
19-01-2023
12. POLI KIA SABTU /  
20-01-2023
LAPORAN KEGIATAN HARIAN

NAMA : DEVINA KRISTANTI

NIM : 2215901016

RUANGAN : POLI KIA

PKM/ RS : PUSKESMAS BANGKALAN

HARI/TGL : 09 JANUARI 2023 S/D 21 JANUARI 2023

NO PUKUL KEGIATAN TTD


PEMBIMBING
1 09.00 WIB Menerima pasien yang baru datang

2 09.05 WIB Mengkaji identitas pasien

3 09.10 WIB Melakukan anamnesa kepada pasien


seperti keluhan dan lain - lain.

4 09.15 WIB Memeriksa keadaan umum pasien dan


TTV pasien
6 09.30 WIB Menjelaskan kepada pasien tentang
hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
7 09.35 WIB Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga tentang dismenore
8 09.45 WIB Memberikan KIE kepada pasien

9 10.00 WIB Menganjurkan kepada pasien untuk


melakukan senam dismenore
10 10.10 WIB Mengajarkan kepada pasien tentang
cara senam dismenore.
11 10.30 WIB Memberikan terapi kepada pasien
yaitu obat anti nyeri Asam mefenamat
3x500 mg selama 2-3 hari, vitamin
C 3x50 mg selama haid berlangsung
dan Fe 1x1 selama haid berlangsung.

12 10.45 WIB Menganjurkan pasien kontrol lagi


apabila terjadi nyeri hebat

13 11.00 WIB Melakukan pendokumentasian.


STASE
ASUHAN KEBIDANAN REMAJA DAN PRA
NIKAH
Nama Mahasiswa : DEVINA KRISTANTI

NIM : 2215901016

Ruang : POLI KIA

Tanggal Praktik : 09 JANUARI 2023 - 21 JANUARI 2023

Pembimbing : NOR INDAH HANDAYANI, S.Tr.Keb., M.Keb.

Berkas Yang Dikumpulkan : 1 ASKEB PANJANG, 1 ASKEB KELOMPOK,


JURNAL REFLEKSI, REFLEKSI KASUS,
LEMBAR BIMBINGAN, LAPORAN
KEGIATAN HARIAN, DAFTAR PRESENSI
MAHASISWA

Hari, Tanggal Penyerahan : JUMAT, 20 JANUARI 2023

Penerima : NOR INDAH HANDAYANI, S.Tr.Keb., M.Keb.


DOKUMENTASI

Tanggal 09 Januari 2023 memberikan asuhan kebidanan kepada remaja / pranikah


yaitu Nn. H usia 19 tahun dengan dismenorhea primer dan didampingi oleh
pembimbing klinis.

Tanggal 14 Januari 2023 melakukan konsultasi laporan kasus asuhan kebidanan


pada remaja / pranikah dengan dismenorhea kepada pembimbing klinis.

Anda mungkin juga menyukai