Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

KERANGKA DASAR KURIKULUM 2013 DAN KURIKLUM MERDEKA


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kulih Telaah Kurikulum Penjas
Dosen Pengampu :
Dr. Cucu Hidayat, M.Pd
Defri Mulyana, M.Pd
Arief Abdul Malik, M.Pd

Disusun oleh :
Egi Cahya Nugraha 212191013
Ighfirly Ginnannafsi 212191014
Hary Ahmad Jalaldin 212191015
Neng Intan Amalia 212191016
Dimas Rahmat Pangestu 212191017
Rofi Zaidaan 212191018

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2023
KATA PENGANTAR

Segala pji bagi Allah SWT yang telah memberi hidayah-Nya kepda seluru
umat manusia untuk dijadikan pedoman dan acuan umat islam meraih
keselamatan dunia akhira. Shalawat beserta salam semog senantiasa tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyyah menuju zaman islamiyyah.

Pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Adapun tema makalah ini adalah “ KERANGKA DASAR
KURIKULUM 2013 DAN KURIKULUM MERDEKA” yang diajukan sebagai
salah satu tugas mata kuliah telaah kurikulum penjas.

Makalah yang kami tulis ini sangat jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang kami milik, oleh karena itu,
keritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan agar makalah
yang akan dtang bisa lebih baik lagi.

Tasikmalaya, 3 Februaru 2023

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan.............................................................................................................3
BAB 11....................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
2.1 Hakikat Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.......................................4
2.2 Landasan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.....................................9
2.3 Prinsip Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.......................................14
2.4 Struktur Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.....................................17
2.5 Badan Standar Nasional Pendidikan............................................................20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP.............................................................................................................22
3.1 Kesimpulan...................................................................................................22
3.2 Saran.............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan di Indonesia belum terlepas dari berbagai macam masalah.
Salah satu masalah pendidikan di negara kita yang masih menonjol saat ini
adalah adanya kurikulum yang silih berganti dan tanpa ada arah
pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan
yang diinginkan pada kurikulum tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kurikulum mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam lembaga pendidikan, yaitu sebagai salah satu penentu
keberhasilan pendidikan. Perubahan kurikulum selalu mengarah pada
perbaikan sistem pendidikan dan perubahan tersebut dilakukan dengan
didasari pada permasalahan pelaksanaan kurikulum sebelumnya yang
dianggap kurang maksimal baik secara materi maupun sistem
pembelajarannya sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha
perbaikan kurikulum tersebut mesti dilakukan demi menciptakan perubahan
yang lebih baik untuk sistem pendidikan di indonesia.Semakin maju suatu
bangsa maka semakin maju pula ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu kini diperlukan pendidikan dengan kurikulum yang
mampu menghasilkan generasi penerus bangsa yang berakhlakul karimah,
berketerampilan, dan berpengetahuan yang luas agar mampu bersaing di
dunia internasional.(Ahmad, 2020)
Kurikulum adalah bagian terpenting dalam sebuah pembelajaran di
dunia pendidikan. Jika dilihat dari kacamata standar nasional pendidikan,
kurikulum adalah bagian dari standar isinya. Isi adalah pokokpikiran yang
menjadi pijakan dan pedoman dalam menyusun kegiatan pembelajaran di
sekolah. Tanpa adanya kurikulum, maka sekolah-sekolah akan bingung
ke arah mana pembelajaran itu dibawa. Hal ini berkaitan dengan tujuan
pembelajaran dan apa yang ingin dicapai. Tidak hanya perguruan tinggi saja
yang memang harus memiliki kurikulum ini, namun setiap tingkatan
pendidikan dari mulai PAUD, SD, SMP, dan SMA.

1
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan. Hal ini
dikarenakan sangat berkaitan erat dengan penentuan arah, isi dan proses
pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan
suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut suatu rencana dan
pelaksanaan pendidikan baik di lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah
maupun nasional.
Pada tahun 2022 ini di Indonesia memberikan tiga pilihan
kurikulum yang bisa dijadikan alternatif pada setiap satuan PAUDdalam
rangka menerapkan merdeka belajar yang dicanangkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI). Setiap
satuan pendidikan bebas memilih sesuai dengan kondisi dan kemampuannya
mau menerapkan kurikulum 2013, kurikulum darurat (kurikulum 2013 yang
disederhanakan) atau kurikulum merdeka. Kurikulum ini dipakai tentunya
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang mengacu kepada
Permendikbud 146 tahun 2014, sedangkan kurikulum darurat adalah
kurikulum 2013 yang disederhanakan menyesuaikan dengan keadaan
pandemic COVID 19 yang sudah sekitar 3 tahun mewabah di Indonesia.
Tidak lama dari itu, mulai juga dikeluarkan kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka erat kaitannya dengan merdeka belajar.
Merdeka belajar adalah program kebijakan baru yang diterapkan oleh
Kemendikbud RI yang diprakarsai oleh Pak Nadiem Anwar Makarim,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kabinet
Indonesia Maju yang konsepnya adalah ingin menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Menyenangkan bagi semua yang
terlibat pada proses pembelajaran seperti anak didik, guru, juga orang tua.
(Retnaningsih & Khairiyah, 2022)
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,

2
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala. (Lt & Fatmawati, 2006)

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana hakikat kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka?
2. Apa landasan kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka?
3. Apa prinsip kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka?
4. Apa saja struktur kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka?
5. Apa yang dimaksud dengan standar nasional pendidikan (BSNP)?

1.3 Tujuan
1. Agar bisa memahami tentang Hakikat Kurikulum 2013 dan
Kurikulum merdeka
2. Agar bisa memahami Landasan 2013 dan Kurikulum Merdeka
3. Agar bisa mememahami Prinsip Kurikulum 2013 dan Kurikulum
Merdeka
4. Agar bisa memahami tentang Struktur Kuikulum 2013 dan Kurikulum
Merdeka
5. Agar bisa mengatahui dan memahmi Standar Nasional Pendidikan
(BSNP)

3
BAB 11
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka
A. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan dari kurikulum berbasis
kompetensi yang menyempurnakan standar kompetensi lulusan dengan
dikembangkan sesuai tuntutan kekinian Indonesia dan masa depan sesuai
kebutuhan. Penyempurnaan standar isi diuraikan ataskecukupan dan
kesesuaian dengan kompetensi. Menyempurnakan standar proses dengan
merancang berbasis kompetensi dengan pendekatan scientific.
Penyempurnaan yang terakhir adalah menyempurnakan standar penilaian
dengan berbasis proses dan output dengan teknik tes dan non tes
(portofolio).
Perubahan Kurikulum 2013 berwujud pada standar kompetensi
lulusan, materi, proses dan penilaian yang komprehensif. Penjelasan
hakikat perubahan Kurikulum 2013 (Kemdikbud, 2013: 119):
1) Kompetensi lulusan terdiri dari :
a. Dapat terkonstruksi secara holistik.
b. Didukung oleh semua materi dan mata pelajaran.
c. Terintegrasi secara vertikal maupun horizontal.
2) Materi terdiri dari :
a. Dikembangkan dengan berbasis kompetensi sehingga
memenuhiaspek kesesuaian dan kecukupan.
b. Mampu mengakomodasi content lokal, nasional dan
internasional.
3) Proses terdiri dari :
a. Berorientasi pada karakteristik kompetensi yang bersujud.
1) Sikap: menerima, menjalankan, menghargai, mengamalkan.
2) Keterampilan: mengamati, menanya, mencoba,
menalar,menyaji, mencipta.
3) Pengetahuan: mengetahui, memahami, menerapkan,
menganalisis,mengevaluasi, mencipta.

4
b. Menggunakan pendekatan scientifik karakteristik,
karakteristikkompetensi sesuai jenjang (SD: tematik
terpadu, SMP: tematikterpadu IPA dan IPSdan matapelajaran,
SMA: tematik dan matapelajaran).
c. Mengutamakan Discovery Learning dan Project Based
Learning.
4) Penilaian terdiri dari :
a. berbasis tes dan non tes (porfolio).
b. menilai proses dan output dengan menggunakan Authentic
Assesment(mengukur tingkat berpikir dari rendah hingga
tinggi danproses kerja siswa atau subjek didik).
c. Penilaian rapor memuat penilaian kuantitatif tentang
pengetahuandan deskrisi kualitatif tentang sikap dan
keterampilan kecukupan.

Hadirnya Kurikulum 2013 pada hakikatnya sebagai penyempurna bagi


kurikulum sebelumnya (KTSP), sebab idealnya kurikulum harus bersifat
dinamis agar mampu menjawab tantangan dan kebutuhan zaman.
Menurut (Sudarisman, 2015) Aspek-aspek kurikulum yang mengalami
penyempurnaan dalam Kurikulum 2013 meliputi 4 elemen yaitu :
1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
yaitu peningkatan dan keseimbangan softskills dan hard skills yang
meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan pada
semua mata pelajaran
2. Standar Isi
yaitu kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran diubah
menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi
3. Standar Proses
yaitu yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi
dilengkapi dengan aktivitas ilmiah yang dikenal dengan pendekatan
saintifik.
4. Standar Penilaian

5
yaitu dari penilaian berbasis kompetensi ke arah penilaian otentik
meliputi penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013 merupakan proses


pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan 5 M yang
meliputi mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan
(Kemendikbud, 2013). Di dalam Kurikulum 2013 secara eksplisit dinyatakan
untuk menggunakan metode atau model berbasis konstruktivistik yang
melibatkan pendekatan saintifik diantaranya : Problem Based Learning
(PBL), Project Based Learning (PjBL), Discovery/Inquiry. Meski memiliki
ciri yang berbeda, namun masing-masing model pembelajaran tersebut
terkandung pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik diawali dengan adanya
suatu fenomena baik yang terjadi secara alamiah atau engaja dikondisikan
yang memungkinkan peserta didik dapat melakukan kegiatan mengamati
yaitu berbagai aktivitas yang melibatkan panca inderanya.
Hakikat Kurikulum 2013 menginginkan perubahan yang menyeluruh
dalam diri pendidikan. Pendidikan adalah salah satu hal yang mampu
mengubah manusia menjadi lebih baik. Pendidikan yang baikjuga
diharapkan mampu meminimalisir kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan peradaban. Konsep perubahan terletak pada sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dalam kurikulum 2013 dinilaisecara
keseluruhan tidak terpisah-pisah. Kurikulum 2013 merupakan bekal bagi
siswa sebagai subjek didik untuk meningkatkan kreativitas yang dimiliki
karena posisi siswa diberi porsi yang dominan.(Halek, 2019)
B. Kuikulum Merdeka
Pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem
kurikulum dengan tujuan penyempurnaan. Usaha yang dilakukan oleh
pemerintah dalam penyempurnaan yaitu mengubah dan memberi inovasi
kurikulum. Di antaranya kurikulum KTSP/2006 menjadi Kurikulum 2013
hingga menjadi Kurikulum Merdeka Belajar.
Kurikulum 2013 telah diterapkan mulai dari tahun ajaran 2013/2014.
Penerapan dini dilakukan terutama di sekolah yang telah memiliki akreditasi

6
Penerapan Kurikulum 2013 di jenjang SMA/SMK/MA tentu sangat cocok
karena kurikulum yang dirancang mengandung nilai efektif, inovatif, kreatif,
serta bisa menggali potensi dan minat peserta didik dalam pembelajaran.
Merdeka belajar merupakan kebijakan dari Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum Merdeka diterapkan dengan
tujuan untuk melatih kemerdekaan dalam berpikir peserta didik. Inti paling
penting dari kemerdekaan berpikir ditujukan kepada guru. Jika guru dalam
mengajar belum merdeka dalam mengajar, tentu peserta didik juga ikut tidak
merdeka dalam berpikir.
Merdeka belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia adalah jabawan terhadap keluhan dan
masalah yang dihadapi oleh pendidik dalam proses pembelajaran.
Denganadanya merdeka belajar, beban dan tugas dari seorang guru lebih
diminimalisir mulai dari pengadministrasian sampai pada kebebasan dari
tekananintimidasi, Selain itu, merdeka belajar juga membuka cakrawala guru
terhadap permasalahan yang dihadapi. Mulai dari penerimaan siswa, RPP,
proses pembelajaran, evaluasi, sampai Ujian Nasional. Dengan begitu, guru
menjadi wadah penyalur potensi untuk melahirkan bibit unggul harapan
bangsa sehingga dibutuhkan suasana pembelajaran yang menarik dan inovatif
agar peserta didik semangat dalam belajar.
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum pembelajaran intrakurikuler
yang beragam dan mengoptimalkan dari segi konten sehingga memberi
peserta didik cukup waktu untuk mengeksplorasi konsep dan memperkuat
kompetensi mereka. Guru memiliki fleksibilitas untuk memilih dari berbagai
alat pendidikan untuk menyesuaikan model pembelajaran dengan kebutuhan
belajar dan minat peserta didik.(Muin et al., 2022)
Merdeka belajar merupakan program baru dari Kemndibud yang
dicanangkan oleh Nadiem Makarim, yang sebelumnya diterapkan oleh PT
Cikal di sekolah Cikal. Hakikatnya, transformasi pendidikan melalui
kebijakan adanya kurikulum merdeka belajar merupakan salah satu inovasi
terbaru untuk mendatangkan SDM unggul yang memiliki Profil Pelajar
Pancasila dan kurikulum merdeka belajar ditujukan kepada seluruh satuan

7
pendidikan jenjang dasar, menengah, dan atas. Atas dasar perubahan terbaru
ini, menteri pendidikan memiliki harapan besar pada pembelajaran yang tidak
hanya fokus pada siswa dalam kelas namun bereksplor di luar kelas, hal ini
akan membuat pembelajaran semakin asyik, enjoy, dan tidak berpusat kepada
guru. Sistem pembelajaran seperti ini akan membentuk karakter percaya diri,
mandiri, cerdas dalam bersosialisasi, dan dapat berkompetisi.(Maulida, 2022)
Adapun kelebihan dari kurikulum merdeka menurut (Muin et al., 2022)
yaitu:
1. Lebih sederhana dan mendalam
Materi yang esensial menjadi fokus pada Kurikulum Merdeka.
Pembelajaran yang sederhana dan mendalam tanpa tergesa-gesa akan
lebih diserap peserta didik. Pembelajaran mendalam dengan
rancangan yang menyenangkan akan membuat peserta didik lebih
fokus dan tertarik dalam belajar.
2. Lebih merdeka
Kurikulum Merdeka yang menjadi kebijakan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia menjadi tolok ukur dalam merancang
pembelajaran. Konsep merdeka yang diberikan memberikan
kemerdekaan kepada guru dalam merancang proses pembelajaran
sesuai kebutuhan dan capaian pembelajaran. Proses pembelajaran
yang dirancang sesuai dengan kebutuhan akan menjadi baik bila
diterapkan, dibandingkan dengan merancang dengan tidak melihat
kebutuhan peserta didik.
3. Lebih relevan dan interaktif
Kegiatan proses pembelajaran yang lebih relevan dan interaktif akan
memberikan dampak yang baik bila diterapkan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran yang interaktif akan membuat peserta
didik lebih tertarik dan bisa mengembangkan kompetensi yang
dimilikinya. Pembelajaran interaktif dengan membuat suatu proyek
akan membuat peserta didik menjadi aktif dalam mengembangkan
isu-isu yang beredar di lingkungan.

8
2.2 Landasan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka
A. Kurikulum 2013
Dalam setiap pengembangan kurikulum pasti ada landasan-landasan
yang digunakan. Berikut ini landasan-landasan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum 2013. (Suarga, 2017)
1. Landasan Filosofis
a) Filosofis pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan.
b) Filosofis pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai
akademik,
kebutuhan peserta didik, dan masyarakat. Dari sumber lain menjelaskan
mengenai landasan filosofis kurikulum 2013 sebagai berikut:
1) Pendidikan berakar pada budaya bangsa, kehidupan masa kini dan
membangun landasan kehidupan masa depan.
2) Pendidikan adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya.
3) Pendidikan memberikan dasar bagi untuk peserta didik
berpartisipasi dalam membangun kehidupan masa kini.
4) Pendidikan mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki peserta
didik.
5) Pendidikan adalah proses pengembangan jatidiri peserta didik.
6) Pendidikan menempatkan peserta didik sebagai subjek yang
belajar.
2. Landasan Yuridis
Secara yuridis, kurikulum adalah suatu kebijakan publik yang
didasarkan kepada dasar filosofis bangsa dan keputusan yuridis di bidang
pendidikan. Landasan yuridis kurikulum adalah Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 22 tahun 2006 tentang Standart isi
1) RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang perubahan
Metodologi Pembelajaran dan Penataan Kurikulum.

9
2) PP. No.19 tahun 2005 tentang Standart Nasional pendidikan.
3) INPRES No. 1 tahun 2010, tentang percepatan pelaksanaan
Prioritas pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan
metode pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa
untuk membentuk daya asing dan karakter bangsa.
Beberapa landasan yuridis dari Undang-Undang sebagai berikut:
a. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. UU nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
c. UU no. 17 tahun 2005 tentang rencana pembangunan jangka
panjang nasional, beserta segala ketentuan yang dituangkan
rencana pembangunan jangka menengah nasional
d. Peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standart nasional
pendidikan sebagaimana telah diubah dengan PP no. 19 tahun 2005
tentang standart nasional pendidikan.
3. Landasan Konseptual
a. Relevansi pendidikan
b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter
c. Pembelajaran kontekstual
d. Pembelajaran aktif
e. Penilaian yang valid, utuh dan menyeluruh.
4. Landasan Teoritis
Kurikulum dikembangkan atas dasar teori pendidikan berdasarkan
standart dan teori pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan
berdasarkan standart adalah pendidikan yang menetapkan standart nasional
sebagai kualitas minimal hasil belajar yang berlaku untuk setiap
kurikulum. Standart kualitas nasional dinyatakan sebagai Standart
Kompetensi Lulusan. Standart Kompetensi Lulusan tersebut adalah
kualitas minimal lulusan suatu jenjang atau satuan pendidikan. SKL
mencangkup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP nimor 19 tahun
2005).
5. Landasan Empiris

10
Berbagai perubahan telah terjadi id Indonesia. Kemajuan terjadi
dibeberapa sektor di Indonesia, namun di beberapa sektor yang lain,
khususnya pendidikan, Indonesia tetap tinggal di tempat, atau bahkan
mundur. Hal-hal seperti ini menunujukkan perlunya perubahan orientasi
kurikulum dengan tidak membebani peserta didik dengan konten, namun
pada aspek kemampuan esensial yang diperlukan semua warga untuk
berperan serta dalam membangun negara pada masa mendatang.
Dalam satu sistem pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis serta
harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat
mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Namun demikian,
perubahan dan pengembangan kurikulum harus dilakukan secara terarah
dan tidak asal-asalan.
B. Krikulum Merdeka
Menurut (Muslikh, 2020) landasan kurikulum merdeka melalui
landasan filosofis, Pancasila sebagai idiologi Negara Indonesia merupakan
pedoman dasar dalam pelaksanaan system pendidikan termasuk di dalamnya
tujuan penerapan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka untuk
mencapai pembangunan manusia yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai-
nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka secara filosofis
paling tidak berlandaskan pada 4 (empat) aliran filsafat, yaitu :
1. Aliran Progresivisme
Memandang proses pembelajaran ditekankan pada pembentukan
kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural)
dengan memperhatikan pengalaman peserta didik, sehingga diharapkan
dapat tercipta perubahan pada diri peserta didik dengan indikator adanya
perkembangan tingkat kemajuan baik dalam bentuk pemikiran maupun
sikap.
2. Aliran Konstruktivisme
Melihat pengalaman langsung peserta didik (direct experiences) sebagai
kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini pengetahuan adalah hasil
konstruksi atau bentukan manusia. Aliran ini memiliki kesamaan dengan

11
aliran Empirisisme yang mengatakan bahwa sumber pengetahuan adalah
pengalaman (Apposteriory) panca indera. Pengetahuan terbentuk karena
pemanfaatan panca indera melalui mata untuk melihat, hidung untuk
mencium, telinga untuk mendengar, lidah untuk merasa dan kulit untuk
meraba. Dari pengalamanpengalaman indera itulah kemudian manusia
belajar sehingga menghasilkan suatu pengetahuan dan pengalaman.
3. Aliran Humanisme
Melihat peserta didik dari segi keunikan/karakteristik, potensi dan
motivasi yang dimilikinya. Suatu pembelajaran akan berhasil jika dapat
menciptakan perubahan pada diri peserta didik, baik kognitif, afektif
maupun psikomotorik dengan mempertimbangkan kondisi peserta didik
yang memiliki potensi dan karakteristik yang berbeda-beda.
4. Filsafat antropologis
Memandang bahwa manusia adalah makhluk individu, makhluk sosial,
makhluk susila dan makhluk religi
a. Manusia sebagai makhluk individu
Dalam konteks pendidikan sekolah, hakikat manusia sebagai
makhluk individu berimplikasi pada penataan semua unsur
pendidikan, mulai dari guru/dosen, peserta didik, tujuan
pendidikan, strategi pendidikan, maupun evaluasi pendidikan,
termasuk kurikulum.
b. Manusia sebagai makhluk sosial
Pandangan tentang hakikat manusia sebagai makhluk sosial dalam
konteks pembelajaran akan berimplikasi terhadap semua unsur
pendidikan, yaitu : (a) Dosen memerlukan sarana atau wadah untuk
mengembangkan profesinya dalam suatu organisasi, seperti
Asosiasi Dosen Repbulik Indoneisa (ADRI), Ikatan Dosen
Republik Indonesia (IDRI) atau organisasi sejenis lainnya; (b)
Mahasiswa memerlukan wadah bagi pengembangan potensinya
secara bersama, seperti melalu Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM), Dewan Permusyawaratan Mahasiswa (DPM), Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa

12
Jurusan/Program Studi dan berbagai kelompok pengembangan
bakat dan minat di kampus; (c) Tujuan dan isi pembelajaran
diharapkan pada kurikulum perguruan tinggi tersedia tujuan dan isi
pembelajaran yang memadai untuk mendorong berkembangnya
kesadaran dan keterampilan sosial mahasiswa; (d) Strategi
pembelajaran, diperlukan untuk memupuk kemampuan
bekerjasama, seperti kerja kelompok dan diskusi.
c. Manusia sebagai makhluk susila
Dalam pandangan hakikat manusia sebagai makhluk susila
mempunyai implikasi terhadap semua unsur pendidikan,
diantaranya : (a) Dosen disyaratkan telah mampu mengembangkan
potensi dirinya, sehingga dalam berinteraksi ia lebih banyak
menonjolkan tingkah laku baiknya daripada tingkah laku
buruknya; (b) Mahasiswa dengan perkembangan potensinya
diharapkan mampu berinteraksi antar mahasiswa atau antara orang
tua dengan kampus agar tercipta kesepakatan-kesepakatan untuk
mengikuti aturan kampus sebagai wujud pengembangan potensi
dalam diri mahasiswa; (c) Tujuan dan isi pembelajaran diharapkan
pada kurikulum perguruan tinggi tersedia tujuan dan berisi
dikaitkan dengan nilainilai pendidikan moral, etika dan estetika
yang terintegrasi pada setiap mata kuliah; (d) Strategi
pembelajaran, cara-cara pendidikan moral, etika dan estetika
seperti sikap teladan, indoktrinasi, hadiah (reward), hukuman
(punishment) dan penalaran diterapkan secara proporsional,
sinergis dan konsisten; (e) Evaluasi terhadap aspek kognitif dengan
acuan norma dilakukan juga terhadap perkembangan kebaikan
dalam diri mahasiswa dengan menggunakan norma sebagai alat
ukur atau patokan.
d. Manusia sebagai makhluk beragama
Pandangan tentang hakikat manusia sebagai makhluk beragama
mempunyai implikasi terhadap semua unsur pendidikan,
diantaranya : (a) Dosen disyaratkan sebagai orang yang percaya

13
akan adanya Tuhan (Theis) atau hidup beragama, sekalipun
berbeda agama atau beda dalam penyebutan nama Tuhannya; (b)
Mahasiswa telah disyaratkan diarahkan untuk menentukan pilihan
agama yang diyakininya; (c) Tujuan dan isi pendidikan diharapkan
pada kurikulum perguruan tinggi tersedia tujuan dan isi pendidikan
ketuhanan atau mengenai agama sesuai ajaran agama yang dianut
mahasiswa/masyarakat tempat satuan pendidikan berada. (d)
Strategi pendidikan, cara-cara pendidikan ketuhanan seperti
teladan, penalaran, perintah, hadiah, nasihat, larangan, dan
hukuman digunakan secara proporsionnal, sinergis dan konsisten;
(e) Evaluasi pendidikan dilakukan terhadap perkembangan keber-
agama-an dalam diri mahasiswa secara proporsional.

