Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN HASIL PERCOBAAN BIOLOGI ECENG

GONDOK SEBAGAI ALTERNATIF BIOGAS

Oleh :

 GUSTI AYU RENATA


 MUHAMMAD ZIDAN ASY SYAKUR
 NAZWA RACHMAWATI
 REINATA NABILA PUTRI
 SYALOOM CECILIA
 WILLY GUNAWAN WIJAYA

SMAN 8 KOTA BEKASI


Jalan Irigasi No.01, RT. 005/021 Kecamatan Pekayon Jaya,
Kelurahan Bekasi Selata
n, Kota Bekasi, Jawa Barat
Telp. 02182409416, Fax. 02182430888
https://sman8bekasi.sch.id/
BAB 1
(Pendahuluan)

A. Latar Belakang Massalah


Biologi merupakan suatu ilmu yang berdekatan dengan kehidupan kita sehari-hari dan
biologi merupakan suatu penghubung dari semua ilmu alam dan juga sebagai ilmu yang
mempertemukan ilmu alam dan ilmu sosial.
Salah satu pokok pembahasan di dalam ilmu biologi adalah bioteknologi. Dimana
bioteknologi disini di bagi ke dalam bioteknologi modern dan bioteknologi konvensional.
Salah satu contoh bioteknologi konvensional adalah fermentasi.
Eceng gondok, tanaman yang selama ini dikenal sebagai tanaman yang merugikan dan
merusak habitat air, ternyata memberi manfaat bagi masyarakat. Eceng gondok sangat tepat
menjadi alternatif potensi biogas. Gulma yang hidup mengapung di air dan tidak mempunyai
batang, selain daun dan akar yang menempel pada dasar sungai, kolam dan perairan dangkal
mampu tumbuh dengan sangat cepat, terutama pada perairan yang mengandung banyak
nutrien seperti nitrogen, fosfat dan potasium, sehingga sangat berpotensi menjadi bahan baku
biogas.
Di era Globalisasi saat ini kebutuhan segala keperluan rumah tangga menjadi hal utama
untuk semua lapisan masyarakat. Seiring dengan perkembangan jaman tentunya berdampak
pada kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat,terkhusus pada masyarakat yang
menggunaan Gas elpiji pada umumnya.Saat ini harga Gas elpiji yang di jual oleh PT.Persero
Pertamina masih sulit di jangkau oleh masyarakat kalangan bawah. Dengan itu, mengolah
sampah eceng gondok diharapkan dapat memberikan solusi bagi masyarakat kalangan bawah
dengan harga produksi terjangkau
B. Rumusan masalah
Bagaimana cara pengolahan sampah eceng gondok
C. Tujuan Praktikum
1.      Membuktikan konsep bioteknologi;
2.      Mengetahui contoh penerapan bioteknologi dalam kehidupan sehari-hari;
3.      Membuktikan bioteknologi melalui pemanfaatan eceng gondok
BAB II
(Tinjauan Pustaka)

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu
jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa
daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang
dikenal dengan nama Kelipuk, diLampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal
dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe. Eceng gondok pertama kali
ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von
Martius, seorang ahli botani berkebangsaan Jerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan
ekspedisi di Sungai Amazon Brasil. Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi
sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng
gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Eceng gondok dewasa, terdiri dari akar, bakal tunas, tunas atau stolon, daun, petiole, dan
bunga. Daun-daun eceng gondok berwarna hijau terang berbentuk telur yang melebar atau hampir
bulat dengan garis tengah sampai 15 cm. Pada bagian tangkai daun terdapat masa yang
menggelembung yang berisi serat seperti karet busa. Kelopak bunga berwarna ungu muda agak
kebiruan. Setiap kepala putik dapat menghasilkan sekitar 500 bakal biji atau 5000 biji setiap
tangkai bunga, sehigga eceng gondok dapat berkembang biak dengan dua cara yaitu dengan tunas
dan biji.
Komposisi kimia eceng gondok tergantung pada kandungan unsur hara tempatnya
tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut. Eceng gondok mempunyai sifat-sifat yang baik
antara lain dapat menyerap logam-logam berat, senyawa sulfida, selain itu mengandung protein
lebih dari 11,5% dan mengandung selulosa yang lebih tinggi besar dari non selulosanya seperti
lignin, abu, lemak, dan zat-zat lain.
BAB III
(Metode Penelitian)
A. Alat dan bahan
 Alat
1. Tangki Pencerna (digester),sebagai tempat penampungan adonan.
2. Regulator otomatis Gas,untuk mengatur gas yang diinginkan.
3. Plastik polyethylene,untuk menampung gas yang mengalir dari digester yang melalui
selang.
4. Kompor biasa,
5. Pipa atau selang, untuk menghubungkan tangki pencerna (Digester) dengan Plastik
polyethylene.
 Bahan Baku
1. Tanaman enceng gondok,yang menjadi bahan baku dari biogas ini.
2. Kotoran dari Sapi,untuk mempercepat fermentasi.

