KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
NOMOR : 445 / 372 / 419.80 / 2016
TENTANG
KEBIJAKAN DAN STRATEGI MANAJEMEN RESIKO
DI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GAMBIRAN KOTA KEDIRI
TAHUN 2016
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota
Kediri Tentang Kebijakan dan Strategi Manajemen Risiko di
Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri
KEDUA : Kebijakan Tentang Kebijakan dan Strategi Manajemen Risiko di
Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri sebagaimana
tercantum dalam lampiran Keputusan ini
KETIGA : Kebijakan Tentang Kebijakan dan Strategi Manajemen Risiko di
Rumah Sakit Umum Daerah Gambiran Kota Kediri ini ditinjau
ulang sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali dan apabila
diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai dengan
perkembangan yang ada
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan apabila dikemudian hari
terdapat kesalahan akan diadakan perbaikan sebagaimana
mestinya
Ditetapkan di : Kediri
Pada tanggal : 13 Juni 2016
DIREKTUR
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
I. PENDAHULUAN
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko , sebagian di antaranya
berisiko ringan atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula
yang memberikan konsekuensi medik yang cukup berat.
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi
bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan risiko non klinis . Risiko klinis
adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis maupun layanan
lain yang dialami pasien selama di RS. Sementara risiko non medis ada yang
berupa risiko bagi organisasi maupun risiko finansial. Risiko organisasi adalah
yang berhubungan langsung dengan komunikasi, produk layanan, proteksi data,
sistem informasi dan semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian
organisasi. Risiko finansial adalah risiko yang dapat mengganggu kontrol
finansial yang efektif, salah satunya adalah sistem yang harusnya dapat
menyediakan pencatatan akuntansi yang baik.
Risiko medis dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal (umumnya bisa diprediksi
tetapi tidak bisa diabaikan, dihitung, dan dikendalikan).
2. Risiko ‘bermakna’ tetapi harus diambil karena merupakan satu-satunya solusi /
alternatif
Risiko 1 dan 2 memerlukan informed consent sehingga bila terjadi dokter tidak
bertanggung jawab secara hukum.
3. Risiko yang tidak bisa diprediksi
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
Faktor Komponen yang berperan
Organisasi dan a. Sumber dan keterbatasan keuangan
Manajemen b. Struktur organisasi
c. Standar dan tujuan kebijakan
d. Safety culture
Lingkungan a. Kualifikasi staf dan tingkat keahlian
pekerjaan b. Beban kerja dan pola shift
c. Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
d. Dukungan administratif dan manajerial
Tim a. Komunikasi verbal
b. Komunikasi tulisan
c. Supervisi dan pemanduan
d. Struktur tim
Individu dan staf a. Kemampuan dan ketrampilan
b. Motivasi
c. Kesehatan mental dan fisik
Penugasan a. Desain penugasan dan kejelasan struktur
penugasan
b. Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
c. Ketersediaan dan akurasi hasil tes
Karakteristik pasien a. Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
b. Bahasa dan komunikasi
c. Faktor sosial dan personal
II. TUJUAN
a. Tujuan dari kebijakan dan strategi manajemen risiko adalah untuk
mengembangkan pelaksanaan manajemen risiko yang diintegrasikan dengan
Clinical Governance sehingga memberi kepastian diberlakukannya Corporate
Governance dengan baik
b. Kebijakan dan strategi ini akan memperjelas peran, tugas, dan tanggung jawab
staf RS dalam hal pelaksanaan manajemen risiko
III. PENGERTIAN
a. Risiko adalah :
1) Bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses
yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan datang
2) Peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada
pencapaian tujuan .
3) Efek dari ketidakpastian tujuan
b. Risiko klinis adalah
Bahaya, kesalahan, musibah atau potensi terjadinya hal-hal yang merugikan
pasien, terkait dengan atau sebagai dampak asuhan klinik yang diberikan
kepadanya.
c. Risiko Non Klinis adalah bahaya potensial akibat lingkungan.
d. Manajemen resiko adalah :
1) Budaya, proses dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang-
peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan
2) Kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi
berkaitan dengan risiko
e. Manajemen Risiko Klinik adalah
Suatu upaya sistematis rumah sakit dalam rangka mengurangi resiko akibat
pelaksanaan pelayanan medik.
f. Tujuan manajemen resiko klinik adalah :
1) Meminimalkan terjadinya medical error, adverse events dan harms pada
pasien (membuat asuhan pasien lebih aman).
2) Meminimalkan kemungkinan terjadinya klaim dan mengendalikan biaya
klaim yang harus menjadi tanggungan institusi (mencegah kerugian
finansial bagi RS dan dokter.
g. Manajemen Risiko Terintegrasi adalah suatu proses dimana berbagai resiko
diidentifikasi, diukur dan dikendalikan di seluruh bagian organisasi. Melalui
pengelolaan resiko terintergrasi, setiap keputusan strategik yang diambil selalu
berdasarkan atas informasi yang valid dan reliable. Dengan demikian
keputusan itu diharapkan mampu mengantisipasi secara efektif kejadian-
kejadian dimasa depan dan mengurangi ketidakpastian.
c. DIREKTUR
1) Memiliki tanggung jawab menyeluruh sesuai dengan Hospital Bylaws yang
telah ditetapkan
2) Memastikan bahwa tanggung jawab dan koordinasi dalam hal manajemen
risiko dalam dokumen ini dilaksanakan dengan baik
3) Dalam hal pengembangan strategi manajemen risiko ini Direktur
mendelegasikan tanggung jawabnya kepada ketua KMKP.