2.3 Prinsip Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka


A. Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama harus


ditaati. Prinsip-prinsip pengembangan tersebut adalah pertama, standar
kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan
dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata
pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap
pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat,
mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua
mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan
kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. (Machali, 2014)

Menurut (Penyusun, n.d.) Ada lima prinsip pengembangan kurikulum


2013, yaitu:
1. Prinsip Relevansi
Ada dua macam relavansi internal dan relevansi eksternal. Relevansi
internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki keserasian
antara komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang
harus dicapai, isi, materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki

14
siswa, strategi atau metode yang digunakan serta alat penilaian untuk
melihat ketercapaian tujuan. Relevansi internal ini menunjukkan
keutuhan suatu kurikulum. Kurikulum eksternal berkaitan dengan
keserasian antara tujuan, isi dan proses belajar siswa yang tercakup
dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
2. Prinsip Fleksibelitas
Kurikulum itu harus bisa dilaksanakan sesuai dengan kondisi yang ada.
Kurikulum yang kaku tidak fleksibel akan sulit diterapkan.
3. Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung arti bahwa perlu dijaga saling keterkaitan dan
berkesinambungan antara materi pada berbagai jenjang dan jenis
program pendidikan.
4. Prinsip Efektifitas
Prinsip efektifitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum
dapat dilaksanakan dan tepat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Terdapat dua efektifitas dalam suatu pengembangan kurikulum.
Pertama, efektifitas yang berhubungan dengan guru dalam
melaksanakan tugas mengimplementasikan kurikulum di kelas. Kedua,
efektifitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
5. Prinsip Efisiensi
Prinsip efisiensi berhubungan dengan perbandingan antara tenaga,
waktu dan suara, serta biaya yang dikeluarkan dengan hasil yang
diperoleh.

Kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan soft skill maupun hard


skill peserta didik, yang meliputi aspek sikap, keterampilan maupun
pengetahuan. Hal ini sejalan dengan tujuan dari kurikulum 2013, di mana
fokus pendidikan tidak hanya pada aspek kognitif saja, namun juga
penanaman pendidikan karakter pada peserta didik. Kurikulum 2013 dapat
menjawab tantangan masa depan dunia kerja bagi para peserta didik, terutama
dalam membekali mereka dengan soft skill dan hard skill. Di masa yang akan
datang, para peserta didik dituntut untuk memiliki keahlian selain memiliki

15
kemampuan dalam bidang akademis. Dan kurikulum 2013 dirancang
mempersiapkan tantangan masa depan tersebut.

B. Kurikulum Merdka
Kemdibudristek membuat prinsip kurikulum merdeka dan diadobsi oleh
Vhalery yaitu terbagi menjadi empat prinsip merdeka belajar, diantaranya
adalah:
1) Mengubah USBN menjadi Asesmen Kompetensi.
Pada kurikulum merdeka saat ini, USBN yang sudah mendarah
daging di satuan pendidikan Indonesia digantikan menjadi Asesmen
Kompetensi, hal ini bertujuan untuk mengembalikan keleluasaan
sekolah untuk meneguhkan kelulusan sesuai dengan UU sisdiknas.
Asesmen kompetensis dapat dilakukan dengan dua opsi yaitu dalam
bentuk tes tertulis atau bentuk asesmen lainnya yang lebih
komprehensif guna melihat kompetensi lain yang dimiliki siswa.
Perubahan ini pada dasarnya bermanfaat bagi sekolah, guru, dan siswa.
Khususnya pada siswa, akan meminimaliskan tekanan psikologis dan
siswa memiliki kesempatan untuk menunjukkan kompetensi lain yang
dimilikinya. Selain itu kebermanfaatan pada guru adalah dapat
membuat guru merdeka dalam melakukan pembelajaran, menilai sesuai
dengan kebutuhan siswa dan sekolah, selain itu dapat pula guru
mengembangkan kompetensi profesionalitasnya. Sementara bagi
sekolah, akan lebih merdeka karena memiliki nilai positif dalam
prosesdan hasil belajar siswa.
2) Mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Kompetensi
Minimum dan Survei Karakter.
Tujuan utama UN digantikan dengan asesmen kompetensi
minimun dan survei karakter untuk mengurangi tekanan pada siswa,
orang tua, dan guru guna untuk memperbaiki mutu pendidikan di
Indonesia. Asesmen kompetensi akan mengukur kompetensi berpikir
kritis seperti literasi, numerasi, dan karakter sebagai problem solving
secara personal dan profesional yang berlandaskan pada praktik di level

16
international. Sementara pada ruang lingkup karakter diukur dari unsur
penerapan nilai pendidikan profil pancasila di sekolah.
3) Meminimaliskan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Kegiatan ini dilakukan untuk mengoptimalkan performance
guru dikelas. Kurikulum Sebelumnya, RPP memiliki terlalu banyak
segmen sehingga jika disusun dapat mencapai lebih dari 20 halaman.
Namun saat ini, RPP dapat dibuat 1 halaman yang meliputi tiga unsur
penting yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi.
Tujuannya untuk menyederhanakan administrasi guru sehingga waktu
guru lebih fokus pada pembelajaran dan saat ini RPP telah digantikan
dengan modul ajar yang sifatnya lebih bervariasi.
4) Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi.
Sistem zonasi telah diterapkan pada peraturan Penerimaan
Peserta Didik Baru (PPDB) yang sifatnya lebih fleksibel. Rancangan
peraturan sebelumnya membagi PPDB sistem zonasi menjadi tiga yaitu
jalur zonasi 80%, jalur prestasi 15%, jalur perpindahan 5%. Sedangkan
rancangan peraturan terbaru menjadi empat yaitu jalur zonasi 50%, jalur
afirmasi 15%, jalur perpindahan 5%, jalur prestasi 0 – 30%.(Maulida,
2022)
Prinsip Pembelajaran Kurikulum Merdeka
1. Kegiatan pembelajaran intrakurikuler untuk setiap mata pelajaran
mengacu pada capaian pembelajaran.
2. Kegiatan projek penguatan profil pelajar Pancasila ditujukan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu
pada Standar Kompetensi Lulusan.
3. Pemerintah mengatur beban belajar untuk setiap muatan atau mata
pelajaran dalam Jam Pelajaran (JP) pertahun.
4. Satuan pendidikan mengatur alokasi waktu setiap minggunya secara
fleksibel dalam 1 (satu) tahun ajaran.
5. Satuan pendidikan menambahkan muatan lokal yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah sesuai dengan karakteristik daerah.

17
6. Satuan pendidikan dapat menambahkan muatan tambahan sesuai
karakteristik satuan pendidikan secara fleksibel, melalui 3 (tiga)
pilihan sebagai berikut:
a) mengintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain
b) mengintegrasikan ke dalam tema projek penguatan profil pelajar
Pancasila
c) mengembangkan mata pelajaran yang berdiri sendiri

2.4 Struktur Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka


A. Kurikulum 2013
Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian Kompetensi Inti,
Kompetensi Dasar, muatan Pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar
pada setiap satuan pendidikan dan program pendidikan. Struktur kurikulum
2013 terdiri dari :
1. Kompetensi inti
Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai
Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta
Didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan
Pengembangan Kompetensi dasar.
Kompetensi Inti dimaksud pada mencakup: sikap spiritual, sikap
sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai
pengintegrasi muatan Pembelajaran, mata pelajaran atau program
dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks
muatan Pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang
mengacu pada Kompetensi inti.
Kompetensi Dasar dikembangkan dalam konteks muatan
Pembelajaran, pengalaman belajar, mata pelajaran atau mata kuliah
sesuai dengan Kompetensi inti.
3. Muatan Pembelajaran
Muatan Pembelajaran merupakan cakupan materi yang ada pada KD
sbagai bahan yang akan dijadikan kgiatan-kegiatan.

18
4. Mata Pembelajaran
Mata Pembelajaran merupakan seperangkat alat pembelajaran yang
berisikn materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
5. Beban Belajar
Beban belajar memuat:
- Jumlah jam belajar yang dialokasikan untuk Pembelajaran suatu
tema, gabungan tema, mata pelajaran
- keseluruhan kegiatan yang harus diikuti Peserta Didik dalam satu
minggu, semester, dan satu tahun pelajaran.
B. Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka dirancang untuk semua jenjang mulai dari
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar sampai pendidikan menengah,
baik di jalur formal maupun nonformal. Struktur kurikulum Merdeka terdiri
dari kegiatan intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila,dan
Pembelajaran yang fleksibel. Untuk setiap mata pelajaran dialokasikan untuk
dua kegiatan pembelajaran yaitu pembelajaran intrakurikuler dan projek
penguatan profil pelajar Pancasila.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila dilaksanakan dengan melatih
peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema-tema atau isu
penting seperti perubahan iklim, anti radikalisme, kesehatan mental, budaya,
wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi sehingga peserta didik
dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu tersebut sesuai dengan
tahapan belajar dan kebutuhannya. Oleh karena itu, alokasi waktu tersendiri
sangat dibutuhkan guna memastikan projek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila dapat berjalan dengan baik. Proyek Penguatan Profil Pelajar
Pancasila diharapkan para pelajar di Indonesia dapat tumbuh sebagai pelajar
yang berkompeten, terampil, dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila.
Berdasarkan Kemendikbudristek No.56/M/2022, disebutkan bahwa
projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler
berbasis projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian
kompetensi dan karakter sesuai dengan profil pelajar Pancasila yang disusun

19
berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Pelaksanaan projek penguatan
profil pelajar Pancasila dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan,
dan waktu pelaksanaan. Projek penguatan profil pelajar Pancasila dirancang
terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran
projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran
intrakurikuler.
Lalu struktur kurikulum merdeka dalam Kebijakan yang populer
dengan nama Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dimaksudkan untuk
mewujudkan proses pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan
fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang,
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. mendorong mahasiswa untuk
menguasai berbagai keilmuan yang berguna untuk memasuki dunia kerja,
serta memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menentukan mata
kuliah yang akan diambil. Kebijakan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
link and match dengan dunia usaha dan dunia industri, serta untuk
mempersiapkan mahasiswa dalam dunia kerja sejak awal. Kebijakan tersebut
berimplikasi kepada munculnya tuntutan kepada perguruan tinggi (PT) untuk
merancang kurikulum dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif
agar mahasiswa dapat meraih capaian pembelajaran secara optimal.
Mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengambil beban belajar (SKS) di
luar program studi, baik dalam satu perguruan tinggi (PT), di luar PT,
dan/atau non-PT. Artinya, mahasiswa difasilitasi untuk menguasai berbagai
keilmuan yang berguna dalam dunia kerja.(Suryaman, 2020)
Penerapan fleksibilitas Kurikulum Merdeka dalam proses pembelajaran
di setiap kelas akan menghasilkan adanya proses pembelajaran yang juga
bersifat lentur, luwes, dan mengikuti keadaan serta kebutuhan peserta didik.
Makna pembelajaran fleksibel sebagai “seperangkat pendekatan pendidikan
dan sistem yang berkaitan dengan pemberian pilihan, kenyamanan, dan
personalisasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Secara khusus,
pembelajaran fleksibel memberikan pembelajar dengan pilihan tentang di
mana, kapan, dan bagaimana pembelajaran terjadi, dengan menggunakan
berbagai teknologi untuk mendukung proses belajar mengajar.” Dalam proses

20
implementasi kurikulum fleksibel, menyatakan pentingnya pendekatan yang
tepat sebagai pondasi.

2.5 Badan Standar Nasional Pendidikan


Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala.(Lt & Fatmawati, 2006)
 UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 35:
 Pengembangan standar nasional pendidikan (SNP) serta
pemantauan dan pelaporan pencapaiannya secara nasional
dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan.
 Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Pemerintah.
 PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)
pasal 73:
 Dalam rangka pengembangan, pemantauan dan pelaporan
pencapaian SNP dengan PP ini dibentuk Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
 Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BSNP bersifat mandiri
dan profesional.
 UU Nomor 20 Tahun 2003; Pasal 35 ; Ayat (1)
Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi
lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala.
 PP Nomor 19 Tahun 2005; Pasal 1; Angka 1
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal
tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan

21
nasional dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar
Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan
menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan,
dan tematik-integratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk
mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan
observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan),
apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi
pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif,
inovatif, dan lebih produktif. Aspek-aspek kurikulum yang mengalami
penyempurnaan dalam Kurikulum 2013 meliputi 4 elemen yaitu: (1) Standar
kompetensi lulusan (SKL); (2) Standar isi; (3) Standar proses; (4) Standar
penilaian.
Pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem
kurikulum dengan tujuan penyempurnaan. Di antaranya kurikulum
KTSP/2006 menjadi Kurikulum 2013 hingga menjadi Kurikulum Merdeka
Belajar. Kurikulum Merdeka adalah kurikulum pembelajaran intrakurikuler
yang beragam dan mengoptimalkan dari segi konten sehingga memberi
peserta didik cukup waktu untuk mengeksplorasi konsep dan memperkuat
kompetensi mereka. Guru memiliki fleksibilitas untuk memilih dari berbagai
alat pendidikan untuk menyesuaikan model pembelajaran dengan kebutuhan
belajar dan minat peserta didik.
Landasan-landasan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum
2013 yaitu : (1) Landasan Filosofis; (2) Landasan Yuridis; (3) Landasan
konseptual; (4) Landasan Teoritis; (5) Landasan empiris. Lalu landasan
kurikulum merdeka melalui landasan filosofis, Pancasila sebagai idiologi
Negara Indonesia merupakan pedoman dasar dalam pelaksanaan system
pendidikan termasuk di dalamnya tujuan penerapan kebijakan Merdeka
Belajar dan Kampus Merdeka untuk mencapai pembangunan manusia yang
berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai-nilai akademik, kebutuhan peserta didik
dan masyarakat.

23
Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal
tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan
nasional dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia
3.2 Saran
Setelah mempelajari kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka kami
sebagai penulis megharapkan agar pembaca dapat memahami isi dari makalah
ini.

24
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Z. (2020). KARAKTERISTIK KURIKULUM 2013 (MAKALAH
MAHASISWA). -, 1–14.
Halek, D. H. (2019). Kurikulum 2013 dalam Perspektif Filosafi. Jurnal Georafflesia:
Artikel Ilmiah Pendidikan Geografi, 3(2), 1–10.
Lt, G. D., & Fatmawati, M. J. R. S. (2006). Badan Standar Nasional Pendidikan.
Machali, I. (2014). Dimensi Kecerdasan Majemuk Dalam Kurikulum 2013.
INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 19(1), 21–45.
Maulida, U. (2022). Pengembangan Modul Ajar Berbasis Kurikulum Merdeka.
Tarbawi: Jurnal Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 5(2), 130–138.
Muin, A., Fakhrudin, A., Makruf, A. D., & Gandi, S. (2022). Pengembangan
Kurikulum Merdeka.
Muslikh, M. (2020). Landasan filosofis dan analisis terhadap kebijakan merdeka
belajar dan kampus merdeka. Jurnal Syntax Transformation, 1(3), 40–46.
Penyusun, T. (n.d.). MENYONGSONG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013:
SEBUAH HARAPAN DAN TANTANGAN.
Retnaningsih, L. E., & Khairiyah, U. (2022). Kurikulum Merdeka pada Pendidikan
Anak Usia Dini. SELING: Jurnal Program Studi PGRA, 8(2), 143–158.
Suarga, S. (2017). Kerangka dasar dan landasan pengembangan kurikulum 2013.
Jurnal Inspiratif Pendidikan, 6(1), 15–23.
Sudarisman, S. (2015). Memahami hakikat dan karakteristik pembelajaran biologi
dalam upaya menjawab tantangan abad 21 serta optimalisasi implementasi
kurikulum 2013. Florea: Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 2(1).
Suryaman, M. (2020). Orientasi pengembangan kurikulum merdeka belajar. Seminar
Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra, 13–28.

25

Anda mungkin juga menyukai