B. Waktu pelaksanaan
Hari, tanggal : Minggu, 5 Februari 2023
Tempat : Belakang rumah nazwa
Pukul : jam 9.00 wib

C. Cara kerja
1. Potong enceng gondok dengan ukuran yang kecil.
2. Enceng gondok yang telah dipotong kecil di larutkan ke dalam air.
3. Tambahkan Feses Sapi dan aduk sampai mengental untuk mempercepat
fermentasi.
4. Digester dari penampung air volume 1 kubik untuk menampung larutan enceng
gondok agar menjadi Gas.
5. Gas dari Digester ditampung di Penampung Gas Plastik.
6. Gas dari Penampung Gas Plastik disalurkan melalui Regulator untuk mengontrol
tekanan gas
7. BioGas Enceng Gondok siap dipakai untuk memasak
BAB IV
(Hasil pengamatan dan Pembahasan)
Berdasarkan pemanfaatan eceng gondok sebagai sumber energi alternatif biogas, maka penelitian ini
menggunakan perbandingan eceng gondok dengan komposisi 2:2 yaitu bahan eceng gondok 2 kg dan
kotoran sapi 2 kg dengan komposisi 3:1 yaitu 3 kg eceng gondok dan 1 kg kotoran sapi. Berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, dari kedua perbandingan komposisi diatas dengan waktu pembentukan gas, dapat
dilihat pada hari pertama pada kedua komposisi belum terjadi pembentukan gas. Biogas eceng gondok
yang dihasilkan karena percampuran eceng gondok dan kotoran sapi memiliki bau busuk yang sangat
menyengat namun setelah dibakar gas tersebut tidak menimbulkan bau busuk. Ini berarti biogas eceng
gondok ini terbakar sempurna dan aman untuk digunakan bagi pengguna dan dapat membantu
kebutuhan masyarakat yang ingin menggunakan energi pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan bakar
alternatif biogas. Ini dikarenakan dihari pertama masih tahap percampuran kedua bahan komposisi
dengan proses fermentasi awal yaitu reaksi hidrolisa atau tahap pelarutan. Maka nilai rata-rata dari hasil
pengujian tabung fermentasi 3:1 dan 2:2 adalah 3,50 dan 1,72 kPa. Oleh sebab itu kesimpulan dari hasil
tekanan gas di atas terlihat bahwa ikatan yang terjadi menghasilkan senyawa metana (CH4) dan
karbondioksida (CO2) yang baik adalah perbandingan (3:1) dimana 3 adalah berat eceng gondok adalah
3kg dan berat dari kotoran sapi adalah 1kg.
BAB V
(Kesimpulan dan saran)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu telah didesain reaktor
biogas sederhana dan menggunakan bahan berupa eceng gondok dan dapat menghasilkan gas yang
dapat digunakan dengan baik. Waktu yang di butuhkan untuk menghasilkan gas pada hasil fermentasi
adalah 25 hari, selain itu api yang di hasilkan oleh biogas eceng gondok berwarna biru merah.

B. Saran

Makalah ini merupakan makalah yang berisi informasi dan wawasan mengenai bioteknologi.
Sesuai dengan tujuan makalah ini, kami mengharapkan agar pembaca dapat lebih memahami
tentang informasi yang terkandung dalam makalah ini. Oleh sebab itu, makalah ini sebaiknya
dibaca dengan cermat dan teliti agar pembaca dapat benar-benar memahami isinya dan dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB VI
(Lampiran)

Anda mungkin juga menyukai