“Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ushul Tafsir wa Qawaiduhu”
DisusunOleh :
FitriSandria (2020.2674)
DosenPengampu :
SUMATERA BARAT
2022 M/1444 H
1
KATA PENGANTAR
Dengannama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis
memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Begitupula shalawat
beserta salam senantiasa kami curah kan kepada Nabi besar kita yakni Nabi
Muhammad SAW.
Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini bukanlah sebuah proses akhir
dari segalanya, melainkan langkah awal yang masih memerlukan banyak koreksi,
oleh itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Aamiinn.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penafsiran al-Qur’an sudah terjadi pada saat zaman Nabi Muhammad SAW
masih hidup. Ketika Nabi Muhammad menerima wahyu dari Allah kemudian
disampaikan kepada para sahabat, hal tersebut sama ketika Nabi Muhammad
menyampaikan tafsir suatu ayat tertentu kepada para sahabat dan adapula sahabat
yang menanyakan maksud dari suatu ayat tertentu, kemudian Nabi Muhammad
menjawabnya. Setelah Nabi Muhammad wafat, perkembangan tafsir kemudian
berlanjut pada masa sahabat, tabi’in dan seterusnya. Tafsir pada masa sahabat
inilah mulai mengalami perkembangan yang signifikan, karena para sahabat
mulai mencari penjelasan-penjelasan al-Qur’an berdasarkan penjelasan Nabi
Muhammad, baik itu berasal dari al-Qur’an ataupun dari hadis-hadis, jika tidak
ditemukan tafsirnya, maka para sahabat melakukan ijtihad.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan defenisi sahabat.
2. Apa sumber tafsir sahabat.
3. Menyebutkan contoh-contoh penafsiran sahabat.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui defenisi sahabat.
2. Untuk mengetahui apa sumber tafsir sahabat.
3. Agar memahami contoh-contoh dari penafsiran sahabat.
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Sahabat
وإن مل يرو عنه شيئا, وإن مل تطل صحبته له,هو رأى رسول اللة يف حال إسالم الرائى
من لقي النىب صلى اللة عليه وسلم مؤمنابه ومات على اإلسلم
“orang yang bertemu dengan Nabi, beriman kepadanya, dan mati dalam
keadaan Islam”
Dalam pendapat lain Sahabat Nabi adalah orang yang betemu dengan Nabi
Muhammada SAW. Dalam kondisi beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan
Islam. Baik saat bertemu dengan Nabi SAW, sahabat melihatnya dengan
pandangannya atau tidak dikarenakan buta, seperti Ibnu Ummi Maktum.
1
Dari pengajaran al-Qur’an dan tafsirnya, para sahabat merujuk tafsir mereka
pada lima hal, yaitu:
Ayat diatas ditafsirkan Ali bin Abi Thalib dengan “langit”. Hal itu
didasarkan pada Firman Allah SWT :
ۤ
ُ الس َما َء َس ْق ًفا ََّّْم ُف ْوظًا َو ُه ْم َع ْن ٰايٰتِ َها ُم ْع ِر
ض ْو َن َّ َو َج َعلْنَا
Artinya: ”Dan Kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara,
sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda(kekuasaan Allah) yang
terdapat padanya”. (QS. Al-Anbiya[21]: 32).
Maksud dari kata “langit” dalam ayat diatas diibaratkan sebagai “atap”
yang terpelihara dan ditinggikan Allah SWT.2
2
penjelasana Nabi Muhammad SAW. Pada kondisi lain, para sahabat tidak
menyebutkan sanadnya pada Rasulullah SAW dalam menafsirkan al-Qur’an.
Kedua hal ini menunjukkan bahwa sahabat Nabi ra berpatokan pada hadis
Nabawi, setelah tidak menemukan tafsir al-Qur’an dengan al-Qur’an.3
3
Musaid Sulaiman al-Tayyar, Op. Cit., hlm. 31
4
Al-Tabari, Tafsir al-Tabari.
5
Muhammad Husain al-Dzahabi. (2000). Al- Tafsir wa Al-Mufassirun Jilid 1 Kairo: Maktabah
Wahbah. hlm. 45.
6
Musaid Sulaiman al-Tayyar. Op. Cit., hlm. 31
3
ْ ت لَِرِّّبَا َو ُح َّق
ت ْ ََواَ ِذن
Artinya: “Dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu
patuh”. (QS. Al-Insyiqaq[84]: 2)
7
Al-Tabari, Tafsir al-Tabari
4
C. Contoh-contoh Penafsiran Sahabat
Adapun contoh-contoh penafsiran sahabat adalah sebagai berikut:
Contoh pertama:
Firman Allah SWT:
اس ٌع َع ِل ْي ٌم ٰ ِ ِّٰ ُب فَاَيْ نَما تُولُّ ْوا فَثَ َّم و ْجه
ِ الِل و ِِٰ
َ َّ الِل ۗ ا َّن َ َ َ ُ َو ّلِل ال َْم ْش ِر ُق َوال َْمغْ ِر
Artinya: “Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka kemanapun kamu
menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-
Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah[2]: 115).
Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a. ia
menjelaskan sebab turunnya ayat di atas bahwa Nabi Muhammad SAW ketika
hijrah ke Madinah, beliau diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjadikan
Baitul Maqdis sebagai kiblat, maka orang Yahudi pun senang. Rasulullah
berkiblat selama 16 bulan ke Baitul Maqdis sementara beliau lebih senang
berkiblat ke Masjidil Haram. Karena Rasulullah SAW sering berdoa sambil
melihat kearah langit. Maka, Allah menurunkan ayat berikut :
5
Orang yahudi pun meragukan perubahan kiblat itu, mereka berkata “apa yang
membuat mereka berpaling dari kiblat mereka yang dulu?, Maka Allah SWT
berfirman “dan milik Allah timur dan barat” juga “kemanapun kamu
menghadap, di sanalah wajah Allah”.
Contoh kedua:
Firman Allah SWT :
Ayat di atas ditafsirkan oleh Umar bin Khattab bahwa yang dimaksud dengan
“Barang siapa meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik” adalah
bermakna orang-orang membelanjakan harta untuk keperluan di jalan Allah
SWT.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Menurut para ulama dan imam hadits, sahabat adalah
من لقي النىب صلى اللة عليه وسلم مؤمنابه ومات على اإلسلم
“orang yang bertemu dengan Nabi, beriman kepadanya, dan mati dalam keadaan
Islam”
Dalam pendapat lain Sahabat Nabi adalah orang yang betemu dengan Nabi
Muhammada SAW. Dalam kondisi beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan
Islam. Baik saat bertemu dengan Nabi SAW, sahabat melihatnya dengan
pandangannya atau tidak dikarenakan buta, seperti Ibnu Ummi Maktum.
Al-Qur’an al-Karim.
Hadits Nabawi.
Bahasa Arab.
Ahlu Kitab.
Pemahaman atau Ijtihad sahabat.
7
DAFTAR PUSTAKA
al-Tabari, Muhammad bin Jarir. Tafsir al-Tabari: Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an.
n.d.
al-Tayyar, Musaid Sulaiman. فصول في أصول التفسير. Riyadh: Dar Ibn Al-Jauzi, 1999.
Rokim, Syaeful. "Tafsir Sahabat Nabi: Antara Dirayah dan Riwayah." Al Tadabur:
Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Vol.05, Juni 2020: 84-89.