h. Ketua Tim K3
Indentifikasi risiko K3
(dikutip dari : Workshop PMKP KARS, Hotel Shantika Malang, Tahun 2013)
Gambar 1 Alur Proses Manajemen Risiko
RISK REGISTER
MEMBANGUN KONTEKS :
Faktor yang mendukung dan yang menghambat
Tentukan tujuan dan sasaran
Struktur organisasi manajemen risiko
IDENTIFIKASI RISIKO :
Apa yang bisa terjadi
Bagaimana kejadiannya
Mengapa hal itu bisa terjadi
Kapan hal itu bisa terjadi
Dimana hal itu bisa terjadi
Siapa yang bisa tertimpa kejadian tersebut
ANALISA RISIKO :
Dampak dan probabilitas
Siapa yang terlibat
Tingkat risiko
Kendali yang sudah ada dan yang diperlukan
KOMUNIKASI MONITOR
DAN AUDIT
KONSULTASI EVALUASI RISIKO : REVIEW
Bandingkan tingkat risiko dengan kriteria
Analisa untung rugi
Risiko diterima atau tidak
PENGELOLAAN RISIKO :
Tetapkan alternatif/pilihan
Analisa untung rugi
Pilih tindakan yang paling sesuai
Perencanaan tindakan dan implementasi
Keluhan Adanya keluhan Adanya keluhan Adanya keluhan Adanya keluhan Adanya keluhan
pelanggan yang tertulis tertulis dan tertulis dan tertulis dan
disampaikan sebanyak > 5 tuntutan pasien tuntutan pasien tuntutan pasien >
secara lisan kasus dalam < RP 10 juta Rp 10 juta sd Rp 1 Milyar
sebulan Rp 50 juta
4) Perlakuan Risiko
Klasifikasi Jenis Pengendalian
c. Evaluasi risiko adalah proses membandingkan antara hasil analisa risiko
dengan kriteria risiko untuk menentukan apakah risiko dan/atau besarnya
dapat diterima atau ditoleransi. Sedangkan kriteria risiko adalah kerangka
acuan untuk mendasari pentingnya risiko dievaluasi.
Dengan evaluasi risiko ini, setiap risiko dikelola oleh orang yang bertanggung
jawab sesuai dengan peringkatnya. Dengan demikian, tidak ada risiko yang
terlewati, dan terjadi pendelegasian tugas yang jelas sesuai dengan berat –
ringannya risiko.
Penanganan risiko adalah proses untuk memodifikasi risiko. Bentuk-bentuk
penanganan risiko diantaranya:
1) Menghindari risiko dengan memutuskan untuk tidak memulai atau
melanjutkan aktivitas yang menimbulkan risiko;
2) Mengambil atau meningkatkan risiko untuk mendapat peluang (lebih
baik, lebih menguntungkan);
3) Menghilangkan sumber risiko;
4) Mengubah kemungkinan;
5) Mengubah konsekuensi;
6) Berbagi risiko dengan pihak lain (termasuk kontrak dan pembiayaan
risiko);
7) Mempertahankan risiko dengan informasi pilihan.
Untuk manajemen risiko ini perlu dibahas, karena ada alat bantu yang sangat
berguna. Alat bantu itu adalah Risk Register (daftar risiko). Risk Register
adalah:
1) Pusat dari proses manajemen resiko organisasi (NHS).
2) Alat manajemen yang memungkinkan suatu organisasi memahami profil
resiko secara menyeluruh. Ini merupakan sebuah tempat penyimpanan
untuk semua informasi resiko
3) Catatan segala jenis resiko yang mengancam keberhasilan organisasi
dalam mencapai tujuannya
4) Ini adalah ‘dokumen hidup’ yang dinamis, yang dikumpulkan melalui
proses penilaian dan evaluasi resiko organisasi
Risk Register ini bersifat sangat dinamis. Setiap bulan bisa saja berubah.
Perubahan itu dapat berupa:
1) Jumlahnya berubah karena ada risiko baru teridentifikasi.
2) Tindakan pengendalian risikonya berubah karena terbukti tindakan
pengendalian risiko yang ada tidak cukup efektif.
3) Peringkat risikonya berubah karena dampak dan peluangnya berubah.
4) Ada risiko yang dihilangkan dari daftar risiko korporat, karena
peringkatnya sudah lebih rendah dari 15 (dipindahkan ke risk register
divisi).
Harapan untuk masa yang akan datang adalah penerapan manajemen resiko
dalam institusi kesehatan adalah untuk meminimalisir resiko yang mungkin
terjadi. Dengan adanya tindakan yang bersifat antisipatif dari manajer resiko,
bila terjadi insiden maka sudah tersedia alternatif keputusan yang dilihat dari
berbagai sisi dilengkapi dengan pengetahuan akan konsekuensi dan dampak
yang diakibatkannya. Pada akhirnya tujuan manajemen resiko akan
melindungi pasien, karyawan, pengunjung dan pemangku kepentingan
lainnya dalam ruang lingkup institusi pelayanan kesehatan.
2. Penanganan Risiko
a. Pengendalian Risiko
b. Pembiayaan Risiko
DIREKTUR
RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI