Ok... KONSEP DASAR DALAM OLAHRAGA
Ok... KONSEP DASAR DALAM OLAHRAGA
Disusun Oleh :
Tidak lupa saya menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen pengampu
kam yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat
dalam proses penyusunan makalah perkuliahan ini. Rasa terima kasih juga hendak
kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan
kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah
perkuliahan ini bisa selesai pada waktu yang telah ditentukan.
Penulis
i
1
DAFTAR ISI
2ii
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Pendidikan jasmani dan olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan umum.Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan
berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi
manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan jasmani dan olahrag pada hakikatnya adalah
proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk
menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental
serta emosional. Pendidikan jasmani dan olahraga memperlakukan anak sebagai sebuah
kesatuan utuh, makhluk total,dari pada hanya menganggapnya sebagai seorang yang
terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
1
(skill development). Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan
menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya. walaupun memang benar
aktivitas fisik itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan
tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi.
Pendidikan jasmani bukan hanya merupakan aktivitas pengembangan fisik secara
terisolasi, akan tetapi harus berada dalam konteks pendidikan secara umum (general
education). Tentunya proses tersebut dilakukan dengan sadar dan melibatkan interaksi
sistematik antarpelakunya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah Bagaimana Konsep Dasar Olahraga ?
C. Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah Untuk mengetahui Konsep Dasar Olahraga.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Edward (1973). Olahraga harus bergerak dari konsep bermain, games, dan sport.
Ruang lingkup bermain mempunyai karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas,
b. Bebas, c.Tidak produktif, d. Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup
pada games mempunyai karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh
keterampilan fisik,strategi, kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan
yang dilembagakan.
Webster’s New Collegiate Dictonary (1980). Olahraga adalah ikut serta dalam
aktivitas fisik untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau
dalamolahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat).
Cholik Mutohir olahraga. Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala
kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-
potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat
dalambentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
3
Kegiatan olahraga sebagai alat pendidikaan
Sebagai alat pendidikan olahraga mampu dijadikan bantuan dalam memberi
kelengkapan bagi usaha memberi kelengkapan bagi usahausaha penddikan dalam
bentuknya secara keseluruhan
Sasaran pendidikan dalam olahraga secara rinci dapat diuraikan dalam empat hal
Pembentukan gerak
Pembentukan gerak sangat penting dikuasai dengan mahir, sebab tanpa
penguasaan dasar dasar pembentukkan gerak maka akan sulit pada saat akan
melakukan gerakan olahraga yang lebih kompleks
Pembentukan prestasi
Telah kita ketahui bersama, bahwa untuk dapat mencapai suatu prestasi
yang diinginkan di dalam olahraga diperlukan adanya kekuatan, kecepatan,
kelentukan, keuletan, kedisiplinan, kepercayaan terhadap diri sendiri,
pemahaman dan pengusahaan terhadap prosedur gerakan yang akan dilakukan,
serta konsep cara untuk melakukan gerakannya. Hal ini merupakan dasar yang
mengacu kepada tercapainya suatu peningkatan prestasi yang optimal. Dalam
arti bukan saja pencapaian prestasi optimal untuk keterampilan gerak dalam
bidang olahraga, tetapi juga berlaku untuk peningkatan prestasi belajar, bekerja
atau melakukan kegiatan yang lainnya, dan sebagainya.
Pembentukan sosial
Proses sosial dalam olahraga menghasilkan karakteristik perilaku dalam
bersaing dan kerjasama membangun suatu permainan yang dinaungi oleh nilai,
norma, dan pranata yang sudah melembaga. Kelompok sosial dalam olahraga
mempelajari adanya tipe – tipe perilaku anggotannya dalam mencapai tujuan
bersama, kelompok sosial biasanya terwadahi dalam lembaga sosial, yaitu
organisasi sosial dan pranata. Beragam pranata yang ada ternyata terkait dengan
fenomena olahraga.
Pembentukan tubuh
Peran olahraga terhadap pembentukan tubuh, dapat dilihat dengan
bertambahnya otot-otot menjadi lebih besar dan kuat, badan tumbuh menjadi
4
lebih besar dan lebih tinggi, hingga dapat bersikap dan bertindak dengan
sempurna, serta akan tumbuh dan berkembang secara harmonis. Dengan
melakukan olaharaga yang teratur serta dibimbing dan diarahkan, maka organ-
organ tubuh pun akan bekerja sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya.
Hal ini akan berpengaruh terhadap kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun
kesehatan rohani.
5
menunjukkan proses pendidikan tentang aktivitas-aktivitas yang mengembangkan dan
memelihara tubuh manusia.
Nixon and Cozens (1963: 51) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani
didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan
aktivitas dan respons otot yang giat dan berkaitan dengan perubahan yang dihasilkan
individu dari respons tersebut.
Dauer dan Pangrazi (1989: 1) mengemukakan bahwa pendidikan jasmani adalah
fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama
melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk
tiap anak. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan melalui gerak dan
harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak.
Pendidikan jasmani merupakan program pembelajaran yang memberikan perhatian yang
proporsional dan memadai pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor,
kognitif, dan afektif.
Bucher, (1979). Mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian integral
dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, adalah proses pendidikan melalui
kegiatan fisik yang dipilih untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
organik, neuromuskuler, interperatif, sosial, dan emosional.
Ateng (1993) mengemukakan; pendidikan jasmani merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan
mengembangkan secara organik, neuromuskuler, intelektual dan emosional.
Definisi Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif,
dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan
afektif setiap siswa.
Makna olahraga menurut ensiklopedia Indonesia adalah gerak badan yang
dilakukan oleh satu orang atau lebih yang merupakan regu atau rombongan. Sedangkan
dalam Webster’s New Collegiate Dictonary (1980) yaitu ikut serta dalam aktivitas fisik
6
untuk mendapatkan kesenangan, dan aktivitas khusus seperti berburu atau dalam
olahraga pertandingan (athletic games di Amerika Serikat).
UNESCO mendefinisikan olahraga sebagai “setiap aktivitas fisik berupa
permainan yang berisikan perjuangan melawan unsur-unsur alam, orang lain, ataupun
diri sendiri”. Sedangkan Dewan Eropa merumuskan olahraga sebagai “aktivitas
spontan, bebas dan dilaksanakan dalam waktu luang”. Definisi terakhir ini merupakan
cikal bakal panji olahraga di dunia “Sport for All” dan di Indonesia tahun 1983,
“memasyarakatkan olahraga dan mengolahragaka masyarakat” (Rusli dan
Sumardianto,2000: 6).
Menurut Cholik Mutohir olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala
kegiatan atau usaha yang dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-
potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat
dalam bentuk permainan, perlombaan/pertandingan, dan prestasi puncak dalam
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan Pancasila.
Untuk penjelasan pengertian olahraga menurut Edward (1973) olahraga harus
bergerak dari konsep bermain, games, dan sport. Ruang lingkup bermain mempunyai
karakteristik antara lain; a. Terpisah dari rutinitas, b. Bebas, c. Tidak produktif, d.
Menggunakan peraturan yang tidak baku. Ruang lingkup pada games mempunyai
karakteristik; a. ada kompetisi, b. hasil ditentukan oleh keterampilan fisik, strategi,
kesempatan. Sedangkan ruang lingkup sport; permainan yang dilembagakan.
7
keduanya. Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan
bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu
bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah
pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa
secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang
terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan
diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap
yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau
dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah
selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.
Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak
dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu,
olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada
satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata
bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.
Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain
maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus
selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya,
pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan
tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan
untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun
keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan,
dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan
untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa
adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan
kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics)
dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga.
Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan
kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya.
8
Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat
dan harus beriringan bersama.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Sandey Tantra Paramitha & Lestari Ema Anggara. 2018. Revitalisasi Pendidikan
Jasmani untuk Anak Usia Dini melalui Penerapan Model Bermain Edukatif
Berbasis Alam. Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga. JPJO 3 (1) (2018) 41-
51
11